Uploaded by User54214

PANDUAN SKRING DAN TRIASE

advertisement
PANDUAN
SKRINING DAN TRIAGE
RSU PUTRI BIDADARI LANGKAT
REVISI I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................ 5
BAB III TATA LAKSANA .......................................................................... 27
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................... 29
BAB I
DEFINISI
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan
pada setiap pasien yang datang ke Unit Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada awal
di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan
tes, pemeriksaan atau prosedur tertentuyang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang
yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhkan menderita kelainan atapun gannguan
kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakn melalui triage, anamesis (wawancara riwayat
penyakit), evaluasi visual atau pengamatan , pemeriksaan fisik maupun psikologis, laboratorium
klinik ataupun radiologi diagnostik
Triase adalah cara pemilahan pasien untuk menentukan prioritas penanganan berdasarkan
tingkat kegawatannya dan sesuai dengan penyakitnya
Sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para professional sehingga kebutuhan pasien
dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit bisa selaras. Sehubungan dengan ini diperlukan
koordinasi pelayanan, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, sampai transfer dan
pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain. Hasilnya adalah meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang
mana yang dapat dilayani rumah sakit. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber
daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat sekrining pada kontak pertama.
Skrining dilaksanakan di UGD melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik
imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit.
Keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil sekrining
dan evaluasi. Proses skrining mempertimbangkan dapat diterima atau tidak pasien rawat inap atau
pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai
sesuai kebutuhan pasien.
Tujuan
1. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada
keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak
pertama.
2. Menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan
dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan
terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
3. Mengumpulkan informasi yang sistematis tentang pasien
4. Membuat basis informasi yang komprehensif untuk pengambilan keputusan
tentang perawatan setiap pasien.
5. Menyediakan perawatan yang tepat bagi pasien
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup pelayanan unit gawat darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False
Emergency Yaitu pasien dengan:
-
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
-
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
-
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
B. Alur Tatalaksana Skrining Pasien RSU Putri Bidadari
1. Anamese
a. Riwayat penyakitsekarang
b. Riwayat penyakit dahulu termasuk penyakit sistemik
c. Riwayat penyakitkeluarga
d. Riwayat rawat inap sebelumnya
e. Riwayat operasi sebelumnya
f. Riwayat peristiwa anestesi sebelumnya
g. Riwayat alergi obat
h. Riwayat kebiasaan seperti perokok atau minum alkohol
i. Riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sistem organ tertentu.
Pemeriksaan fisik terfokus harus mencakup komponen-komponen berikut:
a. Tingkat kesadaran dan GCS
b. Status psikologis
c. Skala nyeri
d. Status gizi mencakup berat dan tinggi badan
e. Tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan saturasi oksigen
f. Pemeriksaan head to toe secara cermat dan sistematis yaitu kepala,mata,hidung,
mulut,telinga, leher, dada, perut, ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
pemeriksaan anogenital.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjangyang dilakukan adalah pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan secara cepat untuk menentukan kebutuhan layanan kesehatan pasien,yaitu:
BAB II
RUANG LINGKUP
A. SKRINING KASUS
Petugas Unit Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Diprioritaskan kebutuhan pasien terkait
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai berikut
:
-
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
-
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
-
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan sarafpusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water
and electrolit).
7. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia
dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang
lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit umum Putri
Bidadari adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
2. Penanganan pasien SIDA (HIV AIDS)
b. Tidak tersedia bed, atau jika peralatan dan pemeriksaan penunjang yang
sangat diperlukan oleh pasien tidak ada di rumah sakit
3. SKRINING WILAYAH
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan
pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di Rumah sakit (UGD atau
Unit Rawat Jalan). Pada saat skring dilakukan petugas/ tenaga kesehatan akan mengambil
data yang diperlukan berupa:
a. Identitas pasien
b. Diagnosa pasien
c. Indikasi rujuk
d. Kondisi pasien
e. Sistem pembiayaan pasien
f. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
3. TEST SKRINING
Test dapat dilakukan dengan:
1. Anamese
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu termasuk penyakit sistemik
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat rawat inap sebelumnya
e. Riwayat operasi sebelumnya
f. Riwayat peristiwa anestesi sebelumnya
g. Riwayat alergi obat
h. Riwayat kebiasaan seperti perokok atau minum alkohol
i. Riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sistem organ tertentu.
Pemeriksaan fisik terfokus harus mencakup komponen-komponen berikut:
a. Tingkat kesadaran dan GCS
b. Status psikologis
c. Skala nyeri
d. Status gizi mencakup berat dan tinggi badan
e. Tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan saturasi oksigen
f. Pemeriksaan head to toe secara cermat dan sistematis yaitu kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, dada, perut, ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
pemeriksaan anogenital.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
secara cepat untuk menentukan kebutuhan layanan kesehatan pasien, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
-
Darah lengkap
-
Urin rutin
-
Faal ginjal : ureum, kreatinin
-
Faal hepar : SGOT, SGPT, bil
-
Analisis gas darah (Agda)
-
Enzim jantung : Trop T, Ckmb
b. Pemeriksaan radiologi
-
Head CT-Scan tanpa kontras
-
Rontgen (x-ray) : Thorak AP/PA/Lat, Abdomen BNO/plain abdomen,
ekstremitas.
c. Pemeriksaan lain
-
EKG
A. Skrining pasien gawat darurat
Penderita non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh
karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan
Initial assessment ( penilaian awal ). Initial assessment melalui:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan pasien
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari
dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
-
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
-
Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita
mulai diangkut dari tempat kejadian.
-
Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu
kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
-
Perencanaan sebelum penderita tiba
-
Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau
-
Obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, disiapkan dan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau
-
Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktuwaktu dibutuhkan.
-
Pemakaian alat-alat proteksi diri
II. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia. Triase yang dipakai di UGD RSU Putri Bidadari Lang katadalah sistem triase
berbasis bukti yaitu sistem ATS “AUSTRALIA TRIASE SCALE” yang dapat di implementasikan
dengan cepat agar pertolongan terhadap pasien dalam keadaan gawat darurat juga lebih cepat dan
tepat sehingga angka kecacatan dan kematian berkurang.Berikuttatalaksana proses triase RSU
BidadariBinjaiyaitu :
1. Penderita datang diterima oleh petugas/paramedis UGD.
2. Di ruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat oleh dokter UGD,
menentukan tingkat kegawatdaruratannya, memberi kategori dan mengetiknya di lembar layanan
UGD.
3. Untuk memudahkan petugasyang melakukan triasemengenali kondisi pasien, maka di ATS
terdapat kondisi-kondisi tertentu yang menjadi deskriptor klinis seperti yang tertera di tabel 1,
tujuan deskriptor ini adalah memaparkan kasus-kasus medis yang lazim dijumpai sesuai dengan
kategori triase sehingga memudahkan trier menetapkan kategori.
Tabel 1. Contoh Aplikasi triase versi ATS
Kategori
Respon
Deskripsi Kategori
Deskripsi klinis
ATS
Kategori 1
Segera,
penilaian Kondisi yang mengancam Henti Jantung
dan
nyawa
atau
berisiko Henti nafas
tatalaksana mengancam
nyawa Sumbatan
jalan
nafas
diberikan
secara bilatidak
segera
di mendadak yang berisiko
simultan
intervensi
menimbulkan henti jantung
Pernafasan < 10x/menit Distres
pernafasan berat Tekanan darah
sistole< 80 (dewasa) atau anak
dengan klinis shock berat
Kesadaran tidak ada respon atau
hanya berespon dengan nyeri
Kejang berkelanjutan Gangguan
perilaku berat yang mengancam
diri pasien dan orang lain
Kategori 2
Penilaian
dantatala
ksanadiberikansecaras
imultandalamwaktu
10 menit
Risiko mengancam nyawa,
dimana kondisi pasien
dapat memburuk dengan
cepat,
dapat
segera
menimbulkan gagal organ
bila
tidak
diberikan
tatalaksana dalam waktu
10 menit setelah
datangatau
Pasien memiliki kondisi
yang memiliki periode
Jalan nafas : ada stridor disertai
distress pernafasan berat
Gangguan sirkulasi
- Akral dingin
- Denyut nadi< 50 kali per meni
tatau lebih dari 150x/menit pada
dewasa
- Hipotensi dengan gangguan
hemodi namik lain
- Banyak kehilangan darah
terapi
efek
tifseperti
trombolitik
pada
ST
Elevation Myocard Infark
(STEMI), trombolitik pada
stroke iskemik baru, dan
antidotum pada kasus
keracunan.
Atau
Nyeri hebat (VAS 7-10)
nyeri harus diatasi dalam
waktu 10 menit setelah
pasien dating
Nyeri dada tipikal
Nyeri
hebat
penyebabnya
apapun
Delirum atau
gaduh gelisah
Defisit neurologis akut
(hemiparesis, disfasia)
Demam dengan alergi
Mata terpercik zat asam atau zat
basa
Trauma multiple yang
membutuhkan respon tim
Trauma lokal namun berat
(traumatic amputation, fraktur
terbuka dengan perdarahan)
Riwayat medis berisiko
- Riwayat tertelan bahan beracun
dan berbahaya
- Riwayat
tersengat
racun
binatang tertentu
- Nyeri yang diduga berasal dari
emboli paru, diseksi aorta,
kehamilan ektopik
Gangguan perilaku
- Perilaku agresif dan kasar
Perilaku
yang membahayakan
diri sendiri dan orang lain
dan
membutuh
kantindakan
restraint.
Kategori 3
Penilaian
dan Kondisi
Tatalak sana dapat
potensi
dilakukan dalam
berbahaya,
mengancam
waktu 30menit
nyawa
atau
dapat
menambah keparahan bila
penilaian dan tatalaksana
tidak dilaksanakan dalam
waktu 30menit
Atau
Kondisi segera, dimana
ada pengobatan yang harus
segera diberikan dalam
waktu 30 menit untuk
mencegah risiko
perburukan kondisi pasien
Hipertensi berat
Kehilangan darah moderat
Sesak nafas
Saturasi oksigen 90-95%
Paska kejang
Demam
pada
pasien
immunokompromais (pasien
AIDS,
pasien
onkologi,
pasien dalam terapi steroid)
Muntah menetap dengan
tanda dehidrasi
Nyeri kepala dengan riwayat
pingsan, saat ini sudah sadar
Atau
Nyeri sedang apapun
penyebabnya
Nyeri sedang yang harus
diatasi dalam waktu 30
menit
Nyeri dadaatipikal
Nyeri perut tanpa tanda akut
abdomen
Pasien dengan usia> 65 tahun
Trauma
ekstremitas
moderat
(deformitas,
laserasi,
sensasi
perabaan
menurun,
pulsasi
ekstremitas
menurun
mendadak, mekanisme trauma
memiliki risiko tinggi
Neonatus
stabil
dengan kondisi
Gangguan perilaku yang sangat
tertekan, menarik diri, agitasi,
gangguan isi dan bentuk pikiran
akut, potensi menyakiti diri
sendiri.
Ketegori 4
Penilaian
dan
Tatalaksana dapat
dimulai dalam waktu
60 menit
Kondisi berpotensi jatuh
menjadi lebih berat apa
bila
penlaian
dan
tatalaksana tidak segera
dilaksanakan dalam waktu
60 menit.
Perdarahan ringan
Terhirup benda asing tanpa ada
sumbatan jalan nafas dan sesak
nafas
Cedera kepala ringan tanpa
Kondisi segera, dimana
riwayat pingsan
ada pengobatan yang harus
segera diberikan dalam
Nyeri ringan-sedang
waktu 60 menit untuk
mencegah
risiko
Muntah
atau
perburukan kondisi pasien.
diaretanpaehidrasi
Kondisi medis kompleks,
pasien
membutuhkan
pemeriksaan yang banyak,
konsultasi dengan berbagai
spesialis dan tatalaksana
diruang rawat inap
Nyeri ringan
Radang atau benda asing di mata,
penglihatan normal
Trauma ekstremitas minor (keseleo,
curiga fraktur, luka robek
sederhana, tidak ada gangguan
neurovascular ekstremitas) sendi
bengkak
Nyeri perut non spesifik
Kategori 5
Gangguan perilaku
Pasien riwayat gangguan yang
merusak diri dan mengganggu
orang lain, saat ini dalam observasi
Penilaian
dan Kondisi tidak segera, yaitu Nyeri ringan
tatalaksanadapatdimul kondisi kronik atau minor
aidalamwaktu 120
diama gejala tidak berisiko Riwayat penyakit tidak berisiko dan
menit
memberat bila pengobatan saat ini tidak bergejalan
tidaksegera diberikan
Masalah
klinis
administrative Mengambil
hasil lab dan meminta
penjelasan, Meminta
sertifikat kesehatan,
meminta perpanjangan
resep
Keluhan minor yang saat
berkunjung masih dirasakan
Luka kecil (luka lecet, luka robek
kecil)
Kunjungan ulang untuk ganti
verban, evaluasi jahitan
Kunjungan untuk imunisasi
Pasien kronis psikiatri tanpa
Gejala akut dan hemodinamik stabil
4. Pasien dibaringkan ditempat tidur sesuai kode triase, diperiksa lebih lanjut dan diberi pertolongan
medis.
5. Pasien ditangani pertama berurutan sesuai dengan urutan kategori.
6. Pasien kategori V dapat berobat jalan dan atau dianjurkan berobat ke poliklinik besok atau jika
masih jam kerja di arahkan ke poliklinik.
AUSTRALASIAN TRIAGE SCALE (ATS)
ATS
Respon
Time
Deskripsi
Keterangan
Klinis
Kategori
ATS 1
Kategori
ATS 2
Kategori Kategori ATS Kategori
ATS 3
4
ATS 5
Segera
Penilaian dan
Penilaian dan
Penilaian dan
Penilaian dan
membutuhkan
perawatan
perawatan
perawatan dilakukan perawatan
penilaian dan
dilakukan dalam 10 dilakukan dalam 30 dalam 60 menit
dilakukan dalam
perawatan
menit
menit
120 menit
Kondisi yang
Kondisi yang dapat Kondisi yang
Kondisi yang
Kondisi yang tidak
sangat
mengancam nyawa berpotensial
berpotensial
meningkatkan
mengancam
atau menimbulkaan mengancam nyawa meningkatkan
morbiditas dari
nyawa
penurunan tanda atau meningkatkan morbiditas dari
pasien walaupun
Kondisi yang
vital yang dapat
morbiditas dari
pasien
penanganannya
sangat
menyebabkan
pasien
ditunda selama 2
mengancam
kegagalan sisten
jam dari
nyawa atau
organ tubuh atau
kedatangan
memiliki resiko
mengalami nyeri
penurunan tanda yang sangat
vital dan
membutuhkan
penanganan yang
agresif
-Cardiac arrest
-Resiko gangguan -Krisis Hipertensi - Perdarahan ringan -Nyeri yang
-Respiratory arrest airway
-Kehilangan darah -Aspirasi benda asing minimal tanpa
-Airway problem -Distress respiratory sedang
tanpa distres nafas resiko tinggi
-RR < 10
berat
-Sesak sedang
-Trauma dada tanpa -Tidak ada riwayat
-TD < 80
-Kegagalan sirkulasi: -Post Kejang
cedera rusuk atau
sebelumnya atau
-GCS < 9
Perfusi buruk, HR -Muntah persisten distres nafas
asimtomatik
-Kejang prolong <50 atau >150
-Dehidrasi
-Kesulitan menelan -Gejala minor
-Overdosis obat (dewasa), Hipotensi, -Cedera kepala
tanpa distres nafas -Luka kecil seperti
dengan
Kehilangan darah ringan
-Luka kecil di kepala abrasi, atau luka
hipoventilasi
banyak
-Suspect sepsis
-Nyeri ringan
terbuka yang tidak
-Chest pain
(tanda vital stabil) -Muntah atau diare memerlukan
-Suspect Sepsis
-Nyeri sedang
tanpa dehidrasi
jahitan
-Neutropenia
-GCS < 13
-Stroke akut
-Demam dengan
letargi
-Trauma asam basa
mata
-Multiple trauma
-Fraktur mayor
-Torsio testis
-Psikiatri: agresif,
melukai orang atau
diri sendiri,
memerlukan
restraint, gaduh
gelisah
(butuh analgesik)
-Chest pain non
cardiac
-Cedera
ekstremitas
-Neonatus stabil
- Psikiatri: resiko
melukai diri
sendiri, psikotik
akut, cemas,
berpotensial
agresif
-Inflamasi mata
karena benda asing
-Luka ekstremitas
ringan
-Nyeri perut yang
tidak spesifik
-Psikiatrik: gangguan
mental yang tidak
urgent, dalam
pengobatan dan
tidak ada resiko
membahayakan diri
-Waktu kontrol
ulang jahitan/
rawat luka
-Imunisasi saja
-Psikiatri: pasien
dengan gangguan
kronis dan klinis
baik
Berikut adalah alur skema triase untuk mass casualties, yaitu:
Pemberian label kondisi pasien pada di UGD yang bukan kasus masal (multiple
casualties):
1. Prioritas 1 atau Emergensi: warna MERAH (kasus berat)
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa dan memerlukan evaluasi dan intervensi segera.
Pasien dibawa ke ruang resusitasi dengan waktu tunggu 0 (nol) menit. Yang termasuk kasus
emergensi yaitu:











Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla

Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat

Fraktur terbuka dan fraktur compound

Luka bakar > 30 % / Extensive Burn

Shock tipe apapun, tekanan darah <80 mmhg untuk dewasa

Cardiac arrest

Respiratory arrest

Frekuensi nafas <10x/menit

Distress pernafasan hebat

Penurunan kesadaran dengan GCS <9
 Kejang

2. Prioritas 2 atau Urgent: warna KUNING (kasus sedang)
Pasien dengan penyakit yang akut, mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki,
waktu tunggu 30 menit dan diletakkan di area critical care. Yang termauk kasus urgentsi
yaitu:









Trauma thorax non asfiksia

Fraktur tertutup pada tulang panjang atau tauma yang terlokalisir

Luka bakar terbatas ( < 30% dari TBW )

Cedera pada bagian / jaringan lunak

nyeri yang sangat hebat

cedera kepala sedang, somnolem, GCS<13

akut hemiparese

demam dengan letargi

trauma sam dan basa pada mata





intoksikasi zat

hipotensi

perdarahan sedang

hipoksia dengan saturasi 90-95%
 dehidrasi

3. Prioritas 3 atau Non Urgent: warna HIJAU (kasus ringan)
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal, luka lama,
kondisi yang timbul sudah lama dan diletakkan di area ambulatory / ruang P3. Waktu tunggu
1 jam. Yang termauk kasus non urgentsi yaitu:










Minor injuries

Seluruh kasus-kasus ambulant / rawat jalan

perdarahan ringan

aspirasi benda asing tanpa distress pernafasan

kesulitan menelan tanpa distress pernafasan

cedera kepala ringan

nyeri ringan-sedang

muntah datau diare tanpa dehidrasi

infamasi mata atau benda asing
 trauma dengan luka lecet atau edem sendi

4. Prioritas 0: warna HITAM (kasus meninggal)




Tidak ada respon pada semua rangsangan

Tidak ada respirasi spontan

Tidak ada bukti aktivitas jantung

Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
Berikut tanda-tanda kegawat daruratan pada bayi dibawah 6 bulan:
III. Primary Survey
A. Airway dengan kontrol servikal

a. Penilaian

Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)



b. Pengelolaan airway

Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi

Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid

Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal

Pasang airway definitif sesuai indikasi

Fiksasi leher




Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi
trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
b. Evaluasi
Berikut indikasi airway definitif
Kebutuhan untuk perlindungan airway
Tidak sadar(< GCS 8)
Kebutuhan untuk ventilasi
Apnea
•
Paralisis neuromuskuler
•
Tidak sadar
Fraktur maksilofasial
Usaha nafas yang tidak adekuat
•
Takipnea
•
Hipoksia
•
Hiperkarbia
•
Sianosis
Cedera kepala tertutup berat yang
membutuhkan hiperventilasi singkat,
bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Bahaya aspirasi
•
Perdarahan
•
Muntah - muntah
Bahaya sumbatan
•
Hematoma leher
•
Cedera laring, trakea
•
Stridor
Berikut Algoritme Airway
Keperluan Segera Airway Definitif
* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman B.
Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
a. Penilaian











Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line
immobilisasi
Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat
deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan
dan tanda-tanda cedera lainnya.
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral
b. Pengelolaan

Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit)

Ventilasi dengan Bag Valve Mask

Menghilangkan tension pneumothorax

Menutup open pneumothorax

Memasang pulse oxymeter




c. Evaluasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan

a. Penilaian

Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal

Mengetahui sumber perdarahan internal

Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi masif segera.
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.







Periksa tekanan darah
b. Pengelolaan

Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal

Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada
ahli bedah.




Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa.

Cegah hipotermia


Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan
darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
C. Evaluasi


D. Disability

Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS




Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
1. Exposure/Environment

Buka pakaian penderita

Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.
IV. Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
b. Airway terbuka baik dan tidak ditemukan suara tambahan seperti mengorok. Bila
diperlukan dipasang orofaringeal airway.
c. Ventilasi baik dimana oksigenasi cukup sampai ke perifer. Pantau saturasi dengan
oksimetri, gerakan dinding dada baik dan tidak terdapat tanda sianosi.
d. Resusitasi cairan dengan dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml
pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat.
e. Evaluasi resusitasi cairan
-
Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal
-
Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi
tanda-tanda syok
-
Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal,
yaitu:
1. Respon cepat




 Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
 Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah
 Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
 Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih
diperlukan
 Berikut gambaran pasien dengan respon cepat:
2. Respon Sementara


 Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
 Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
 Konsultasikan pada ahli bedah
3. Tanpa respon



 Konsultasikan pada ahli bedah
 Perlu tindakan operatif sangat segera
 Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung atau
kontusio miokard
 Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya
Berikut perkiraan kehilangan cairan berdasarkan kondisi klinis pasien:
KELAS I
Kehilangan Darah (mL) Sampai 750
Kelas II
750-1500
Kelas III
1500-2000
Kelas IV
>2000
Kehilangan Darah
15%-30%
30%-40%
>40%
(%Sampai 15%
volume darah)
Denyut Nadi
<100
>100
>120
>140
Tekanan Darah
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Tekanan nadi
Normal
(mm Hg)
Naik
Frekuensi Pernafasan
14-20
Produksi Urin
>30
atauMenurun
Menurun
Menurun
20-30
30-40
>35
20-30
5-15
Tidak berarti
(mL/jam)
CNS/ Status
Sedikit cemas Agak cemas Cemas,
Mental
Penggantian Cairan
Bingung,lesu
bingung
Kristaloid
Kristaloid
(Hukum 3:1)
(lethargic)
Kristaloid
darah
danKristaloiddan
darah
Berikut penilaian awal dan pengelolaan syok:
KONDISI
Tension
Pneumothorax
Massive hemothorax
Cardiac tamponade
PENILAIAN
(Pemeriksaan Fisik)
 Deviasi Tracheal
 Distensi vena leher
 Hipersonor
 Bising nafas (-)
 Deviasi Tracheal
 Vena leher kolaps
 Perkusi : dullness
 Bising nafas (-)
 Distensi vena leher
 Bunyi jantung jauh
 Ultrasound
Perdarahan Intraabdominal




Perdarahan Luar
 Kenali sumber perdarahan
Distensi abdomen
Uterine lift, bila hamil
DPL/ultrasonography
Pemeriksaan Vaginal
PENGELOLAAN
 Needle decompression
 Tube thoracostomy













Venous access
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Tube thoracostomy
Pericardiocentesis
Venous access
Perbaikan Volume
Pericardiotomy
Thoracotomy
Venous access
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Jauhkan uterus dari
vena cava
 Kontrol Perdarahan
 Direct pressure
 Bidai / Splints
 Luka Kulit kepala yang
berdarah : Jahit
V. Tambahan Pada Primary Survey Dan Resusitasi
1. Pasang EKG



Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai
adanya hipoksia dan hipoperfusi

Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
2. Pasang kateter uretra


Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan kateter urine

Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH,
jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian
bedah



Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine

Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan
hemodinamik penderita

Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam
pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi

3. Pasang kateter lambung


Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial yang
merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan orogastric tube.

Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena bahaya
aspirasi bila pasien muntah.

4. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium

Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,
Analisis Gas Darah (agda), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan
laboratorium darah.

5. Pemeriksaan foto rontsen


Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan mesin xray portabel.

Pemeriksaan foto rontsen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses
resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary
survey.

Pada wanita hamil, foto rontsen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.
VI. Secondary Survey
1. Anamnesis (khusus pasien trauma)
Anamnesis yang harus diingat :
S :Syndrome
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang
Identifikasi/
dinilai
Tingkat
Tentukan
- Beratnya
Penilaian
- 8, cedera kepala berat
9 -12, cedera kepala
- sedang
13-15, cedera kepala
- ringan
- "mass effect"
- Diffuse axional injury
- Perlukaan mata
- CT Scan
- Inspeksi
adanya luka
dan fraktur
- Palpasi
adanya
fraktur
Maksilofasial - Luka
jaringan - Inspeksi
lunak
Deformitas
- Fraktur
- Maloklusi
- Kerusakan
- Palpasi
:
syaraf
krepitus
- Luka
dalam
mulut/gigi
- Luka kulit kepala
- Fraktur impresi
- Fraktur basis
- CT Scan
- Fraktur tulang wajah
- Foto tulang wajah
- Cedera jaringan lunak
- CT Scan tulang
Wajah
Leher
- Deformitas faring
- Emfisema subkutan
Kesadaran
Pupil
Kepala
- Skor GCS
Penemuan Klinis
Konfirmasi
dengan
trauma kapitis
- Jenis
cedera
Kepala
- Luka
pada
mata
- Luka pada kulit
Kepala
- Fraktur
tulang
tengkorak
- Cedera
faring
- Ukuran
- Bentuk
- Reaksi
pada - Inspeksi
- Palpasi
- Ulangi
tanpa
relaksasi Otot
- CT Scan
Foto
- servikal
- Angiografi
- Fraktur servikal
- Kerusakan
- Auskultasi
vaskular
- Tembusnya platisma
Nyeri, nyeri tekan C
- spine
- Cedera
esofagus
- Gangguan
nerologis
Toraks
- Perlukaan
- Hematoma
- Murmur
- Inspeksi
Jejas, deformitas,
- gerakan
/
Doppler
- Esofagoskopi
Laringosko
- pi
Foto
- toraks
-
Abdomen/
pinggang
-
-
Pelvis
dinding toraks
-
Palpasi
-
Paradoksal
Emfisema
subkutan
Pneumo/
-
Auskultasi
-
Nyeri tekan dada, krepitus Bising nafas berkurang
Bunyi jantung jauh
-
hematotorak
-
-
Cedera
bronchus
Kontusio paru
Kerusakan
aorta torakalis
Perlukaan dd.
Abdomen
Cedera
intra- -
-
Krepitasi mediastinum
Nyeri punggung
hebat
-
USG
Esofagus
Nyeri, nyeri tekan abd.
Iritasi peritoneal
Cedera organ viseral
Cedera
retroperitoneal
-
DPL
FAST
CT Scan
Laparoto
mi
Foto
dengan
kontras
Angiogra
fi
Foto
pelvis
Urogram
Uretrogra
m
peritoneal
Cedera
retroperitoneal
-
Cedera
urinarius
-
Fraktur pelvis
-
Genito- -
-
-
Medula
spinalis
-
-
Trauma kapitis
Trauma
medulla
spinalis
Trauma
syaraf
perifer
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
-
Tentukan
arah penetrasi
-
Palpasi
simfisis pubis
-
Cedera
Genito(hematuria)
untuk
-
Fraktur pelvis
Pelebaran
Nyeri
tekan
tulang elvis
Tentukan
Instabilitas
pelvis
(hanya
satu kali)
Inspeksi
Perineum
Pem.
Rektum/vagin
a
Pemeriksaan
Motorik
Pemeriksaan
Sensorik
-
-
-
rinar
ius -
rekt
Perlukaan perineum, um, vagina
-
"mass effect" unilateral
Tetraparesis
Paraparesis
Cedera radiks syaraf
-
CT Scan
Angiogra
fi
Bronchoskopi
Tube torakostomi
Perikardio
sintesis
Trans-
Sistogram
IVP
CT Scan dengan
kontras
Foto
polos
MRI
Kolumna
vertebralis
-
-
Ekstremitas -
Fraktur
lnstabilitas
kolumna
Vertebralis
Kerusakan
syaraf
-
Fraktur
Kerusakan
sendi
-
Defisit
vascular
-
Inspeksi
Palpasi
-
-
Cedera jaringan
lunak
-
-
-
Respon
verbal
Terhadap
nyeri,
tanda
Lateralisasi
Nyeri tekan
Deformitas
neuro-
Fraktur atau dislokasi
-
-
Jejas, pembengkakan,
pucat
Mal-alignment
Nyeri, nyeri tekan,
Krepitasi
Pulsasi hilang/ berkurang
Kompartemen
-
Defisit neurologis
-
Foto
polos
CT Scan
Foto
ronsen
Doppler
Pengukur
an
tekanan
kompartemen
Angiogra
fi
VII. Tambahan Pada Secondary Survey
-
Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti
dan pastikan hemodinamik stabil
-
Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
-
Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
-
CT scan kepala, abdomen
-
USG abdomen, transoesofagus
-
Foto ekstremitas
-
Foto vertebra tambahan
-
Urografi dengan kontras
VIII. Re-Evaluasi Penderita
-
Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.
-
Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
-
Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
IX. Transfer Ke Pusat Rujukan Yang Lebih Baik
Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan SDM
maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk. Tata cara
rujuk pasien sesuai dengan panduan transfer pasien. Beberapa kondisi pasien perlu dirujuk
yaitu:
1. Pasien yang menderita HIV
2. Pasien kesehatan jiwa
3. Pasien TBC multidrug resisten (MDR)
4. Pasien yang memerlukan ruang isolasi seperti flu burung, burn centre, Corona Virus,
Tetanus
5. Pasien bedah plastik untuk kecantikan
6. Pasien hemodialisa dengan Hepatitis B
7. Pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi organ.
8. Pasien Perinatologi yang membutuhkan pelayanan PICU
BAB III
TATA LAKSANA
Unit Gawat Darurat RSU Putri Bidadari Langkat yang menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan
sebagai penilaian awal kegawat daruratan pada setiap pasien yang datang dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Petugas UGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 5 menit :
a. Petugas UGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria Glascow
Coma Score.
b. Petugas UGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut :
-
Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
-
Adanya suara tambahan.
-
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas UGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung
frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan
(henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas UGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah
(circulation) jika didapatkan :
-
Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi
jantung paru sesuai dengan prosedur.
-
Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
-
SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
e. Petugas UGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat
keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan anggota
gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka
pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar catatan
medis UGD.
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi
kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan
terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan secara
terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi
tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka
tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa /tempat observasi
sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN
A. Pencatatan Dan Pelaporan
Semua hasil pemeriksaan baik anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, triase
dan primary survey serta secondary survey hingga rujukan dicatat dalam Rekam Medis oleh
dokter dan perawat.
B. Monitoring Dan Evaluasi
Audit dilaksanakan terhadap 10 orang pasien yang datang, dilakukan triase dan skrining
kebutuhan layanan yang masuk melalui UGD setiap bulannya. Audit dilakukan oleh kepala
UGD dan dilaporkan kepada direktur medis dan keperawatan.
Download