Uploaded by User54107

PAPER EKONOMETRIKA

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara memiliki kekayaan atau sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain.
Dengan adanya perbedaan keunggulan komparatif di masing-masing negara, akan menciptakan
pertukaran komoditi antara negara satu dan negara yang lain. Terjadilah kegiatan ekspor dan impor
tiap negara. Perdagangan internasional melalui ekspor impor merupakan kegiatan yang dijalankan
eksportir maupun produsen eksportir dalam transaksi jual beli suatu komoditi dengan orang asing,
bangsa asing, dan negara asing. Kemudian penjual dan pembeli yang lazim disebut eksportir dan
importir melakukan pembayaran dengan valuta asing. Defisit neraca perdagangan ini tertolong oleh
ekspor komoditas minyak sawit Indonesia. Namun, saat ini pemulihan krisis Uni Eropa dan
Amerika Serikat menunjukkan tren perbaikan yang lamban ditambah masih adanya tren penurunan
harga komoditas di pasar internasional. Terbatasnya persediaan di suatu negara, kegiatan impor
pun digagas.
Kegiatan ekspor impor juga dapat menumbuhkan hubungan harmonis antar bangsa. Melalui
perdagangan internasional ini, banyak pihak dilibatkan dan sama-sama mendapat keuntungan, baik
keuntungan hasil jual maupun keuntungan atas pemenuhan kebutuhan. Ekspor impor juga
merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang besar pengaruhnya bagi para pebisnis.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor
menjadi andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industri
alisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam
negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi
sesuatu yang sangat lazim.
Persaingan sangat tajam antar-berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang
menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi pada
pemerintahan saat ini, yang diharapkan dapat mencapai 5,4% pada tahun 2017, maka kajian tentang
ekspor menarik untuk diteliti, dimana ekspor merupakan salah satu faktor yang mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Disamping itu, dalam pengamatan empiris, perilaku ekspor
Indonesia dipengaruhi oleh faktor kurs. Dari uraian tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan,
1
untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap ekspor dan dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
I.II Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut tentang “Pengaruh Kurs dan Inflasi terhadap Net Ekspor di
Indonesia Tahun 2005-2015”, beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Net Ekspor di Indonesia tahun 2005 sampai dengan
tahun 2015?
2. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap Net Ekspor di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun
2015?
I.III. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh nilai tukar (Rupiah/USD) terhadap volume ekspor
Indonesia.
2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh perubahan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
3. Untuk menganalisis besarnya perubahan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh langsung (direct effect) dan tidak langsung (indirect effect)
perubahan nilai tukar dan perubahan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
I.IV. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah
tersedia dan telah diproses oleh pihak – pihak lain sebagai hasil atas penelitian yang telah
dilaksanakannya. Sumber data tersebut didapat dari BPS dan BI
I.V. Metode dan Teknik Data
Analisis yang dilakukan dalam makalah ini dengan metode analisis deskriptif. Deskripsi
yang dilakukan atas data yang disajikan adalah hubungan antara Kurs dan inflasi terhadap Net
Ekspor.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi pada suatu perekonomian negara. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dornbusch et al., (2008:39) yang menyatakan bahwa “Inflation is the rate of change in prices,
and the price level is the cumulation of past inflations”. Tingkat inflasi yang terjadi pada suatu negara
diukur berdasarkan indikator tertentu. Indikator yang paling banyak digunakan adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) “CPI merupakan indeks harga dari barang-barang yang
selalu digunakan para konsumen” (Sukirno, 2012:19). Tingkat inflasi ditentukan dengan cara
membandingkan CPI yang terjadi pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. inflasi dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas atau uang atau alat tukar) dan yang kedua adalah
desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
eksekutor
yang
dalam
hal
ini
dipegang
oleh
Pemerintah
(Government)
seperti
fiskal
(perpajakan/pungutan/in;sentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi ada 3 faktor, yaitu:
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlansung terus-menerus
1. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi
sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%. Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi,
meliputi:

Inflasi Ringan (Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
3

Inflasi Sedang adalah Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun

Inflasi Berat adalah Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun

Hiper Inflasi adalah Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini
pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.
2. Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat
dibedakan
kedalam :

Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang masih percaya
dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih berharga.

Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu,
daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.

Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan harga-harga yang
sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam
jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata
uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah
melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya
inflasi:

Demand Pull Inflation adalah Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk
menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.

Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation adalah Inflasi yang diakibatkan oleh
peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya
yang kurang efektif.Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak
hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga
dipengaruhi oleh :

Domestic Inflation adalah Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan
harga barang secara umum di dalam negeri.

Imported Inflation adalah Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan
harga-harga barang.
4
4. Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Moneter, adalah Kebijakan ini ditempuh dengan jalan mengatur peredaran uang yang
beredar. Bank sentral yang memegang otoritas pengaturan uang beredar bisa mengatur uang giral yang
beredar di masyarakat dengan menggunakan instrumen berupa operasi pasar terbuka (Open Market
Operation), penetapan tingkat diskonto (Discount Rate Policy), serta penetapan rasio wajib minimum
(Reserve requirement). Discout rate policy merupakan kebijakan bank sentral dalam menetapkan
tingkat bunga sebagai pinjaman kepada bank umum. Sedangkan yang dimakusd dengan Reserve
Requirement merupakan proporsi cadangan minimum yang harus dipegang bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Kebijakan ini meliputi:
a) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga
bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
b) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI.
c) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang.
d) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit.
e) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi.
1. Kebijakan Fiskal, Kebijakan ini ditempuh dengan cara mengatur pengeluaran pemerintah dan
perpajakan. Kedua hal ini secara langsung bisa mempengaruhi permintaan total dan bisa berakibat
terhadap perubahan harga yang bisa menimbulkan munculnya inflasi. Kebijakan ini dapat
dilakukan dengan cara:
a) Menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada
pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar.
b) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
c) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai
negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
2. Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
5
a. Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk
lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan
menjadi turun.
b. Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta
kenaikan upah disaat sedang inflasi.
c. Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum
bagi barang - barang tertentu.
II.II Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari mata uang asing yang harus dibayarkan dengan sejumlah nilai
mata uang tertentu. Sejumlah nilai mata uang tertentu ini diperlukan agar mata uang tersebut dapat
digunakan dalam kegiatan ekonomi. Anindita dan Reed (2008:103) menjelaskan bahwa “nilai tukar
mata uang suatu negara harus ditentukan dalam sistem perekonomian”. Nilai tukar terbagi menjadi
dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Tiap negara memiliki system penentuan nilai tukar
yang berbeda sesuai dengan kebijakan bank sentral dan kondisi perekonomiannya. “There are
several types of exchange rates system, fixed exchange rate system, flexible floating exchange rate
system, and undermanaged floating” (Dornbusch et al., 2008:283). Indonesia menggunakan sistem
nilai tukar mengambang terkendali (undermanaged floating) Sistem nilai tukar mengambang
terkendali membutuhkan intervensi langsung dari pemerintah dalam pelaksananya, sehingga nilai
tukar tidak ditentukan secara bebas sepenuhnya berdasarkan permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar.
Sistem nilai kurs yang dikenal ada 3 yaitu sistem tetap,sistem kurs bebas dan kurs
mengambang. Didalam sistem kurs tetep pemerintah berusaha mempengaruhi pasar uang sehingga
nilai kurs mata uang dalam negri tetap seperti sebelumnya.sistem kurs bebas merupakan keblikan
dari sistem kurs mengambang merupakan gabungan dari kedua sistem dimana nilai kurs diserahkan
pada kekuatan pemerintah dan penawaran dengan kontrol pemerintah pada batas-batas tertentu
yang telah ditetapkan . Terdapat sistem kurs utama yang berlaku menurut triyono (2008), yakni:

Sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur
tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur
tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange
rate).
6

Sistem kurs tertambat merangkat, di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata
uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak kearah suatu nilai tertentu dalam rentang
waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian
kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan sistem kurs terambat.

Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang
suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang
yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai
perdagangan negara tertentu.

Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak
terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang sangat rentan terhadap gangguan eksternal, misalnya
memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal, seperti
sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko
tinggi.
II.III Ekspor
Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual secara bebas
di luar negeri” (Mankiw, 2012:230). Negara yang telah menerapkan sistem perekonomian terbuka
akan berinteraksi secara bebas dengan perekonomian lain di seluruh dunia.
Salah satu kegiatan interaksi perekonomian secara internasional adalah dengan melakukan
ekspor barang dan jasa. Ekspor pada suatu negara dapat dipengaruhi oleh beragam faktor, baik itu
merupakan faktor dari dalam negeri maupun luar negeri. Sukirno (2012:205) dan Mankiw
(2012:377) menjelaskan bahwa ekspor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kemampuan
suatu negara dalam memproduksi barang diekspor, dalam hal ini adalah mutu dan harga barang
diekspor, cita rasa penduduk luar negeri, nilai tukar, pendapatan masyarakat, biaya transportasi
barang, dan kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan internasional.
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang
bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan
perwakilan penjualan perusahaan Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol
terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam
skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme.
7
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir negara
asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export
management companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies). Kelebihannya,
sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung.
Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain
kurang. Umumnya, industri jasa menggunakan ekspor langsung sedangkan industri manufaktur
menggunakan keduanya. Tahap-tahap, yaitu:
1. Dalam perencanaan ekspor perlu dilakukan berbagai persiapan, berikut ini 4 langkah
persiapannya Identifikasi pasar yang potensial
2. Penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan kemampuan, SWOT analisis
3. Melakukan Pertemuan, dengan eksportir, agen, dll
4. Alokasi sumber daya.
Net Ekspor

Dalam N. Gregory mankiw (2006:27) ekspor neto (net export) adalah nilai barang dan jasa
yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang di impor dari negara lain.
Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan negatif ketika
nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan pengeluaran neto
dari luar negeri atas barang dan jasa kita, yang memberikan pendapatan bagi produsen
domestik.

Dalam Paul A. Samuelson (1992:83) Ekspor neto adalah selisih antara nilai ekspor dan
impor suatu negara biasa disebut ekspor bersih.
Dalam Paul A. Samuelson (1992:111) menyatakan bahwa Amerika serikat dan Indonesia
adalah negara dengan perekonomian terbuka, yang bergerak dalam ekspor dan impor barang
serta jasa. Komponen terakhir GNP ini yang semakin lama semakin penting pada tahuntahun belakangan ini adalah ekspor neto yaitu selisih antara ekspor dan impor barang serta
jasa.

Menurut N. Gregory mankiw (2000;12) ekspor neto adalah pembelian pihak asing atas
berbagai barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri (ekspor) dikurangi oleh pembelian
penduduk setempat atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri (impor).
Setiap transaksi penjualan produk domestik kepada pihak asing, misalnya penjualan
pesawat terbang buatan boeing kepada british airways, meningkatkan ekspor neto.
8
Karena pengeluaran untuk impor dimasukkan dalam pengeluaran domestik (C + I + G), dan
karena barang dan jasa yang di impor dari luar negeri bukanlah bagian dari output suatu
negara, maka persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Dengan
mendefinisikan ekspor neto (net exports) sebagai ekspor dikurang impor. (NX = EX – IM)
identitas tersebut menjadi
Y = C + I + G + NX
Ekspor neto = output – Pengeluaran Domestik

Menurut William A. McEachern (2000;148) ekspor neto adalah sama demgan nilaiekspor
barang dan jasa di kurangi impor barang dan jasa amerika.
II.IV Inflasi dan Ekspor
Inflasi dapat memberikan pengaruh yang negatif ataupun positif terhadap ekspor. Pengaruh
negatif dari inflasi yaitu ketika terjadi inflasi, maka harga komoditi akan meningkat. Peningkatan
harga komoditi disebabkan produksi untuk menghasilkan komoditi menghabiskan banyak biaya.
Harga komoditi yang mahal akan membuat komoditi tersebut tidak bersaing di pasar global. Ball
(2005:281) menyatakan bahwa ketika tingkat inflasi tinggi akan mengakibatkan harga barang dan
jasa yang dihasilkan atau ditawarkan oleh suatu negara akan meningkat sehingga barang dan jasa
tersebut menjadi kurang kompetitif dan ekspor akan turun. Selain memiliki pengaruh negatif, inflasi
juga dapat berpengaruh positif terhadap ekspor. Pengaruh positif dari inflasi yaitu ekspor suatu
negara dapat meningkat karena modal dari hutang atau pinjaman untuk menghasilkan barang dan
jasa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ball (2005:280-281), yaitu ketika inflasi tinggi
maka akan mendorong dilakukannya pinjaman, pinjaman tersebut akan dibayarkan kembali dengan
uang yang lebih rendah nilainya.
II.V Nilai Tukar dan Ekspor
Nilai tukar dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap ekspor. Pengaruh positif terjadi
ketika penguatan nilai tukar dapat mempengaruhi ekspor sehingga ekspor dapat bertambah. Nilai
tukar dapat mempengaruhi harga suatu barang yang diekspor, sehingga ketika nilai tukar rupiah
terhadap dollar menguat, maka harga barang ekspor akan naik. Mankiw (2012:67) menjelaskan
bahwa ketika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan ketika
9
harga turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik. Pengaruh negatif dari nilai tukar terjadi
ketika nilai tukar mengalami pelemahan, maka ekspor naik atau bertambah. Sukirno(2012:408)
menjelaskan bahwa ketika nilai rupiah turun atau terjadi devaluasi mata uang, maka ekspor akan
bertambah,karena di pasaran luar negeri, ekspor negara menjadi lebih murah.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
III.I. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder dan sumber data ini
di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data-data yang digunakan dalam model adalah data
tahunan dari tahun 2005 – 2015 Variabel teliti meliputi net ekspor, inflasi, dan kurs.
III.II. Metode Analisis Data
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif Uji
Ordinary Least Square (OLS). Andaikan sebuah model memiliki persamaan seperti di bawah ini:
Dimana
Y = Total Ekspor Indonesia Periode 2005-2015
X1 = Nilai Inflasi Periode 2005-2015
X2 = Kurs(Rp/U$) Peride 2005-2015
Sebelum model diatas dapat diestimasi dengan menggunakan metode OLS untuk
mendapatkan nilai-nilai koefisien yang menjelaskan hubungan antar variabel, data yang digunakan
harus terlebih dahulu diuji apakah data tersebut melanggar asumsi-asumsi dasar seperti
multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Apabila menggunakan OLS multiregression
atau regresi berganda dalam analisis data, maka ada asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Komponen error sama dengan nol
2. Komponen error memiliki varians yang konstan untuk semua observasi, atau
memenuhi homoskedastisitas
3. Variabel bebeas X2, X3,...,Xk adalah non stokastik
4. Tidak ada hubungan linier di antara variabel bebasnya
5. Tidak ada korelasi komponen error antar waktu, jadi komponen error pada waktu
tertentu tidak berhubungan dengan komponen error pada waktu lainnya
11
6. Antara komponen error dengan variabel bebas tidak ada hubungan linier
Dalam Ordinary Least Square (OLS) terdapat asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi.
Asumsi klasik tersebut adalah normalitas, non autokorelasi, homoskedastisitas dan non
multikolinieritas. Jika semua asumsi tersebut terpenuhi maka metode OLS dapat digunakan, dimana
intersep dan slope yang konstan.
III.III. Analisis Regresi
Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari satu variabel tidak bebas (dependent variable)
terhadap satu atau lebih variabel bebas (independent variable/Explaining variable/variabel yang
menerangkan) dengan tujuan untuk memperkirakan atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tidak
bebas apabila nilai variabel bebasnya sudah diketahui.

Hubungan Dalam Regresi, yaitu:
 Hubungan Deterministik (hubungan non-statistik), yaitu hubungan yang tidak ada kaitannya
dengan variabel gangguan random. Hubungan ini tidak akan terjadi jika kondisi ceteris paribus
ditiadakan.
 Hubungan stokastik, yaitu hubungan yang sifatnya random (stokastik), karena ada pengaruh
variabel yang tidak dimasukkan dalam model matematika dan kesalahan pengukuran yang sifatnya
mengganggu, µ (error term).
𝑄=𝑎+𝑏𝑃+𝜇, dimana µ = error (random disturbance)

Macam Regresi Dilihat Dari Data Yang Diambil:
 Population regression function (PRF)
Menunjukkan hubungan antara nilai rata-rata dari dependent variable (Y) dengan nilai rata-rata
dari independent variable dari data populasi.
 Sample regression funtion (SRF)
Karena sulit mendapatkan data populasi maka digunakan data sampel.

Model Analisis Regresi, yaitu:
1) Analisis Regresi Sederhana
12
Hubungan atau korelasi antara dua variabel (antara X dan Y) dengan menggunakan persamaan
garis linear sederhana untuk meramalkan nilai variabel tidak bebas jika nilai variabel bebas sudah
diketahui.
2) Model Analisis Regresi Berganda
Apabila dalam persamaan regresi tercakup lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas),
maka regresi ini disebut regresi linear (multiple linear regression). Dalam regresi linear berganda
variabel tak bebas Y, tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (independent variabel).
III.IV. Uji T-Statistik
Uji t dibangun oleh William S. Goossett dari Irlandia yang dipublikasikan pada tahun 1982.
Distribusi ini berasal dari kekhawatirannya terhadap penggunaan s sebagai penduga  akan menimbulkan
ketidakcocokan ketika dihitung dengan sampel yang sangat kecil. Bentuk distribusi t lebih menyebar
daripada distribusi Z sebagaimana
Distribusi T dan Distribusi Z
Distribusi Z
Distribusi t
0
Sebagaimana distribusi Z yang didasarkan ada asumsi bahwa populasi terdistribusi secara normal,
distribusi t juga didasarkan pada asumsi bahwa populasi terdistribusi secara normal, dimana distribusi t
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan distribusi kontinyu dan berbentuk lonceng simetris
2. Tidak ada satu distribusi t tetapi merupakan keluarga distribusi t, dan semua distribusi t mempunyai
rata-rata null, akan tetapi deviasi standar akan berbeda sesuai dengan ukuran sampel.
3. Distribusi t lebih menyebar dan lebih mendatar daripada distribusi normal standar. Semakin besar
ukuran sampel, distribusi t akan semakin mendekati distribusi normal.
Karena distribusi t lebih menyebar daripada distribusi Z maka titik kritis distribusi t juga semakin
besar. Sebagai contoh perbandingan adalah distribusi Z dengan level signifikansi 95% dan distribusi t pada
13
jumlah sampel 8 dengan level signifikansi 95% yang digambarkan pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16.
sebagaimana pada Gambar 8.2 titik kritis distribusi Z adalah 1,65 sedangkan distribusi t adalah 1,95.
Titik Kritis Distribusi Z
-1,65
1,65
Titik Kritis Distribusi t
1,95
Apabila kita lihat pada tabel distribusi Z dengan level signifikansi 95% bila jumlah n tidak terbatas maka
titik kritis distribusi t melewati titik kritis distribusi Z yaitu 1,65.
III.V.
Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : bi ≠ 𝑏2 0…………………………………bk = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : bi = 0…………………………………i = 1 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika Fhitung > F-tabel maka Ho ditolak. Yang berarti variable independen secara bersama-sama
mempengaruhi variable dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
𝑅2/(𝑘−1)
F- Hitung = (1−𝑅2)/(𝑛−𝑘)
Dimana :
14
R² = Koefisien Determinasi
K = Jumlah variable independen
n = Jumlah sample
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho : β₁ = β₂ = β₃ = 0
Ho diterima (F hitung < F table) artinya variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : β₁ ≠ β₂ ≠ β₃ ≠ 0
Ha diterima (F hitung > F table) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen.
III.VI.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi
linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak
berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau
regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi
linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji
autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan
untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan
market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dapat
dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji
mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai
contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi
persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan,
dilakukan pengujian pada uji yang lain.
15
1. Uji Normalitas
Salah satu asukmsi dalam penerapan OLS (Ordinary Least Square) dalam regresi linier
klasik adalah distribusi probabilitas dari ganggu Ut memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan
nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan. Untuk menguji apakah distribusi data
normal dilakukan dengan Uji Jarque Bera atau J-B Test. Jika nilai J – B hitung > J – B tabel, atau
bisa dilihati dari nilai probability Obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Maka
hipotesis yang menyatakan bahwa residual Ut terdistribusi normal ditolak dan sebaliknya.
2.
Uji Multikolinearitas
Merupakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabelvariabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi,
kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya
adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi, kepemimpinan dan
kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada korelasi yang tinggi antara motivasi dengan
kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat
atau bentuk first difference delta.
Cara mendeteksi adanya Multikolinearitas, yaitu:
1. R2 cukup tinggi (0,7 – 1,0) tetapi uji-tnya untuk masing-masing koefisien regresinya
menunjukkan tidak signifikan.
16
2. Tingginya nilai R2 merupakan syarat yang cukup (sufficient) akan tetapi bukan merupakan
syarat yang penting untuk terjadinya multikorelineartitas, sebab pada R2 yang rendah (<5%)
bisa juga terjadi multikolinearitas.
3. Meregresikan variabel independent X dengan variabel independent variabel-variabel lain,
kemudian dihitung R2-nya yaitu dengan uji F (uji signifikansi). Jika F* adalah F hitung maka:
Jika F* > F tabel, artinya Ho ditolak; Ha diterima, ada multikolinearitas
Jika F* < F tabel, artinya Ho diterima; Ha diterima, tidak ada multikolinearitas
4. Menggunakan Matriks Korelasi (Correlation Matrix)
Cara menanggulangi multikolinearitas :
1. Menambah jumlah data / observasi
Misalkan : Y = b1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Dimana : Y = konsumsi
X2 = pendapatan
X3 = harga barang itu sendiri
Pendapatan dan harga barang itu sendiri merupakan dua variabel yang saling mempengaruhi
sehingga mengakibatkan terjadinya Multikolinearitas. Penambahan data baru dapat
menghilangkan Multikolinearitas yang tidak begitu serius.
2. Salah satu cara utnuk menghilangkan multikolinearitas adalah menghilangkan satu atau lebih
variabel bebas yang mempunyai kolinearitas tinggi, yang setelah itu diuji dengan
menggunakan Uji Wald.
3. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu penting dalam regresi linier klasik adalah bahwa gangguang yang muncul dalam regresi
populasi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan memiliki varians yang sama atau varian
setiap gangguang yang dibatasi untuk nilai tertentu mengenai pada variabel-variabel independen
berbentuk nilai konstan yang sama dengan. Dan jika suatu populasi yang dianalisis memiliki gangguan
yang variansnya tidak sama maka mengindikasikan terjadinya kasus heteroskedastisitas.
17
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1. Error Learning Model
Sebagaimana adanya proses perbaikan yang dilakukan unit-unit ekonomi, maka perilaku kesalahan
menjadi lebih kecil dengan bertambahnya waktu.
2. Perbaikan Dalam Pengumpulan Data
Jadi sebuah bank yang mempunyai peralatan pemrosesan data yang canggih cenderung melakukan
kesalahan yang lebih sedikit pada laporan bulanan atau kuartalan dibandingkan bank tanpa fasilitas
tersebut.
3. Kesalahan spesifikasi model
Salah satu asumsi dalam analisis regresi adalah model dispesifikasi secara benar. Jika satu variabel
yang semestinya harus dimasukkan, tetapi karena suatu hal variabel tersebut tidak dimasukkan, hal itu
18
akan menyebabkan residual dari regresi akan memberikan hasil yang berbeda dengan benar dan varians
dari kesalahan tidak konstan.
Cara mendeteksi adanya Heteroskedastisitas, yaitu:
1) Menggunakan Uji Park
jika ada heteroskedasitas dalam data maka hipotesis pengujian heteroskedasitas ialah:
H0 : Tidak ada heteroskedastisitas
Ha : Ada heteroskedastisitas
2) Menggunakan Uji GOLDFELD-QUANT TEST
F hitung > F tabel, maka ada heteroskedasitas
F hitung < F tabel, maka tidak ada heteroskedasitas
Uji Goldfeld-Quant ini sangat tepat untuk sampel besar ( n > 30). Seandainya tidak ada data
yang dibuang (d = 0) tes masih berlaku tetapi kemampuan untuk mendeteksi adanya
heteroskedasitas agak berkurang.
3) Menggunakan Uji White
Kriteria uji White adalah jika :
Prob Obs* R square < 0.05, maka ada heteroskedasitas
Prob Obs* R square > 0.05, maka tidak ada heteroskedastisitas
Cara menanggulangi Heteroskedastisitas, ialah:
1) Transformasi Logaritma Natural
Transformasi dalam bentuk logaritma akan memperkecil skala dari observasi dan
kemungkinan besar varians juga akan semakin mengecil dan ada kemungkinan
homoskedastisitas terpenuhi.
2) Transformasi Dengan Membagi Persamaan Dengan Variabel Bebas
Jika model regresi yang telah diuji terdapat heteroskedastisitas maka salah satu
penanggulangannya dapat dilakukan dengan membagi persamaan regresi tersebut dengan
variabel bebas (independen) yang mengandung heteroskedastisitas. Variabel bebas
19
(independen) yang mengandung heteroskedastisitas tersebut diperoleh dari pengujian
White-Test.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan
periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi
dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan
terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Pengaruh adanya Autokorelasi, yaitu Dengan adanya autokorelasi dengan dugaan parameter
OLS masih “UNBIASED” Dan “CONSISTENT” tetapi standar error dari dugaan parameter regresi
adalah bias, sehingga mengakibatkan uji statistik menjadi tidak tepat dan interval kepercayaan menjadi
bias (biased confidence intervals).
Cara mendeteksi adanya Autokorelasi, yaitu:
1) Uji Durbin – Watson
2) Uji Langrange Multiplier (LM TEST)
 Jika R2 (T-1) > X2 atau probabilitas R2 (T-1) < 0.05, maka ada autokorelasi
 Jika R2 (T-1) < X2 atau probabilitas R2 (T-1) > 0.05, maka tidak ada autokorelasi
Cara menanggulangi Autokorelasi, yaitu:
1) Dengan menggunakan “COCHRANE – ORCUTT PROCEDURE”
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teori ekonomi yang mendasari penelitian ini adalah :
Net Ekspor= f(inf, kurs), artinya, Net Ekspor dipengaruhi oleh Inflasi, Kurs.
α = 0.05%
1) Uji Regresi Awal

Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: NETEKSPOR
Method: Least Squares
Date: 06/30/18 Time: 11:49
Sample: 2005 2015
Included observations: 11
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
INFLASI
KURS
89369.25
669.7911
-7.435924
27076.83
1164.466
2.895492
3.300580
0.575192
-2.568104
0.0108
0.5810
0.0332
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.480791
0.350988
12978.38
1.35E+09
-118.0383
3.704021
0.072673
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
16611.55
16109.95
22.00696
22.11547
21.93855
1.314476
Interpretasi:
Estimation Command:
=========================
LS NETEKSPOR C INFLASI KURS
Estimation Equation:
21
=========================
NETEKSPOR = C(1) + C(2)*INFLASI + C(3)*KURS
Substituted Coefficients:
=========================
NETEKSPOR = 89369.2536228 + 669.79114846*INFLASI - 7.43592367564*KURS
Hipotesa
H0 = bahwa Kurs dan Inflasi TIDAK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Net Ekspor
Ha = bahwa Kurs dan Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Net Ekspor
 INFLASI nilai sebesar 0.5810 > 0.05, maka INFLASI tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap NET EKSPOR
 KURS nilai sebesar 0.0332 < 0.05, maka KURS memiliki pengaruh signifikan terhadap NET
EKSPOR
 Uji signifikansi dengan menggunakan Uji-F dengan 0.05%. Maka tidak terdapat satu variabel
Kurs dan Inflasi memiliki pengaruh terhadap Net Ekspor.
 Dilihat dari hasil regresi, nilai dari R-SQUARED sebesar 0.350988. menandakan bahwa variabel
independen yaitu variabel inflasi dapat menjelaskan variabel Net Ekspor sebesar 35,09% sisanya
sebesar 64,91% dijelaskan oleh variabel lain.
Dengan persamaan:
NETEKSPOR = 89369.2536228 + 669.79114846*INFLASI - 7.43592367564*KURS
2) Uji Asumsi Klasik

Normalitas
22
4
Series: Residuals
Sample 2005 2015
Observations 11
3
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
1.16e-12
-2329.280
14684.36
-26540.96
11608.21
-0.856277
3.524678
Jarque-Bera
Probability
1.470391
0.479412
1
0
-30000
-20000
-10000
0
23
10000
Interpretasi
Hipotesa:
• Ho = data distribusi normal
• Ha = data tidak distribusi normal
Syarat:
• If Prob. JB-Stat < 0,05 → Ho ditolak, Ha diterima
• If Prob. JB-Stat > 0,05 → Ho diterima, Ha ditolak
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak.
0.479412 > 0,05 → Ho diterima, Ha ditolak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Jarque – Bera adalah sebesar 1.470391 dengan
signifikansi sebesar 0.479412 ; nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi ini mempunyai residual yang terdistribusi normal. Dengan
demikian asumsi normalitas data terpenuhi.

Multikoliniearitas
INFLASI
KURS
INFLASI
1
0.5231723090326294
KURS
0.5231723090326294
1
Interpretasi:
Dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel bebas.
Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas
atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di dalam sebuah model regresi.
Hasil dari analisis matriks korelasi bahwa data dari variable INFLASI dan KURS memiliki
korelasi yang signifikan. Dari tabel dibawah menunjukan bahwa nilai korelasi antara variable
INFLASI dan KURS adalah sebesar 0.523172. Sehingga, INFLASI dan KURS tidak memiliki
multikolinearitas yang kuat.

Heteroskedastisitas
24
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
8.263666
9.812565
6.551688
Prob. F(5,5)
Prob. Chi-Square(5)
Prob. Chi-Square(5)
0.0184
0.0807
0.2562
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/30/18 Time: 12:47
Sample: 2005 2015
Included observations: 11
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KURS^2
KURS*INFLASI
KURS
INFLASI^2
INFLASI
-2.60E+09
6.972151
-62286.82
255850.0
20067144
3.90E+08
5.28E+09
60.57644
31156.67
1104465.
9100564.
1.83E+08
-0.492560
0.115097
-1.999149
0.231651
2.205044
2.133144
0.6432
0.9128
0.1021
0.8260
0.0786
0.0861
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.892051
0.784103
94855187
4.50E+16
-213.3183
8.263666
0.018445
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.23E+08
2.04E+08
39.87605
40.09309
39.73924
2.342274
Interpretasi:
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Heteroskedastisitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan model regresi linier sederhana tidak efisien dan akurat, juga mengakibatkan
penggunaan metode kemungkinan maksimum dalam mengestimasi parameter (koefisien)
regresi akan terganggu.
Prob Obs* R square = 0.0807
Prob Obs* R square > 0.05,maka TIDAK ada heteroskedastisitas
Hasil dari uji heteroskedastisitas melalui Uji White, yaitu bila dilihat dari hasil Obs*R-squared
sebesar 0.0807 dengan probabilita sebesar > 0.05 yang artinya dari data tersebut tidak terdapat
heteroskedastisitas atau tidak terdapat ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi linier.
25

Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.881466
1.230244
Prob. F(1,7)
Prob. Chi-Square(1)
0.3791
0.2674
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 06/30/18 Time: 12:51
Sample: 2005 2015
Included observations: 11
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KURS
INFLASI
RESID(-1)
-14022.60
1.630904
-367.3869
0.404111
31100.75
3.395216
1236.728
0.430425
-0.450877
0.480353
-0.297064
0.938864
0.6657
0.6456
0.7750
0.3791
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.111840
-0.268799
13075.61
1.20E+09
-117.3859
0.293822
0.828887
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-1.32E-12
11608.21
22.07017
22.21486
21.97897
1.991733
Interpretasi:
Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui adakah
korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Oleh karena itu,
apabila asumsi autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka nilai disturbance tidak
lagi berpasangan secara bebas, melainkan berpasangan secara autokorelasi.
Lihat hasil print-outnya, dimana :
 Jika R2 (T-1) > X2 atau probabilitas R2 (T-1) < 0.05, maka ada autokorelasi
 Jika R2 (T-1) < X2 atau probabilitas R2 (T-1) > 0.05, maka tidak ada autokorelasi
Hasil dari uji autokolerasi melalui uji LM Test dilihat dari hasil diatas menunjukan bahwa nilai
dari Obs*R-squared sebesar 0.2674 dengan probabilitas > 0.05 maka tidak terdapat
autokorelasi pada data tersebut.
Pengujian Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi
26
Dari hasil regresi yang telah dilakukan terlihat nilai R-squared sebesar 0.350988. hal ini
menunjukkan bahwa sebesar 35 persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Sedangkan 65 persen lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel
lain diluar model. Dari nilai R-squared terlihat bahwa ada hubungan yang kuat antara
variabel independen dan variabel dependen dalam model. Artinya model dalam
penelitian ini dapat digunakan.
2) Uji Pengaruh Simultan
Berdasarkan hasil Uji F yang dilakukan dalam model terlihat bahwa nilai F statistik
sebesar 0.072673. nilai F statistik tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa inflasi dan kurs tidak mempengaruhi Net Ekspor.
3) Uji signifikan parameter individual
Uji t yang diperoleh berdasarkan hasil output regresi menggunakan eviews nilai
probabilitasnya sebesar 0,0000 untuk koefisien yang artinya signifikan . Karena
nilainya kurang dari alpha 0,05 begitu pula untuk variabel KURS sebesar 0,033, sisanya
INFLASI sebesar 0.5810 yang artinya tidak signifikan terhadap variable Net Ekspor.
27
BAB V
PENUTUP
1) Nilai dari variable INFLASI sebesar 669.7911 menunjukan bahwa apabila terjadi
peningkatan INFLASI sebesar 1 satuan, maka nilai INFLASI akan mengalami
peningkatan sebesar 669.7911 satuan, yang artinya variable INFLASI memiliki
hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan variable Net Ekspor.
2) Nilai dari variable KURS sebesar -7.435924 menunjukan bahwa apabila terjadi
penurunan KURS sebesar 1 satuan, maka KURS akan mengalami penurunan sebesar 7.435924 satuan, yang artinya variable KURS memiliki hubungan yang negative dan
signifikan dengan variable Net Ekspor.
28
DAFTAR PUSTAKA
Data Inflasi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/901 . Diakses pada 30 Juni 2018.
Data Net Ekspor. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1002/nilai-ekspor-dan-impor-juta-us---1975-2016.html . Diakses pada 30 Juni 2018.
Data Kurs. https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/29%2000:00:00/952/kurs-tengahbeberapa-mata-uang-asing-terhadap-rupiah-di-bank-indonesia-dan-harga-emas-di-jakartarupiah-2000-2017.html . Diakses pada 30 Juni 2018.
Gujarati, D. 2005. Ekonomi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, D. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga
29
Download