LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,. Disusun oleh: Nama : Derris Maulidah Fajriyah NIM : T20178006 Kelas : Biologi 1 Kelompok : 2 (Dua) PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER APRIL 2020 PRAKTIKUM I PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Pengenalan Alat dan Penggunannya” yaitu untuk mengetahui dan mengenal cara penggunaan alat. B. Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya autoklaf, timbangan analitik, cawan petri, pipet ukur, ose, jarum penanam, pinset, kompor elektrik, inkubator, dan penjepit kayu. C. Metode Disiapkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi Diamati setiap alat yang digunakan selama praktikum mikrobiologi Dijelaskan prinsip kerja, cara penggunaan dan fungsinya Dituliskan dalam buku catatan D. Hasil Pengamatan No. 1. Nama Alat Autoklaf Prinsip Kerja Cara Penggunaan Fungsi Mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi panas disalurkan ke air, air menjadi mendidih dan menghasilkan uap, uap air Mengisi autoklaf dengan air hingga batas yang telah ditentukan. Masukkan bahan (medium) dan alat yang Untuk sterilisasi alat yang akan digunakan dalam berkumpul dan meningkatkan tekanan. Udara terdorong keluar dan suhu terus meningkat dan dikontrol sesuai kebutuhan. Panas dari uap air yang mendidih dan tekanan tinggi akan dikontrol pada rentan waktu tertentu sehingga bisa membunuh mikroba pada suhu 100-134ºC. akan disterilkan. Tutup praktikum. autoklaf dengan rapat, klep dibiarkan terbuka. Lalu autoklaf dinyalakan. Setelah mendidih klep ditutup. 2. Neraca Analitik Dengan memanfaatkan sumber tegangan listrik stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan. Setelah itu, benda yang akan ditimbang diletakkan pada neraca dan melihat angka yang tertera pada layar. Angka tersebut merupakan berat benda. Pastikan timbangan dalam kondisi setimbang, dan menunjukkan angka nol. Lalu menyalakan timbangan digital dengan menekan tombol ON di bagian depan timbangan. Ambil bahan yang akan ditimbang, dan letakkan di atas wadah. Setelah itu, catat bobot benda yang ditimbang. Untuk mengukur bahan yang akan digunakan dalam praktikum. 3. Cawan Petri Terbuat dari bahan gelas atau kaca agar tahan terhadap panas. Untuk kegiatan mikrobiologi, cawan petri harus disterilisasi terlebih dahulu. Medium di tuangkan pada bagian bawah baru kemudian ditutup dengan bagian atas yang memiliki diameter lebih besar. Medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan penutup cawan. Sebagai tempat medium untuk biakkan mikroorganisme . 4. Pipet Ukur Pipet ukur hanya digunakan bila dipasangkan dengan filler untuk menyedot dan memindahkan larutan sesuai dengan volume. Menekan bagian ujung atas sampai larutan naik hingga volume yang diinginkan. Kemudian melepaskan bagian ujung atas yang ditekan hingga Digunakan untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu. larutan keluar. 5. OSE Bagian pegangan terbuat dari kaca, bagian lainnya terbuat dari kawat. Untuk memindahkan, inokuler OSE harus dipanaskan terlebih dahulu menggunakan bunsen sehingga kawat membara. OSE dipanaskan diatas bunsen hingga berpijar. Lalu ambil mikroba yang diinginkan, kemudian di taruh di media yang sudah disiapkan. Selanjutnya, OSE dipanaskan kembali. Untuk memindahkan inokulum dari satu meida ke media lain. 6. Inkubator Suhu ruangan incubator diatur secara otomatis sesuai keinginan. Untuk menyimpan medium, incubator diatur dengan suhu 0ºC. Diatur suhu yang diinginkan, lalu dimasukkan media yang sudah diberi mikroba / medium saja. Kemudian ditutup. Untuk menginkubasi biakkan organisme dan digunakan untuk menyimpan media yang belum di tanami mikroba. 7. Jarum Penanam Bagian pegangan terbuat dari kaca. Bagian lainnya terbuat dari kawat. Untuk memindahkan mikroorganisme, harus dipanaskan terlebih dahulu menggunakan bunsen sehingga kawat membara. Jarum penanam dipanaskan diatas bunsen hingga berpijar. Lalu diambil mikroba yang diinginkan. Kemudian diletakkan di media yang sudah disiapkan. Setelah itu, jarum penanam dipanaskan kembali. Untuk memindahkan mikroba dari satu media ke media lain. 8. Penjepit Kayu Berdasarkan pada pegas yang Menekan pada penekan mampu menjepit tabung reaksi. penjepit yang berada di samping pegas. Kemudian jepitkan pada tabung reaksi. Untuk menjepit tabung reaksi dan memindahkan tabung reaksi 9. Kompor Listrik Pengadukan dan pemanasan Colokkan kabel pada dari energi listrik dan dapat listrik. Tekan tombol ON diatur. pada bagian depan kompor. Lalu letakkan Untuk menghomogenk an suatu larutan dengan beaker glass kompor. 10. Pinset ke atas pengadukan. Dengan menjepitkan Ditekan pada bagian atas Untuk bendanya. Misalkan bendanya kemudian mengambil mengambil cakram anti biotik. object lalu dipindahkan. benda dengan menjepit. E. Pembahasan Praktikum I pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Pengenalan Alat dan Penggunannya” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Menurut Gunawan (2019:2) kata Laboratorium berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat bekerja”. Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti aslinya, yaitu tempat bekerja khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium adalah suatu ruangan atau tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya). Selain itu, Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur Laboratorium yang lengkap. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengenal cara penggunaan alat. Hal tersebut sangat penting dilakukan sebagai seorang praktikan agar mengenal dan mengetahui cara penggunaan alat sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penggunaan alat saat praktikum sedang berlangsung. Menurut setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan penggunaan untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium (Raharjo, 2017 : 101). Terlebih lagi yang berhubungan dengan alat-alat pada praktikum mikrobiologi. Mikrobiologi berasal dari kata Yunani: mikros yang artinya kecil atau renik, bio yang artinya hidup atau kehidupan, dan logos yang artinya ilmu atau pikiran. Jadi mikrobiologi berarti ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup yang kecil atau jasad-jasad renik. Istilah lain yang digunakan selain makhluk hidup yang kecil atau renik ialah: mikroorganisme, mikroba. Jasadjasad renik yang demikian kecilnya itu tidak dapat dilihat dengan mata kita sendiri. Kita baru dapat melihatnya setelah kita mempergunakan alat untuk memperbesar benda yang kita lihat. Alat tersebut dikenal dengan nama mikroskop (Adam, 1992:1). Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikorskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea (Fibriana. F, dan Amalia, A.V., 2016 :1211). Obyek yang diamati merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopis sehingga alat-alat yang dipergunakan merupakan alat khusus yang perlu diketahui terlebih dahulu jenis alatnya serta bagaimana penggunaannya. Alat-alat yang digunakan di mikrobiologi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yakni alat gelas dan alat non gelas. Alat gelas diantaranya; erlenmeyer, gelas beker, cawan petri, kaca pengaduk, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, kaca obyek dan kaca penutup, haemacytometer, labu ukur, bunsen, tabung durham, dan lainnya. Adapun alat non gelas diantaranya autoklaf, incubator, neraca analitik, sentrifuse, oven, laminar air flow, rotary shaker, hand tally counter, colony counter, spektrofotometer, mikroskop dan lainnya. (Prasetya, :5-6) Adapun langkah kerja pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan semua alat dan bahan yang biasa digunakan dalam praktikum mikrobiologi. Alat-alat yang dimaksud diantaranya: autoclave, cawan petri, timbangan analitik, pipet ukur, ose, jarum penanam, pinset, kompor elektrik, inkubator, dan penjepit kayu. Sebelumnya, Praktikan diberi pengarahan oleh Dosen dan Asssisten Praktikum. Selanjutnya, Assisten Praktikum mulai memperkenalkan dan memberikan penjelasan satu persatu alat-alat praktikum yang telah disiapkan. Penjelasan tersebut memuat nama alat, prinsip kerja alat, cara penggunaan alat, dan fungsi alat. Alat pertama yang diamati dan dijelaskan yaitu autoklaf. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja autoklaf yakni mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi panas disalurkan ke air, air menjadi mendidih dan menghasilkan uap, uap air berkumpul dan meningkatkan tekanan. Udara terdorong keluar dan suhu terus meningkat dan dikontrol sesuai kebutuhan. Panas dari uap air yang mendidih dan tekanan tinggi akan dikontrol pada rentan waktu tertentu sehingga bisa membunuh mikroba pada suhu 100-134ºC. Kemudian cara kerja autoklaf yaitu mengisi autoklaf dengan air hingga batas yang telah ditentukan. Masukkan bahan (medium) dan alat yang akan disterilkan. Tutup autoklaf dengan rapat, klep dibiarkan terbuka. Lalu autoklaf dinyalakan. Setelah mendidih klep ditutup. Selanjutnya, fungsi autoklaf yaitu untuk sterilisasi alat yang akan digunakan dalam praktikum. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa autoklaf adalah adalah alat sterilisasi yang memanfaatkan uap air panas bertekanan tinggi dan biasanya digunakan untuk mensterilisasi peralatan atau bahan kultur yang tahan panas dan tidak rusak oleh panas. Pengaturan tekanan pada autoklaf ada yang otomatis dan manual dengan mengatur pemanasnya yang bisa bersumber dari listrik maupun pemanas kompor gas. Sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba (Sumarsih, 2010: 30). Autoklaf mempunyai cara kerja yang hampir sama dengan alat masak pressure cooker, sebab alat ini merupakan sebuah bejana yang dapat diisi air dan ditutup rapat-rapat. Jika alat ini dipanaskan, maka akan terjadi uap air yang tidak dapat keluar karena bejana tertutup rapat, sehingga tekanan didalam autoklaf naik sampai melebihi tekanan normal. Kenaikan uap air ini akan menyebabkan air mendidih diatas 100 ºC. apabila tekanan uap air tidak diatur, maka akan semakin bertambah tinggi. Oleh karena itu, tekanan perlu diatur sampai mencapai 1.5kg/cm2. Pada tekanan ini mikroba akan mati. Cara pengaturan tekanan uap air dalam alat ini adalah dengan mengatur katup yang terdapat pada tutup autoklaf. Karena suhu akan naik sesuai dengan tekanan uap yang dikehendaki, maka jika tekanan uap air melebihi batas yang dikehendaki katup akan membuka karena desakan uap. Dengan demikian tekanan akan dapat dipertahankan sebab sebagian uap air keluar. Untuk memantau tekanan uap dan suhu, autoklaf dilengkapi dengan manometer dan thermometer (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :39). Cara mengoperasikan autoklaf adalah sebagai berikut. isi tempat air dengan air sampai dekat angsang (dasar tempat untuk meletakkan alat-alat yang akan disterilkan) di dalam bejana. Bungkus terlebih dahulu peralatan ataupun bahan kultur yang akan disterilkan menggunakan kertas sampul cokelat atau alumunium foil, kemudian masukkan ke dalam bejana tersebut. Pasang tutup dan kencangkan sekrup penutup, lalu buka kran pengatur tempat keluar uap air. Hidupkan pemanas dan biarkan hingga cukup banyak uap air yang keluar melalui kran pengatur uap. Selanjutnya, tutup kran pengatur uap air sehingga tekanan uap di dalam autoklaf meningkat. Lihat manometer dan thermometer hingga menunjuk tekanan 2 atm dengan suhu 121 ºC. pertahankan suhu dan tekanan tersebut selama 30 menit (untuk peralatan) atau 15-20 menit (untuk bahan kultur). Namun, waktu sterilisasi ini tergantung dari peralatan atau bahan yang diterilkan. Bila autoklaf yang digunakan tidak otomatis maka untuk mempertahankan suhu dan tekanan tertentu harus menggunakan tombol pengatur pemansan. Setelah waktu sterilisasi selesai, jangan langsung membuka penutup autoklaf, tetapi matikan terlebih dahulu pemanasnya dan biarkan hingga dingin atau tekanan pada manometer dan thermometer menurun sampai ke angka nol, kemudian boleeh dibuka. Pembukaan pada tekanan tinggi disamping alat gelas pecah dan media dapat tumpah, juga berbahaya karena uap air panas langsung menyembur keluar dengan keras dan dapat terjadi ledakan. Peralatan dan bahan yang telah steril tetap dibiarkan terbungkus untuk kemudian dikeringkan di dalam oven (Sumarsih, 2010: 31). Alat kedua yang diamati dan dijelaskan yaitu neraca analitik. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja neraca analitik adalah dengan memanfaatkan sumber tegangan listrik stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan. Setelah itu, benda yang akan ditimbang diletakkan pada neraca dan melihat angka yang tertera pada layar. Angka tersebut merupakan berat benda. Kemudian cara kerja neraca analitik yaitu pastikan timbangan dalam kondisi setimbang, dan menunjukkan angka nol. Lalu menyalakan timbangan digital dengan menekan tombol ON di bagian depan timbangan. Ambil bahan yang akan ditimbang, dan letakkan di atas wadah. Setelah itu, catat bobot benda yang ditimbang. Adapun fungsi neraca analitik adalah untuk mengukur bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan yang ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Neraca nalitik yang digunkan dalam laboratorium merupakan instrument yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih 0,0001 gram. Cara kerjanya yaitu hubungkan neraca digital dengan aliran listrik. Pastikan piringan neraca dalam keadaan bersih dan menunjukkan angka 0. Letakkan alumunium foil pada piringan neraca. Baca skala yang tertera pada display digital dalam skala satuan gram. (Day, dan Underwood, 2002). Jenis alat timbangan laboratorium bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbangan yang dapat dipergunakan untuk menimbang sampai satuan yang sangat kecil (milligram). Tetapi timbangan yang paling praktis adalah neraca kimia yang biasa dipakai di laboratorium atau apotik. Apabilatidak ada timbangan jenis ini, kita dapat juga menggunakan timbangan yang biasa dipakai oleh tukang emas. Untuk penimbangan sampai dengan satuan mikrogram, perlu menggunakan timbangan yang lebih halus dan lebih peka, yaitu timbangan analitik (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :40). Alat ketiga yang diamati dan dijelaskan yaitu cawan petri. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja cawan petri adalah cawan petri terbuat dari bahan gelas atau kaca agar tahan terhadap panas. Untuk kegiatan mikrobiologi, cawan petri harus disterilisasi terlebih dahulu. Medium di tuangkan pada bagian bawah baru kemudian ditutup dengan bagian atas yang memiliki diameter lebih besar. Adapun cara kerja cawan petri Medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan penutup cawan. Fungsi cawan petri yaitu sebagai tempat medium untuk biakkan mikroorganisme. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa cawan petri atau dikenal sebagai petri dish, merupakan sepasang cawan yang terbuat dari kaca (Warisno, dan Dahana, 2011: 25). Petridish adalah jenis gelas piala yang biasaya disterilisasi bersama dengan kertas saring di dalamnya. Petridish perlu dicuci bersih kemudian dikeringkan, kemudian setelah kering dibungkus dengan kertas paying coklat untuk disterilisasi dengan autoklaf (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :45). Cawan petri (cawan Eko, telepa petri, petri dish) merupakan wadah media membiakan mikroba (bakteri, jamur, khamiir, spora) dan biji-bijian (Hartutik, 2012 : 29). Alat keempat yang diamati dan dijelaskan yaitu pipet ukur. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja pipet ukur adalah pipet ukur hanya digunakan bila dipasangkan dengan filler untuk menyedot dan memindahkan larutan sesuai dengan volume. Adapun cara kerja pipet ukur yaitu menekan bagian ujung atas sampai larutan naik hingga volume yang diinginkan. Kemudian melepaskan bagian ujung atas yang ditekan hingga larutan keluar. Fungsi pipet ukur adalah digunakan untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu. Menurut teori, pipet ukur sangat mirip dengan buret dan digunakan untuk mengukur volume larutan dengan ketepatan di atas gelas ukur. Tetapi biasanya pipet ukur tidak digunakan bila dituntut ketepatan yang tinggi (Day, dan Underwood, 2002 :584) Alat kelima yang diamati dan dijelaskan yaitu OSE. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja OSE, yakni bagian pegangan terbuat dari kaca, bagian lainnya terbuat dari kawat. Untuk memindahkan, inokuler OSE harus dipanaskan terlebih dahulu menggunakan bunsen sehingga kawat membara. Adapun cara kerja OSE adalah OSE dipanaskan diatas bunsen hingga berpijar. Lalu ambil mikroba yang diinginkan, kemudian di taruh di media yang sudah disiapkan. Selanjutnya, OSE dipanaskan kembali. Fungsi OSE yaitu untuk memindahkan inokulum dari satu media ke media lain. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa jarum ose (Sengkelit) berfungsi untuk memindahkan biakan. Jarum ose terbuat dari kawat dengan ujung berbentuk lingkaran (Suryani, dkk., 2005 :12). Alat keenam yang diamati dan dijelaskan yaitu inkubator. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja inkubator adalah suhu ruangan inkubator diatur secara otomatis sesuai keinginan. Untuk menyimpan medium, inkubator diatur dengan suhu 0ºC. Adapun cara kerja inkubator adalah diatur suhu yang diinginkan, lalu dimasukkan media yang sudah diberi mikroba / medium saja. Kemudian ditutup. Fungsi inkubator yaitu untuk menginkubasi biakan organisme dan digunakan untuk menyimpan media yang belum di tanami mikroba. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa inkubator merupakan alat yang digunakan untuk proses inkubasi dengan suhu yang terkontrol. Inkubator dilengkapi pengaturan suhu dengan rentang 10-70ºC. Selain itu, inkubator juga memiliki pengatur waktu sehingga kontaminasi dapat diminimalisasi (Saputra, 2014 :83) Alat ketujuh yang diamati dan dijelaskan yaitu jarum penanam. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja jarum penanam, yakni bagian pegangan terbuat dari kaca. Bagian lainnya terbuat dari kawat. Untuk memindahkan mikroorganisme, harus dipanaskan terlebih dahulu menggunakan bunsen sehingga kawat membara. Adapun cara kerja jarum penanam Jarum adalah penanam dipanaskan diatas bunsen hingga berpijar. Lalu diambil mikroba yang diinginkan. Kemudian diletakkan di media yang sudah disiapkan. Setelah itu, jarum penanam dipanaskan kembali. Fungsi jarum penanam yaitu untuk memindahkan mikroba dari satu media ke media lain. Menurut teori, penggunaan jarum penanam/ose pada penanaman dalam media agar dilakukan dengan cara menyentuhkan jarum ose secara perlahan-lahan ke permukaan agar (Kordi, 2009 :628). Alat kedelapan yang diamati dan dijelaskan yaitu penjepit kayu. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja penjepit kayu, yakni berdasarkan pada pegas yang mampu menjepit tabung reaksi. Cara kerja penjepit kayu adalah dengan menekan pada penekan penjepit yang berada di samping pegas. Kemudian jepitkan pada tabung reaksi. Fungsi penjepit kayu yaitu untuk menjepit tabung reaksi dan memindahkan tabung reaksi. Alat kesembilan yang diamati dan dijelaskan yaitu kompor listrik. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja kompor listrik, yakni pengadukan dan pemanasan dari energi listrik dan dapat diatur. Adapun cara kerja kompor listrik adalah dengan mencolokkan kabel pada listrik. Tekan tombol ON pada bagian depan kompor. Lalu letakkan beaker glass ke atas kompor. Fungsi kompor listrik yaitu untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Sesuai teori yang menyatakan bahwa komporlistrik berfungsi untuk memanaskan wadah yang berisi larutan kimia, air, media (penangan listrik) (Hartutik, 2012 : 25). Alat terakhir yang diamati dan dijelaskan yaitu pinset. Diberikan penjelasan dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja pinset, yakni dengan menjepitkan bendanya. Misalkan bendanya cakram anti biotik. Adapun cara kerja pinset adalah dengan ditekan pada bagian atas kemudian mengambil object lalu dipindahkan. Fungsi pinset yaitu untuk mengambil benda dengan menjepit. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pinset digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan (dalam teknik kultur jaringan). Teknik penanaman eksplan harus diusahakan agar ujung pinset tidak mengenai media supaya tidak terjadi kontaminasi. Jenis pinset ada tiga macam, yaitu piset pendek untuk memegang object saat mengiris, pinset tanggung untuk mengambil potongan object, dan pinset panjang (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :46). F. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa di dalam laboratorium khususnya mikrobiologi terdapat alat-alat yang biasa digunakan selama praktikum. Alat tersebut diantaranya yaitu autoklaf, timbangan analitik, cawan petri, pipet ukur, ose, jarum penanam, pinset, kompor elektrik, inkubator, dan penjepit kayu. Masing-masing alat mempunyai prinsip kerja, cara kerja, dan fungsi tersendiri. Sehingga harus diketahui fungsi dan cara penggunaan setiap alat tersebut untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan kesalahan dalam penggunaan alat saat praktikum. DAFTAR PUSTAKA Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Day R. A. dan Underwood A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Fibriana, Fidia., dan Amalia A.V., 2016. Potensi Kitchen Microbiology untuk Meningkatkan Keterampilan Teknik Hands-On dalam Pembelajaran Mikrobiologi. Unnes Science Education Journal. 5(2). e-ISSN: 2502-6232. Gunawan, Indra. 2019. Managemen Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan. 1 (1). e ISSN 2654-251X. Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: UB Press. Hendrayono, Sriyanti., dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius. Kordi, Ghufran H. 2009. Budi Daya Perairan. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Raharjo. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 20 (2). ISSN: 1410-8917. Saputra, Wanda. 2014. Budidaya Jamur Merang. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Sumarsih, sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. Suryani, Ani., dkk. 2005. Membuat Aneka Nata. Jakarta: Penebar Swadaya. Warisno, dan Dahana, Kress., 2011. Ling Zhi: LangkahTepat Usaha Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,. Disusun oleh: Nama : Derris Maulidah Fajriyah NIM : T20178006 Kelas : Biologi 1 Kelompok : 2 (Dua) PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER APRIL 2020 PRAKTIKUM II MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Medium dan Cara Pembuatan Medium” yaitu untuk mengetahui jenis medium dan cara pembuatannya. B. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya beaker glass, labu erlenmeyer, spatula, tabung reaksi, cawan petri, kapas, karet, kertas kayu cokelat, corong, kompor/penangas air, timbangan. Bahan-bahan yang digunakan yaitu agar instant, dekstrosa, yeast, aquades. C. Metode 1. Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Nutrient agar (NA) instant diambil dan ditimbang sebanyak 4,07 gram. NA instant dilarutkan dalam 150 ml aquades di beaker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. NA terus diaduk selama proses perebusan Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas dan selotip khusus Tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi. Disterilkan menggunakan autoclave, setelah padat disimpan dalam lemari es 2. Pembuatan Medium Nutrient Broth (NB) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Nutrient broth (NB) instant diambil dan ditimbang sebanyak 2,9 gram. NA instant dilarutkan dalam 185 ml aquades di beker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. Larutan NB terus diaduk selama proses perebusan Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur. Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masingmasing sebanyak 10 ml Medium asam ditambah dengan HCl 6 M Medium basa ditambah dengan NaOH (pH 2) (pH ±14) Pengukuran pH dengan menggunakan indikator universal dengan cara dicelupkan ke dalam medium. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas dan selotip khusus Medium netral Tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi. Disterilkan menggunakan autoclave D. Hasil Pengamatan No 1. Jenis Medium Komposisi Hasil Pembuatan NA instant 4,07 gr + Aquades 150 Berbentuk padat dan berwarna Medium Nutrient ml (145 ml +5ml faktor kuning pucat. Agar (NA) penguapan). Rumus: = 4,07 gr 2. Pembuatan NB instant 2,9 gr + Aquades 185 Berbentuk cair dan berwarna Medium Nutrient ml (180 ml + 5 ml faktor kuning pucat. Broth (NB) penguapan). Rumus: = 2,9 gr E. Pembahasan Praktikum II pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Medium dan Cara Pembuatan Medium” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis medium dan cara pembuatannya. Media dapat didefinisikan sebagai bahan yang tersusun dari campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Media dapat juga digunakan untuk isolasi, perbanyakan sel, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah populasi mikroba (Radiati., dkk, 2019 :78). Menurut Gunawan (2008 :46) media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan mikroba (jamur, bakteri). Yang umum digunakan di dalam laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan pemadat berupa agar-agar. Dalam bidang mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsure non logam seperti sulfur dan fosfor, unsure logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air dan energi (Anisah dan Rahayu, 2015 :855). Ada berbagai macam media biakan mikroba, namun pada praktikum medium dan cara pembuatan medium ini, dibuat dua jenis medium. Yaitu Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Broth (NB). Menurut Wahyuningsih dan Zulaika (2018:36) Media pertumbuhan terdiri dari beberapa macam seperti media pertumbuhan universal ataupun umum hingga meda selektif diferensial. Medium pertumbuhan dapat berbentuk cair (broth), padat (agar) atau semisolid. Pertumbuhan bakteri pada media cair ditandai dengan kekeruhan media, sedang pada media padat ditandai dengan terbentuknya koloni. Media pertumbuhan mikroba diperkaya dengan asam amino, trace element, vitamin, sumber karbon, dan sumber nitrogen. Glukosa atau gliserol sering dipergunakan sebagai sumber karbon. Garam ammonium atau nitrat sebagai sumber nitrogen anorganik, biasanya dalam bentuk tereduksi dan ditemukan pada material seluler organik (Murwani, 2015 :152). Keberadaan medium sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri. Medium merupakan substrat atau dasar makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Komponen dasar medium biasanya telah disesuaikan dengan nutrisi yang diperlukan oleh mikroba tersebut. Jenis-jenis medium terbagi ke dalam beberapa kelompok. Berdasarkan komposisi kimiwinya, meliputi: medium sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik mengandung zat-zat organik seperti zat karbon dan nitrogen. Bakteri saprofit atau saprobakteri yang dipelihara dalam medium ini. Fungsi medium sintetik antara lain sebagai medium dasar dalam penyelidikan macam-macam vitamin, asam amino, dan lain-lain. Sedangkan medium non sintetik komposisi kimiawinya tidak diketahui dengan pasti. Jenis medium berdasarkan fungsinya, meliputi: medium selektif dan medium diferensial. Medium selektif merupakan medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang berfungsi menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan. Sedangkan medium diferensial merupakan medium yang digunakan untuk membedakan berbagai tipe bakteri. Adapun jenis medium berdasarkan keperluannya, meliputi medium padat, medium cair, medium setengah padat, dan medium kering. Medium padat digunakan untuk mengamati morfologi koloni, mengisolasi biakan murni dan untuk pengukuran indekss hidrolisis. Sedangkan medium cair digunakan untuk pembiakan organisme dalam jumlah yang besar, penelaahan fermentasi dan berbagai macam uji. Medium setengah padat digunakan untuk menguji ada tidaknya motilitas, dan kemampuan fermentasi. Sedangkan medium kering untuk menyiapkannya cukup mengambil dari serbuk kering kemudian dilarukan ke dalam air. Jenis medium selanjutnya yaitu medium yang diperkaya. Medium ini biasanya digunakan untuk menumbuhkan bakteri seperti Brucella abortus, Mycobacterium tuberculosis, Dipoloccoccus pneumonia, dan Neisseria gonorrhoeae. Medium tersebut ditambahkan berupa serum atau darah yang tidak mengandung fibrinogen. Selain itu juga ditambahkan susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Lactobacillus dan beberapa spesies lainnya (Lestari da Hartati, 2017 :98-100). Media agar terdiri dari beberapa macam bahan yaitu ekstrak daging sapi, pepton, agar, dan aquades. Sedangkan untuk media cair terdiri dari ekstrak daging sapi, pepton dan aquades. Komposisi bahan tersebut diperlukan bakteri diantaranya untuk pertumbuhan sel, pembentukan energi, penangkap elektron (electron acceptor). Ekstrak daging sapi sebagai sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral, vitamin sedangkan pepton merupakan protein sebagai sumber karbon, nitrogen, oksigen, sulfide. Aquades sebagai pelarut pembentukan media dan aquades penting sekali bagi bakteri diantaranya sebagai sarana transport, media, pelarut dan untuk reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel bakteri yang membutuhkan aquades. Agar diperlukan supaya media yang diperoleh berupa padat sehingga dapat dimanfaatkan untuk penanaman bakteri (Wuryanti, dkk., 2010 :72). Diperlukan media pertumbuhan yang sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan isolat bakteri yang optimum. Karena kemampuan pertumbuhan yang berbeda-beda pada setiap isolat bakteri (Lukito, 2013: 3). Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu. Medium pertama yang dibuat adalah NA, dilakukan dengan cara pertama Nutrient agar (NA) instant diambil dan ditimbang sebanyak 4,07 gram. Kemudian NA instant dilarutkan dalam 150 ml aquades di beaker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas dan selotip khusus. Lalu tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi. Disterilkan menggunakan autoclave, setelah padat disimpan dalam lemari es. Menurut Munandar (2016: 84) Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaannya media NA (Nutrient Agar) termasuk ke dalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Berdasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri. Radiati, dkk. (2019 :80) mengungkapkan bahwa media padat /solid media merupakan media yang berbentuk padat dan mengandung agar 15g/L, dan akan menjadi dingin setelah padat. Media padat memiliki fungsi untuk menjaga sel agar tidak berpindah tempat sehingga mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika membentuk koloni. Media padat juga menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam penggujian suatu hasil metabolit. Adapun langkah kerja selanjutnya yaitu pembuatan NB. Dilakukan dengan cara pertama Nutrient broth (NB) instant diambil dan ditimbang sebanyak 2,9 gram. Kemudian NA instant dilarutkan dalam 185 ml aquades di beaker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi (asam, basa, netral) sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet ukur. Medium asam ditambah dengan HCl 6 M dengan pH 2, medium basa ditambah dengan NaOH dan pH 14. Kemudian bagian atas seluruh tabung reaksi disumbat menggunakan kapas steril, dan selotip khusus. Lalu tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi. Sesuai dengan teori bahwa media cair/liquid media merupakan media yang berbentuk cair dan tidak mengandung agar. Sebagai contoh NB (Nutrient Broth). Medium cair akan memberi kesempatan bagi mikroba untuk menyebar dan bercampur dengan semua nutrisi, sehingga lebih sesuai untuk optimasi pertumbuhan mikroba. Selain itu, media cair juga digunakan untuk mengetahui karakteri suatu mikroba berdasarkan kebutuhan oksigennya. (Radiati., dkk, 2019 :79). Menurut Wahyuningsih dan Zulaika (2018 :36) Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai sumber karbon dan perpton sebagai sumber nitrogen. Menurut teori, pembuatan media pengencer dan media agar cawan, alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu Plate count agar, cawan petri, kertas kraf, karet gelang, autoklaf, tabung reaksi, neraca, gelas ukur, gelas pengaduk, aquadest, erlenmeyer, kapas, pepton, pipet, dan bunsen. Adapun prosedur pembuatan media pengencer yaitu: timbanglah 0,01 gram pepton, larutkan ke dalam 100 ml aquadest, yang berarti diperoleh larutan pepton 0,1%. Larutan pepton tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, lalu masukkanlah 45 ml larutan tersebut ke dalam 150 ml erlenmeyer, 9 ml larutan ke dalam tabung reaksi 1 dan 2, 9 ml larutan ke dalam tabung reaksi 3 dan 4, lalu 9 ml larutan ke dalam tabung reaksi 5 dan 6. Kemudian sumbatlah masing-masing media itu dengan kapas sampai ketat. Selanjutnya, bungkus dengan kertas dan lalu disterilisasi. Adapun prosedur pembuatan media agar cawan yaitu pertama timbanglah plate count agar sesuai kebutuhan. 3 gram agar dilarutkan ke dalam 150 ml aquades (yang berada salam 250 mlerlenmeyer). Aduk sampai homogen kemudian panaskan sampai larutan menjadi bening. Sumbatlah dengan kapas ketat dan dibungkus dengan kertas kraf pada bagian yang tersumbat. Kemudian sterilkan dengan autoklaf. Media yang berada dalam erlenmeyer, dalam keadaan panas tuangkan ke dalam cawan petri masing-masing 10 ml. media dibiarkan hingga membentuk gel (kental), letakkan secara terbalik. Medium siap dgunakan praktikum lebih lanjut. (Radiati., dkk, 2019: 85-86). Terdapat pula syarat dalam pembuatan media. Syarat pembuatan media, diantaranya: mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba. Mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai. Tidak mengandung zat-zat penghambat. Harus steril. (Radiati., dkk, 2019 :78). Pada praktikum ini, langkah terakhir yang akan dilakukan pada praktikum selanjutnya yaitu sterilisasi medium biakan. Hal itu sangat penting untuk dilakukan. Menurut teori yang menyakatan bahwa sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi (Gunawan, 2008 :50). Menurut Radiati., dkk, (2019: 77). Ada beberapa macam cara sterilisasi media yang pada dasarnya tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut yakni jenis media dan bentuk media (padat/cair). Cara pertama, yaitu sterilisasi dengan filtrasi/penyaringan. Bahan yang peka terhadap panas seperti serum dan toxin dapat diakukan sterilisasi dengan menggunakan filter bakteri. Cara kedua yaitu sterilisasi menggunakan uap bertekanan. Cara ini sama dengan sterilisasi alat. Tujuan sterilisasi peralatan digunakan agar peralatan dan bahan bebas dari semua bentuk kehidupan khususnya mikroba. F. Kesimpulan Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan terdapat banyak jenis medium. Medium yang digunakan dalam praktikum ini yaitu medium padat yaitu Nutrient Agar (NA) dan medium cair yaitu Nutrient Broth (NB). Cara pembuatan medium mulai dari dihitung takaran komposisi untuk NA/NB-nya, perebusan dan pengadukan sampai homogen, hingga sterilisasi. Semua langkah harus dilakukan dengan teliti sehingga pembuatan medium berhasil dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anisah., dan Rahayu, Triastuti. 2015. Media Alternatif untuk Pertumuhan Bakteri Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Lestari, Purwaning Budi., dan Hartati, Triasih Wahyu. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang: Penerbit Gunung Samudera. Lukito, Antonius Budi Darmawan. 2013. Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Dekolorisasi Senyawa Pewarna Strawberry Red dan Orange Yellow dalam Kondisi Curah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2, No.1. Munandar, K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung: Refika Aditama. Murwani, Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: UB Press. Radiati, Lilik Eka. 2019. Mikrobiologi Dasar Hasil Ternak. Malang: UB Press. Wahyuningsih, N., dan Zulaika, E. 2018. Perbandingan Pertumbuhan Bakteri Selulolitik Pada Media Nutrient Broth dan Carboxy Methyl Cellulose. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol. 7, No. 2, 2337-3520 (2301-928X Print). Wuryanti., dkk. 2010. Uji Ekstrak Bawang Bombang Sebagai Anti Bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram. Jurnal BIOMA. Vol. 12, No.2. ISSN: 1410-8801. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI STERILISASI DAN DISINFEKSI Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,. Disusun oleh: Nama : Derris Maulidah Fajriyah NIM : T20178006 Kelas : Biologi 1 Kelompok : 2 (Dua) PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER APRIL 2020 LAPORAN PRATIKUM III STERILISASI DAN DISINFEKSI A. Tujuan Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Sterilisasi dan Disinfeksi” yaitu untuk mempelajari cara sterilisasi alat dan bahan. B. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah autoclave, beserta alatalat yang akan disterilisasi diantaranya cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bahan-bahan yang akan disterilkan (medium NA/NB). C. Metode Sterilisasi Basah dengan autoklaf Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam sterilisasi. Dibungkus sepasang cawan petri dengan kertas kayu dan diikat dengan menggunakan karet. Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu hingga mencapai batas yang telah ditentukan. Kemudian dipasang angsang. Bahan (medium) dan alat yang akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf, diletakkan diatas angsang. Dibuka kran untuk mengeluarkan uap air. Setelah air mendidih kran ditutup kembali hingga temperatur naik menjadi 121ºC dengan tekanan 2 atm. Ditunggu 15 menit sampai suhu 0ºC, lalu tutup dibuka dan alat/bahan dikeluarkan. (ditunggu hingga dingin atau agak hangat). D. Hasil Pengamatan Sterilisasi Basah Alat yang digunakan Autoklaf Langkah sterilisasi Alat dan Bahan yang disterilisasi -Cawan Petri -Tabung Reaksi 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam sterilisasi. 2. Dibungkus sepasang cawan petri dengan kertas kayu dan diikat dengan menggunakan -Medium NA/NB karet. 3. Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu hingga mencapai batas yang telah ditentukan. Kemudian dipasang angsang. 4. Bahan (medium) dan alat yang akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf, diletakkan diatas angsang. 5. Dibuka kran untuk mengeluarkan uap air. 6. Setelah air mendidih kran ditutup kembali hingga temperature naik menjadi 121ºC dengan tekanan 2 atm. 7. Ditunggu 15 menit sampai suhu 0ºC, lalu tutup dibuka dan alat/bahan dikeluarkan. (ditunggu hingga dingin atau agak hangat). D. Pembahasan Praktikum III pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Sterilisasi dan Disinfeksi” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara sterilisasi alat dan bahan. Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi artinya bebas dari mikroba atau mikroorganisme hidup (Rizal., dkk. 2016 : 21). Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak steril, tidak akan pernah mungkin setengah steril atau hampir steril. Sterilisasi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme dengan pemanasan, dengan tujuan membebaskan bahan dari semua mikroba perusak (Rizal., dkk. 2016 : 21). Sterilisasi sebagai suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Mikroorganisme yang dimaksud dapat berupa kuman, virus, ricketsia, maupun jamur (Hendaryono, 2012:90). Proses sterilisasi ini sangat penting agar alat dan bahan yang akan digunakan ketika praktikum tidak terkontaminasi dengan berbagai mikroorganisme (Darmadi. 2008:1). Dalam teori lain juga disebutkan lebih jelas bahwa proses sterilisasi media identik dengan proses destruksi mikroorganisme yang tidak diharapkan dan dapat menyebabkan kontaminasi. Semakin lama proses sterilisasi semakin sedikit jumlah mikroba yang bertahan. Selain lama sterilisasi, suhu sterilisasi juga berpengaruh pada laju destruksi mikroba. Pada suhu tinggi mikroba akan lebih mudah mati sehingga prosesnya lebih cepat (Istianah, dkk., 2018 : 34). Terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam melakukan proses sterilisasi, diantaranya yaitu: Sterilisasi dengan pemanasan secara kering, sterilisasi dengan pemanasan secara basah, sterilsasi dengan penambahan zat tertentu, dengan gas, dengan penyinaran, dan dengan memakai penyaring bakteri. Namun pada praktikum III ini, cara sterilisasi yang digunakan yaitu dengan sterilisasi basah menggunakan autoclave. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi 121ºC, 15 lbs selama kurang lebih 15 menit.penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkaykan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme (Rizal, dkk., 2016 :21). Sterilisasi dengan uap air jenuh bertekanan tinggi (autoklaf) adalah cara yang memberikan jaminan sterilisasi yang terbaik untuk alat-alat atau bahan-bahan yang disterilkan. Daya penyeterilan dengan cara ini tergantung pada sifat-sifat uap air jenuh dan kering, diantaranya: suhu tinggi, jumlah kalor laten yang besar, kesanggupan pembentukan air embun, kontraksi volume yang segera terjadi ketika terjadi pengembunan (Ma’at, 2009:1-10). Alasan pemilihan sterilisasi basah pada praktikum ini karena paling sering digunakan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa proses sterilisasi termal menggunakan uap air jenuh di bawah tekanan dengan menggunakan autoklaf ini merupakan proses sterilisasi yang paling banyak dilakukan (Kurniawansyah, 2017:59). Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pertama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, diantaranya adalah autoclave, beserta alat-alat yang akan disterilisasi (cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain). Selain itu, disiapkan pula bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bahan-bahan yang akan disterilkan (medium NA/NB yang sudah dimasukkan dalam cawan petri maupun tabung reaksi). Semua alat dan bahan yang akan disterilisasi kemudian dibungkus terlebih dahulu menggunakan kertas sampul cokelat (kertas kayu). Kemudian diikat dengan karet gelang sesuai kebutuhan. Selanjutnya, alat dan bahan tersebut mulai dimasukkan ke dalam autoklaf untuk memasuki proses sterilisasi. Dalam praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut. Praktikum sterilisasi basah yang menggunakan alat autoklaf. Kemudian bahan yang disterilisasi yaitu alat-alat (cawan petri, tabung reaksi), dan bahan yaitu medium NA/NB. Adapun langkahlangkahnya yaitu pertama, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam sterilisasi. Dibungkus sepasang cawan petri dengan kertas kayu dan diikat dengan menggunakan karet. Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu hingga mencapai batas yang telah ditentukan. Kemudian dipasang angsang. Lalu bahan (medium) dan alat yang akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf, diletakkan diatas angsang. Selanjutnya dibuka kran untuk mengeluarkan uap air. Setelah air mendidih kran ditutup kembali hingga temperature naik menjadi 121ºC dengan tekanan 2 atm. Ditunggu 15 menit sampai suhu 0ºC, lalu tutup dibuka dan alat/bahan dikeluarkan. (ditunggu hingga dingin atau agak hangat). Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori, cara mengoperasikan autoklaf adalah sebagai berikut. isi tempat air dengan air sampai dekat angsang (dasar tempat untuk meletakkan alat-alat yang akan disterilkan) di dalam bejana. Bungkus terlebih dahulu peralatan ataupun bahan kultur yang akan disterilkan menggunakan kertas sampul cokelat atau alumunium foil, kemudian masukkan ke dalam bejana tersebut. Pasang tutup dan kencangkan sekrup penutup, lalu buka kran pengatur tempat keluar uap air. Hidupkan pemanas dan biarkan hingga cukup banyak uap air yang keluar melalui kran pengatur uap. Selanjutnya, tutup kran pengatur uap air sehingga tekanan uap di dalam autoklaf meningkat. Lihat manometer dan thermometer hingga menunjuk tekanan 2 atm dengan suhu 121 ºC. Pertahankan suhu dan tekanan tersebut selama 30 menit (untuk peralatan) atau 15-20 menit (untuk bahan kultur). Namun, waktu sterilisasi ini tergantung dari peralatan atau bahan yang diterilkan. Bila autoklaf yang digunakan tidak otomatis maka untuk mempertahankan suhu dan tekanan tertentu harus menggunakan tombol pengatur pemansan. Setelah waktu sterilisasi selesai, jangan langsung membuka penutup autoklaf, tetapi matikan terlebih dahulu pemanasnya dan biarkan hingga dingin atau tekanan pada manometer dan thermometer menurun sampai ke angka nol, kemudian boleeh dibuka. Pembukaan pada tekanan tinggi disamping alat gelas pecah dan media dapat tumpah, juga berbahaya karena uap air panas langsung menyembur keluar dengan keras dan dapat terjadi ledakan. Peralatan dan abhan yang telah steril tetap dibiarkan terbungkus untuk kemudian dikeringkan di dalam oven (Sumarsih, 2010: 31). Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa cara melakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave yaitu alat dan bahan yang akan disterilkan dipersiapkan dan diberi tutup rapat dengan kertas kayu dan diikat dengan karet lalu autokclave diisi air kemudian angsang dipasang kemudian alat dan bahan yang sudah dibungkus diletakkan diatas angsang dan kran untuk mengeluarkan uap air dibuka. Setelah air mendidih keran ditutup selanjutnya temperatur akan naik menjadi 121 ºC dan tekanan naik menjadi 2 atm lalu ditunggu aelama 15 menit sampai suhu mencapai 0ºC kemudian tutupnya dibuka dan alat bahan bisa dikeluarkan. Hal ini serupa dengan teori yang juga menjelaskan bahwa autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 ºC (250 0F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121 ºC. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi ( Kurniawansyah, 2014:59). Pada praktikum ini, bukan hanya peralatan saja yang disterilisasi, melainkan juga medium biakan yang akan digunakan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, ada beberapa macam cara sterilisasi media yang pada dasarnya tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut yakni jenis media dan bentuk media (padat/cair). Cara pertama, yaitu sterilisasi dengan filtrasi/penyaringan. Bahan yang peka terhadap panas seperti serum dan toxin dapat diakukan sterilisasi dengan menggunakan filter bakteri. Cara kedua yaitu sterilisasi menggunakan uap bertekanan. Cara ini sama dengan sterilisasi alat. Tujuan sterilisasi peralatan digunakan agar peralatan dan bahan bebas dari semua bentuk kehidupan khususnya mikroba (Radiati., dkk, 2019: 77). Sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi (Gunawan, 2008 :50). Proses kematian bakteri dan sporanya dalam autoklafisasi berlangsung secara denaturasi dan koagulasi protein dalam sel mikroba. Uap air yang dihasilkan selama proses sterilisasi menyebabkan lingkungan yang lembab dan memaksa semua spora melaksanakan proses germinasi. Dalam keadaan panas dan lembab, protein akan didenaturasikan dengan cepat dan dilanjutkan proses koagulasi sehingga mikroba tersebut mati. Berdasarkan hasil ini terbukti bahwa autoklafisasi yang dilakukan pada temperatur 121°C selama 15 menit merupakan sterilisasi yang ideal dan memenuhi persyaratan penggunaan alat-alat kritis yang steril, dan diperlukan untuk bekerja secara asepsis (Meliawaty, 2012: 148). Menurut hasil penelitian Rizal, dkk (2016 :24) sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba. E. Kesimpulan Sesuai hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa sterilisasi merupakan proses untuk membebaskan alat dan bahan dari mikroba. Praktikum ini menggunakan sterilisasi basah dengan alat autoklaf. Alat dan bahan yang disterilisasi yaitu cawan petri, tabung reaksi, dan medium. Langkah-langkah sterilisasi harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedur. DAFTAR PUSTAKA Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomal Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika. Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hendaryono, Sriyanti. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta. Kanisius. Istianah, Nur., dkk. 2018. Teknologi Bioproses. Malang: UB Press. Kurniawansyah, Insan Sunan. 2014. Penentuan Tingkat Jaminan Sterilisasi pada Autoklaf dengan Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmaka. Vol. 14 No. 1. Ma'at, Suprapto. 2009. Sterilisasi dan Desinfeksi. Airlangga University Press. Surabaya. Meliawaty, Florence. 2012. Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.11 No.2 147-167. Radiati, Lilik Eka. 2019. Mikrobiologi Dasar Hasil Ternak. Malang: UB Press. Rizal, Muhammad Saiful., dkk. 2016. Pengaruh Waktu dan Suhu Sterilisasi Terhadap Susu sapi rasa coklat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”. Vol 10, No.1. Sumarsih, sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.