Uploaded by common.user53198

Prinsip Komunikasi Saraf dan Hormon baru (1)

advertisement
Makalah
“Prinsip Komunikasi Saraf dan Hormon”
Dosen pembimbing : Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep, M.Kep
Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan
Disusun Oleh:
Yuliana Dwi Astuti
16.0498.833.01
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya
kepada
saya
sehingga
saya
dapat
menyelesaikan
tugas
makalah” Prinsip Komunikasi Saraf dan Hormon ”, karena dengan ijinNyalah
ringkasan makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun sedikit dapat
menambah wawasan
dan pengetahuan untuk terus
berjuang mencapai
kesempurnaan yang mungkin membutuhkan perjuangan yang tiada hentihentinya.
Maka dari itu besar harapan kami untuk masukan saran dan kritik guna
perbaikan
dan
kesempurnaan
ringkasan
makalah
ini,
sehingga
dapat
menghantarkan para mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sesuai
dengan tujuan pendidikan Nasional yang dicita-citakan.
Dan semoga kegiatan ini dapat mendorong minat belajar dan rasa ingin
tahu mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk terus maju. Dan terimakasih pula kami
ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini.
Samarinda 20 April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………..………ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan……………………………………………………………….…….3
C. Manfaat……………………………………………………………………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Komunikasi Saraf…………………………………………..…..5
B. Pontensial Berjenang………………………………………………………9
C. Potensial Aksi………………………………………………………….…11
D. Regenerasi serat saraf…………………………………………………….22
E. Sinaps dan Integrasi Neuron…………………………………………...…24
F. Komunikasi antar sel dan tranduksi sel…………………………………..29
G. Prinsip komunikasi hormone………………………………………….….32
H. Prinsip komunikasi saraf dan hormone……………………………….….36
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..……..50
B. Saran ..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf mengontrol apa yang terjadi secara otomatis yang Anda
mungkin kurang menyadarinya di tubuh Anda. Seperti jantung terus
berdenyut, makanan yang tercerna, udara yang lewat di dan keluar dari
paru-paru, dan menyembuhkan luka. Dalam kenyataannya, sistem saraf
mengontrol segala sesuatu yang tubuh lakukan, apakah Anda sadar atau
tidak. Sistem saraf adalah kumpulan dari miliaran sel khusus dan jaringan
ikat dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian sentral terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang dan disebut sistem saraf pusat (SSP). Bagian di
luar disebut sistem saraf tepi (perifer) (SST).
Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan
komunikasi. Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari
semua aktivitas mental, meliputi pemikiran, pembelajaran, dan memori.
Sistem saraf bersama-sama dengan sistem endokrin dalam mengatur dan
mempertahankan homeostasis (lingkungan internal tubuh kita) dengan
mengontrol kelenjar endokrin utama (hipofisis) melalui hipotalamus otak.
Melalui reseptornya, sistem saraf membuat kita berhubungan dengan
lingkungan kita, baik eksternal dan internal. Seperti sistem lain dalam
tubuh, sistem saraf terdiri dari organ, terutama otak, sumsum tulang
belakang, saraf, dan ganglia, yang pada gilirannya, terdiri dari berbagai
jaringan, termasuk saraf, darah, dan jaringan ikat yang secara bersama
melaksanakan kegiatan yang kompleks dari sistem saraf.
Jaringan saraf terdiri dari kelompok sel saraf atau neuron yang
mengirimkan informasi disebut impuls saraf dalam bentuk perubahan
elektrokimia, dan merupakan sel konduksi. Neuron adalah sel saraf yang
sesungguhnya. Jaringan saraf juga terdiri dari sel-sel yang melakukan
dukungan dan perlindungan. Sel-sel ini disebut neuroglia atau sel glial.
Lebih dari 60% dari semua sel otak adalah sel neuroglia. Neuroglia ini
bukan sel konduksi. Mereka adalah jenis khusus dari "jaringan ikat" untuk
sistem saraf. Neuron, atau sel-sel saraf, adalah unit struktural dan
fungsional dari sistem saraf.
Mereka adalah sel halus yang khusus untuk menghasilkan dan
mengirimkan impuls saraf. Neuron dapat bervariasi dalam ukuran dan
bentuk, tetapi mereka memiliki banyak ciri-ciri yang umum. Neuron
bersifat amitotik. Ini berarti bahwa jika neuron mengalami kerusakan,
tidak dapat digantikan karena neuron tidak mengalami mitosis. Neuron
memiliki dua karakteristik fungsional yang unik: iritabilitas dan
konduktivitas.
Iritabilitas
adalah
kemampuan
untuk
menanggapi
rangsangan dengan membentuk impuls saraf. Konduktivitas adalah
kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf sepanjang akson ke neuron
lain atau sel efektor. Karakteristik ini memungkinkan berfungsinya sistem
saraf. Pensinyalan atau sinyal lewat melalui baik sarana listrik dan kimia.
Setiap neuron memiliki tiga bagian yaitu Badan sel, Satu atau lebih
dendrit, Satu akson
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf.
Setiap badan sel saraf mengandung inti tunggal. Inti ini merupakan pusat
kontrol sel. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit
dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom. Dalam
sitoplasma badan sel, ada retikulum endoplasma kasar [reticulum
endoplasmic rough (RER)]. Dalam neuron, ER kasar memiliki struktur
granular disebut sebagai badan Nissl, juga disebut zat chromatophilic, dan
merupakan tempat sintesis protein.
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang,
seperti cabangcabang pohon. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel.
Ini adalah daerah reseptif neuron. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran
sitoplasma badan sel. Akson hilock, adalah prosesus panjang atau serat
yang dimulai secara tunggal tetapi dapat bercabang dan pada ujungnya
memiliki banyak perpanjangan halus disebut terminal akson yang kontak
dengan dendrit dari neuron lainnya. Benang-benang halus yang terdapat di
dalam akson disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa
lapis selaput myelin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi
untuk mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat
lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann
yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk
selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel
Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan
memberi nutrisi. Bagian dari akson yang merupakan celah sempit dan
tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls
Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron
ke neuron yang lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson
(terminal akson) dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah antara satu
neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatanloncatan listrik yang bermuatan ion terjadi dalam celah sinapsis, baik ion
positif dan ion negatif. Di dalam sitoplasma sinapsis, terdapat vesikel
sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung neuron (terminal akson), vesikel
akan bergerak, lalu melebur dengan membran prasinapsis dan melepaskan
neurotransmiter. Neurotranmiter berdifusi melalui celah sinapsis, lalu
menempel pada reseptor di membran pascasinapsis.
Hormon adalah pembawa pesan kimiawi jarak jauh yang dikeluarkan
oleh kelenjar endokrin tanpa duktus ke dalam darah, yang mengangkut
hormon ke sasaran spesifik tempat hormon mengontrol fungsi tertentu
dengan mengubah aktivitas protein di dalam sel sasaran
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa
keperawatan memahami tentang prinsip komunikasi saraf dan hormon.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah
1.
Mahasiswa mampu memahami Komunikasi Saraf
2.
Mahasiswa mampu memahami tentang Pontensial Berjenjang
3.
Mahasiswa mampu memahami tentang Potensial Aksi
4.
Mahasiswa mampu memahami regenerasi serat saraf
5.
Mahasiswa mampu memahami Sinaps dan Integrasi Neuron
6.
Mahasiswa mampu memahami komunikasi antar sel dan tranduksi
sel.
7.
Mahasiswa mampu memahami prinsip komunikasi hormone.
8.
Mahasiswa mampu memahami prinsip komunikasi saraf dan
hormon
C. Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat kepada
mahasiwa keperawatan berupa prinsip komunikasi saraf dan hormon.
2.
Institusi Pendidikan
Penulisan malakah ini diharapkan memberi tambahan refensi dan
rujukan terkait prisip komunikasi saraf dan hormon.
3.
Insitusi Pelayanan Kesehatan
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat kepada
praktisi berupa mengulang kembali apa yang sudah didapat dalam
masa pendidikan dan menambah pengetahuan untuk Prinsip
Komunikasi Saraf dan Hormon terbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Komunikasi Saraf
Semua sel tubuh memperlihatkan potensial membran, yaitu
pemisahan muatan positif dan negatif di kedua sisi membran, seperti
dibahas di bab sebelumnya. Potensial ini berkaitan dengan distribusi takmerata Na., K., dan anion protein inrrasel besar antara cairan intrasel (CIS)
dan cairan el.rstrasel (CES), dan dengan perbedaan permeabilitas
membrane plasma terhadap ion-ion ini.
Saraf dan otot adalah jaringan peka rangsang. Dua jenis seI, sel saraf
dan sel otot, mengalami perkembangan sedemikian sehingga dapat
memanfaarkan potensial membran ini. Kedua sel ini dapat mengalami
perubahan cepar sesaar pada potensial membrannya. Fluktuasi potensial
ini berfungsi sebagai sinyal listrik. Potensial membran konstan yang
terdapat ketika sel saraf atau otot tidak memperlihatkan perubahan cepar
dalam potensialnya disebut potensial istirahat.
Sel saraf dan otot dianggap sebagai jaringan peka rangsang karena
jika tereksitasi, keduanya mengubah potensial istirahatnya untuk
menghasilkan sinyal listrik. Sel saraf, yang juga dikenal sebagai neuron,
frenggunakan sinyal-sinyal listrik ini untuk menerima, memproses,
memulai, dan mengirimkan pesan. Di sel otot, sinyal listrik ini memicu
kontraksi.
Dengan demikian, sinyal
listrik
sangat
penting bagi
berfungsinya sistem saraf dan semua otot. Di bab ini, kita akan membahas
bagaimana neuron mengalami perubahan potensial untuk melaksanakan
fungsinya.
a. Pontensial membrane berkurang sewaktu depolarisasi dan meningkat
sewaktu hiperpolarisasi
1. Polarisasi: Muatan-muatan dipisahkan di kedua sisi membran
sehingga membran memiliki potensial. Setiap nilai potensial
membran bukan 0 mV baik dalam arah positif maupun negatif,
maka membran berada dalam keadaan polarisasi. Ingatlah bahwa
besar potensial berbanding lurus dengan jumlah muatan positif dan
negative yang dipisahkan oleh membran dan bahwa tanda potensial
(+ atau -) masing-masing selalu menunjukkan bahwa terjadi
kelebihan muatan positif atau kelebihan muatan negatif di bagian
dalam membran. Di sel saraf, pada potensial istirahat, membran
mengalami polarisasi pada -70 mV
2. Depolarissi
Penurunan besar potensid membran negatif; membran menjadi
kurang terpolarisasi dibandingkan dengan potensial istirahat.
Selama depolarisasi potensia membran bergerak mendekati 0 mV,
menjadi kurang negatif(sebagai contoh, perubahan dari -70 mV
menjadi
-60 m9;
muaran
yang dipisahkan lebih sedikit
dibandingkan dengan potensial istirahat
3. Repolarisasi
Membran kembali ke potensial istirahatnya setelah mengalami
depolarisasi.
4. Hiperpolarisasi
5. Peningkatan besar potensial membrane negatif; membran menjadi
lebih terpolarisasi dibandingkan pada potensial istirahat. Selama
hiperrrolarisasi potensial membran semakin menjauhi 0 mV,
menjadi Iebih negatif (misalnya perubahan dari -70 mV menjadi 80 mD; lebih banyak muatan yang dipisahkan dibandingkandengan
potensial istirahat.
Salah satu hal yang membingungkan perlu diklarifikasi. Pada alat
yang digunakan untuk merekam perubahan cepat dalam potensial, selama
depolarisasi saar bagian dalam menjadi kurang negatif daripada saat
istirahat,? enurunan besar potensial ini tercermin sebagai defleksi he atas.
Sebaliknya, saat hiperpolarisasi ketika bagian dalam menjadi lebih
negative daripada saat istirahat, peninghatan besar potensial ini di wakili
oleh deflelai he bawah.
b. Sinyal listrik dihasilkan oleh perubahan pada perpindahan ion
melintasi membrane plasma
Perubahan pada potensial membran terjadi karena perubahan pada
perpindahan ion menembus membran. Sebagai contoh, jika aliran masuk
netto ion bermuatan positif meningkat dibandingkan dengan keadaan
istirahat maka membrane mengalami depolarisasi (bagian dalamnya
kurang negatif). Sebaliknya, jika aliran keluar netto ion bermuatan positif
meningkat dibandingkan dengan keadaan istirahat maka membrane
mengalami hiperpolarisasi (bagian dalam lebih negatif).
Perubahan pada perpindahan ion, sebaliknya, ditimbulkan oleh
perubahan pada permeabilitas membran sebagai respons terhadap berbagai
hejadian pemicu. Bergantung pada jenis sinyal listriknya, kejadian pemicu
dapat berupa (1) perubahan medan listrik di sekitar membran peka
rangsang; (2) interalai suatu perantara kimiawi dengan reseptor pemukaan
teftentu di membrane sel saraf atau otot; (3) rangsangan, misalnya
gelombang suara yang merangsang sel-sel sarafkhusus di telinga; atau (4)
perubahan spontan potensial akibat ketidak seimbangan inheren siklus
bocor-pompa (Anda akan mempelajari mengenai sift berbagai proses
pemicu ini seiring dengan berlanjutnya pembahasan kita tentang sinyal
listrik).
Karena ion-ion larut air yang bertanggung jawab membawa muaran
tidak dapat menembus lapis-ganda lemak membran plasma maka muatan
ini hanya dapat menembus membran melalui saluran yang spesifik
baginya. Saluran membran dapat berupa saluran bocor atau saluran
berpintu/bergerbang. Salatan bocor selalu terbuka, sehingga ion-ionnya
dapat menembus membran melalui saluran ini tanpa kontrol. Sebaliknya,
saluran berpintu memiliki pintu yang kadang terbuka, memungkinkan ion
melewati saluran, kadang terturup, mencegah lewatnya ion melalui
saluran. Pembukaan dan penutupan pintu terjadi akibat perubahan dalam
konformasi tiga dimensi. (bentuk) protein yang membentuk saluran
berpintu tersebut. Terdapat €mpat jenis saluran berpintu, bergantung pada
faktor yang memicu perubahan konformasi saluran: (1) saluran berpintu
voltase, yang membuka atau menutup sebagai respons terhadap perubahan
potensial membran; (2) saluran berpintu kimiawi, yang mengubah
konformasinya sebagai respons terhadap pengikatan pembawa pesan
kimiawi tertentu dengan reseptor membrane yang berkaitan erat dengan
saluran; (3) saluran berpintu mekanis, yang berespons terhadap
peregangan atau deformasi mekanis lain; dan (4) saluran berpintu termal,
yang berespons terhadap perubahan suhu lokal (panas atau dingin).
Karena itu, kejadian pemicu mengubah permeabilitas membran dan
karenanya mengubah aliran ion menembus membran dengan membuka
atau menutup saluran yang melindungi saluran ion tertentu. Perpindahan
ion-ion ini menyebabkan redistribusi muatan di kedua sisi membran,
menyebabkan potensial membran berfluktuasi. Terdapat dua bentuk dasar
sinyal listrik: (l) potensial berjenjang, yang berfungsi sebagai sinyal jarakpendek; dan (2) potensial aksi, yang menjadi sinyal jarak-jauh. Kita
sekarang akan membahas jenis-jenis sinyal ini secara lebih detil, dimulai
dengan potensial berjenjang dan kemudian kita akan mendalami
bagaimana sel saraf menggunakan sinyal-sinyal ini untuk menyampaikan
pesan.
B. Pontensial Berjenjang
Potensial berjenjang (potensial bertingkat) adalah perubahan lokal
potensial membran yang terjadi dalam berbagai derajat atau tingkat
kekuatan. Sebagai contoh, potensial membran dapat berubah dari -70
menjadi -60 mV (suatu potensial berjenjang 10 mV) atau dari -70 menjadi
-50 mV (potensial berjenjang 20 mV).
a. Semakin kuat kejadian pemicu,semakin besar potensial berjenjang
yang terbentuk.
Potensial berjenjang biasanya dihasilkan oleh kejadian pemicu
tertentu yang menyebabkan saluran ion berpintu terbuka di bagian
tertentu membran sel peka rangsang. Pada sebagian besar kasus,
saluran ini adalah saluran berpintu kimia atau berpintu mekanis. Yang
biasanya terjadi adalah terbukanya saluran berpintu Na. yang
menyebabkan masuknya Na- ke dalam sel mengikuti penurunan
gradien konsentrasi dan listriknya. Depolarisasi yang terjadi potensial
berjenjang-terbatas di regio kecil khusus dari keseluruhan membran
plasma.
Besar potensial berjenjang inisial ini (yaitu, perbedaan antara
potensial baru dan potensial istirahat) berkaitan dengan kekuatan
kejadian pemicu: Semakin buat hejadian pemicu, semahin banyak
saluran berpintu yang terbuka, semakin banyak maatan positif yang
masuk ke sel, dan semahin besar potensial berjenjang terdepolarisasi di
tempat inisial. Juga semakin lama durasi kejadian pemicu, semabin
lama durasi potensial berjenjang
b. Pontensial berjenjang menyebar dengan aliran
Ketika suatu potensial berjenjang terjadi di membran sebuah sel
saraf atau otot maka bagian membran lainnya masih berada dalam
potensial istirahat. Daerah yang mengalami depo- arus pasif. larisasi
remporal disebut daerah aktif. bahwa di bagian dalam sel, daerah aktif
relatif lebih positif daripada daerah inabtif sekitar yang masih berada
dalam potensial istirahat. Di luar sel, daerah aktif relatif kurang positif
dibandingkan dengan daerah sekitar. Karena perbedaan potensial ini
maka muaran listrik, dalam hal ini dibawa oleh ion, mengalir pasif
antara daerah aktif dan daerah istirahat sekitar baik di sisi dalam
maupun luar membran. Setiap aliran muatan listrik dinamai arus.
Berdasarkan perjan.jian, arah aliran arus selalu disebutkan berdasarkan
arah aliran muatan positif (Gambar 4-3c). Di bagian da.lam, muatan
positif mengalir melalui CIS menjauhi daerah aktif depolarisasi yang
relatif lebih positif ke arah daerah istirahat di sekitar yang lebih
negatif. Di luar sel, muaran positif mengalir melalui CES dari daerah
inaktifdi sekitar yang lebih positifke arah daerah aktifyang relatiflebih
negatif Perpindahan ion (yaitu arus listrik) berlangsung di sepanjang
membran di antara daerah-daerah yang berdekatan di sisi membran
yang sama. Aliran ini berbeda dengan aliran ion menembus membrane
melalui saluran ion.
Akibat arus lokal antara daerah depoiarisasr aktif dan daerah inaktif
di sekitarnya maka terjadi perubahan potensial di daerah yang semula
inaktif. Muatan positif mengalir ke daerah sekitar di sisi dalam,
sementara secara bersamaan, muaran positif mengalir keluar daerah ini
di sisi luar. Karena itu, di daerah sekitar bagian dalam menjadi lebih
positif (atau kurang negatif), dan bagian luar kurang positif (atau lebih
negatif) daripada sebelumnya.Dengan kata lain, daerah sekitar yang
semula inaktif telah mengalami depolarisasi sehingga potensial
berjenjang telah menyebar. Potensial daerah ini kini berbeda dari
daerah inaktif di sebelahnya di sisi lain, memicu aliran arus lebih lanjut
ke daerah baru ini, demikian seterusnya. Dengan cara ini, arus
menyebar di kedua arah menjauhi tempat awal perubahan potensial.
Besar arus yang mengalir antara dua daerah bergantung pada
perbedaan potensial antar daerah dan pada resistensi bahan tempar arus
mengalir. Resistensi adalah hambatan rerhadap perpindahan muatan
listrik. Semakin besar beda potensial, semakin besar aliran arus; dan
semakin rendah resistensi, semakin besar aliran arts. Konduhrar
memiliki resistensi rendah sehingga aliran arus tidak banyak mendapat
hambatan. Kawat (kabel) Iistrik serta CIS dan CES adalah konduktor
yang baik sehingga arus mudah mengalir melalui mereka. Insulator
memiliki resistensi tinggi dan sangat menghambat perpindahan
muatan. Plastik yang membungkus kawat listrik memiliki resistensi
tinggi, demikian juga lemak tubuh. Karena itu, arus tidak mengalir
menembus lapis ganda lemak membran plasma. Arus, yang dibawa
oleh ion, dapat menembus membran hanya melalui saluran ion.
c. Potensial berjenjang mereda hingga lenyap dalam jarak pendek.
Aliran arus pasif antara daerah aktif dan daerah sekitar yang inaktif
serupa dengan mengalirnya arus listrik di kawat listrik. Kita
mengetahui dari pengalaman bahwa arus dapat bocor dari kawat listrik
yang menimbulkan bahaya kecuali jika kawat dibungkus oleh bahan
insulator misalnya plastik. (Orang tersengat listrik jika mereka
menyentuh kawat listrik telanjang). Demikian juga arus melenyap
menembus membrane plasma karena ion-ion pembawa muatan bocor
melalui bagian-bagian membran yang "tidak berinsulasi", yaitu melalui
saluran terbuka. Akibat berkurangnya arus ini maka kekuatan arus
lokal secara progresif melemah seiring dengan bertambahnya jarak
dari tempat asal. Karena
itu, kekuatan potensial berjenjang terus menurun semakin jauh
potensial ini merambat dari daerah aktif asal. Cara lain untuk
menyatakannya adalah bahwa penyebaran potensial berjenjang bersifat
decremental berkurang bertahap (besar perubahan potensial awalnya
adalah 15 mV (perubahan dari -70 menjadi -55 mV), yang berkurang
sewaktu potensial bergerak di sepanjang membran hingga menjadi 10
mV (dari -70 menjadi -60 mV) dan terus menurun semakin jauh dari
tempat aktif awal, sampai tidak lagi terdapat perubahan potensial.
Dengan
cara ini, arus lokal ini mereda hingga lenyap beberapa millimeter dari
tempat awal perubahan potensial dan karenanya dapat berfungsi
sebagai sinyal hanya untuk jarak yang sangar pendek.
Meskipun potensial berjenjang memiliki jangkauan sinyal yang
terbatas namun potensial ini sangat penting bagi fungsi tubuh, seperti
dijelaskan di bab-bab berikutnya. Berikut ini adalah potensial
berjenjang: potensial pascasinaps, dan potensial gelombang hmbat.
Istilah-istilah nini mungkin asing bagi anda sekarang, tetapi anda akan
terbiasa dengan mereka seiring dengan pembahasan lanjutan kita
tentang fisiologi saraf dan otot. Kami menyertakan daflar ini di sini
karena hanya di sinilah potensial berjenjang akan disatukan. Untuk
saat ini cukup dikatakan bahwa umumnya sel peka rangsang dapat
menghasilkan satu dari berbagai jenis potensial berjenjang sebagai
respons terhadap suatu kejadian
pemicu. Sebaliknya, potensial berjenjang dapat memicu patensial aksi,
yaitu sinyal farak-jauh, di sel peka rangsang.
C. Pontensial Aksi
Potensial aftsi adalah perubahan potensial membran yang berlangsung
singkat, cepat, dan besar (100 m.V) saat potensial sebenarnya berbalik,
sehingga bagian dalam sel peka rangsang secara sesaat menjadi lebih
positif daripada bagian luar. Seperti potensial berjenjang, satu potensial
aksi hanya melibatkan sebagian kecil dari keseluruhan membran sel peka
rangsang. Namun, tidak seperti potensial berjenjang, potensial aksi
dihantarkan, atau menjalar, ke seluruh membrane secara nondecremental;
yaitu, potensial ini tidak berkurang kekuatannya ketika menyebar dari
tempat asalnya ke seluruh bagian membran lain. Karena itu, potensiai aksi
dapat berfungsi sebagai sinyal jarak jauh yang"taat". Pikirkanlah tentang
sel saraf yang menyebabkan kontraksi sel-se l otot di jempol kaki anda
ingin menggoyangkan jempol kaki anda maka perintah dikirim dari otak
turun ke medula spinalis untuk memulai potensial aksi di pangkal sel
sarafini, yang terletak di medula spinaiis.
Potensial alai ini berjalan tanpa berkurang menelusuri akson panjang
sel saraf yang berjalan di sepanjang tungkai anda untuk berakhir di sel-sel
oror jempol kaki anda. Sinyal tidak melemah atau lenyap namun tetap
dipertahankan dengan kekuatan penuh dari awal hingga akhir. Marilah kita
melihat perubahan pada potensial seiama suatu potensial aksi, serta
permeabilitas dan perpindahan ion yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan potensial ini, sebelum kita mengalihkan perhatian kepada
cara,cara yang digunakan oleh potensial aksi menyebar ke seluruh
membrane sel tanpa berkurang.
a. Sewaktu pontensial aksi,pontensial membran berbalik secara Sewaktu
potensial aksi,cepat dan transien.
Jika kekuatannya memadai maka perubahan potensial berjenjang
dapat memicu potensial aksi sebelum perubahan berjenjang tersebut
hilang. (Nanti anda akan menemukan caracara bagaimana inisiasi ini
dilakukan untuk berbagai jenis potensial berjenjang). Biasanya bagian
membran peka rangsang tempat potensial berjenjang dihasilkan
sebagai respons terhadap suatu kejadian pemicu tidak mengalami
potensialaksi. Namun, potensial berjenjang, melalui cara listrik atau
kimia, menimbulkan depolarisasi bagian-bagian membran sekitar
tempat potensial aksi dapat terbentuk. Untuk mempermudah
pembahasan, kita akan meloncat dari kejadian pemicu ke depolarisasi
bagian membran yang mengalami potensial alai, tanpa membahas
keterlibatan potensial berjenjang. Untuk memulai suatu potensial aksi,
kejadian pemicu menyebabkan membran mengalami depolarisasi dari
potensia istirahat -70 mY (Gambar 4-6). Depolarisasi berjalan
lambat pada awalnya, sampai tercapai suatu ambang kritis yang
disebut potensial ambang, biasanya antara -50 dan -55 mV.
Di potensial ambang ini timbul depolarisasi yang eksplosif.
Rekaman potensial pada saat ini memperlihatkan. Defleksi cepat ke
atas hingga +30 mV karena potensial dengan cepat membalikkan
dirinya sehingga bagian dalam sel menjadi positif dibandingkan
dengan bagian luarnya. Membran kemudian mengalami repolarisasi
sama ceparnya, kembali kepotensial istirahat. G aya, gaya yane
menyebabkan repolarisasi membran sering mendorong potensial
terlalu jauh, menyebabkan hiperpolarisasi ikutan singkat saat bagian
dalam membran menjadi lebih negatif daripada normal (misalnya -80
m\) sebelum akhirnya potensial istirahat pulih. Keseluruhan perubahan
cepat potensial membran dari ambang ke puncak dan kemudian
kembali ke istirahat disebar pontensial . T idak seperri durasi potensial
berj enj ang yang bervariasi, durasi suatu potensial aksi selalu sama di
satu sel peka rangsang. Di sel saraf, potensial aksi berlangsung hanya
selama 1 mdet (0,001 detik).
Potensial ini berlangsung lebih lama di otot, dengan durasi
bergantung pada jenis otot. Bagian potensial aksi ketika potensial
berbalik (antara 0 dan +30 m\) disebut oaershoot. Potensial aksi sering
disebut sebagai sp ibe, karena gambaran rekamann ya yang seperri
duri.Selain itu, juga dikatakan bahwa membran peka rangsang yang
terpicu untuk mengalami potensial aksi menghasilkan lepas muatan
(fire). Karcna itu, istilah potensial aksi, spike, dan lepas mantan
mengacu kepada fenomena pembalikan cepat potensial membran. Jika
potensial ambang tidak tercapai oleh depolarisasi awal maka tidak
terbentuk potensial aksi. Karena itu ambang adalah titik kritis tuntasatau-gagal (all-or-none). Hanya terdapar dua kemungkinan terhadap
proses depoiarisasi yaitu membran akan mengalami depolarisasi
sampai ke ambang sehingga terbentuk porensial aksi atau ambang
tidak tercapai sehingga tidak terbentuk potensial aksi.
b.
Perubahan mencolok pada permeabilitas membrane dan perpindahan
ion menyebabkan potensial aksi
Bagaimana potensial membran, yang biasanya dipertahankan
pada tingkat istirahat yang tetap, kehilangan keseimbangannya
sedemikian sehingga terbentuk potensial aksi? Ingatlah bahwa K.
berperan paling besar dalam pembentukan potensial istirahat karena
membran saat istirahat jauh lebih permeabel terhadap K. daripada
terhadap Na- (lihat h. 84). Selama potensial aksi, terjadi perubahan
mencolok dalam permeabilitas membran terhadap Na. dan K- sehingga
ion-ion berpindah cepat mengikuti penurunan gradien konsentrasinya.
Perpindahan ion-ion ini membawa arus yang berperan dalam
perubahan potensial yang terjadi selama potensial aksi. Potensial aksi
terjadi kemudian penurupan dua tipe saluran spesifik saluran berpintu
voltase dan saluran K- berpintu voltase.
Saluran membran berpintu voltase terdiri dari protein-protein
yang memilik sejumlah gugus bermuatan. Medan lisuik (potensial)
yang mengelilingi saluran ini dapat menyebabkan distorsi pada
struktur saluran karena bagian-bagian dari protein saluran yang
bermuatan akan tertarik atau tertolak secara elektris ole muatan
yangada di cairan sekitar membran. Tidak seperti mayoritas protein
membran, yang tetap stabil meskipun terjadi fluktuasi potensial
membran, protein saluran berpintu voltase sangat peka terhadap
perubahan voltase. Distorsi kecil bentuk saluran yang ditimbulkan oleh
perubahan
potensial
dapat
menyebabkan
saluran
mengubah
konformasinya. Di sini kembali ditemukan contoh bagaimana
perubahan ringan pada struktur dapat berpengaruh besar pada fungsi.
Saluran Na- berpintu voltase memiliki dua prnru: pintu pengaktifan
dan pintu penginahtifan. Pintu pengaktifan menjaga saluran dengan
membuka dan menutup.
Seperti pintu berengsel. Pintu penginaktifan terdin dan rang kaian
asam-asam amino seperri bola dan rantai. Pintu ini terbuka ketika bola
rerganrung bebas di rantainya dan tertutup ketika bola berikatan
dengan reseptornya yang terletakdi lubang saluran sehingga saluran
rerrurup. Kedua pintu harus terbuka agar Na' dapat melalui saluran,
dan penutupan salah satu pintu mencegah lewatnya ion ini.
c.
Perubahan Permeabilitas dan Perpindahan ion selama pontensial aksi
Pada potensial istirahat C70 mV), semua saluran Na' dan K
berpintu voltase tertutup, dengan pintu pengaktifan saluran Na.
tertutup dan pintu penginaktifannya terbuka; yaitu, saluran Naberpintu voltase berada dalam konformasi "tertutup tetapi dapat
membuka". Karena itu, pada potensial istirahat Na- dan K- tidak dapat
melewati saluran berpintu voltase ini. Namun, karena adanya banyak
saluran bocor K dan sangat sedikit saluran bocor Na. maka membran
dalam keadaan istirahat 50 sampai 75 kali lebih permeabel terhadap K.
daripada terhadap Na-. Ketika suatu membran mulai mengalami
depolarisasi menuju ambang akibat suatu kejadian pemicu, pintu
pengaktifan sebagian dari saluran Na' berpintu voltase membuka.
Kini kedua pintu saluran ini terbuka. Karena gradien konsentrasi
dan gradien listrik untuk Na. mendorong perpindahan ion ini masuk ke
sel, maka Na' mulai masuk ke dalam sel.Perpindahan Na' yang
bermuatan positif menyebabkan membran semakin mengalami
depolarisapi, sehingga lebih banyak saluran Na- berpintu voltase
terbuka dan lebih banyak Na- yang masuk, demikian sererusnya, dalam
suatu siklus umpan-balik positif.
Di potensial ambang, terjadi lonjakan peningkatan permeabilitas
Na-, yang disimboikan dengan sewaktu membran dengan cepat
menjadi 600 kali lebih permeable terhadap Nat daripada terhadap K-.
Masing-masing saluran terbuka atau rerturup dan tidak dapat setengah
terbuka. Namun, mekanisme pintu berbagai saluran berpinru voltase
ini cepat membuka oleh perbedaan voltase yang ringan. Selama fase
awal depolarisasi, semakin banyak saluran Na, yang terbuka seiring
dengan semakin menurunnya potensial Di ambang, cukup banyak
pintu Na- yang terbuka untuk menghentikan siklus umpan-balik positif
yang menyebabkan pintu Na'sisanya dengan cepat membuka. Kini
permeabilitas Na. mendominasi membran, berbeda dengan dominasi K
pada potensial istirahat.
Karena itu, pada ambang Na, menyerbumasuk ke dalam sel,
dengan cepat melenyapkan negativitas di bagian dalam dan bahkan
membuat bagian dalam sel lebih positif daripada bagian luar dalam
upaya
untuk
mendorong
potensial
membran
ke
potensial
keseimbangan Na- (yang besarnya +60 mV.. Potensial mencapai +30
mV mendekati potensial keseimbangan Na. Potensial tidak dapat
menjadi lebih positif karena, pada puncak potensial aksi, saluran Na,
mulaimenutup ke keadaan inaktif, dan P*,' mulai rurun ke nilai rst
iraha t nya. Apa yang menyebabkan saluran Na. menutup? Ketika
potensial membran mencapai ambang, berlangsung dua proses yang
berkaitan erar di pintu masing-masing saluran Na. Pertama, pintu
pengaktifan terpicu untuk membuka dengan cepat sebagat respons
terhadap depolarisasi, mengubah saluran ke konformasi terbuka (aktif)
(Gambar 4-7b). Yang mengejutkan, pembukaan saluran ini memicu
proses penutupan saluran.
Perubahan
konformasi
yang
membuka
saluran
juga
memungkinkan inaktivasi bola pintu untuk berikatan dengan
reseprornya di lubang saluran sehingga mulut saluran tersumbat secara
fisik. Namun, penurupan ini memerlukan waktu sehingga pinru
penginaktifan menutup secdra lambat dibandingkan dengan kecepatan
saluran membuka. Sementara itu, selama 0,5 mdet jeda antara pintu
pengaktifan membuka dan sebelum pintu penginaktifan tertutup,
keduapintu terbuka dan Na. menyerbu masuk ke sel melalui saluransaluran yang rerbuka ini, membawa potensial aksi ke puncaknya.
Kemudian pintu penginaktifan menurup, per, meabilitas
membran terhadap Na- merosot ke nilai istirahatnya yang rendah, dan
pemasukan lebih lanjut Na- ke dalam sel terhenti. Saluran tetap berada
dalam konformasi inaktifnya Bersamaan dengan inaktivasi saluran Na, saluran K' berpintu voltase mulai membuka secara perlahan di puncak
potensial aksi. Pembukaan pintu saluran K' adalah suatu respons
berpintu voltase yang tertunda dan terpicu oleh depolarisasi awal ke
ambang. Karena itu, di ambang terjadi tiga proses yang berkaitan
dengan potensial aksi: (1) pembukaan cepat pintu aktivasi Na-, yang
memungkinkan Na' masuk, memindahkan potensial dari ambang ke
puncaknya yang positif; (2) penutupan lambat pintu inaktivasi Na-,
yang menghentikan pemasukan lebih lanjut Na. setelah jeda sangat
singkat sehingga potensial tidak dapat terus meningkat; dan
(3) pembukaan lambat saluran K-, yang, seperti akan anda lihat,
berperan besar menirrunkan potensial dari puncaknya ke tingkat
istirahat. Potensial membran akan secara bertahap kembali ke istirahat
setelah penutupan saluran Na. karena K. terus bocor keluar tetapi tidak
ada lagi Na- yang masuk. Namun, pemulihan ke tingkat istirahat ini
dipercepat oleh pembukaan pintu K- saat potensial aksi mencapai
puncaknya.
Pembukaan
saluran
K-
berpintu
voltase
sangat
meningkatkan permeabilitas K- menjadi sekitar 300 kali daripada p .
istirahat.
Peningkatan mencolok P". ini menyebabkan K+ menyerbu keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi dan gradien listriknya,
membawa muatan positif kembali keluar. Perhatikan bahwa pada
puncak potensial aksi, potensial positif di bagian dalam sel cenderung
menolak ion K. yang positifsehingga gradien listrik untuk K- adalah ke
arah luar,tidak seperti saat potensial istirahat. Perpindahan keluar K'
permeabilitas K-. menjadi sekitar 300 kali daripada P*^. istirahat.
Perpindahan keluar K' secara cepat memulihkan potensial istirahat
yang negatif.
Sebagai ringkasan , f6e nai.k pada potensial aksi (dari ambang ke +30
mV disebabhan oleh influx (Na. masuk ke sel) akibat peningkatan
mendadak PN"' di
ambang. Fase turun (dari +30 mV ke potensial istirahat) terutama
disebabban oleh efluks K (K- keluar sel).
d.
Potensial aksi menjalar dari aksi axon hillockke terminal akson
Satu potensial aksi melibatkan hanya sebagian kecil dari
permukaan
membran total sebuah sel peka rangsang. Tetapi jika akan berfungsi
sebagai sinyal jarak jauh maka potensial aksi tidak dapat menjadi
sekedar kejadian terisolasi yang terbatas di daerah terrenru di
membran sel saraf arau otot. Harus
terdapat mekanisme untuk menghantarkan atau menyebarkan
potensial aksi ke seluruh membran sel. Selain itu, sinyal harus
ditransmisikan dari satu sel ke sel lain (sebagai contoh, di sepanjang
jalur saraf spesifik). Untuk menjelaskan bagaimana mekanismemekanisme tersebut terlaksana, kita mulamula akan membahas secara
singkat struktur neuron. Kemudian kita akan meneliti bagaimana
suaru porensial aksi (impuls saraf) dihantarkan ke seluruh sel saraf,
sebelum kita mengalihkan perhatian pada bagaimana sinyal
dipindahkan ke sel lain. Sebuah sel saraf, arau neuron, biasanya terdiri
dari tiga bagian dasar: badan sel, dendrit, dan ahson,meskipun
terdapat variasi dalam struktur, bergantung pada lokasi dan fungsi
neuron.
Nukleus
dan
organel
terdapat
di
badan
sel,
tempat
bermunculannya banyak tonjolan yang dikenal sebagai dendrit
berbentuk seperti antena untuk meningkatkan luas permukaan yang
tersedia unruk menerima sinyal dari sel saraf lain . Sebagian neuron
memiliki hingga 400.000 juluran permukaan semacam ini. Di
sebagirn besar neuron, membran plasma dendrit dan badan sel
mengandung reseptor protein untuk mengikat pembawa pesan
kimiawi dari neuron lain. Karena itu, dendrit dan badan sel adalah
zona input neuron, karena komponen-komponen ini menerima dan
'mengintegrasikan sinyal masuk.
Akson, arau serat saraf, adalah penjuluran memanjang tubular
tunggal yang menghantarkan potensial aksi meniauhi badan sel dan
akhirnya berakhir di sel lain. Akson sering membentuk cabangcabang samping, atau kolateral, di sepanjang perjalanannya. Bagian
perrama akson plus bagian badan sel tempar keluarnya akson dikenal
sebagai axon hilloch. Axon hilloch adalah zona pemicu neuron,
karena di sinilah potensial aksi terbentuk, atau dimulai, oleh potensial
berjenjang jika kekuatannya memadai. Potensial aksi kemudian
dihantarkan di sepanjang alson dari axon hilhch ke ujung yang
biasanya
bercabang-cabang di
terminal
akson.
Terminal
ini
mengeluarkan pembawa pesan kimiawi yang secara bersamaan
mempengaruhi banyak sel lain yang berkontak dengan akson ini.
Karena itu, secara fungsional, alson adalah zona penghantar
neuron, dan rerminal akson membentuk zona Pengecualian utama
terhadap struktur dan organisasi fungsional khas neuron ini adalah
neuron yang khusus menyalurkan informasi sensorik. Panjang alcon
bervariasi dari kurang dari satu millimeter di neuron yang hanya
berkomunikasi dengan sel-sel tetangga hingga lebih dari saru merer di
neuron yang berhubungan dengan bagian sistem saraf yang jauh atau
dengan organ perifer. Sebagai contoh, alson neuron y^ngmenyarrLfi
jempol kaki anda harus menempuh jarak dari badan selnya di dalam
medula spinalis di bagian bawah punggung anda menelusuri tungkai
hingga ke jempol kaki. Potensial alai hanya dapat timbul di bagianbagian membran yang memiliki banyak saluran Na- berpintulrolias.
Yang dapat dipicu membuka oleh kejadian yang menyebabkan
depolarisasi. Biasanya bagian-bagian sel peka rangsang tempat
berlangsungnya porensial berjenjang tidak mengalaml potensial aksi,
karena saluran Na. berpintu volrase jarang ditemukan di sini. Karena
itu, tempar-tempar yang mengalami potensial berjenjang tidak
mengalami potensial aksi, meskipun dapat mengalami depolarisasi
yang bermakna. Namun, potensial berjenjang dapat, sebelum lenyap,
memicu potensial aksi di bagian-bagian membran sekitar dengan
membawa bagian yang lebih peka tersebut ke ambang melalui aliran
arus lokal dari tempat potensial berjenjang. Sebagai contoh, di neuron
potensial berjenjang biasanya t.rbentuk di dendrit dan badan sel
sebagai respons terhadap sinyal kimiawi yang datang. Jika potensial
berjenjang ini memiliki kekuatan cukup besar pada saat menyebar ke
axon hilloch maka dapat terbentuk potensial aksi di zona pemicu ini.
e. Sekali terbentuk,pontensial aksi dihantarkan sepanjang serat saraf
Setelah potensial aksi terbentuk di axon hiltock, tidak lagi
diperlukan kejadian pemicu untuk mengaktifkan bagian lain serat
saraf. Impuls secara otomatis dihantarkan ke seluruh neuron tanpa
stimulasi lebih lanjut dengan satu dari dua cara perambatan: h antaran
contiguo us (merambat) atau h antaran sabatorik (meloncat). Hantaran
merambat adalah penyebaran potensial aksi di sepanjang membran
mengikuti panjang akson (contiguous artinya "menyentuh" atau "di
samping pada suatu rangkaian"). Proses ini representasi skematik
potongan longitu,dinal, axon hillock dan bagian akson tepat
sesudahnya. Membran di axon hilloch berada dalam puncak suatu
potensial alai. Di daerah ini, bagian dalam sel positif karena Na telah
menyerbu masuk ke dalam sel saraf di titik ini. Bagian akson lainnya,
yang masih berada dalam potensial istirahat dan negatif di bagian
dalamnya, dianggap inaktif.
Agar potensial aksi menyebar dari daerah aktif ke daerah inaktif
maka daerah inaktif harus mengalami depolarisasi sampai ambang
sebelum dapat mengalami potensial aksi. Depolarisasi ini terlaksana
oleh aliran arus lokal antara daerah yang sudah mengalami potensial
aksi dan daerah inaktif di sebelahnya, serupa dengan aliran arus yang
berperan dalam penyebaran potensial berjenjang. Karena muatan yang
berlawanan akan saling tarik, maka daerah inaktif sekitar baik di sisi
dalam maupun sisi luar membran. Aliran arus lokal ini menetralkan
arau memperkecil sebagian dari muatan yang tak seimbang di daerah
inaktif; yaitu, aliran tersebut mengurangi jumlah muaran berlawanan
yang dipisahkan oleh membran, menurunkan potensial di daerah ini.
Efe depolarisasi ini dengan cepat membawa daerah yang semula
inaktif ke ambang, saat saluran Na- berpintu voltase di bagian
membran ini semua membuka, menyebabkan potensial aksi di daerah
yang sebelumnya inaktif.
Sementara itu, daerah yang semula aktif, kembali ke potensial
istirahat akibat efluks K-.Selanjutnya, di dekat daerah aktifbaru
terdapat daerah inaktif lain, sehingga hal yang sama kembali berulang.
Siklus ini mengulangi dirinya dalam suatu reaksi berantai sampai
potensial aksi relah menyebar kc ujung aksan. Sekali suatu potensial
aksi terbentuk dl salah satu bagian membran sel saraf maha akan
terpicu suatu siklus sed.emihian sehinga potensial aksi menjalar he
seluruh serat secara otomatis. Dengan cara ini,akson mirip dengan
sumbu perasan renteng yang hanya perlu dinyalakan salah satu
ujungnya. Sekali menyala maka apiakan menjalar di sepanjang
renreng; kita tidak perlu menyalakan setiap petasan secara terpisah.
Perhatikan bahwa potensial aksi yang asli tidak perlu berjalan di
sepanjang membran. Potensial aksi ini memicu potensial aksi baru
identik di daerah sekitar di membran, dan proses ini berulang di
seluruh panjang akson. Analoginya adalah "waue" (gerakan penonron
seperti geiombang) di stadion. Masing-masing bagian penonton berdiri
(fase naik potensial aksi), lalu duduk (fase turun) dalam rangkaian satu
rnenyusul yang lain
f. Garis tengah serat juga mempengaruhi kecepatan perambatan
Selain efek mielinasi, diameter serat mempengaruhi kecepatan
suatu akson menghantarkan potensial aksi. Kekuatan aliran arus (yaitu,
jumlah muatan yang berpindah) bergantung tidak saja pada perbedaan
dalam potensial antar dua regio bermuatan listrik yang berdekatan
tetapi juga pada resistensi atau halangan
terhadap perpindahan muatan listrik antara dua region tersebut. Jika
diameter serat bertambah maka resistensi terhadap arus lokal
berkurang. Karena itu, semakin besar garis tengah serat semakin cepat
potensial alsi dapat dihantarkan.
Serat besar bermielin, misalnya serat yang menyarafi otot rangka,
dapat menghantarkan potensial aksi dengan kecepatan hingga 120
m/dtk (268 mllljam), dibandingkan dengan kecepatan hantaran 0,7
mldtk (2 milljam) di serat kecil tak-bermielin misalnya serat yang
menyarafi saluran cerna. Perbedaan dalam kecepatan hantaran ini
berkaitan dengan urgensi informasi yang disampaikan. Sinyal ke otot
rangka untuk menjalankan gerakan tertentu (misalnya, mencegah anda
jatuh ketika tersandung sesuatu) harus disalurkan lebih cepat daripada
sinyal untuk memodifikasi proses pencernaan yang berjalan perlahan.
Thnpa mielinasi, diameter akson di jalur saraf urgen tersebut harus
sangat besar dan tidak praktis untuk mencapai kecepatan hantaran yang
diperlukan. Memang, hal inilah yang terjadi pada banyak invertebrata.
Dalam perjalanan evolusi vertebrata, kebutuhan akan serat sarafyang
sangat besar telah diatasi oleh pengembangan selubung mielin, yang
memungkinkan pengiriman sinyal jarak jauh yang cepat dan ekonomis.
Keberadaan sel bermielin dapat sangat bermanfaat atau sangat
merugikan ketika suatu akson terpotong, bergantung pada apakah
kerusakan terjadi di saraftepi atau di susunan saraf pusat (SSP).
Berikutnya kita akan membahas rentang regenerasi serat saraf yang
rusak, suatu pokok yang sangar penting dalam cedera medula spinalis
atau trauma lain yang mengenai saraf.
D. Regenerasi Serat Saraf
a. Sel Schwann memandu regenerasi akson perifer yang putus
Pada kasus terpotongnya akson di susunan saraftepi, bagian akson
yang terletak lebih iauh dari badan sel mengalami degenerasi, dan sel
Schwann sekitar memfagosit debrisnya. Sel Schwann itu sendiri
menetap dan membentuk tabung regenerasi untuk menuntun serat saraf
melaksanakan regenerasi dalam arah yang benar. Bagian akson sisanya
yang terhubung ke badan sel mulai tumbuh dan maju di dalam kolom
sel Schwann dengan gerakan amuboid. Ujung akson yang tumbuh
maju "mengendus" jalannya dengan arah yang tepat, diruntun oleh
bahan kimia yang dikeluarkan oleh sel Schwann ke dalam tabung
regenerasi. Berhasilnya regenerasi serat dirandai oleh pulihnya sensasi
dan gerakan beberapa waktu setelah cedera saraf perifer, meskipun
regenerasi ini tidak selalu berhasil.
b. Oligodendrosit menghambat regenerasi akson sentral yang terputus
Serat di SSB yang mendapat mielin dari oligodendrosit dan bukan
sel Schwann, tidak memiliki kemampuan regenerasi ini. Akson-akson
itu sendiri sebenarnya mampu beregenerasi, tetapi oligodendrosit yang
mengelilingi mereka menghambat pertumbuhan akson, sangat berbeda
dengan efek sel hewan (yang memielinasi akson perifer) yang
mendorong pertumbuhan saraf. Pertumbuhan saraf di otak dan medula
spinalis dikontrol oleh keseimbangan rumit antara berbagai protein
pendorong pertumbuhan saraf dan protein penghambat pertumbuhan
saraf Selama masa perkembangan bayi, pertumbuhan saraf di SSP
dapat terjadi karena otak dan medula spinalis sedang terbentuk. Para
peneliti berspekulasi bahwa inhibitor pertumbuhan saraf, yang
terbentuk pada akhir masa perkembangan janin di selubung mielin
yang mengelilingi serat SSB mungkin berfungsi sebagai "pagar jalan"
untuk menjaga agar ujung-ujung saraf baru tidak keluar dari jalurnya
yang benar. Karena itu, efek oligodendrosit yang menghambat
pertumbuhan mungkin berfungsi untuk mensrabilkan struktur SSP
yang sangat rumit. Namun, inhibisi pertumbuhan merupakan suatu
kendala, ketika akson perlu disambung, misalnya saat medulla spinalis
terputus akibat kecelakaan.
Serat sentral yang rusak segera memperlihatkan tanda-tanda
memperbaiki diri setelah suatu cedera, tetapi dalam beberapa minggu
serar rersebur mulai berdegenerasi, dan terbentuk jaringan parut di
tempat cedera yang menghambat pemulihan. Karena itu, serar neuron
yang rusak di otak dan medula spinalis tidak dapat mengalami
regenerasi Serat di SSB yang mendapat mielin dari oligodendrosit dan
bukan sel Schwann, tidak memiliki kemampuan regenerasi ini. Aksonakson
itu
sendiri
sebenarnya
mampu
beregenerasi,
tetapi
oligodendrosit yang mengelilingi mereka menghambat pertumbuhan
akson, sangat berbeda dengan efek sel Schwann (yang memielinasi
akson perifer) yang mendorong pertumbuhan saraf. Pertumbuhan saraf
di otak dan medula spinalis dikontrol oleh keseimbangan rumit antara
berbagai
protein
pendorong
pertumbuhan
saraf
dan
protein
penghambat pertumbuhan saraf Selama masa perkembangan bayi,
pertumbuhan saraf di SSP dapat terjadi karena otak dan medula
spinalis sedang terbentuk. Para peneliti berspekulasi bahwa inhibitor
pertumbuhan saraf, yang terbentuk pada akhir masa perkembangan
janin di selubung mielin yang mengelilingi serat SSB mungkin
berfungsi sebagai "pagar jalan" untuk menjaga agar ujung-ujung
sarafbaru tidak keluar dari jalurnya yang benar. Karena itu, efek
oligodendrosit yang menghambat pertumbuhan mungkin berfungsi
untuk mensrabilkan struktur SSP yang sangat rumit. Namun, inhibisi
pertumbuhan merupakan suatu kendala, ketika akson perlu disambung,
misalnya saat medulla spinalis terputus akibat kecelakaan. Serat sentral
yang rusak segera memperlihatkan tanda-tanda memperbaiki diri
setelah suatu cedera, tetapi dalam beberapa minggu serar rersebur
mulai berdegenerasi, dan terbentuk jaringan parut di tempat cedera
yang menghambat pemulihan. Karena itu, serar neuron yang rusak di
otak dan medula spinalis tidak dapat mengalami regenerasi.
E. SINAPS DAN INTERGRASI NEURON
Ketika mencapai terminal alson, potensial aksi membebaskan
pembawa pesan kimiawi yang mengubah aktivitas sel sel tempat neuron
ini berakhir. Neuron dapat berakhir di salah satu dari tiga struktur berikut:
otot, kelenjar, arau neuron lain. Karena itu, bergantung pada di mana suatu
neuron berakhir, neuron dapat menyebabkan sel orot berkontrasi, kelenjar
mengeluarkan sel.resinya, neuron lain menyalurkan. Pesan listrik di
sepanjang jalur saraf atau fungsi lain. Jika neuron berakhir di otot atau
kelenjar, maka neuron dikatakan menyaraff, atau memasok, struktur
tersebut. Pertemuan antata saraf dan kelenjar atau otot yang disarafinya
akan diterangkan kemudian. Saat ini kita akan berkonsentrasi pada
hubungan antara dua neuron-sinaps. (Kadang-kadang kata sinaps
digunakan untuk menjelaskan taut antara dua sel peka rangsang, tetapi kita
akan membatasi pemakaian kata ini untuk taut antara dua neuron).
a. Sinaps adalah taut antara neuron prasinaps dan pascasinaps
Biasanya sinaps adalah hubungan antara satu terminal akson
suatu neuron, yang dikenal sebagai neuron prasinaps, dandendrit atau
badan sel neuron lain, yang dikenalsebagai neuron pascasinaps. (Pra
artinya"sebelum', dan pasca artinya "sesudah"; neuron prasinaps
terletak sebelum sinaps dan neuron pascasinaps terletak sesudah
sinaps). Dendrit dan, dengan tingkat yang lebih rendah, badan sel
sebagian besar neuron menerima ribuan masukan sinaptik, yaitu
terminal akson dari banyak neuron lain. Sebagian neuron di susunan
saraf pusat menerima hingga 100.000 masukan sinaps Anatomi salah
satu dari ribuan sinaps ini. Terminal akson suatu neuron prasinaps,
yang menghantarkan potensial aksinya menuju ke sinaps, berakhir di
suatu
pembengkakan
ringan,
slnalrtic
bnob.
Synaptic
knob
mengandung vesikel sinaps, yang menyimpan pembawa pesan kimiawi
spesifik, neurotransmiter yang telah disintesis dan dikemas oleh
neuron prasinaps. Synaptic knob terletak dekat, tetapi sebenarnya tidak
berkontak langsung, dengan neuron pascasinaps, neuron yang
potensial aksinya menjalar menjauhi sinaps.
Ruang antara neuron prasinaps dan pascasinaps disebut celah
sinaps. Arus tidak menyebar langsung dari neuron prasinaps ke neuron
pascasinaps karena tidak terdapat saluran di membrane prasinaps untuk
lewatnya Nat dan K- yang bermuatan listrik. Karena itu, potensial aksi
tidak dapat lewat secara elektris di antara dua neuron. Potensial aksi di
neuron prasinaps mengubah potensial neuron pascasinaps melalui
metode kimiawi. Sinaps hanya bekerja satu arah; yaitu, neuron
prasinaps menyebabkan perubahan potensial membran
neuron pascasinaps. Tetapi neuron pascasinaps tidak secara langsung
mempengaruhi potensial neuron prasinaps. Penyebab hal ini akan jelas
jika anda mempelajari kejadiankejadian yang berlangsung di sinaps.
b. Neurotransmiter membawa sinyal menyerbangi suatu sinaps
Karena terminal prasinaps mengeluarkan neurotransmitter dan
membran subsinaps neuron pascasinaps memiliki reseptor untuk
neurotransmiter tersebut maka sinaps hanya dapat beroperasi dalam
arah dari neuron prasinaps ke neuron pascasinaps.
c. Sebagian sinaps merangsang sementara yang lain menghambat neuron
pascasinaps
Setiap neuron prasinap biasanya hanya mengeluarkan satu
neurotransmiter;
neurotransmiter
namun,
neuron
yang
berbeda
mengeluarkan
yang berbeda pula. Setelah berikatan dengan
reseptornya di membran subsinaps, berbagai neurotransmitter ini
menyebabkan beragam perubahan permeabilitas ion. Terdapat duajenis
sinaps, bergantung pada perubahan permeabilitas yang ditimbulkannya
di neuron pascasinaps oleh ikatan neurotransmiter spesifik dengan
reseprornya: sinaps ehsitatorik dan sinaps inhibitorih.
d. Sinaps eksitatorik
Di sinaps eksitatorik, respons terhadap pengikatan suaru
neurotransmitter ke reseptornya adalah terbukanya saluran kation
spesifik di membran subsinaps yang memungkinkan lewatnya Na- dan
K. melalui saluran tersebut (lni adalah tipe saluran yang berbeda dari
yang pernah anda jumpai sebelumnya). Karena itu, permeabilitas
terhadap kedua ion ini meningkat pada saat yang sama. Seberapa
banyak ion yang berdifusi melalui saluran kation yang terbuka
bergantung pada gradien elektrokimiawinya. Pada potensial istirahat,
gradien konsentrasi dan listrik untuk Na- mendorong perpindahan ion
ini masuk ke neuron pascasinaps, sementara hanya gradien konsentrasi
untuk K. yang mendorong perpindahan ion ini keluar.
Karena itu, perubahan permeabilitas yang terpicu di sinaps
eksitatorik menyebabkan perpindahan sedikit ion Kt keluar neuron
pascasinaps, sementara ion Nadalam jumlah relatif besar secara
bersamaan masuk ke neuron ini. Hasilnya adalah perpindahan netto ion
positif ke dalam sel. Hal ini menyebabkan bagian dalam membran
sedikit kurang negatif daripada saat potensial istirahat sehingga
menimbulk depolarisasi kec neueuron pascasinaps. Pengaktifan satu
sinaps eksitatorik dapat menyebabkan depolarisasi neuron pascasinaps
yang mencapai ambang. Terlaiu sedikit saluran yang terlibat di satu
membran subsinaps untuk memungkinkan perpindahan ion yang
adekuat untuk mengurangi potensial menuju ambang. Namun,
depolarisasi ringan ini membawa neuron pascasinaps lebih dekat ke
ambang. Meningkatkan kemungkinan bahwa ambang akan tercapai
(sebagai respons terhadap input eksitatorik selanjutnya) dan akan timbul
potensial aksi. Yaitu, membran kini lebih peka rangsang (lebih mudah
mencapai ambang) daripada saat istirahat. Karena itu, perubahan
potensial pascasinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik ini disebut
potensial pascasinaps eksitatorik (PPE).
e. Sinaps inhibitorik
Di sinaps inhibitorik, pengikatan neurotransmiter yang berbeda
dengan reseptornya meningkatkan permeabilitas membran subsinaps
terhadap K. atau Cl. Pada keadaan tersebut kasus, perpindahan ion yang
terjadi biasanya menyebabkan hiperpolarisasi hecil nevon pascasinapsyaitu, negativitas bagian dalam yang lebih besar. Pada peningkatan,
lebih banyak muatan positif keluar dari sel melalui efluks K.,
meninggalkan muatan lebih negatif di bagian dalam sel. Untuk
menimbulkan hiperpolarisasi membran pada peningkatan P.,-, lebih
banyak muatan negatif masuk ke sel dalam bentuk ion Cl', karena
konsentrasi Cl- di luar sel jauh lebih tinggi, daripada yang terdorong
keluar oleh gradien listrik yang terbentuk oleh potensial membran
istirahat (lihat h. 87).
Pada keduanya, hiperpolarisasi kecil ini membawa potensial
membran semakin jauh dari ambang, memperkecil kemungkinan bahrna
neuron pascasinaps akan mencapai ambang dan mengalami potensial
atr<si. Yaitu, membran kini kurang peka rangsang (lebih sulit dibawa
ke ambang oleh masukan eksitatorik) dibandingkan ketika keadaan
istirahat. Membran dikatakan terhambat oleh keadaan ini, dan
hiperpolarisasi kecil sel pascasinaps disebut potensial pascasinaps
inhibitorik (PPI). Di sel yang potensial keseimbangannya untuk Clsama persis dengan potensial istirahat, peningkatan P.,- tidak
menyebabkan hiperpolarisasi karena tidak terdapat gaya pendorong
untuk memindahkan C1-. Pembukaan saluran Cl'di sel-sel ini cenderung
menahan
membran
pada
potensial
istirahatnya,
mengurangi
kemungkinan tercapainya ambang. Perhatikan bahwa PPE dan PPI
dihasilkan oleh pembukaan saluran-saluran berpintu kimiawi, tidak
seperti potensial aksi, yang dihasilkan oleh pembukaan saluran-saluran
f. Neuron neuron konvergensi dan dihubungkan oleh jalur divergensi
yang kompleks.
Terdapat
dua
hubungan
penting
antara
neuron-neuron:
konvergensi dan divergensi. Satu neuron dapat memiliki banyak neuron
lain bersinaps padanya. Hubungan semacam ini dikenal sebagai
konvergensi. Melalui masukan konvergensi ini, sebuah sel dipengaruhi
oleh ribuan sel lain Satu. Sel ini, selanjutnya, mempengaruhi tingkat
aktivitas banyak sel lain melalui divergensi keluaran. Kata divergensi
merujuk kepada percabangan terminal akson sehingga satu sel bersinaps
dengan dan mempengaruhi banyak sel lain. Perhatikan bahwa suatu
neuron adalah neuron pascasinaps bagi neuron yang berkonvergensi
padanya tetapi prasinaps bagi sel lain tempat neuron tersebut berakhir.
Karena itu, kata pras inaps dan p as c as inaps hanya merujuk kepada
satu sinaps. Sebagian besar neuron adalah prasinaps bagi satu kelompok
neuron dan pascasinaps bagi kelompok lain.
Diperkirakan di otak saja terdapat 100 milyar neuron dan I 0 la (
I 00 kuadriliun) sinapsl Jika anda memperhitungkan besarnya dan
rumitnya interkoneksi yang mungkin terbentuk di antara neuron-neuron
tersebut melalui jalur konvergensi dan divergensi, anda dapat
membayangkan betapa rumitnya mekanisme interkoneksi sistem saraf
kita. Bahkan computer paling canggih sekalipun jauh lebih sederhana
daripada otak manusia. "Bahasa" sistem saraf-yaitu, semua komunikasi
di antara neuron-neuron*adalah dalam bentuk potensial berjenjang,
potensial aksi, sinyal neurotransmiter menyeberangi sinaps, dan bentukbentuk' percakapan' kimiawi non sinaps lainnya. Semua aktivitas yang
dikendalikan oleh sistem sarafsetiap sensasi yang anda rasakan, setiap
perintah untuk menggerakkan otot, setiap pikiran, setiap emosi, setiap
ingatan, setiap percikan kreativitas-bergantung pada pola pembentukan
sinyal listrik dan kimiawi di antara neuron-neuron yang membentuk
anyaman saraf maha kompleks ini.
Sebuah neuron berkomunikasi dengan sel yang dipengaruhi.
Semua aktivitas yang dikendalikan oleh sistem saraf setiap sensasi yang
anda rasakan, setiap perintah untuk menggerakkan otot, setiap pikiran,
setiap emosi, setiap ingatan, setiap percikan kreativitas-bergantung pada
pola pembentukan sinyal listrik dan kimiawi di antara neuron-neuron
yang membentuk anyaman saraf maha kompleks ini. Sebuah neuron
berkomunikasi dengan sel yang dipengaruhinya dengan mengeluarkan
neurotransmiter, tetapi ini hanya salah satu dari cara-cata komunikasi
antarsel. Sekarang kita akan membahas semua cara yang digunakan
oleh sel untuk "saling bercakap-cakap".
F. komunikasi antar sel dan tranduksi sel
Komunikasi antarsel berlangsung melalui cara-cara berikut:
1. Cara paling intim dalam komunikasi antarsel adalah melalui taut
celah, yaitu saluran-saluran halus yang menjembatani sitoplasma selsel yang berdekatan di jenis jaringan tertentu. Melalui susunan
anatomic khusus ini, ion dan molekul kecil secara langsung
dipertukarkan antara sel-sel yang berinteraksi tersebut tanpa pernah
masuk ke cairan ekstrasel.
2. Adanya penanda-penanda identifikasi di membran permukaan
sebagian sel memungkinkan mereka langsung berhubungan secara
transien dan berinteraksi dengan sel lain dengan carakhusus. Ini
adalah cara yang digunakan oleh fagosit pada sistem pertahanan tubuh
untuk mengenal dan secara selektif menghancurkan hanya sel yang
tidak diinginkan, misalnya sel kanker, sedangkan sel tubuh sendiri
yang sehat ridak terpengaruh.
3. Cara tersering yang dilakukan sel untuk berkomunikasi satu sama lain
adalah secara ridak langsung dengan menggunakan pembawa pesan
(perantara) kimiawi ekstrasel, yang terdiri dari empat jenis: parakrin,
neurotransmiter, /tormon, dan neurohormon. Pada masingmasingnya,
sel tertentu membentuk perantara kimiawi spesifik untuk tujuan
tertentu. Setelah dibebaskan ke dalam CES atas stimulasi yang sesuai,
bahan-bahan pembawa sinyal ini bekerja pada sel tertentu, yaitu sel
sasaran pembawa pesan, dengan cara yang telah ditetapkan. Untuk
menimbulkan efek, pembawa pesan kimiawi ekstrasel ini harus
berikatan dengan reseptor sel sasaran yang spesifik untuknya.
Keempat jenis pembawa pesan kimiawi berbeda dalam sumber serta jarak
dan cara yang digunakan untuk sampai ke tempat kerjanya sebagai berikut:
1. Parakrin adalah pembawa pesan kimiawi lokal yang efeknya hanya
terjadi di sel-sel sekitar dalam lingkungan dekat tempat sekresinya.
Karena parakrin tersebar melalui proses difusi sederhana, maka kerja
bahan ini terbatas pada jarak pendek. Bahan ini tidak masuk ke dalam
darah dalam jumlah bermakna karena cepat diinaktifkan oieh enzimenzim lokal. Salah satu contoh parakrin adalah histamin, yang
dibebaskan dari sejenis sei jaringan ikat sewaktu terjadi respons
peradangan di jaringan yang rusak. Histamin antara lain menyebabkan
dilatasi (pelebaran) pembuluh darah sekitar untuk meningkatkan aliran
darah ke jaringan. Efek ini menyebabkan kedatangan iebih banyak selsei pertahanan yang berasal dari darah ke bagian yang cedera arau
terinfeksi. Parakrin harus dibedakan dari bahan kimia yang
mempengaruhi sel sekitar setelah dibebaskan secara non spesifik
selama aktivitas sel. Sebagai contoh, peningkatan konsentrasi CO,
lokal di otot yang sedang bekerja adalah salah satu faktor yang
mendorong dilatasi lokal pembuluh darah yang mendarahi otot.
Peningkatan aliran darah yang terjadi ikut membantu memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik jaringan. Namun, CO, dihasilkan
oleh semua sel dan tidak secara spesifik dibebaskan untuk
melaksanakan respons khusus ini, sehingga CO, dan bahan-bahan
kimia lain yang dikeluarkan secara non-spesifik tidak dianggap
parakrin.
2. Hormon adalah pembawa pesan kimiawi jarak jauh yang secara
spesifik dikeluarkan ke dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai
respons terhadap sinyal yang sesuai. Darah membawa pembawa pesan
tersebut ke bagian-bagian tubuh lain, untuk mempengaruhi sei sasaran
yang berjarak dari tempat sekresinya. Hanya sel sasaran dari hormon
tertentu yang memiliki reseptor membran untuk berikatan dengan
hormon ini. Sel non sasaran tidak dipengaruhi oleh hormon dalam
darah yang mencapai sel tersebut.
3. Neurohormon adalah hormon yang dibebaskan ke dalam darah oleh
neuron neurosekretorik. Seperti neuron biasa, neuron neurosekretorik
dapat berespons terhadap dan menghantarkan sinyal listrik. Namun,
neuron neurosekretorik tidak secara langsung menyarafi sel sasaran
tetapi membebaskan pembawa pesan kimiawinya, neurohormon, ke
dalam darah setelah mendapat rangsangan yang sesuai. Neurohormon
ini kemudian terdistribusi melalui darah ke sel sasaran yang jauh.
Karena itu, seperti sel endokrin, neuron neurosekretorik mengeluarkan
pembawa pesan kimiawi ke dalam darah, sementara neuron biasa
mengeluarkan neurotransmiter jarak pendek ke dalam ruang tertutup.
Di masa mendatang, kata umum hormon akan secara perlahan
mencakup hormon darah dan pembawa pesan neurohormon.
Demikianlah, pembawa pesan kimiawi eksrasel dibebaskan dari satu
jenis sel dan berinteraksi dengan sel sasaran lain untuk menghasilkan
efek yang diinginkan di sel sasaran. Kini kita mengalihkan perhatian
pada bagaimana pembawa pesan kimiawi ini menimbulkan respons sel
yang diinginkan.
G. Prinsip komunikasi hormone
Endokrinologi
adalah
ilmu
tentang
penyesuaian
kimiawi
homeostatik dan aktivitas lain yang dilaksanakan oleh hormon, yang
disekresikan ke dalam darah oleh kelenjar endokrin. Sistem saraf dan
sistem endokrin adalah dua sistem regulatorik utama tubuh. Bagian
perrama dari bab ini menjelaskan mekanisme molekular dan selular
mendasar yang berfungsi sebagai basis bagi bekerjanya keseluruhan
sisrem saraf-pembentukan sinyal listrik di dalam neuron dan transmisi
kimiawi sinyal antara neuron-n€uron. Kini kita akan berfokus pada ciri
molekular dan selular kerja hormon dan akan membandingkan kemiripan
dan perbedaan dalam bagaimana sel saraf dan sel endokrin berkomunikasi
dengan sel lain dalam melaksanakan tugas regulasi mereka. Yang terakhir,
berdasarkan perbedaan cara kerja di tingkat mole kular dan selular, bagian
terakhir dari bab ini akan membandingkan secara umum bagaimana sistem
saraf dan endokrin berbeda sebagai sistem regulatorik.
Hormon diklasifikasikan secara kimiawi sebagai hidrofilik atau
lipofilik.
Hormon-hormon secara kimiawi tidak sama dan digolongkan ke
dalam dua kelompok berbeda berdasarkan sifat kelarutannya: hormon
hidrofilik atau lipofilik. Hormon dalam kelompok masing-masing dibagi
lagi berdasarkan struktur biokimia dan/atau sumbernya sebagai berikut:
1. Hormon hidrofilik ("menyrrkai air") sangat larut air dan memiliki
kelarutan lemak yang rendah. Sebagian besar hormon hidrofilik adaiah
peptida atau hormon protein yang terdiri dari asam-asam amino spesifik
tersusun dalam rantai dengan panjang bervariasi. Rantai yang lebih
pendek adalah peptida, dan yang lebih panjang adalah protein. Untuk
memudahkan, selanjutnya kita akan menyebut keseluruhan kategori ini
sebagai peptida. Salah satu contoh adalah insulin dari pankreas.
Kelompok lain hormon hidrofilik adalah kateholamin, yang berasal dari
asam amino tirosin dan secara spesifik dikeluarkan oleh medula
adrenal. Kelenjar adrenal terdiri dari medula adrenal di sebelah dalam
dikelilingi oleh korteks adrenal di sebelah luar. (Anda akan mempelajari
lebih lanjut renrang lokasi dan struktur kelenjar endokrin di bab-bab
selanjutnya). Epinefrin adalah katekolamin yang utama.
2. Hormon lipofilik ("menyukai lemak") memiliki kelarutan lemak yang
tinggi dan kurang larut dalam air. Hormon lipofilik mencakup ltormon
tiroid dan hormon steroid. Hormon tiroid, seperti diisyaratkan oleh
namanya, disekresikan secara eksklusif oleh kelenjar tiroid. Hormon
tiroid adalah turunan tirosin beriodium. Meskipun katekolamin dan
hormon tiroid berperilaku sangar berbeda namun keduanya kadang
disatukan ke dalam golongan h ormon amin karenasama-sama turunan
tirosin. Steroid adalah lemak netral yang berasal dari kolesterol.
Hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal, misalnya kortisol, dan
hormon seks (testosteron pada pria dan estrogen pada wanita) yang
disekresikan oleh organ reproduksi adalah steroid.
H. Perbandingan Sistem Saraf dan Sistem Endokrin
1.
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang
disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein / senyawa
steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormon bekerja
sama dengan system syaraf untuk mengatur pertumbuhan, dan
tingkah keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Kedua
system tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu dengan
yang lain dengan menggunakan messenger kimia.
1.1 Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin menggunakan messenger kimia yaitu hormon
yang
diedarkan
oleh
system
trasnportasi
(darah),
dan
mempengaruhi sel target yang ada diseluruh tubuh. Kerja system
endokrin lebih lambat dibandingkan dengan system syaraf,
sebab untuk mecapai sel target hormon harus mengikuti aliran
system transportasi. Sel target memiliki receptor sebagai alat
khusus untuk mengenali impuls / rangsang. Ikatan antara
receptor dengan hormon di dalam atau di luar sel target,
menyebabkan terjadinya respons pada sel target.
Tabel nama dan letak kelenjar endokrin dalam tubuh:
No. Kelenjar
Nama Lain
Letak
1.
Kelenjar pituitary
Dibagian dasar cerebrum,
Hipofisis
dibawah hipotalamus
2.
Tiroid
Kelenjar gondok
Didaerah
leher
dekat
jakun
3.
Paratiroid
Kelenjar anak gondok
Dibagian
belakang
(dorsal)
dari
kelenjar
tiroid
4.
5.
6.
Kelenjar
Kelenjar
pulau-pulau Dekat lambung
pankreas
Langerhans
Kelenjar gonad Kelenjar kelamin
Kelenjar
·
Laki-laki : testis
·
Perempuan: ovarium
Kelenjar supra renalis
Di atas ginjal
Kelenjar kacangan
Di daerah dada
adrenalin
7.
Kelenjar timus
a. Hypothalamus
Hipotalamus adalah bagian dari otak besar yang mengatur
homeostasis tubuh dengan pengaturan bagian dalam tubuh seperti
detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan air dan sekresi dari kelenjar
pituitary.
b. Kelenjar Pituitari (kelenjar hipofisis)
Nama Lain: Master of glands sebab menghasilkan berbagai hormone
yang berfungsi mengatur kerja kelenjar endokrin lainnya. Bentuk dan
ukuran: Lonjong sebesar biji kacang kapri. Letak: Dibawah
hypothalamus. Kelenjar pituitary terdiri atas dua lobus. Hormon yang
dihasilkan lobus posterior di sintesis oleh neuron yang ada di
hipotalamus. Sedangkan lobus anterior memproduksi hormone dan
mengeluarkannya.
Perhatikan
diagram
dibawah
ini
yang
menggambarkan hubungan antara hipotalamus, kelenjar pituitary dan
masing-masing kelenjar yang mereka control.
c. Kelenjar pituitary lobus posterior
Lobus posterior dari kelenjar pituitary berisi ujung akson dari neuron
yang memanjang dari hipotalamus. Hormon disimpan di dalam dan
dikeluarkan dari ujung akson yang berada di lobus posterior dari
kelenjar pituitary.
d. Oksitosin
Oksitosin merangsang kontraksi rahim untuk mendorong janin saat
persalinan. Oksitosin juga merangsang pengeluaran ASI dari kelenjar
susu yang disebabkan kontraksi sel-sel disekitarnya. Setelah kelahiran,
isapan bayi pada putting susu merangsang pengeluaran hormone
oksitosin dari kelenjar pituitary bagian posterior.
e. Antidiuretika Hormon (ADH)
Hormon antidiuretika meningkatkan permeabilitas dari tubulus
kontortus distal dan tubulus kolektifus dari nefron ginjal, sehingga
volume urin menurun. Sekresi dari hormone ADH mengontrol
mekanisme efek timbal balik sebagai berikut: Konsentrasi darah
(kadar air sedikit) menyebabkan darah menjadi lebih encer. Jika darah
terlalu encer, system sirkulasi akan merangsang jantung untuk
menghasilkan hormone atrial natriuretic (ANF). Hormon ini
menghambat pengeluaran hormon ADH dari kelenjar pituitary bagian
posterior sehingga volume urin meningkat. Alkohol merupakan zat
yang memiliki kemampuan menghambat pengeluaran ADH, sehingga
ginjal meproduksi urin yang lebih encer (volume rin meningkat)
f. Kelenjar pituitary lobus anterior
Hipotalamus menghasilkan hormone yang dibawa dalam pembuluh
darah menuju bagian anterior dari kelenjar pituitary. Hormon ini
digunakan untuk merangsang pituitary untuk menghasilkan hormonehormon lain. Kelenjar pituitari menghasilkan lebih dari delapan
hormon. Masing-masing hormon dihasilkan sebagai respons terhadap
hormon pelepas dari hipotalamus (hormon releasing dari hiotalamus).
Pembuluh darah membawa hormon pelepas dari hipotalamus menuju
kelenjar pituitari melalui perantara yang disebut vena porta, sebab
vena porta menghubungkan dua ujung kapiler. Satu ujung kapiler
terletak di dalam hipotamus, dan ujung lainya terdapat bagian anterior
kelenjar pituitari.
Hormon pelepas yang bersifat menghambat
(hormone releasing inhibits) dihasilkan oleh hipotalamus, yang
berfungsi menghambat pengeluaran hormone pelepas yang memacu
(hormone releasing) seperti tersebut di atas. Dari delapan jenis
hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary lobus anterior, 3
diantaranya memiliki efek langsung pada tubuh, sedangkan 3 lainnya
mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hormon lobus anterior
dari kelenjar pituitary yang memberikan efek langsung ke tubuh.
1. Hormon Pertumbuhan (Somatotropik hormone / STH) atau growth
hormone
Hormon pertumbuhan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
sel-sel tubuh. Jika hormone ini diproduksi dalam jumlah sedikit,
akan menyebabkan kerdil (dwarfisme), demikian sebaliknya jika
produksi hormone ini berlebih akan menyebabkan pertumbuhan
raksasa (gigantisme).
2. Prolaktin
Prolaktin diproduksi dalam jumlah besar setelah proses kelahiran.
Fungsi hormone prolaktin adalah merangsang perkembangan
kelenjar susu dan produksi ASI. Selain itu hormone ini juga
mempengaruhi proses metabolism lemak dan karbohidrat.
3. Melanosite-Stimulasing Hormon (MSH)
Hormon ini menyebabkan warna kulit ikan, amfibi dan reptile
berubah-ubah. Pada manusia melanosit stimulasing hormone
berfungsi untuk merangsang sintesis pigmen melanin. Ada Tiga
jenis hormone yang dihasilkan kelenjar pituitary adalah:
a. Tiroid Stimulating hormone (TSH)
Fungsi mengendalikan sekresi hormon tiroksin oleh kelenjar
gondok. Pengeluaran hormone ini dipacu oleh hormone pelepas
(thyrotropic
releasing
factor).
Jika
kadar
TSH
tinggi
menandakan tubuh kekurangan hormon tiroksin. Sekresi
hormone tiroksi berkurang biasanya disebabkan rendahnya
kadar unsur yodium dalam darah. Hal ini akan menyebabkan
penyakit gondok (goiter)
b. Adenocorticotropic hormone (ACTH)
Fungsi merangsang bagian korteks kelenjar adrenal untuk
mensekresikan hormone glukokortikoid. Pengeluaran hormone
ini dipacu oleh hormon pelepas (corticotrophin releasing factor)
yang dihasilkan oleh hipofisis.
c. Gonadotropic hormone ( FSH dan LH)
1. FSH (Folikel Stimulating Hormon)
Fungsi:
Pada
perempuan
:
Merangsang
pertumbuhan
dan
perkembangan folikel dalam ovarium sehingga menjadi
folikel de graaf
Pada laki-laki : Mengatur perkembangan testis dan
merangsang spermatogenesis
2. Luteining Hormon
Fungsi:
a) Pada perempuan:
1. Mempengaruhi terjadinya ovulasi
2. Membentuk korpus luteum dari sisa folikel
3. Merangsang korpus luteum untuk mensekresikan
hormon progesterone
b) Pada laki-laki
Merangsang sel-sel interstitial (sel-sel leydig) dalam
testis untuk mensekresikan hormone testosterone.
Hormon LH pada laki-laki biasanya disebut juga ICSH
(interstitial stimulating hormone)
1.2 Penghambat Umpan Balik negative
Sekresi hormone oleh kelenjar dikontrol oleh hipotalamus. Pengaturan
pengeluaran hormon melalui mekanisme negative umpan balik. Ketika
jumlah hormone meningkat, maka hormone tersebut akan menghambat
hipotalamus dan pituitary lobus anterior akibatnya produksi hormone
menjadi menurun.
1) Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin (disebut T4 karena
didalam
hormone
ini
berikatan
4
molekul
yodium),
dan
triiodothyronin (disebut juga T3 karena di dalam hormone berisi 3
molekul iodine). Antara T4 dan T3 memiliki kesamaan efek pada sel
target. Dalam sebagian besat jaringan target, T4 dapat dikonversi
menjadi T3. T4 dan T3 mempengaruhi kecepatan metabolism,
pertumbuhan, dan perkembangan. Produksi hormone tiroksin diatur
melalui mekanisme negative umpan balik dimana hormone tersebut
menghambat
hipotalamus
untuk
merangsang
kelenjar
tiroid.
Hipotyroidisme terjadi bila kelenjar tiroid menghasilkan hormone
tiroksin dalam jumlah sedikit. Pada orang dewasa dampak yang
ditimbulkan adalah letargi mental, dan penambahan berat badan. Pada
anak-anak menyebabkan kretinisme dengan karakteristik kerdil
(dwarfisme)
retardasi
mental,
dan
kurang
matang
seksual.
Hipertyroidisme terjadi bila konsentrasi hormone T3 dan T4
meningkat. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan detak jantung,
tekanan darah, dan penurunan berat badan.
2) Kalsitonin
Kelenjar tiroid juga menghasilkan hormone kalsitonin yang
merangsang penyimpanan kalsium dalam tulang. Kerja hormone ini
berlawanan dengan hormone yang disekresikan oleh kelenjar
paratiroid, perhatikan diagram dibawah ini Produksi hormone
kalsitonin tidak diatur oleh kelenjar pituitary lobus anterior. Sekresi
hormone ini dirangsang oleh tingginya kadar kalsium dalam darah.
3) Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah terletak dipermukaan
posterior dari kelenjar tiroid. Kelenjar ini mensekresikan hormone
paratiroid (PTH) yang meningkatkan kadar ion Ca dalam darah.
Jaringan tulang merupakan tempat timbunan ion kalsium. Hormon
paratiroid merangsang pengeluaran ion calcium dari tulang untuk
meningkatkan kadar calcium darah. Hormon paratiroid juga
meningkatkan reabsorbsi ion kalsium di ginjal sehingga kadar ion
kalsium dalam urine menurun. Hormon paratiroid ini juga
mengaktifkan vitamin D yang meningkatkan reabsorbsi ion
kalsium dari bahan makanan dalam saluran pencernaan.
4) Adrenal Cortex
Lapisan terluar dari kelenjar adrenalin disebut korteks adrenal.
Bagian ini menghasilkan tiga jenis hormone steroid yaitu
Glukokortikoid, mineralokortikoid, dan sejumlah kecil hormone
kelamin.
5) Cortisol (A Glucocorticoid)
Hormon glukokortikoid dihasilkan berupa tanggapan dalam
keadaan stress. Hormon kortisol dalam Glucocorticoids are
produced in response to stress. Hormon kortisol menimbulkan
peningkatan kadar gula dalam darah dengan cara merangsang hati
untuk menghasilkan gula dari sumber non karbohidrat seperti
protein dan lemak dan melepas glukosa ke dalam darah.
6) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar pencernaan yang mensekresikan
enzim pencernaan ke dalam duodenum melalui saluran pancreas.
Kelenjar pulau-pulau langerhans adalah kelompok cel di dalam
pancreas yang mensekresikan hormone insulin dan hormone
glucagon. Kelenjar pulau-pulau langerhans merupakan kelenjar
endokrin sebab tidak memiliki saluran, dan hormone dibawa
melalui system peredaran darah menuju sel target.
7) Insulin
Insulin mendorong pengeluaran glukosa dalam darah untuk
disimpan sebagai glikogen (otot, hati), lemak (sel lemak) dan
protein. Hormon insulin mendorong pembentuk protein dan lemak
dan menghambat pemakaiannya sebagai sumber energy..
8) Glukagon
Hormon glucagon dihasilkan oleh kelenjar pulau-pulau langerhans
pada bagian yang berbeda dengan tempat pembentukkan hormone
insulin. Pengaruh hormone glucagon berlawanan dengan homon
insulin, yaitu meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Secara
normal sekresi kedua hormone tersebut berfungsi untuk mengatur
kadar gluosa dalam darah.
1.3 Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di
dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap
hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan
dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit
hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka
merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah
untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar
target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa
mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti
melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar
hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung
telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
2. SISTEM SYARAF
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang
atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya
terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson
dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada
bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan
kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel
glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin.
Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah
melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak
terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls.
1. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut
sel saraf (neuron). Setiap neuron tersusun atas badan sel, dendrit, dan akson
(neurit). Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung nukleus
(inti sel) dan tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan warna
kelabu. Di dalamnya juga terdapat membran sel, nukleolus (anak inti sel),
dan retikulum endoplasma. Retikulum endoplasma tersebut memiliki
struktur berkelompok yang disebut badan Nissl.
Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut de ngan penjuluran
pendek. Bagian ini disebut dendrit. Dendrit memiliki struktur yang
bercabang-cabang (seperti pohon) dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Fungsi dendrit adalah menerima impuls (rangsang) yang datang dari
reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa menuju ke badan sel saraf.
Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran panjang dan kebanyakan
tidak bercabang. Namanya adalah akson atau neurit. Akson berperan dalam
menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor, seperti otot dan
kelenjar. Walaupun diameter akson hanya beberapa mikrometer, namun
panjangnya bisa mencapai 1 hingga 2 meter.
Supaya informasi atau impuls yang dibawa tidak bocor (sebagai
isolator), akson dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau. Kita bisa
menyebutnya selubung mielin. Selubung mielin dikelilingi oleh sel-sel
Schwan. Selubung mielin tersebut dihasilkan oleh selsel pendukung yang
disebut oligodendrosit. Sementara itu, pada akson terdapat bagian yang
tidak terlindungi oleh selubung mielin. Bagian ini disebut nodus Ranvier,
yang berfungsi memperbanyak impuls saraf atau mempercepat jalannya
impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam tiga
bagian, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik merupakan neuron yang memiliki badan sel
bergerombol membentuk simpul saraf atau ganglion (jamak = ganglia).
Dendritnya berhubungan dengan neurit neuron lain, sedangkan neuritnya
berkaitan dengan dendrit neuron lain. Fungsi neuron sensorik yakni
meneruskan impuls (rangsangan) dari reseptor menuju sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Oleh karena itu, neuron sensorik
disebut pula neuron indra
Sementara itu, neuron motorik merupakan neuron yang berperan
meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan
melakukan respon tubuh. Karena perannya ini, neuron motorik disebut pula
neuron penggerak. Dendrit neuron motorik berhubungan dengan neurit
neuron lain, adapun neuritnya berkaitan dengan efektor (otot dan kelenjar).
Antara neuron sensorik dan neuron motorik dihubungkan oleh
interneuron atau neuron adjustor dengan letak yang berada pada otak dan
sumsum tulang belakang. Interneuron merupakan neuron yang membawa
impuls dari sensorik atau interneuron lain. Karena itu, interneuron disebut
pula neuron konektor.
2. Impuls
Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif
mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada
rangsang, misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial
aksi. Potensial aksi merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls
yang merambat dari sel saraf ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf
atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus listrik yang timbul akibat adanya
rangsang.
3. Sinapsis
Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat
datang rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf
penghubung, sampai ke pusat saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel
saraf terus ke efektor. Hubungan antara dua sel saraf disebut sinapsis.
Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan
dengan sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada
hubungan dua sel saraf yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan
melekatnya neurit dengan dendrit atau dinding sel. Jika impuls sampai ke
bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan disintesis zat penghubung atau
neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin. Dengan zat transmiter inilah akan
terjadi potensial aksi pada dendrite yang berubah menjadi impuls pada sel
saraf yang dihubunginya. Setelah itu, asetilkolin akan segera tidak aktif
karena diuraikan oleh enzim kolin esterase menjadi asetat dan kolin.
4. Susunan Sistem Saraf
1) Sistem Saraf Pusat
Tanpa sistem saraf pusat, kemungkinan kita menjadi makhluk yang
tak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun. Sebab, di dalam sistem
saraf pusat tubuh kita terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Dua
bagian tubuh inilah yang menjadi sentral pusat koordinasi tubuh kita.
Pada manusia, otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh suatu
tulang. Tulang yang melindungi otak adalah tulang tengkorak, sedangkan
sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang.
Kedua organ penting ini juga dilindungi oleh suatu lapisan pembungkus
yang tersusun dari jaringan pengikat. Lapisan ini disebut meninges.
Meninges terbagi menjadi tiga lapisan, meliputi lapisan dalam disebut
piameter; lapisan tengah disebut arachnoid; dan lapisan dalam disebut
durameter.
a. Otak
Otak merupakan benda lengket yang lunak, bermi nyak, dan
kenyal. Jutaan saraf menghubungkannya dengan seluruh tubuh,
syaraf tersebut membawa pesan baik menuju otak atau dari otak.
Beratnya sekitar 1,6 kg pada laki-laki dan 1,45 kg pada perempuan.
Perbedaan ini terjadi semata-mata karena bentuk otak laki-laki yang
lebih besar dan berat. Sementara, berat ini tidak terkait dengan
kecerdasan seseorang. Namun, banyaknya jumlah hubungan sel
dalam otaklah yang menunjukkan kecerdasan.
Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar,
yakni belahan kiri dan belahan kanan. Oleh karena terjadi pindah
silang pada tali spinal, belahan otak kiri mengendalikan sistem
bagian kanan tubuh, sebaliknya belahan kanan mengendalikan
sistem bagian kiri tubuh. Tali spinal (sumsum tulang belakang)
merupakan tali putih kemilau yang berasal dari dasar otak hingga
tulang belakang.
Antara bagian tengah sumsum tulang belakang dan otak terdapat
saluran yang saling berhubungan, yang disebut ventrikel. Ventrikel
membagi otak menjadi empat ruangan. Di dalam ventrikel, terdapat
cairan serebrospinal yang dapat bertukar bahan dengan darah dari
pembuluh kapiler pada otak.
a) Otak depan (Prosensefalon)
Pada bagian depan otak manusia terdapat bagian yang paling
menonjol disebut otak besar atau serebrum (cerebrum).
Serebrum ini terbagi menjadi belahan (hemisfer) serebrum
kanan dan kiri. Permukaan luar serebrum (korteks serebrum)
berwarna abu-abu karena mengandung banyak badan sel saraf.
Selain itu, pada bagian dalam (medula) otak depan terdapat
lapisan yang berwarna putih, karena mengandung dendrit dan
akson.
Korteks serebrum berkaitan dengan sinyal saraf ke dan dari
berbagai bagian tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum
terdapat area sensorik yang menerima impuls dari reseptor pada
indra. Di samping itu, bagian tersebut terdapat juga area motorik
yang mengirimkan perintah pada efektor. Selain itu, terdapat
terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik dan
sensorik serta berperan dalam berbagai aktivitas misalnya
berpikir, menyimpan ingatan, dan membuat keputusan.
Otak depan manusia terbagi atas empat lobus (bagian),
meliputi lobus frontalis (bagian depan), lobus temporalis (bagian
samping), lobus oksipitalis (bagian belakang), dan lobus
parietalis (bagian antara depan-belakang). Pada bagian kepala
manusia, lobus frontalis berada pada bagian dahi; lobus
temporalis berada pada bagian pelipis; lobus oksipitalis berada
pada bagian belakang kepala; dan lobus parietalis berada pada
bagian ubun-ubun.
Hipotalamus merupakan bagian yang berfungsi mengatur
suhu tubuh, selera makan, dan tingkah laku. Selain itu,
hipotalamus juga mengontrol kelenjar pituitari, yakni kelenjar
hormon yang berperan dalam mengontrol kelenjar-kelenjar
homon lainya, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenalin, dan
pankreas.
b) Otak Tengah (Mesenfalon)
Otak tengah manusia berbentuk kecil dan tidak terlalu
mencolok. Di dalam otak tengah terdapat bagian-bagian seperti
lobus optik yang mengatur gerak bola mata dan kolikulus
inferior yang mengatur pendengaran. Otak tengah berfungsi
menyampaikan impuls antara otak depan dan otak belakang,
kemudian antara otak depan dan mata.
c) Otak Belakang (Rombesenfalon)
Otak belakang manusia tersusun atas dua bagian utama yakni
otak kecil (serebelum) dan medula oblongata. Serebelum adalah
bagian yang berkerut di bagian belakang otak, dan terdiri atas
dua. belahan yang berliku-liku sangat dalam. Fungsinya adalah
sebagai
pusat
keseimbangan
dalam
tubuh,
koordinasi
motorik/gerakan otot, dan memantau kedudukan posisi tubuh.
Adanya serebelum memungkinkan kita belajar gerakan yang
terlatih dan saksama, seperti menulis atau bermain musik tanpa
berpikir.
Di antara kedua belahan serebelum terdapat suatu bagian yang
berisi serabut saraf. Bagian tersebut dinamakan jembatan varol
(pons varolii). Fungsinya ialah menghantarkan impuls dari
bagian kiri dan kanan otak kecil. Selain itu, jembatan varol juga
menghubungkan korteks otak besar dengan otak kecil, dan
antara otak depan dengan sumsum tulang belakang. Batang otak
merupakan bagian otak sebelah bawah yang berhubungan
dengan sumsum tulang belakang. Batang otak berfungsi
mengontrol berbagai proses penting bagi kehidupan, seperti
bernapas, denyut jantung, mencerna makanan, dan membuang
kotoran.
b. Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau tali spinal merupakan tali putih
kemilau berbentuk tabung dari dasar otak menuju ke tulang
belakang. Pada irisan melintangnya, tampak ada dua bagian,
yakni bagian luar yang berpenampakan putih dan bagian dalam
yang berpenampakan abu-abu dengan berbentuk kupu-kupu.
Bagian luar sumsum tulang belakang berwarna putih, karena
tersusun oleh akson dan dendrit yang berselubung mielin.
Sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu, tersusun oleh
badan sel yang tak berselubung mielin dari interneuron dan
neuron motorik.
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam
tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari
saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls
dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur
terpendek pada gerak refleks. Mekanisme penghantaran impuls
yang terjadi pada tulang belakang yakni sebagai berikut;
rangsangan dari reseptor dibawa oleh neuron sensorik menuju
sumsum tulang belakang melalui akar dorsal untuk diolah dan
ditanggapi. Selanjutnya, impuls dibawa neuron motorik melalui
akar ventral ke efektor untuk direspons.
2) Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi dinamakan pula sistem saraf perifer. Sistem saraf
tepi merupakan bagian dari sistem saraf tubuh yang meneruskan
rangsangan (impuls) menuju dan dari system saraf pusat. Karena itu, di
dalamnya terdapat serabut saraf sensorik (saraf aferen) dan serabut saraf
motorik (saraf eferen). Serabut saraf sensorik adalah sekumpulan neuron
yang menghantarkan impuls dari reseptor menuju sistem saraf pusat.
Sedangkan serabut saraf motorik berperan dalam menghantarkan impuls
dari sistem saraf pusat menuju efektor (otot dan kelenjar) untuk
ditanggapi.
Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas saraf kranial dan
saraf spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal:
ganglion). Saraf kranial merupakan semua saraf yang keluar dari
permukaan dorsal otak. Saraf spinal ialah semua saraf yang keluar dari
kedua sisi tulang belakang. Masing-masing saraf ini mempunyai
karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda. Sementara itu, ganglia
merupakan kumpul an badan sel saraf yang membentuk simpul-simpul
saraf dan di luar sistem saraf pusat.
Sistem saraf tak sadar merupakan sekumpulan saraf yang mengatur
aktivitas yang tidak kita pikirkan terlebih dahulu. Misalnya saja,
pergerakan paru-paru dan jantung. Kita tidak pernah berkehendak supaya
aktivitas gerakan paru-paru dan jantung terjadi dengan koordinasi oleh
sistem saraf pusat. Oleh karena itu, sistem saraf sadar disebut juga sistem
saraf otonom. Organ yang beraktivitas dan dikontrol oleh sistem saraf
sadar, meliputi kelenjar keringat, otot perut, pembuluh darah, dan alat-alat
reproduksi.
Menurut karakteristik kerjanya, sistem saraf sadar terbagi atas dua
saraf, meliputi saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Masing-masing saraf
ini dapat bekerja pada organ yang sama, namun kerja yang dilakukan
saling berlawanan (antagonis). Sebagai contoh, saat saraf simpatik
memengaruhi sebuah organ untuk mening katkan aktivitas organ tertentu,
justru saraf parasimpatik malah menurunkannya. Perbedaan ini terjadi
karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda.
Noradrenalian merupakan neurotransmiter saraf simpatik, sedangkan
asetilkolin ialah neurotransmiter saraf parasimpatik.
Pada saraf simpatik dan saraf parasimpatik terdapat penghubung
antara sistem saraf pusat dan efektor, yang dinamakan ganglion. Ganglion
saraf simpatik berada dekat sumsum tulang belakang. Serabut praganglion
saraf simpatik berukuran pendek, sementara serabut pascaganglionnya
berukuran panjang. Sebaliknya, saraf parasimpatik memiliki serabut
praganglion yang berukuran panjang dan serabut pascaganglion yang
pendek.
Perbedaan Sistem saraf dan Sistem endokrin
Sistem saraf
Dibentuk dari kumpulan sel neuron
Sistem endokrin
Dibentuk dari sekumpulan kelenjar
rata-rata transmisi sinyal adalah Impuls Bahan kimia yang disebut hormon adalah
elektrokimia
sarana transmisi sinyal
Transmisi sinyal cepat tetapi fungsi tidak Sinyal transmisi lambat, tetapi fungsi yang
berkepanjangan
tahan lama
Sel-sel yang saling berhubungan dan Organ seluruh sistem tidak terhubung
seluruh sistem secara kontinyu
secara fisik namun mereka adalah diskrit
Menggunakan neuron untuk mengirimkan Menggunakan
sinyal
sistem
peredaran
untuk mengirimkan sinyal
darah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan
komunikasi. Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari
semua aktivitas mental, meliputi pemikiran, pembelajaran, dan memori.
Sistem saraf bersama-sama dengan sistem endokrin dalam mengatur dan
mempertahankan homeostasis (lingkungan internal tubuh kita) dengan
mengontrol kelenjar endokrin utama (hipofisis) melalui hipotalamus otak.
Melalui reseptornya, sistem saraf membuat kita berhubungan dengan
lingkungan kita, baik eksternal dan internal. Seperti sistem lain dalam
tubuh, sistem saraf terdiri dari organ, terutama otak, sumsum tulang
belakang, saraf, dan ganglia, yang pada gilirannya, terdiri dari berbagai
jaringan, termasuk saraf, darah, dan jaringan ikat yang secara bersama
melaksanakan kegiatan yang kompleks dari sistem saraf.
DAFTAR PUSTAKA
Subowo.1992 . Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Kimball, John W,1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta
Raimundus Chalik, S.Si., M.Sc., A. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia.
Sherwood, Lauralee (2012).Fisiologi Manusia
Download