Uploaded by User52631

TUGAS PEBI

advertisement
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat allah SWT. Berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kemudian dari pada itu shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi
Muhammad Saw. Semoga dengan banyaknya kita mengucapkan salam kepada beliau
tergolonglah kita umat yang mendapat syafaat nya nanti amin.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, semua kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.
Semoga keberadaan makalah ini bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam sebagai agama, merupakan wadh’un ilāhiyyun yang berarti peraturan dari
Allah Yang Mahatahu dan Mahakuasa yang kebenarannya mutlak dan abadi. Jadi, sebagai
agama, Islam mangatur manusia dengan konsep akidah yang menjadi landasan syariah dan
akhlak yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam beribadah maupun
dalam men-ciptakan karya-karya budaya. Dengan budaya, maka manusia memiliki
peradaban.
Peradaban islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali dengan penerjemahan naskah
asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan
keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah
tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam
memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya bani Abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan di bidang politik pada bani Abbasiyah?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
2. Untuk mengetahui perkembangan-perkembangan di bidang politik pada bani
Abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Berdirinya bani abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah
pada khalifah Hisyam ibn abdi al-Malik muncullah kekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan bani umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan bani hasyim
yang dipelopori keturunan al-Abbas ibn abd al-muthalib. Gerakan ini menghimpun
a. Bani alawiyah pemimpinnya Abu Salamah
b. Bani Abbasiyah pemimpinnya Ibrahim al-AIman
c. Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany, mereka memusatkan
kegiatannya di khurasan.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum mawali yang
merasa di kelas duakan oleh pemerintahan bani umayyah. Pada waktu itu ada beberapa
factor yang menyebabkan dinasti umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran,
akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah umayyah dengan terbunuhnya
khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan
dinasti bani abbas atau khalifah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini
keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw., dinasti abbasiyah didirikan oleh
Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang
dari tahun 132 H sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
2.2. Perkembangan dan Kemajuan di Bidang Politik dan Militer
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok antara pemerintahan
Dinasti Umayyah dengan Dinasti Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang
dikeluarkannya. Pemerintahan Dinasti Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya
selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaan. Sementara pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan
peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap
merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran. Agar
semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti
Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut Diwanul
Jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer
bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, banyak terjadi pemberontakan dan
bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Berkat keijakan politik yang dibangun oleh khalifah pada masa dinasti Bani Abbas,
kehidupan masyarakat serta gaya hidup masyarakat yang lebih baik. Salah satu dampak
positif dari kebijakan khalifah terhadap kebebasan wanita berkarya sehingga banyak
wanita yang memberikan sumbangan prestasi terhadap negara. Kebijakan ini terjadi pada
pemerintahan1[14], disamping itu kedudukan budak dan mantan budak lebih bergeser
pada derajat yang lebih baik2[15]. Khusus dibidang perdagangan dan Industri, kebijakan
khalifah dalam melibatkan jaringan perdagana Internasional. Perdagangan paling awal
adalah dengan melibatkan orang kristen dan yahudi sementara pada masa berikutnya lebih
melibatkan orang-orang Islam arab yang pandai berdagang. Kebijakan ini ditetapkan
mengingat luasnya wilayah kekuasaan khalifah.3[16] Kebijakan lain yang juga ditetapkan
oleh khalifah adalah mengembangkan industri pertanian, islamisasi kerajaan dan
sebagainya.
Disamping kebijakan politik di atas, program khalifah juga meliputi peningkatan
kualitas dan kapasitas keilmuan dan sastra. Program Keilmuan yang paling terkenal ketika
dan banyak diproduksi adalah ilmu kedokteran, Filsafat Islam, kajian astronomi dan
matematika, perkembangan dalam bidang kimia, kajian geografi, hitoriografi teologi,
hukum dan etika Islam serta perkembangan sastra dan bidang kesenian lainnya.4
Tatanan Negeri dibawa pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah membawa
pengarung bersar terhadap peradaban dunia karena sistem politiknya yang luarbiasa tertata
rapi. Mulai dari penataan sumber pemasukan Negara penyetaraan dan penguatan biro-biro
pemerintahan penguatan sistem organisasi militerserta penguatan administrasi.
Pada masa kekuasaan bani Ummawiyah ini untuk keorganisasian militer ini dibagi
menjadi tiga bagian, yakni; angkatan darat (al jund), angkatan laut (al bahriyah), dan
angkatan kepolisian (asy syurtah). Pada masa ummawiyah bala tentara ini sesuai dengan
sistem Arabisme, yang terdiri dari suku bangsa Arab saja, akan tetapi ketika sampai pada
ekspansi di Afrika Utara, suku Barbar turut ambil bagian pada masa ini. Pada masa Abd
Malik ibn Marwan diberlakuakan wajib Militer untuk setiap rakyatnya. Yang setiap
aktivitasnya ini pun dilengkapi dengan baju besi, kuda, pedang, panah, dan lain
sebagainya. Untuk angkatan laut ini yakni dengan pembuatan kapal-kapal guna untuk
mengankis serangan armada Byzantium serta sebagai sarana transportasi dalam usaha
untuk perluasan wilayah. Sedangkan untuk armada kepolisian ini awalnya merupakan
bagian dari organisasi kehakiman, lalu bersifat independen yang bersifat indenpenden yang
mengurusi kejahatan-kejahatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai permasalahan yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan uraian-uraian
yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa dari perjalanan
rentang sejarahnya, ternyata Banī Abbās merebut Daulat Umayyah melalui proses yang
lama dan melelahkan, yakni dengan jalan propoganda dan perang. Keberhasilan dan
kemenangan Banī Abbās dari proses tersebut, ditambah lagi dengan adanya faktor-faktor
pendukung lainnya, akhirnya Banī Abbās mendeklarasikan pembentukan Daulat
Abbāsiyah.
Pada periode awal pembentukan Daulat Abbāsiyah, sistem ke-khalifahannya
berada di bawa kendali al-Shafah, kemudian berpindah ke al-Mashūr, dan Daulat
Abbāsiyah tersebut mengalami peningkatan dan kemajuan yang signifikan pada masa
khaliīfah al-Rasyīd dan al-Ma’mūn. Peningkatan dan kemajuan yang diraihnya, terutama
dalam bidang militer dan peradaban. Namun di sisi lain, dalam periode tersebut Daulat
Abbāsiyah kelihatannya tidak mengutamakan pembinaan spritual kepada dirinya dan
masyarakatnya, sehingga warna dan bentuk Daulat Abbāsiyah ketika itu bermuara pada
krisis moralias.
Wassalam Alaikum Wr. Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan. Hasan Ibrahim,2001, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Syalabi,2003, Sejarah dan kebudayaan Islam 2, Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru
Rofiq, Choirul, 2009, Sejarah Peradaban Islam- Dari Masa Klasik Hinga Modern
Ponorogo: STAIN Press
Maryam. Siti,2004, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hinga
Modern,Yogyakarta:LESFI
Download