Uploaded by alysa_1608

Laporan Kasus - Colitis Amoebic

advertisement
COLITIS
AMOEBIC
ALYSA AHADYAH PRATAMA PUTRI
111 2019 2068
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Amebic colitis adalah hasil dari infeksi invasif dari
mukosa kolon oleh Entamoeba histolytica (E. histolytica
). Losch pertama kali melaporkan penyakit karena E.
histolytica pada tahun 1875; dia menemukan amuba
dalam ulkus kolon pada otopsi dan menunjukkan bahwa
penyakit ini dapat secara eksperimental diinduksi in vivo
dengan inokulasi dubur dengan kotoran manusia
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
– Nama
: Tn. AM
– Tanggal Lahir
: 19/07/1973
– Umur
: 47 Th
– Jenis Kelamin
: Laki-laki
– Pekerjaan
:-
– Alamat
: Jl. P. Kemerdekaan
– Tanggal Masuk
: 9 Januari 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama
– Demam 5 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
– Keluhan juga disertai dengan nyeri perut, BAB sedikit-sedikit
lendir (+)
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
– Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Kota Makassar dengan
keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan keluhan demam (+) yang
dialami sejak 2 minggu yang lalu, dan memberat sejak 5 hari yang lalu.
Demam dirasakan naik turun dan sering naik saat malam beberapa hari
terakhir, disertai menggigil saat malam. Selain itu pasein juga mengeluh nyeri
perut (+), Sakit kepala (+), Batuk (-), mual (-), muntah (-) , Nyeri dada (-),
Nyeri perut ada (+) BAB sedikit-sedikit dengan konsistensi cair, warna
kekuningan, lendir (+), darah (-), ampas (+).
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
– Riwayat hipertensi disangkal
– Riwayat DM disangkal
– Riwayat alergi obat dan alergi makanan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
– Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
Riwayat Pengobatan
– Pernah berobat di puskesmas dan mendapat vitamin dan obat batuk dan paracetamol.
STATUS GENERALIS
– Kepala
: Simetris, Mesocephal
– Mata
: Conjungtiva Anemis (-│-)
Sklera Ikterik (-│-)
Pupil Bulat Isokor ( 3 mm│3 mm )
Reflek Cahaya (+│+)
– Hidung
: Discharge (-)
– Telinga
: Simetris Kanan Kiri, discharge (-)
– Mulut
: Sianosis (-), lidah kotor (-)
STATUS GENERALIS
– Leher: Inspeksi = Trakea terletak di tengah
Palpasi = Perbesaran kelenjar tiroid (-)
Perbesaran kelenjar paratiroid (-)
Perbesaran kelenjar limfe (-)
– Thorax
: Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 & S2 tunggal, reguler, bising (-)
STATUS GENERALIS
– Paru – Paru
Inspeksi
: Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi
: Vokal fremitus kanan kiri sama,
Ketinggalan gerak (-)
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru – paru
Auskultasi
: Vesikuler (+│+), Ronkhi (-│-),
Wheezing (-│-)
STATUS GENERALIS
Abdomen
– Inspeksi
: Supel, Distensi (-)
– Auskultasi
: Peristaltik (+) kesan meningkat
– Perkusi
: Timpani (+), Pekak alih (-)
– Palpasi
Ekstremitas
: Hepar & Lien tak teraba, Nyeri tekan (-), Massa(-)
: Superior
= Akral hangat (+│+), Edema (-│-)
Inferior = Akral hangat (+│+), Edema (-│-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (09 Januari 2020)
– Hb
: 16,5
[12 - 16] g%
• MCV
: 89,9
[ 77 – 96 ] fL
– RBC
: 5,81
[ 4,10 – 5,50 ] ribu/ ul
• MCH
: 28,4
[ 27 – 32 ] pg
– WBC :
23,45
[4 - 11] ribu/ul
• MCHC : 31,6
[ 32 -36 ] g/Dl
– Neutrofil
: 17,6
[2 - 7] ribu/ul
• PLT
: 412
[ 150-450 ] ribu/ul
– HCT
: 52,2
[35 - 52] %
• Eosinofil
: 3,1
[2 - 5] %
• Basofil
: 0,1
[0 - 1] %
• Limfosit
: 13,9
[19 - 48] %
• Monosit
: 9,7
[3 - 7] %
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (15 Januari 2020)
– Hb
: 10,2
[12 - 16] g/dl
• MCV
: 93,5
[ 77 – 96 ] fL
– RBC
: 3,38
[ 4,10 – 5,50 ] ribu/ ul
• MCH
: 30,1
[ 27 – 32 ] pg
– WBC
: 18,78 [4 - 11] ribu/ul
• MCHC : 32,2
[ 32 -36 ] g/Dl
– Neutrofil
: 11,43 [2 - 7] ribu/ul
• PLT
: 474
[ 150-450 ] ribu/ul
– HCT
: 31,6
• Eosinofil
: 7,5
[2 - 5] %
[35 - 52] %
• Basofil
: 0,0
[0 - 1] %
• Limfosit
: 13,9
[19 - 48] %
• Monosit
: 14,2
[3 - 7] %
PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Kimia Darah (15 Januari 2020)
Imunologi (09 Januari 2020)
– GDS : 317
Widal
[<200] mg/dl
– Kimia Darah (17 Januari 2020)
• S.typhi OD
1/20
– GDP : 181
• S.typhi HD
1/160
• S.paratyphy AH
1/80
• S.paratyphy BH
1/80
[ 60 – 126 ] mg/dL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Urinalisa (14 Januari 2020)
•
pH
– Makroskopis :
•
Berat jenis
: 1.015
[1,000-1,030]
[Kuning]
•
Eritrosit
: Negatif
[Negatif]
Keton
– Warna
: Kuning tua
–
Glukosa Urin : (+) 4
[Negatif]
•
–
Protein Urin : Negatif
[Negatif]
• Nitrit
–
Bilirubin
[Negatif]
• Leukosit
–
: Negatif
Urobilinogen : Positif
<0,1
[Normal]
: 6.5
[4,5-8,0]
: Negatif
[Negatif]
: Negatif
[Negatif]
: Negatif
[Negatif]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sedimen
• Eritrosit sedimen
: 1-3
• Leukosit sedimen
: 1-3
• Sel Epitel
: 1-3
• Bakteri
:-
• Lain-lain
:-
DIAGNOSIS KERJA
Amoebic Colitis
TATALAKSANA
– Inf RL 28 tpm
– Antrain 1 amp/ 8 jam/ IV
– Inj. Ranitidin 1 amp/8jam
– Metronidazole 3x500mg
– Loperamide 2x1
– PCT 3x1
– Kloramfenikol 4x 500mg
FOLLOW UP
Tanggal
09 Januari 2020
Follow Up
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD
Kota Makassar dengan keadaan sadar diantar oleh
keluarganya dengan keluhan demam (+) yang
dialami sejak 4 hari yang lalu, demam dirasakan
naik turun, Selain itu pasein juga mengeluh nyeri
perut (+), BAB sedikit-sedikit dengan konsistensi
cair, warna kekuningan, lendir (-), darah (-), ampas
(+).
KU : Lemas, CM
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 38,70C
D/ Febris pro evaluasi




Terapi
Inf RL 28 tpm
Paracetamol 3x1
Inj. Ranitidin 1A/8jam
Kloramfenikol 4x500mg
PL : cek DR
13
Januari
2020
Pasien demam (+) naik turun dirasakan lebih berat pada malam hari,
BAB belum sejak 2 hari, BAK alancar, mual (+), muntah (-),
KU : Lemas, CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,60C
Widal : S.thyphi HD 1/160
DR : WBC 23,45, HB 16,5, PLT 412.000
D/ Demam thypoid
14
Pasien mengeluh nyeri perut (+) menurun
Januari
KU : Lemas, CM
2020
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,60C
D/ Amoebic Colitis




Inf RL 28 tpm
Inj. Paracetamol /8j/drips
Inj. Ranitidin 1A/12jam
Thiamfenikol 3x500




Inf RL 28 tpm
Inj. Ranitidin 1A/12jam
Loperamide 2x1
Metronidazole 3x500mg
15 Januari 2020
Pasien mengeluh nyeri perut menurun (+)
KU : Baik, CM
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,10C





Inf RL 28 tpm
Inj antrain 1 amp/ 12 jam/ IV
Metronidazole 3x500mg
Loperamide 2x1
Natrium diclofenac 2x1
16 Januari 2020
Pasien mengeluh nyeri perut (-)
KU : Baik, CM
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 37,00C
Pasien mengeluh nyeri perut (-)
KU : Baik, CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,80C





Inf RL 28 tpm
Novomix 10-0-10 IU
Metronidazole 3x500mg
Natrium diclofenac 2x1
Amoxcicilin 3 x 500 mg




-
Inf RL 28 tpm (stop)
Novomix 10-0-10 UI
Natrium diclofenac 2x1
Amoxcicilin 3 x 500 mg
Pasien pulang-
17 Januari 2020
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
– Kolitis amuba adalah jenis kolitis infeksi, lebih sering
terjadi di daerah tropis dan subtropis. Agen penyebab
adalah bentuk trofozoit dari Entamoeba histolytica
protozoa.
EPIDEMIOLOGI
Entamoeba histolytica mempengaruhi sekitar 10% populasi
global, dengan lebih dari 100.000 kematian / tahun akibat
disentri amuba dan / atau abses hati. Ini paling lazim di
negara-negara berkembang tetapi diketahui terjadi di
negara-negara barat, terutama di antara imigran baru,
wisatawan yang kembali dari daerah endemis, pria yang
berhubungan seks dengan pria, dan individu yang
mengalami gangguan kekebalan.
ETIOLOGI
Kolitis amuba, yang
disebabkan oleh Entamoeba
histolytica adalah tantangan
diagnostik yang muncul
untuk gastroenterologis di
negara maju.4
PATOFISIOLOGI
Asam lambung dan pelindung mukus usus berfungsi
sebagai mekanisme perlindungan yang mencegah kista
Entameba histolytica dari kontak dengan epitel usus.
Terjadi enkripsi di terminal ileum atau usus besar, yang
menghasilkan trofozoit yang dilepaskan ke dalam lumen
usus. Alasan mengapa beberapa orang mengembangkan
infeksi amuba invasif di antara mereka yang terpapar
dianggap karena interaksi antara faktor pertahanan inang
dan faktor virulensi parasit.
HisTOPATOLOGI
Gambaran endoskopi klasik
adalah daerah ulserasi diskrit
yang ditutupi oleh eksudat,
dengan mukosa intervensi
normal; Namun, banyak kasus
berangkat dari uraian ini.
GEJALA
– Sekitar 9 dari 10 orang yang terinfeksi E. histolytica tidak
memiliki gejala. Jika infeksi memang menyebabkan gejala, mereka
mungkin disebabkan oleh: Parasit E. histolytica dapat
menyebabkan peradangan pada lapisan usus Anda. Kondisi ini
dikenal sebagai kolitis amuba. 'Colitis' adalah istilah umum yang
digunakan untuk radang selaput usus besar (usus besar). 'Amoebik'
mengacu pada fakta bahwa kolitis disebabkan oleh amuba E.
histolytica .
Diagnosis
– Amoebiasis dapat didiagnosis ketika E. histolytica terlihat di tinja Anda
(feses) setelah sampel tinja dikirim ke laboratorium dan diperiksa di
bawah mikroskop. Idealnya, tiga spesimen tinja dari hari yang berbeda
harus diperiksa. Namun, pada banyak orang dengan abses hati amuba, E.
histolytica mungkin tidak terlihat pada tinja mereka. Kadang-kadang
parasit dapat dilihat ketika cairan diambil dari abses hati dan diperiksa di
bawah mikroskop. Sebuah jarum melewati kulit Anda ke dalam abses,
biasanya menggunakan pemindaian ultrasound untuk memandu orang
yang melakukan prosedur.5
Diagnosis banding
– radang usus buntu
– Penyakit radang ususkolitis
– kolitis pseudomembran
– TBC.
Penatalaksanaan
Kolitis amebik membutuhkan pengobatan dengan terapi
kombinasi, dan pilihan pengobatan termasuk agen luminal
yang dikombinasikan dengan amebisida jaringan.
Amebisida luminal termasuk iodoquinol, diloxanide
furoate, dan paromomycin. Amebisida jaringan termasuk
nitroimidazole
(metronidazole),
nitazoxanide,
erythromycin, dan chloroquine
Prognosis
– Pengobatan awal akan menyembuhkan amebiasis dalam
beberapa minggu. Amebiasis usus bisa berakibat fatal di
negara-negara berkembang di kalangan anak-anak,
terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun
Komplikasi
– Komplikasi kolitis amoebik meliputi kolitis
fulminan atau nekrotikans, megakolon toksik,
perforasi usus, peritonitis, perdarahan,
pembentukan striktur, atau obstruksi.
Kesimpulan
E. histolytica terus menjadi sumber penyakit penting di
seluruh dunia yang merupakan penyebab utama disentri amuba di
negara berkembang. Kolitis amuba perlu diingat dalam diagnosis
banding penyakit radang usus, terutama pada individu yang berisiko
tinggi. Diagnosis dan pengobatan dini dengan metronidazole atau
tinidazole harus disegerakan setelah dicurigai terdapat kolitis amuba
akut. Kami percaya bahwa remisi dari kasus yang disajikan adalah
karena pengobatan infeksi amuba. Kami menyarankan bahwa
amoebiasis harus dicari dan diobati pada setiap pasien dengan kolitis
ulserativa.
Terimakasih
Download