Uploaded by User51559

PEMICU 1 ETIKA GABY

advertisement
PEMICU 1
ETIKA
GABRIELLE LIDWINA
405160170
Nov, 2019
SUMPAH DOKTER
SUMPAH DOKTER
Cakupan pasal:
1. Dokter lulusan Fakultas Kedokteran di Indonesia wajib melafalkan
sumpah/ janji dokter sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, di depan
pimpinan fakultas kedokteran yang bersangkutan dalam suasana
khidmat.
2. Dokter lulusan luar negeri dan/ atau dokter asing yang hendak
melakukan pekerjaan profesi di Indonesia wajib melafalkan sumpah/
janji dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di depan pemimpin IDI
dan penjabat kesehatan setempat
KODEKI 2012
SUMPAH DOKTER
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
• Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
• Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang
terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat
pekerjaan saya sebagai dokter.
• Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat
dan tradisi luhur profesi kedokteran.
• Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena keprofesian saya.
• Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam.
• Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat
pembuahan.
• Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
• Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh
supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan
jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban
terhadap pasien.
• Saya akan memberi kepada guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang
selayaknya.
• Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti
saudara kandung.
• Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
• Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguhsungguh dan dengan
mempertaruhkankehormatan diri saya.
KODEKI 2012
KODEKI
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Nilai-nilai tanggung jawab profesional profesi kedokteran yg terdapat dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
• Pasal 1: Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan
atau janji dokter.
• Pasal 2: Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
• Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
• Pasal 4: Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
• Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan
untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
KODEKI 2012
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran yg terdapat dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
• Pasal 6: Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
• Pasal 7: Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
• Pasal 8: Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
• Pasal 9: Seorang dokter wajib bersikap jujur ketika berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
• Pasal 10: Seorang dokter waijib senantiasa menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjada kepercayaan pasien.
KODEKI 2012
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran yg terdapat dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
• Pasal 11: Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalam melindungi hidup makhluk
insani.
• Pasal 12: Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif), baik fisik maupun
psikososial-kultural pasiennya, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
• Pasal 13: Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
• Pasal 14: Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan atau demi kepentingan terbaik pasien, atas persetujuan pasien/keluarganya,
ia wajib berkonsultasi/merujuk pasien kepada dokter lain yang mempunyai keahlian untuk itu.
• Pasal 15: Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasien agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan/atau penyelesaian masalah pribadi
lainnya.
KODEKI 2012
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran yg terdapat dalam
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), diuraikan dalam pasal-pasal berikut :
• Pasal 16: Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
• Pasal 17: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
• Pasal 18: Setiap dokter wajib memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
• Pasal 19: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis
• Pasal 20: Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik
KODEKI 2012
UU Praktik Kedokteran
UU RI No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran
BAB VI
REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pasal 29
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi
dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi harus memenuhi persyaratan :
a.
memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis;
b.
mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;
c.
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d.
memiliki sertifikat kompetensi; dan
e.
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang
setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan
huruf d.
Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi dalam melakukan registrasi ulang harus mendengar
pertimbangan ketua divisi registrasi dan ketua divisi pembinaan.
Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga registrasi
dokter dan dokter gigi.
UU RI No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran
BAB VII PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Bagian Kesatu Surat Izin Praktik
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
Pasal 37
1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.
2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.
3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
UU RI No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran
BAB VII PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Bagian Kesatu Surat Izin Praktik
Pasal 38
1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,
dokter atau dokter gigi harus :
a.
b.
c.
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;
mempunyai tempat praktik; dan
memiliki rekomendasi dari organisasi profesi
2. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang :
a.
b.
surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih berlaku; dan
tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktik.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan Menteri.
UU RI No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran
Bagian Ketiga Pemberian Pelayanan
Paragraf 4 Rahasia Kedokteran
Pasal 48
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
wajib menyimpan rahasia kedokteran.
2. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.
Rahasia kedokteran adalah data dan informasi tentang kesehatan seseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada
waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya.
2.
Dokter atau dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
4.
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan yang berwenang.
5.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien, termasuk dalam bentuk elektronik.
6.
Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, wali, anak-anak kandung yang telah dewasa, atau
saudara-saudara kandung yang telah dewasa.
7.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 2
Pengaturan rahasia kedokteran bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dalam perlindungan, penjagaan,
dan penyimpanan rahasia kedokteran.
BAB II
RUANG LINGKUP RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 3
1.
Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi mengenai:
a. identitas pasien;
b. kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan
diagnosis, pengobatan dan/atau tindakan kedokteran; dan
c. hal lain yang berkenaan dengan pasien.
2.
Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari pasien, keluarga pasien,
pengantar pasien, surat keterangan konsultasi atau rujukan, atau sumber lainnya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB III KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 4
1.
Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau menggunakan data dan informasi
tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran.
2.
Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses terhadap data dan informasi
kesehatan pasien;
b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan;
e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan; dan
f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan/atau manajemen
informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun pasien telah meninggal dunia.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 5
1.
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.
Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 6
1.
Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan kesehatan pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
meliputi:
a.kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan, dan perawatan pasien; dan
b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan kesehatan.
2.
Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
persetujuan dari pasien.
3.
Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan
persetujuan dari pasien baik secara tertulis maupun sistem informasi elektronik.
4.
Persetujuan dari pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan telah diberikan pada saat
pendaftaran pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
5.
Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat atau pengampunya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 7
1. Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan.
2. Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melalui pemberian
data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau
ringkasan medis.
3. Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang.
4. Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar perintah pengadilan atau
dalam sidang pengadilan, maka rekam medis seluruhnya dapat diberikan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 8
1. Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar permintaan pasien sendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dapat dilakukan dengan pemberian data dan informasi kepada pasien baik secara
lisan maupun tertulis.
2. Keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data dan informasi kesehatan pasien, kecuali
dinyatakan sebaliknya oleh pasien.
3. Pernyataan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan pada waktu penerimaan
pasien.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
1.
2.
3.
4.
5.
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 9
Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan penegakan
etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi atau
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan tanpa membuka identitas pasien.
Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. auditmedis;
b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
c. penelitiankesehatanuntukkepentingannegara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang akan datang; dan
e. ancamankeselamatanoranglainsecaraindividualataumasyarakat.
Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk
melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 10
1.
Pembukaan atau pengungkapkan rahasia kedokteran dilakukan oleh penanggung jawab pelayanan pasien.
2.
Dalam hal pasien ditangani/dirawat oleh tim, maka ketua tim yang berwenang membuka rahasia kedokteran.
3.
Dalam hal ketua tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan maka pembukaan rahasia kedokteran
dapat dilakukan oleh salah satu anggota tim yang ditunjuk.
4.
Dalam hal penanggung jawab pelayanan pasien tidak ada maka pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dapat
membuka rahasia kedokteran.
Pasal 11
• Penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dapat menolak membuka
rahasia kedokteran apabila permintaan tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 12
• Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan informasi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB IV PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 13
1. Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal dunia yang menuntut tenaga kesehatan
dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan serta menginformasikannya melalui media massa, dianggap
telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
2. Penginformasian melalui media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan kewenangan
kepada tenaga kesehatan dan/atau fasillitas pelayanan kesehatan untuk membuka atau mengungkap
rahasia kedokteran yang bersangkutan sebagai hak jawab.
Pasal 14
• Dalam hal pihak pasien menggugat tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan maka
tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan yang digugat berhak membuka rahasia
kedokteran dalam rangka pembelaannya di dalam sidang pengadilan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
1. Kementerian Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan organisasi profesi terkait membina dan mengawasi
pelaksanaan Peraturan Menteri ini sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.
2. Dalam rangka melakukan pembinaan dan pengawasan, Menteri, Ketua Konsil Kedokteran
Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masing-masing.
3. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa teguran lisan,
teguran tertulis, atau pencabutan surat tanda registrasi, izin praktik tenaga kesehatan
dan/atau izin fasilitas pelayanan kesehatan.
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Bagian Ketiga, Paragraf 6: Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi
Pasal 50
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak :
• a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional
• b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional
• c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya; dan
• d. menerima imbalan jasa
Pasal 51
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
• a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
• b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan;
• c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
• d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
• e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi
UU no 29 tahun 2004
Bab VII: Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Bagian Ketiga, Paragraf 7: Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52
• Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak:
• a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
• b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
• c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
• d. menolak tindakan medis; dan
• e. mendapatkan isi rekam medis.
Pasal 53
• Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai kewajiban :
• a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
• b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
• c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
• d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
ETIKA BIOMEDIS
Empat kaidah dasar moral bioetika
 Beneficence
• Kewajiban berbuat baik terhadap manusia dan masyarakat
 Nonmaleficence
• Kewajiban tidak menimbulkan mudarat (first do no harm)
 Menghormati otonomi pasien
• Otonomi : menghormati hak orang untuk mengambil keputusan dan tentang dirinya sendiri
• Berkata jujur(truth telling)
• Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas)
• Menjaga kepercayaan, memenuhi kewajiban, menepati janji , dsb
 Berlaku adil (justice)
• Keadilan sosial : tdk membedakan latar belakang orang
• Keadilan distributif : didistributifkan sumberdaya kesehatan secara adil
• Berlaku fair
Beneficence
• Kewajiban untuk melakukan ‘yang baik’ terhadap manusia. Asas ini
adalah substansi pertama dalam Sumpah Hipokrates (460-377 SM).
“Saya akan menerapkan aturan tentang makanan untuk kebaikan
orang sakit menurut kemampuan dan penilaian saya; saya akan
menjauhkan mereka dari cidera dan ketidakadilan.”
• Beauchamp & Childress (filsuf-filsuf kontemporer) menerjemahkan
asas beneficence ini utk pelayanan pasien sebagai :
Kewajiban mencegah hal yang buruk (evil) atau cidera (harm)
Kewajiban menghilangkan hal yang buruk atau cidera
Kewajiban melakukan atau meningkatkan yang baik pada pasien
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
Nonmaleficence
• Kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk atau merugikan
terhadap manusia. Asas ini juga sudah ada dalam Sumpah
Hippokrates, “Saya akan menjaga mereka terhadap bahaya dan
ketidakadilan.”
• Asas ini adalah ‘pelengkap’ asas pertama tadi (beneficence).
• Nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak menimbulkan
mudarat.
• Asas ini diungkapkan juga dalam bahasa latin sebagai primum non
nocere (pertama-tama tidak berbuat salah).
• Beauchamp & Childress menerjemahkan asas nonmaleficence ini untuk
pelayanan pasien sebagai : kewajiban untuk tidak menimbulkan cidera atau
hal yang buruk pada pasien.
• Jika diperhatikan, terjemahan Beauchamp & Childress di atas tentang asas
beneficence & nonmaleficence untuk pelayanan pasien, sebenarnya 2 hal
yang tidak dapat dipisahkan.
• Keduanya bertujuan melakukan yang baik yang sekaligus tentu berarti
mencegah atau menghilangkan yang buruk dan cidera pada pasien.
• Seakan-akan 2 asas itu adalah 2 sisi dari mata uang yang sama, yang tidak
dapat dipisahkan 1 dari yang lain.
• Dalam ajaran Islam, 2 asas itu selalu disebut dalam 1 kalimat : Amar ma’ruf
(beneficence) nahi mungkar (nonmaleficence)
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
Menghormati Otonomi Pasien
• Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri
• Hak otonomi pasien adalah hak pasien untuk mengambil keputusan
dan menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan malahan
secara ekstrim tentang kematiannya.
• Ini berlawanan dengan budaya tradisional Hippokrates, di mana
umumnya dokterlah yang menentukan apa yg dianggapnya paling
baik untuk pasien.
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berterus terang
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Keadilan (Justice)
• Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang berhak untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang adil, karena kesehatan adalah
hak yang sama bagi setiap warga negara. Hak ini dijamin dalam
amandemen UUD 1945.
• Keadilan dalam pelayanan kesehatan berarti perlakuan yang sama
pada kasus yang sama, tanpa melihat latar belakang seseorang.
• Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia, asas keadilan terungkap sbb :
Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan
kewajiban terhadap penderita.
• Keadilan dalam lafal sumpah di atas adalah bersikap fair dalam
hubungan dokter pasien.
• Keadilan dapat juga berarti keadilan distributif, yaitu keadilan dalam
distribusi sumber daya kesehatan antara 1 daerah dan daerah lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Kaidah Bioetika
• Non Maleficence / Tidak Merugikan
• Menghindari apa yang dapat membahayakan pasien atau apa yang melawan
keinginan pasien
• Tidak melukai pasien atau menyebabkan rasa sakit yang tidak perlu
• Beneficence / Berbuat Baik
• Melakukan hal yang terbaik dan sesuai dengan keinginan pasien
• Wajib dilakukan apabila mampu melakukannya
• Autonomy
• Setiap orang memiliki hak untuk membuat keputusan mereka sendiri dan
mengembangkan rencana hidup mereka
• Jangan melakukan tindakan pada pasien tanpa persetujuan dari pasien sendiri atau
walinya (pasien maupun wali harus kompeten dan bebas dari ancaman apapun)
Beauchamp and Childress, Principles of Biomedical Ethics
• Justice
• Mendistribusikan baik barang maupun jasa dengan adil
• Umum  keadilan menururt kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan
demi kepentingan umum
• Distributif  keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa
yang menjadi haknya, dimana yang jadi subjek hak adalah individu, sedangkan
subjek kewajiban adalah masyarakat (antar individu/masyarakat dengan
negara)
• Komutatif  keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa
yang jadi bagiannya, yang diutamakan adalah objek tertentu yang merupakan
hak dari seseorang (antar individu)
Erlanger Medical Ethics Orientation Manual
Beauchamp and Childress, Principles of Biomedical Ethics
SURAT KETERANGAN DOKTER
Pedoman memberikan surat
keterangan
• BAB I Pasal 7 KODEKI: “Seorang dokter hanya memberi
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya”
• BAB II Pasal 12 KODEKI: “Setiap dokter wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien
meninggal dunia”
• Paragrap 4, Pasal 48 UU No.29/2004 tentang Paraktik
Kedokteran: Kepentingan kesehatan pasien, rahasia
kedoteran hanya dapat dibuka untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum, atas permintaan
pasien atau berdasarkan ketentuan perundangundangan
Jenis-jenis Surat Keterangan (SK) Dokter
• Surat Keterangan Lahir
• Surat Keterangan Meninggal •
• Surat Keterangan Sehat
(untuk asuransi jiwa, SIM, •
menikah, lamaran kerja,
Pendidikan, dsb)
• Surat Keterangan Sakit untuk •
Istirahat
Kesehatan
Surat Keterangan Cuti
Melahirkan
Surat Keterangan Ibu Hamil
Bepergian dengan Pesawat
Udara
Visum et Repertum
(perkosaan, pembunuhan,
trauma, autopsy forensic,
• Surat Keterangan Cacat
dsb)
• Surat Keterangan Pelayanan
• Laporan Penyakit Menular
Medis untuk Penggantian
Biaya dari Asuransi
• Kuitansi
Surat Keterangan Lahir
• SK Kelahiran berisi waktu (tanggal & jam) lahirnya bayi, jenis kelamin,
berat badan dan nama orangtua
• SK kelahiran wajib diisi sesuai keadaan sebenarnya
• Kadang pasien meminta agar anak adopsi diberikan SK kelahiran
sebagai anak kandungnya sendiri, atau anak yg lahir diluar negeri
diminta SK kelahiran di Indonesia untuk alasan kewarganegaraan
Surat Keterangan Meninggal
a. SK untuk keperluan penguburan: perlu dicantumkan identitas
jenazah, tempat & waktu meninggal
b. SK (laporan) kematian
• Perlu dicantumkan sebab kematian sesuai pengetahuan dokter,
karena bedah mayat klinik blm bisa dilakukan, maka dicantumkan
penyebab kematian klinik saja
• Perlu dicantumkan lama menderita sakit hingga meninggal dunia
• Jika jenazah akan diangkat keluar daerah atau keluar negeri, perlu
diperhatikan apakah terdapat kematian karena penyakit menular atau
tidak
Surat Keterangan Sehat
Untuk Asuransi Jiwa
Dalam menulis SK untuk asuransi jiwa sebaiknya diperhatikan:
• Laporan harus objektif, tidak dipengaruhi keinginan calon nasabah
atau agen asuransi jiwa yang bersangkutan
• Sebaiknya jangan menguji kesehatan calon nasabah yg masih atau
pernah menjadi pasien sendiri untuk menghindari kesulitan
mempertahankan kerahasiaan pasien.
• Jangan beritahu calon ttg hasil pemeriksaan, langsung serahkan pada
perusahaan asuransi
Untuk memperoleh SIM Darat, Laut, Udara
• Pengujian kesehatan untuk memperoleh SIM penting untuk
mengetahui apakah menderita penyakit yg membahayakan, misalnya
epilepsy
• Bagi supir-supir taksi, bus umum, masinis kereta api dan pilot pesawat
udara tidak hanya perlu sehat fisik, tetapi juga perlu diperiksa status
mental
 Untuk Menikah
• Di negara maju lazim dilakukan premarital counselling untuk
membicarakan masalah yg akan dihadapi suami istri, baik mengenai
pekerjaan, kegiatan social dan KB. Dokter juga memberikan edukasi
reproduksi & pendidikan seks
• Dokter wajib merahasiakan hasil pemeriksaan. Misal jika saat
pemeriksaan dokter mendapatkan suami menderita TB paru/
azoospermia atau istri dengan aplasia uteri, dokter hanya
memberikan hasil pemeriksaan pada mereka masing-masing,
selanjutnya terserah calon suami istri apakah akan memberitahukan
hal tsb kepada pasangannya
Surat Keterangan Sakit untuk Istirahat
• Dokter harus berhati-hati memberikan SK sakit
karena bisa saja pasien menyalahgunakannya
• Misalnya
untuk
mengunjungi
keluarga,
menghindari sidang peradilan, menambah masa
cuti tahunan, dsb
• SK cuti sakit palsu dapat menyebabkan dokter
dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP
Surat Keterangan Cacat
• Dokter harus waspada terhadap simulasi atau agravasi saat
memberikan SK tingkat cacat seorang pekerja akibat
kecelakaan di tempat kerja
• Jumlah tunjangan yg akan diberikan kepada pekerja tsb
tergantung dari hasil pemeriksaan oleh dokter ttg cacatnya
Surat Keterangan Pelayanan Medis untuk
Penggantian Biaya dari Asuransi Kesehatan
• Berisi identitas pasien & pernyataan pemberian kuasa
pasien/ wali pasien kepada dokter, untuk memberikan data
medisnya kepada perusahaan asuransi bersangkutan
• Dalam formulir klaim asuransi perlu dicantumkan
pernyataan pasien/ wali sebagai berikut
Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini, sebagai
pasien/ wali pasien yang sah, memberi izin pada pihak
penyedia pelayanan kesehatan untuk menjelaskan semua
tindakan yang diperlukan, demi kesehatan saya kepada PT
asuransi X untuk mendapatkan semua informasi lain yang
diperlukan bagi penyedia layanan kesehatan atau pihak lain
sehubungan dengan verifikasi dan penggantian biaya dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada saya atau pasien
yang saya walikan
Surat Keterangan Cuti Melahirkan
• Hak cuti melahirkan ibu adalah 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum dan 2
bulan sesudah melahirkan
• Tujuannya agar ibu cukup istirahat dan mempersiapkan dirinya dalam
mempersiapkan proses persalinan, dan mulai bekerja kembali setelah
habis masa nifas
Surat Keterangan Ibu Hamil Bepergian dengan
Pesawat Udara
• Sesuai peraturan International Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan
bepergian dengan peswat udara jika:
a. Hiperemis atau emesis gravidarum
b. Hamil dengan komplikasi (perdarahan, preeklamsia, dsb)
c. Hamil 36 minggu atau lebih
d. Hamil dengan penyakit-penyakit lain yang berisiko
Visum et Repertum (VeR)
• VeR merupakan surat yang dikeluarkan dokter untuk polisi dan pengadilan
• VeR berisi laporan tertulis ttg apa yang dilihat dan ditemukan dari bendabenda/ korban yg diperiksa VeR dapat diminta untuk orang hidup, misal
korban luka akibat kekerasan, keracunan, perkosaan dan kasus psikiatri.
• Kasus perkosaan: terdapat kesulitan jika korban dikirim terlambat krn hasil
pemeriksaan tdk menunjukkan keadaan sebenarnya, missal luka pada
tubuh/ genitalia sudah sembuh atau semen (-), dsb
• Bedah mayat kedokteran kehakiman: Harus objektif, dengan istilah yang
mudah dipahami, berdasarkan apa yg dilihat & ditemukan, sehingga tidak
dipanggil berulang kali untuk keterangan tambahan
Laporan Penyakit Menular
• Kewajiban mengatur penyakit menular di Indonesia diatur dalam UU
No. 6 tahun 1962 tentang Wabah
• Dalam hal ini, kepentingan umum harus diutamakan
• Pasal 50 KUHP berbunyi: Tiada boleh dihukum barang siapa
melakukan perbuatan untuk menjalankan undang-undang
• Bila penganut aliran mutlak untuk tidak membuka rahasia jabatan
taat pada pendiriannya, maka ia melanggar pasal tersebut dan
membahayakan masyarakat karena membiarkan penyakit menular
berlangsung tanpa tindakan yg diperlukan
Kuitansi
Masalah yg dapat timbul, misalnya:
• Perusahaan menggganti biaya pengobatan sebesar 50%. Pasien
meminta agar di kuitansi ditulis 2x lipat agar seluruh biaya
pengobatan ditanggung perusahaan
• Pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dari imbalan jasa
sebenarnya, serta dibagi 50-50% anta dokter & pasien
• Pasien meminta biaya transportasi dimasukkan dalam kuitansi
berobat
Sanksi Hukum
• Seorang dokter seharusnya mengeluarkan SK berdasarkan
keadaan sebenarnya dan dapat dibuktikan kebenarannya
• Penyimpangan dalam pembuatan SK selain tidak etis juga
melanggar
• Pasal 267 KUHP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit,
kelemahan atau cacat diancam dengan hukuman penjara
paling lama empat tahun
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang kedalam rumah sakit gila atau untuk
menahannya disitu, dijatuhkan hukuman penjara paling lama
delapan tahun enam bulan
3. Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan
sengaja memberikan surat keterangan palsu itu seolah-olah
isinya sesuai dengan kebenaran
• Pasal 179 KUHP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan
2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi
mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya
Kasus Dokter A
• Berpraktik di 3 tempat dengan 3 SIP berbeda
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011
Pasal 4
(1) SIP Dokter dan Dokter Gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga)
tempat praktik, baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik
pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan.
(2) SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berada dalam kabupaten/kota yang sama atau berbeda di
provinsi yang sama atau provinsi lain.
Dokter dan dokter gigi yang memiliki SIP, tidak perlu mendapat SIP setempat
untuk memberikan pelayanan kedokteran atau konsultasi dalam hal:
A. Diminta o/ suatu faskes dalam rangka pemenuhan pelayanan kedokteran
yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak berjadwal tetap
B. Dalam rangka bakti sosial/kemanusiaan
C. Dalam rangka tugas kenegaraan
D. Dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat
lainnya
E. Dalam rangka memberikan pertolongan pelatanan kedokteran kepada
keluarga, tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan
masyarakat tidak mampu yang sifatnya insidentil
Jasa konsultasi online
• UU 29 thn 2004 Pasal 35
• (1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
mewawancarai pasien
memeriksa fisik dan mental pasien
menentukan pemeriksaan penunjang
menegakkan diagnosis
menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
menulis resep obat dan alat kesehatan
menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi
menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil
yang tidak ada apotek.
• KODEKI Pasal 8 : Profesionalisme
• Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
• Cakupan pasal:
• (1) Seorang dokter yang akan menjalankan praktek wajib memiliki kompetensi dan
kewenangan sesuai ketentuan yang berlaku sebagai prasyarat sekaligus
kesinambungan profesionalisme.
• (2) Setiap dokter seharusnya menyadari bahwa penyimpangan etika sudah dimulai
sejak dirinya menjadi dokter bermasalah.
• (3) Setiap dokter bermasalah wajib memahami bahwa kekurangan tanggungjawab
dirinya berpeluang menjadi konflik etikolegal dengan teman sejawat sesama
profesional di fasilitas pelayanan kesehatan
UU no 29 tahun 2004
Bab VII Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Pasal 50
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak :
• b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional
Pasal 51
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
• a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
• c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia;
• e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi
Menyebarkan kasus kesembuhan pasien
• Dalam Pasal 16 Kode Etik Kedokteran Indonesia disebutkan bahwa:
• Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
• Pasal 48 UU Praktik Kedokteran:
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundangundangan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 10 ayat (2) Permenkes 269/2008:
• Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
• untuk kepentingan kesehatan pasien;
• memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum atas perintah pengadilan;
• permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
• permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan;
dan
• untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.
• Pasal 4 : Memuji diri
• Setiap dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri.
Surat keterangan sakit
• Pasal 267 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
• Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu
tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
• Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke
dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun enam bulan.
• Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai
surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
• Pasal 7 Kode Etik Kedokteran Indonesia
• karena seorang dokter wajib hanya memberikan surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
UU 36 thn 2000 Pasal 57
• (1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya
yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
• (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
• a. perintah undang-undang
• b. perintah pengadilan
• c. izin yang bersangkutan
• d. kepentingan masyarakat; atau
• e.kepentingan orang tersebut.
Pasal 7 KODEKI disebutkan contoh surat keterangan dokter, antara lain
adalah:
• surat keterangan sakit atau sehat (fisik dan mental);
• surat keterangan kelahiran atau kematian;
• surat keterangan cacat (disabilitas);
• surat keterangan gangguan jiwa/demensia;
• surat keterangan untuk asuransi jiwa, untuk perkawinan, bepergian ke
luar negeri, telah imunisasi, dan lain-lain;
• surat keterangan laik diwawancara, disidangkan, dihukum (kaitan
dengan perkara pidana);
• surat keterangan pengidap (untuk rehabilitasi) atau bebas
narkotika /psikotropika;
• visum et repertum.
Endorse produk
• Pasal 3 : Kemandirian Profesi
• Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
• (5) Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, setiap dokter dilarang
mengikatkan diri untuk mempromosikan/meresepkan barang/produk
dan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya.
Sumpah Dokter Indonesia
• Lafal sumpah dokter Indonesia sesuai dengan PP No. 26 tahun 1960
diperbaharui dengan SK Menkes RI No. 434/Menkes/SK/X/1983
• Sumpah dokter Indonesia berdasarkan Sumpah Hippocrates dan
Deklarasi Jenewa dari WMA 1948
Download