MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR “MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING” OLEH KELOMPOK 2 MEGA PUSPITA L (A 251 17 071) SITTI ARMIYANTI LAHANGKO (A 251 17 071) JEYWANTI CLAREANTIA LANGI (A 251 17 071) SITI HAJAR (A 251 17 071) AKTER PUALAA (A 251 17 071) MOHAMMAD RIZAL (A 251 17 071) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Model pembelajaran problem posing” dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam peyusunan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik tulisan ataupun tata bahasa yang kurang baik. Oleh karena itu, kami memohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, untuk perbaikan berikutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap menyertai kita semua. Palu, 23 November 2019 Kelompok II ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan ..............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing .............................................3 2.2 Ciri -Ciri Model Pembelajaran Problem Posing ...............................................3 2.3 Karakteristik Pembelajaran Problem Posing .....................................................4 2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Posing .................................7 2.5 Problem Posing dalam Pembelajaran Kimia .....................................................9 2.6 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem Posing ................10 BAB III PENUTUP................................................................................................11 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12 3.2 Saran .................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembelajaran diharapkan proses pembelajaran dilakukan sesuai Kurikulum 2013, dimana pembelajaran dilakukan dengan mengaktifkan siswa dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar, sehingga memberikan pengalaman langsung bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Akan tetapi, pada kenyataanya, masih banyak yang menggunakan sistem pemebalajarn konvensional yang kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sekolah, sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan kurang melatih kemampuan berpikir serta berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Pandang tersebut didukung oleh pernyataan Sutiarso (2003), menegaskan bahwa siswa pada umumnya cenderung hanya menerima transfer pengetahuan dari guru dan guru pada umumnya hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan siswa dalam proses yang aktif. Oleh karena itu pentingnya model pemebelajaran yang menentut siswa untuk aktif dan melatih kemampuan berpikir kritis dalam mengajukan suatu masalah dan memecahkan suatu masalah. Berdasarkan uraian tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahn tersebut adalah model pembelajaran problem posing.modle pembelajaran problem posing ini adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diminta untuk merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang disediakan. Dengan demikian, sikap kritis, rasa ingin tahu dan kreatifitas siswa akan tereksplorasi. Sikap kritis dan rasa ingin tahu merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini menjadi motivator bagi seseorang untuk terus menambah pengetahuan. 1.2. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran problem posing? 2. Apa ciri-ciri model pembelajaran problem posing? 1 3. Bagaimana karakteristik model pembelajaran problem posing? 4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran problem posing? 5. Bagaimanakah model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran kimia? 6. Apa kekurangan dan kelebihan model pembelajaran problem posing? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran problem posing. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri model pembelajaran problem posing. 3. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran problem posing. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran problem posing. 5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model pembelajaran problem posing. 6. Untuk mengetahui model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran kimia 1.4 Manfaat Penulisan Bagi pembaca, bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenaimodel pembelajaran problem posing. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing Problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris yang berasal dari kata “Problem” yang memiliki arti masalah, soal, atau persoalan, dan kata “to pose” yang artinya mengajukan. Sehingga Problem posing diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Model pembelajaran problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal. Problem posing merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis masalah yang menekankan pada kegiatan merumuskan masalah, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan interaktif melalui pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Model problem posing mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya siswa akan lebih aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pada prinsipnya model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal(berlatih soal) secara mandiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru. 2.2 Ciri -Ciri Model Pembelajaran Problem Posing Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada 3 siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatankegiatan yang lebih bermakna. Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatankegiatan siswa secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan oleh guru. Dalam kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012), menyatakan bahwa model pembelajaran problem posing (pengajaran yang mengemukakan masalah-masalah) memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru. 2. Guru menjadi rekan siswa yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis siswa-siswanya serta mereka saling memanusiakan. 3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada. 4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia dan kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut. Tanggapan terhadap tantangan membuka manusia untuk berdedikasi Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, maka model pembelajaran problem posing ini bersifat fleksibel, menganggap siswa adalah subjek belajar, membuat siswa untuk dapat mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusaha keras dalam memahami lingkungannya. 2.3 Karakteristik Pembelajaran Problem Posing Dalam mencari pemecahan masalah tidak harus didapatkan satu solusi. Seorang guru harus melatih siswanya untuk mencari kemungkinan solusi yang lain dengan mengembangkan konsekuensi yang diterima jika mereka mengambil salah satu solusi masalah tersebut. Dalam pembelajaran problem posing masalah yang diajukan tidak harus baru.11 Hal tersebut juga menyangkut pembentukan kembali dari permasalahan yang telah ada atau pembentuk masalah dari masalah yang telah ada atau bahkan pembentuk masalah yang telah diperoleh solusinya. 4 Keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Jadi dalam model pembelajaran problem posing ini tidak hanya dapat meningkatkan kreativitas siswa tetapi juga hasil belajar yang baik. Silver dan Cai telah mengklasifikasikan problem posing menjadi 3 yaitu:12 (1) Pre-Solution Sebelum penyelesaian masalah, dimana beberapa masalah dihasilkan secara teliti dari stimulus yang disajikan seperti sebuah gambar, kisah atau cerita, diagram, paparan dan lain-lain. (2) During (within-solution) Selama penyelesaian masalah ketika siswa secara sengaja merubah suatu hasil dan kondisi dari permasalahan. (3) After Problem Posing (post-solution). Setelah penyelesaian masalah, ketika pengalaman dari konteks penyelesaian masalah diterapkan pada situasi yang baru. Dalam penelitian ini, menggunakan salah satu dari tiga bentuk aktivitas kognitif tersebut yaitu pengajuan pre-solution posing dalam memberikan tugas pengajuan masalah kepada siswa karena siswa dituntut untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki. Brown dan Walter yang dikutip oleh Hobri mengatakan bahwa informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, masalah, atau penyelesaian dari suatu masalah.13 Selain itu jenis informasi dalam problem posing ada dua, yaitu:14 a. Informasi bergambar Informasi bergambar ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu: 1) Informasi bergambar yang disertai keterangan gambar 2) Informasi bergambar yang tidak disertai keterangan gambar, kecuali berupa kata sebagai penjelas gambar. 5 b. Informasi tidak bergambar Informasi tak bergambar atau informasi yang hanya berupa kalimat saja dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Informasi yang berupa kalimat saja 2) Informasi berupa kalimat pertanyaan saja 3) Informasi berupa kalimat pertanyaan dan kalimat pernyataan Dalam penelitian ini menggunakan informasi bergambar yang tidak disertai keterangan. Karena untuk menggali secara mendalam kreativitas siswa. Soedjadi menjelaskan bahwa ada syarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengajukan masalah adalah kemampuan membaca, kemampuan memahami informasi yang disajikan dan kemampuan mengkomunikasikan pola pikir bertanya dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun tulisan.15 Sedangkan Stoyanova menyatakan bahwa situasi atau informasi dalam problem posing dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:16 a. Problem posing bebas Pada situasi problem posing bebas, siswa tidak diberikan informasi yang harus dipatuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membentuk masalah sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembentukan masalah. b. Problem posing semiterstruktur Pada situasi problem posing semiterstruktur, siswa diberi situasi atau informasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengkaitkan informasi itu dengan konsep-konsep dan prinsipprinsip yang diketahuinya untuk membuat masalah. 6 c. Problem posing terstruktur Pada situasi problem posing terstruktur, informasi atau situasinya berupa masalah atau selesaian dari suatu masalah. Dalam penelitian ini, jenis situasi atau informasi yang digunakan adalah problem posing semiterstruktur. Brown dan Walter menyatakan bahwa pengajuan masalah terdiri dari dua aspek penting, yaitu accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sulit ditentukan. Sementara challenging, berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah.17 Dua aspek tersebut digunakan oleh peneliti dalam mengidentifikasi kreativitas pengajuan masalah siswa. 2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Posing Proses pembelajaran model problem posing adalah salah satu teknik dalam pemberian tugas kepada siswa untuk membuat soal atau mengajukan soal. Penerapan model problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara individu atau kelompok di sekolah. Menurut Thobroni dan Mustofa (2012), langkah-langkah penerapan model problem posing diantaranya: 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada para siswa menggunakan alat peraga untuk menjelaskan konsep 2. Siswa diminta mengajukan soal secara individu atau kelompok 3. Siswa diminta saling menukarkan soal yang telah diajukan 4. Menjawab soal tersebut secara kelompok atau individu 5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka langkahlangkah problem posing adalah peserta didik mengajukan dan menjawab soal baik 7 secara berkelompok maupun secara individu berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman peserta didik itu sendiri. Langkah – langkah pembelajaran problem posing secara berkelompok adalah: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. 2. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan media atau bahan bacaan yang telah disediakan. Selanjutnya, guru memberi contoh cara membuat soal dari informasi/materi yang diberikan. 3. Guru membagi pesserta didik menjadi beberapa kelompok secara heterogen. 4. Selama kegiatan berkelompok berlangsung, guru membimbing kelompokkelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal maupun kesulitan dalam penyelesaian soal tersebut. 5. Selain dikerjakan sendiri, soal latihan yang dibuat dapat ditukarkan dengan teman dalam kelompoknya maupun di luar kelompoknya, sehingga peserta didik menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya dengan panduan guru. 6. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 7. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik atau kelompok yang telah menyelesaikan hasil pekerjaannya dengan baik. Selain dengan cara berkelompok, problem posing dapat dilaksanakan secara individu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Guru menyajikan informasi atau situasi kepada siswa dengan menggunakan gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. 8 2. Siswa mencatat hal-hal yang telah diketahui dari situasi atau informasi yang telah diberikan. 3. Siswa membuat pertanyaan atau soal dengan menggali konsep dari hal-hal yang telah diketahui. 4. Siswa menganalisis pertanyaan atau soal yang telah dibuat dan memprediksi solusi dari soal tersebut. 5. 2.5 Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan siswa yang lain. Problem Posing dalam Pembelajaran Kimia Pembelajaran dengan model problem posing mungkin bukan suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan. Model ini pada awal tahun 2000 sempat menjadi kata kunci di setiap seminar pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Meskipun model ini lebih dikembangkan dalam pembelajaran matematika, namun belakangan ini pembelajaran fisika dan kimia juga menggunakan model ini. Dan tidak menutup kemungkinan model ini juga dikembangkan dalam pembelajaran rumpun IPS dan bahasa (Hajar, 2012). Unsur utama dalam model pembelajaran ini adalah perhitungan matematik, jadi problem posing cocok diterapkan pada materi pembelajaran yang menerapkan perhitungan kimia, misalnya kesetimbangan, stoikiometri, termokimia, dll. Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar membuat soal secara mandiri atau perumusan masalah oleh siswa dan disertai jawaban dari permasalahan tersebut. Jadi, pembelajaran dengan model Problem Posing menekankan siswa untuk membentuk soal. Informasi yang ada diolah dalam pikiran siswa dan setelah paham siswa akan membuat soal, sehingga menyebabkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri siswa. Keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan pembelajaran model Problem Posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali 9 dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan nilai tetapi dapat meningkatan pengetahuan dan konsep kimia. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan pembelajaran model Problem Posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal latihan (Haryanti, 2013). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari pembelajaran problem posing. Aceng Haetami dan La Djadi Siharis dalam penelitiannya membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Kimia Dasar II. Penelitian Ida Haryanti, Haryono dan Sukardjo juga menyatakan bahwa pembelajaran problem posing dengan macromedia flash dapat meningkatkan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa pada materi kesetimbangan. Habidin dan Prayitno dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan mahasiswa mengajukan soal dalam pembelajaran Problem Posing menjadi indikasi yang kuat tentang pemahamannya konsep kimia. Problem Posing sebagai strategi remedial efektif meningkatkan kemampuan algoritmik mahasiswa pada materi sifat koligatif larutan. 2.6 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem Posing Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 349) kelebihan dan kekurangan problem posing yaitu: a. Kelebihan 1) Mendidik siswa berpikir kritis. 2) Siswa aktif dalam pembelajaran. 3) Belajar menganalisis suatu masalah. 4) Mendidik siswa percaya pada diri sendiri. 10 b. Kekurangan 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak. Membutuhkan waktu yang lebih banyak bagi siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Menyita waktu yang lebih banyak bagi pengajar, khususnya waktu koreksi tugas siswa. 2) Memerlukan keahlian khusus dan kemampuan guru dalam mengarahkan siswa membuat masalah, sebab masalah yang dibuat siswa dapat beragam dan guru harus menilai apakah masalah yang diajukan tersebut benar/salah, apakah sesuai dengan informasi yang ada, atau apakah dapat dipahami siswa lain. 3) Tidak semua murid terampil bertanya. Seringkali siswa melakukan penipuan, siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan temannya, tanpa mengalami peristiwa belajar. 4) Tidak bisa digunakan dikelas-kelas rendah 11 DAFTAR PUSTAKA Thobroni. (2015). Belajar dan pembelajaran: Teori dan praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media. Agus Sutejo. (2002). Hasil belajar siswa yang diberi tugas pengajuan soal matematika berdasarkan dua sajian informasi yang berbeda, Tesis, PPs. Unesa, hal. 18. Soedjadi. (2000). Kiat pendidikan matematis di indonesia: konstantasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknashal. Stephen, I. B., &Marion, I. W. (2005). The art of problem posing 3rd edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers. Aceng Haetami & La Djadi Siharis. (2010). Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia dasar ii melalui model pengajaran langsung (mpl) dengan pendekatan problem posing. Kendari: Universitas Haluoleo. Habiddin & Prayitno. (2013). Peningkatan pemahaman kimia “algoritmik” dan kemampuan pemecahan masalah problem solving dan problem posing. Malang: Universitas Negeri Malang. Ida Haryanti, Haryono & Sukardjo. (2013). Penerapan Pembelajaran Model Problem Posing Dilengkapi Macromedia Flash untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas Xi Ipa Sma Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(3). Mohammad Nurul Hajar. (2011). Problem posing; belajar dari masalah membuat masalah. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/08/problem-posing-belajar-darimasalah-membuat-masalah-419538.html Diakses pada 27 November 2019. 12