Nama : Agustin Dwi Eriska Nim : 20185121001 Makul : Ginekologi Dosen : Henny Fitriani, M.Keb Tugas : 3 april 2020 (tugas ginekologi ketiga) A. Radang Pada Genetalia Eksterna 1. Kista Bartholin Kelainan vulva yang sering ditemukan dan merupakan akibat tersumbatnya saluran keluar kelenjar duktus bartholin penumpukan mucus. Biasanya asimptomatik dan terjadi karena adanya infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri sehingga menyebabkan penumpukan cairan purulen lalu terjadi pembengkakan dan menimbilkan reaksi peradangan,nyeri hingga abses Bartholin. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin. Terdapat abses pada daerah kelamin Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah. Infeksi ini dapat diatasi dengan pemberian antibiotika. Serta terapi yang diberikan adalah dengan Insisi dan drainase dan marsupialisasi (menjahit bagian ujung dari kista yang sudah diinsisi untuk mencegah terjadinya oklusi kembali ) Atau Ward catheter (sebuah kateter dengan bagian ujung yang dapat dikembangkan , ditinggalkan pada kelenjar untuk 10-14 hari untuk membantu terjadinya penyembuhan) 2. Vaginitis Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Penyebabnya adalah karena Infeksi sebagai berikut : a. Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik b. Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis) c. Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes). Zat atau benda yang bersifat iritatif a. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons b. Sabun cuci dan pelembut pakaian c. Deodoran d. Zat di dalam air mandi e. Pembilas vagina f. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat g. Tinja Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan Pap smear. Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan. Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis a) Jamur:Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria) Fluconazole atau ketoconazole< (tablet) b) Bakteri:Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau metronidazole (tablet). Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin c) Klamidia:Doxicyclin atau azithromycin (tablet) d) Trikomonas:Metronidazole (tablet) e) Virus papiloma manusia (kutil genitalis):Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil) f) Virus herpes:Acyclovir (tablet atau salep) Gambar vaginitis 3. Vulvovaginitis Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina. Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di sekitar daerah labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan daerah perineal (daerah perbatsan antara vagina dan anus) kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir yang keluar dari vagina (62-92%) dan pendarahan(5-10%). Gambar vulvovaginitis Penyebab Vulvovaginitis adalah sebagai berikut : a. Infeksi oleh bakteria, jamur, virus, dan parasit lainnya baik karena kurangnya kepedulian menjaga kebersihan vulva dan vagina juga oleh penyakit menular lainnya. b. Penggunaan bahan-bahan kimia yang terdapat pada sabun mandi, parfum, dan lainnya yang digunakan pada vulva dan vagina. Hal ini dapat mengaibatkan iritasi jaringan sekitar dan dapat mempermudah terkena vulvovaginitis. c. Kebiasaan sehari-hari seperti pengunaan baju basah, pengunaan celana dalam terlalu ketat, celana dalam kurang bersih, dan kebiasaan membersihkan anus sehabis BAB yang tidak tepat. Pemeriksaan ginekologis yang detil dan juga pemeriksaan pelvis yang lengkap harus didapatkan. Evaluasi mikroskopis dengan menggunakan sekresi vagina yang masih segar dengan menggunakan metode NSS ( clue cells untuk BV dan motilitas untuk trichomonas ) dan slide KOH 10% (jamur atau pseudohyphae untuk candida) dan the whiff test (bau amis untuk BV) dapat memberikan diagnosis yang tepat untuk bebrapa kasus. .Gejala objektif yang ringan dapat berupa lesi eritema dan hiperemis dilabia mayora, introitus vagina dan vagina 1/3 bawah.Sedang pada yang berat labia mayora dan minora edema dengan ulkusulkus kecil bewarna merah disertai erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan terdapatnya infeksi sekunder. Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih kekuningan disertai gumpalan–gumpalan seperti puting susu. Pengobatan biasanya dengan pemberian ketokenazol cream yang mana digunakan untuk infeksi jamur di kulit tak berambut seperti dermatofita, dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 1-2 kali sehari. Obat sistemik yang digunakan adalah flukonazol 1x150 mg (single dose) ,Flukonazol ini digunakan karena secara invitro flukonazol memperlihatkan aktivitas fungistatik terhadap candida albican.Tindakan pencegahan sangat disarankan untuk menjaga agar daerah kewanitaan ini dalam keadaan bersih dan tidak lembab dengan menggunakan pakaian dalam yang cukup menyerap keringat atau terbuat dari jenis kain katun. B. Radang Pada Genetalia Interna 1. Cervicitis Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. Karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. Servisitis juga merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik ) dan biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun Servisitis juga disebabkan oleh kuman-kuman seperti trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob. endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain. Gambar servisitis dan serviks yang infeksi karena IUD Gejala klinisnya adalah : a. Flour hebat, biasanya kental kehijauan atau purulent dan biasanya berbau b. Sering menimbulkan erusio ( erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. c. Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. d. Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan kemih. e. Perdarahan saat melakukan hubungan seks Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk menegakkan diagnose adalah a) Pemeriksaan dengan speculum b) Sediaan hapus untuk biakan dan c) Tes kepekaan Pap smear Biopsy Penatalaksanaan servisitis adalah dengan pemberian Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret. Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi. Servisitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak. Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. 2. Endometritis Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar kavum uteri. Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma). Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan penyebab endometritis non obstetrik yang paling sering. Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut: Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut Adenomiosis. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut true endometriosis. Endometritis disebabkan oleh infeksi bacteri yang tersering adalah staphylococci, colon bacilli, or gonococci, trauma, septic abortion. Gambar endometritis Prinsip terapi dalam endometriosis dalah mencegah terjadinya penjalaran. Pada infeksi tuberkulosis pd pemeriksaan mekroskopis ditemukan tuberkel pada endometrium yang terkena radang menahun. Pengobatannya adalah dengan memberikan antibiotik sesuai dg penyebabnya. 3. Miometritis Miometritis merupakan radang pada myometrium. Gejalanya berupa demam, Uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal, nyeri perut bawah, lochia berbau dan purulent. Miometritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Gambar miometritis Diagnosa ditegakkan dengan adanya menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat kehamilan. a. Pengobatan biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi dan transfusi jika diperlukan. Antibiotika spectrum luas 1) ampisilin 2 g IV/6 jam 2) Gentamisin 5 mg/kgbb IV dosis tunggal/hari 3) Metronidasol 500 mg IV/8 jam b. Profilaksi antitetanus c. Evakuasi sisa hasil konsepsi 4. Parametritis (sellulitis pelvika) Adalah radang pada jaringan ikat di parametrium yang menjalar melalui aliran limfe atau darah. Biasanya disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus, jarang e.coli. Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam hal inipatut dicurigai terhadap kemungkinan selulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul. Tanda dan gejala parametritis adalah : a. Nyeri perut bagian bawah b. Denyut nadi meningkat c. Suhu tubuh meningkat hingga 38 – 40 derajat celcius (oral) d. Terjadi pada 7-10 hari post partum e. Lochia yang berbau dan purulent. Penatalaksanaan parametritis adalah : a. Pemberian antibiotika (penicillin) dengan dosis tinggi b. Kombinasi antar tetracylin dan penicillin G dengan dosis tinggi melalui IV c. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui adanya tumor atau benjolan disebelah uterus d. Bila pada hari ke-7 demam tidak turun maka segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. 5. Adneksitis Adalah radang pada tuba falopi dan ovarium yang terjadi secara bersamaan. Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu salah satu atau kedua tuba falopii dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Tuba dan ovarium (adneksum) berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium, maka lazim digunakan istilah kelainan adneksum. Istilah tumor adneks digunakan apabila pembesaran terdapat di sebelah uterus, dan tidak diketahui apakah itu berasal dari tuba atau dari ovarium, serta tidak atau belum diketahui pula apakah itu proses peradangan atau neoplasma. Apabila itu jelas proses peradangan, maka istilahnya diubah menjadi adneksitis (akuta atau kronika). Pada adnexitis cukup banyaknya durasi nyeri juga menyebabkan keterbatasan yang nyata pada aktifitas, peran dan fungsi biologis wanita. Adnexitis terutama terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita karena dapat menimbulkan infertilitas karena adanya pembengkakan dan jaringan parut yang lengket pada tuba falopii sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang). Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu. Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontohan untuk biopsi. Penyebabnya adalah sebagai berikut : a. Infeksi menjalar keatas dari uterus bisa juga melalui darah b. Akibat tindakan (pos kuretase, post pemasangan IUD) c. Perluasan radang yang letaknya tidak jauh seperti apendiksitis Tanda dan gejalanya adalah : a. Demam b. Laukositis c. Nyeri di sebelah kanan dan kiri uterus Penatalaksanaannya adalah : a. Tirah baring b. Perawatan umum c. Pemberian antibiotik dan analgetik d. Pembedahan perlu dilakuan Jika terjadi ruptur atau abses ovarium 6. Peritonitis pelvis Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik pada selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau kronik, Peritonitis secara umum adalah penyebab kegawatan abdomen yang disebabkan oleh bedah. Peritonitis tersebut disebabkan akibat suatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi. Peritonitis dapat diklasifikasikan menjadi peritonitis primer, peritonitis sekunder, dan peritonitis tersier. Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar getah bening di peritoneum dan sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi. Peritonitis tersier merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung yang sering terjadi pada pasien immunocompromised dan orang-orang dengan kondisi komorbid. Penanganan untuk sebagian besar pasien peritonitis dilakukan tindakan operatif berupa laparatomi eksplorasi dan apendektomi Soal Kasus 1. Seorang wanita usia 27 tahun P3A0M0 datang ke puskesmas untuk memeriksakan dirinya, ia mengeluh akhir akhir ini ia keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan suami-istri dengan suami, serta rasa sakit saat buang air kecil. Setelah dilakukan pemeriksaan secara inspeksi tampak benjolan disekitar alat kelamin ibu. Berdasarkan kasus diatas diagnose apa yang tepat untuk permasalahan wanita tersebut … a. Kista Bartholin b. Cervisitis c. Salpingitis akut d. Mioma uteri e. Vaginitis Jawaban : A. Kista Bartholin 2. Seorang wanita usia 27 tahun P3A0M0 datang ke rumah sakit untuk memeriksakan dirinya, ia mengeluh akhir akhir ini ia keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan suami-istri dengan suami, serta rasa sakit saat buang air kecil. Setelah dilakukan pemeriksaan secara inspeksi tampak benjolan disekitar alat kelamin ibu. Berdasarkan kasus diatas tindakan apa yang tepat untuk menangani kasus tersebut … a. Terapi yang diberikan adalah dengan Insisi dan drainase dan marsupialisasi (menjahit bagian ujung dari kista yang sudah diinsisi untuk mencegah terjadinya oklusi kembali) serta pemberian antibiotika. b. Terapi yang diberikan adalah dengan melakukan pembedahan secara section caessaria. c. Terapi yang diberikan adalah dengan menganjurkan ibu untuk tirah baring total dan infuse NaCl. d. Terapi yang diberikan adalah dengan menganjurkan ibu untuk datang lagi ke RS 1 bulan kedepan e. Semua salah Jawaban : A. Terapi yang diberikan adalah dengan Insisi dan drainase dan marsupialisasi (menjahit bagian ujung dari kista yang sudah diinsisi untuk mencegah terjadinya oklusi kembali) serta pemberian antibiotika. 3. Seorang bidan melakukan kunjungan nifas hari ke 7 kerumah ibu A, saat melakukan pemeriksaan ibu A didapati sedang tidak sehat ibu A mengeluh nyeri perut bagian bawah bidan memeriksa Suhu tubuh hasilnya 38 derajat celcius serta lochia yang berbau dan purulent. Dari kasus diatas diagnose apa yang tepat untuk kasus ibu A.. a. Servisitis b. Selulitis pelvika c. Adneksitis d. Peritonia pelvis Jawaban : b. Selulitis Pelvika 4. Seorang bidan melakukan kunjungan nifas hari ke 14 kerumah ibu A, saat melakukan pemeriksaan ibu A didapati sedang tidak sehat ibu A mengeluh nyeri perut bagian bawah bidan memeriksa Suhu tubuh hasilnya 38 derajat celcius serta lochia yang berbau dan purulent. Diketahui ibu sudah 10 hari mengeluh dengan keluhan seperti demam,dan nyeri perut tersebut. Dari kasus diatas penanganan apa yang tepat untuk diberikan pada ibu A. a. Pemberian antibiotika dengan dosis rumatan b. Pemberian infuse RL dan rawat jalan c. Melakukan pembedahan secara SC d. Melakukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan terdekat e. Semua benar Jawaban : d. Melakukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan terdekat DAFTAR PUSTAKA Zahari, asril. 2016, “Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang” jurnal program Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), Universitas Andalas Padang. Darmada,IGK.2015. “Kandidiasis Vagina Yang Mendapat Terapi Sistemik Dan Topikal: Sebuah Laporan Kasus” Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar. Universitas Udayana Bali Ginekologi dan Obstetri, 1981. UNPAD. Bandung Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Saifudin, abdul bari .2006. “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal”. Jakarta : YBP-SP.