LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS / ISTIRAHAT : PERAWATAN DIRI Nama : Martha Dwi Karifo Nim : 20170320103 Prodi : ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHTAN TAHUN AJARAN 2018/2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari perawat maupun klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan kemandirian pada perawat dalam melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan terdapat metode ilmiah keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan merasakan kepuasan setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, akan dapat selalu meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam tindakan keperawatan karena melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan masalah yang baru sesuai dengan masalah yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan akan kepuasan kerja. Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau menghindari adanya tindakan yang legal. 1.2 Tujuan 1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri 2.Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan 3.Untuk membahas Asuhan Keperawatan Dasar dengan Defisit Perawatan Diri BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS / ISTIRAHAT : PERAWATAN DIRI A. Definisi Perawatan Diri Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000). Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.( Keliat dan Akemat, 2007) B. Jenis–Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79). Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7. Kondisi Fisik atau Psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. C. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. D. Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi. 2. Psikologis Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. E. PATOFISIOLOGI Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoxiajaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi: 1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular. (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan, (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan: (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati. F. Rentang Respon Adaptif Maladaptif Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan diri seimbang kadang tidak diri pada saat stress Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya, Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor. Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu : Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri Mekanisme koping maladaptive Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri. G. Pohon Masalah Diagnosis Keperawatan Defisit perawatan diri mandi Definisi : hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyeIesaikan mandi / aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri . Batasan karakterstik : · Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi · Ketidakmampuan mengeringkan tubuh · Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi · Ketidakmampuan menjangkau sumber air · Ketidakmampuan mengatur air mandi · Ketidakmampuan membasuh tubuh Faktor Yang Berhubungan : · Gangguan kognitif · Penurunan motivasi · Kendala lingkungan · Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh · Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial · Gangguan muskoloskeletal · Gangguan neuro muskular · Nyeri · Gangguan persepsi · Ansietas berat Kriterta hasil : · Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan ostomi untuk eliminasi · Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan alat bantu · Perawatan diri Mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu · Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan dan penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu · Perawatan diri Hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan gigi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu · Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi · Membersihkan dan mengeringkan tubuh · Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral Intervensi keperawatan : Self-Care Assistance: Bathing / Hygiene · 1.Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri. · 2. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri · 3.Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan · Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur, dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar mandi · 4. Menyediakan artikel pibadi yang diinginkan (misalnya, deodoran, sekat gigi, sabun mandi, sampo, lotion, dan produk aromaterapi) · 5.Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal · 6.Memfasilitasi gigi pasien menyikatnya · 7.Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai · 8.Memantau pembersihan kuku, menurut kemampuan perawatan diri pasien · 9.Memantau integritas kulit pasien · 10.Menjaga kebersihan ritual · 11. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan diri. Data Umum 1. Identitas Klien Nama : Nn. K Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama :Islam Suku/Bangsa : Jawa Alamat : Kejoran Rejosan rt.4 rw.10 Bandongan Kab.Magelang Tanggal/jam pengkajian : Kamis, 31 Mei 2018 / 09:00 wib Diagnose Medis : Cerosis Hep.Anemia 2. Riwayat Kesehatan saat ini a. Keluhan Utama Nyeri bagian perut dengan nyeri yang hilang timbul , dengan durasi timbul yang lama badan terasa panas , pengelihatan kabur,mual b. Riwayat keluhan utama Nyeri bagian perut 3. Riwayat kesehatan masa lalu - Liver 4. Riwayat kesehatan keluarga - Ibu dari klien pernah mengalami hepatitis 5. Pengkajian pola fungsi a. Pola menejemen kesehatan dan persepsi kesehatan Kesehatan menurut klien adalah dimana kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa perlu memikirkan kondisi atau hambatan (penyakit) yang dialami saat ini. Klien akan berusaha hidup sehat dan tidak mengulangi kebiasaannya yang membuat dia sakit. b. Pola Nutrisi 1. Nutrisi : Jenis makanan : klien tidak menyukai makanan lemak dan sering telat makan - Sebelum sakit : klien makan siang hari saja - Saat sakit : klien lebih banyak makan makanan darirumah sakit. Pola makanan - Sebelum sakit : kadang teratur kadang tidak - Saat sakit : teratur Frekuensi : - Sebelum sakit : 1x sehari - Saat sakit : 3x sehari ( saat pagi hari sarapan,siang hari dan malam hari ) Porsi : - Sebelum sakit : porsi secukupnya - Saat sakit : porsi lebih banyak di banding saat tidak sakit Nafsu makan : - Sebelum sakit : baik - Saat sakit : kadang tidak habis 2. Minum : Frekuensi minum : - Sebelum sakit : banyak minum air putih 1 cangkir ukuran 500 ml - Saat sakit : sedikit minum Pola minum : - Sebelum sakit : tunggu haus saja baru minum - Saat sakit : setiap bangun tidur dan rutin minum Jenis minum - Sebelum sakit : minuman bersoda,minuman berasa, air putih - Saat sakit : air putih,teh Jumlah minum : - Sebelum sakit : 3-2 gelas perhari - Saat sakit : 1500ml perhari, kadang kurang kadang lebih c. Pola eliminasi Pola Eliminasi Sebelum sakit Sesudah sakit BAK Baik Baik Frekuensi Kurang lebih 6 kali Hanya beberapa kali Warna Kuning Kuning Bau Amoniak amoniak Frekuensi 1x sehari – 2hari 1x 3-6 kali BAB Warna cokelat Cokelat tua dan berdarah Konsistensi Padat cair Sebelum sakit Saat sakit Tidur malam jam Tidur lebih cepat jam 21:00 – 5 subuh dan 20:00 – 4 subuh sudah nyenyak terbangun Jarang tidur siang Tidur siang dari jam Eliminasi BAB d. Pola istirahat dan kebersihan tidur No Pola kebiasaan 1. Pola istirahat(tidur) Tidur malam Tidur siang 2. Personal hygiene 13:30-16:30 nyenyak. Mandi Gosok gigi Mandi sendiri Jarang mandi hanya pagi Cuci rambut 2x shari Hanya pagi Ganti pakaian 2hari sekali Tidak cuci rambut Setiap hari dan Setiap pagi mandiri Kemampuan perawatan diri 0 1 2 Makan dan minum √ Mandi √ Toileting √ Berpakaian √ Berpindah √ 3 4 e. Pola kognitif dan persepsi tingkat daya ingat masih baik , tidak ada gangguan pengelihatan,tingkat konsentrasi dan tidak menggunakan alat bantu dengar. f. Pola persepsi diri Lebih menyukai hidung karena hidungnya lebih mancung, standar diri ingin tetap menjadi wanita karier yang sukses g. Pola peran dan hubungan Tinggal dirumah bersama suami dan 3 anak dengan hubungan yang sangat baik, saat sakit perannya berubah suami menjadi suami sekaligus ibu dari anak – anak yang mengurus di rumah. h. Pola seksualitas dan reproduksi Masih menstruasi i. Pola koping – Toleransi stress Kalau lagi ada masalah klien lebih sering bercerita ke suami dan curhat sama allah lebih banyak mendekatkan diri kepada allah, menerianya dengan ikhlas dan tak perlu di sesali, suami selalu menjadi penyemangat klien. j. Pola nilai dan keyakinan Agama islam sering beribadah sholat,puasa, ngaji, bersedekah. Peran agama sangat berarti sebagai pedoman pegangan hidup klien. Saat sakit idak ibadah karena susah gerak. 6. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis Tanda – tanda vital : Suhu : 30◦C Nadi : 84 x/menit RR : 22x/menit BB sebelum masuk RS : 50 kg BB masuk RS : 49 kg BB ideal : Normal 7. Pemeriksaan Head to toe a. Kepala dan leher 1. Penyebaran rambut merata, terlihat kotor, sedikit berbau dan mengalami kerontokan 2. Kepala tidak mengalami nyeri tekan dan tidak ada benjolan di kepala 3. Mata tidak mengalami eksofthalamus/enofthalamus , kedua mata simetris, kelopak mata tidak mengalami oedema, konjungtiva tidak anemis, seclera tidak iterik, iris mata berwarna cokelat, pupil isokor, lensa mata bening 4. Telinga ukuran kanan dan kiri simetris, terlihat adanya sedikit penumpukan serumen 5. Hidung terdapat luka bakar, mukosa hidung kering dan tidak mengalami pembengkokan tulang hidung 6. Mulut dan Gigi : Mukosa dan rongga mulut kering, terdapat luka bakar di sekitar bibir, bibir simetris, gigi terdapat kotoran, rongga mulut sedikit berbau 7. Leher tidak bisa di gerakan sulit untuk menoleh kanan dan kiri b. Dada paru-paru jantung Warna kulit merata, tidak ada jejas, bentuk dada simetris dan tidak ada deformitas, pergerakan dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, irama napas reguler, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris bunyi jantung S1 dan S2 reguler, bising (-) c. Abdomen Terdapat nyeri di bagian abdomen dextra d. Genetalia atau anus Perih daerah anus e. Ekstremitas Rentang gerak terganggu karena adanya edema pada daerah kaki 3 3 5 5 8. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium dengan hasil : a. Hb :1,9 g/dl b. Albumin : 1,6 Terapi pengobatan yang di terima Untuk mengurangi nyeri pasien sudah di anjurkan terapi non farmakologi dan obat obatan dari puskesmas ANALISIS DATA NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI Gangguan rasa Cerosis nyaman (nyeri) Hep.Anemia DIAGNOSIS KEPERAWATAN DO : 1. Pasien tampak meringis kesakitan memegang perut , terdengar suara sifting dullness di bagian tengah uluh hati DS : 1. Pasien mengatakan 1 keluhan utama nyeri perut 2. Pasien mengatakan mual muntah. 3. Pasien mengatakan kepada perawat tidak bisa berjalan tegap. 4. Pasien mengatakan Nyeri akut (Acute Pain) b.d Cerosis Hep.Anemia perutnya sakit dengan nyeri skala 4 seperti di tusuk-tusuk (hilang timbul) DS: 1. Pasien mengatakan kepada perawat tidak bisa berjalan tegap. 2. Pasien mengatakan tidak bisa 2. beraktifitas seperti biasanya DO: 1. Pasien nampak jalan terpincangpincang dan meringis kesakitan saat berjalan. Intoleransi Kelemahan aktivitas umum Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan umum 2. Pasien tampak kesulitan saat berjalan ke kamar mandi untuk BAK. DS : 1.pasien mengatakan tubuhnya terasa gatal dan panas rambut terasa gatal DO: 1. Pasien baru pertama kali masuk rumah 3. sakit. 2. Kulit terlihat kusam dan kering. 3. Tubuh pasien berbau yang tidak sedap 4. Pasien tidak mampu untuk berjalan ke kamar mandi Defisit perawatan diri : Mandi Defisit perawatan diri Kelemahan : Mandi b.d kelemahan PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut (Acute Pain) b.d Cerosis Hep.Anemia 2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum 3. Defisit perawatan diri : Mandi b.d kelemahan (*) Rencana Keperawatan No Diagnosa NOC . Keperawatan 1. Defisit Setelah dilakukan 2x24 jam Self-Care Assistance: Bathing / perawatan diri : proses keperawatan diri : Hygiene Mandi b.d mandi, pasien dapat mandiri · 1.Pertimbangkan budaya pasien kelemahan melakukan perawatan diri ketika mempromosikan aktivitas dengan perawatan diri. Kriteria hasil : NIC · 2. Pertimbangkan usia pasien - pasien dapat ke kamar ketika mempromosikan aktivitas mandiri sendiri perawatan diri - pasien dapat mengambil · 3.Menentukan jumlah dan jenis alat/bahan mandi bantuan yang dibutuhkan - pasien dapat mandi dengan · Tempat handuk, sabun, deodoran, air kamar mandi alat pencukur, dan aksesoris - pasien dapat mencuci wajah lainnya yang dibutuhkan di -pasien daapat mencuci badan samping tempat tidur atau di kamar bagian atas mandi -pasien dapat mencuci badan · 4. Menyediakan artikel pibadi yang bagian bawah diinginkan (misalnya, deodoran, -pasien dapat membersihkan sekat gigi, sabun mandi, sampo, bagian perineum lotion, dan produk aromaterapi) -- pasien dapat mengeringkan · badan 5.Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal · 6.Memfasilitasi gigi pasien menyikatnya · 7.Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai · 8.Memantau pembersihan kuku, menurut kemampuan perawatan diri pasien · 9.Memantau integritas kulit pasien · 10.Menjaga kebersihan ritual · 11. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan diri. BAB III Penutup Kesimpulan Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)Rentang respon defisit perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan perawatan diri Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias, makan, toileting. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut: Kelelahan fisik Penurunan kesadaran Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu -Mekanisme koping adaptif -Mekanisme koping maladaptif DAFTAR PUSTAKA : Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba MedikaAlimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta : Salemba MedikaCarpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Jual. 2009. Diagnosis keperawatan edisi 9. Jakarta : EGC Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC