Uploaded by User50623

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN AKTIVITAS / ISTIRAHAT : PERAWATAN DIRI
Nama : Martha Dwi Karifo
Nim : 20170320103
Prodi : ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHTAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan
klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi,
serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari perawat maupun
klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan kemandirian pada perawat dalam
melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan terdapat metode ilmiah keperawatan
yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan dapat meningkatkan kepercayaan diri
perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan merasakan kepuasan setelah dilakukan
asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, akan dapat selalu meningkatkan
kemampuan intelektual dan teknikal dalam tindakan keperawatan karena melalui proses
keperawatan dituntut mampu memecahkan masalah yang baru sesuai dengan masalah yang
dialami klien, sehingga akan timbul perasaan akan kepuasan kerja.
Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi
perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau
menghindari adanya tindakan yang legal.
1.2 Tujuan
1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri
2.Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan
3.Untuk membahas Asuhan Keperawatan Dasar dengan Defisit Perawatan Diri
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS /
ISTIRAHAT : PERAWATAN DIRI
A. Definisi Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan
diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit perawatan
diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun.( Keliat dan Akemat, 2007)
B. Jenis–Jenis Perawatan Diri
1.
Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
2.
Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian
dan aktivitas berdandan sendiri.
3.
Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.
4.
Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79).
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1.
Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2.
Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3.
Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
5.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6.
Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7.
Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
C. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
1.
Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2.
Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1.
Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai,
mulut bau, penampilan tidak rapi.
2.
Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa
hina.
3.
Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak
teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan
agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati.
Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika
syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan
hipoxiajaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang
hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap
infeksi terjadi:
1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular
ke ekstravaskular.
(2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum
tulang dan,
(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan:
(1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati.
F. Rentang Respon
Adaptif
Maladaptif
Pola perawatan
Kadang perawatan diri
Tidak melakukan perawatan
diri seimbang
kadang tidak
diri pada saat stress

Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.

Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,

Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :

Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri

Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak
mau merawat diri.
G. Pohon Masalah
Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri mandi
Definisi : hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyeIesaikan mandi / aktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri .
Batasan karakterstik :
·
Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
·
Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
·
Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
·
Ketidakmampuan menjangkau sumber air
·
Ketidakmampuan mengatur air mandi
·
Ketidakmampuan membasuh tubuh
Faktor Yang Berhubungan :
·
Gangguan kognitif
·
Penurunan motivasi
·
Kendala lingkungan
·
Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
·
Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
·
Gangguan muskoloskeletal
·
Gangguan neuro muskular
·
Nyeri
·
Gangguan persepsi
·
Ansietas berat
Kriterta hasil :
·
Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan ostomi untuk eliminasi
·
Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu untuk melakukan aktivitas
perawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan alat bantu
·
Perawatan diri Mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu
·
Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan dan penampilan yang rapi
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
·
Perawatan diri Hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan gigi secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
·
Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan
perlengkapan mandi
·
Membersihkan dan mengeringkan tubuh
·
Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral
Intervensi keperawatan :
Self-Care Assistance: Bathing / Hygiene
·
1.Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.
·
2. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
·
3.Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
·
Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur, dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan di
samping tempat tidur atau di kamar mandi
·
4. Menyediakan artikel pibadi yang diinginkan (misalnya, deodoran, sekat gigi, sabun mandi,
sampo, lotion, dan produk aromaterapi)
·
5.Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan hangat, santai, pengalaman
pribadi, dan personal
·
6.Memfasilitasi gigi pasien menyikatnya
·
7.Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
·
8.Memantau pembersihan kuku, menurut kemampuan perawatan diri pasien
·
9.Memantau integritas kulit pasien
·
10.Menjaga kebersihan ritual
·
11. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan perawatan diri.
Data Umum
1. Identitas Klien
Nama
: Nn. K
Umur
: 49 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
:Islam
Suku/Bangsa
: Jawa
Alamat
: Kejoran Rejosan rt.4 rw.10 Bandongan Kab.Magelang
Tanggal/jam pengkajian
: Kamis, 31 Mei 2018 / 09:00 wib
Diagnose Medis
: Cerosis Hep.Anemia
2. Riwayat Kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama
Nyeri bagian perut dengan nyeri yang hilang timbul , dengan durasi timbul yang lama
badan terasa panas , pengelihatan kabur,mual
b. Riwayat keluhan utama
Nyeri bagian perut
3. Riwayat kesehatan masa lalu
-
Liver
4. Riwayat kesehatan keluarga
-
Ibu dari klien pernah mengalami hepatitis
5. Pengkajian pola fungsi
a. Pola menejemen kesehatan dan persepsi kesehatan
Kesehatan menurut klien adalah dimana kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa perlu memikirkan kondisi atau hambatan (penyakit) yang dialami saat ini.
Klien akan berusaha hidup sehat dan tidak mengulangi kebiasaannya yang membuat
dia sakit.
b. Pola Nutrisi
1. Nutrisi :
Jenis makanan : klien tidak menyukai makanan lemak dan sering telat makan
-
Sebelum sakit
: klien makan siang hari saja
-
Saat sakit
: klien lebih banyak makan makanan darirumah sakit.
Pola makanan
-
Sebelum sakit
: kadang teratur kadang tidak
-
Saat sakit
: teratur
Frekuensi
:
-
Sebelum sakit
: 1x sehari
-
Saat sakit
: 3x sehari ( saat pagi hari sarapan,siang hari dan malam
hari )
Porsi
:
-
Sebelum sakit
: porsi secukupnya
-
Saat sakit
: porsi lebih banyak di banding saat tidak sakit
Nafsu makan :
-
Sebelum sakit
: baik
-
Saat sakit
: kadang tidak habis
2. Minum :
Frekuensi minum
:
-
Sebelum sakit
: banyak minum air putih 1 cangkir ukuran 500 ml
-
Saat sakit
: sedikit minum
Pola minum
:
-
Sebelum sakit
: tunggu haus saja baru minum
-
Saat sakit
: setiap bangun tidur dan rutin minum
Jenis minum
-
Sebelum sakit
: minuman bersoda,minuman berasa, air putih
-
Saat sakit
: air putih,teh
Jumlah minum
:
-
Sebelum sakit
: 3-2 gelas perhari
-
Saat sakit
: 1500ml perhari, kadang kurang kadang lebih
c. Pola eliminasi
Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Sesudah sakit
BAK
Baik
Baik
Frekuensi
Kurang lebih 6 kali
Hanya beberapa kali
Warna
Kuning
Kuning
Bau
Amoniak
amoniak
Frekuensi
1x sehari – 2hari 1x
3-6 kali BAB
Warna
cokelat
Cokelat tua dan berdarah
Konsistensi
Padat
cair
Sebelum sakit
Saat sakit
Tidur malam jam
Tidur lebih cepat jam
21:00 – 5 subuh dan
20:00 – 4 subuh sudah
nyenyak
terbangun
Jarang tidur siang
Tidur siang dari jam
Eliminasi
BAB
d. Pola istirahat dan kebersihan tidur
No
Pola kebiasaan
1.
Pola istirahat(tidur)
Tidur malam
Tidur siang
2.
Personal hygiene
13:30-16:30 nyenyak.
Mandi
Gosok gigi
Mandi sendiri
Jarang mandi hanya pagi
Cuci rambut
2x shari
Hanya pagi
Ganti pakaian
2hari sekali
Tidak cuci rambut
Setiap hari dan
Setiap pagi
mandiri
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
Makan dan minum
√
Mandi
√
Toileting
√
Berpakaian
√
Berpindah
√
3
4
e. Pola kognitif dan persepsi
tingkat daya ingat masih baik , tidak ada gangguan pengelihatan,tingkat konsentrasi
dan tidak menggunakan alat bantu dengar.
f. Pola persepsi diri
Lebih menyukai hidung karena hidungnya lebih mancung, standar diri ingin tetap
menjadi wanita karier yang sukses
g. Pola peran dan hubungan
Tinggal dirumah bersama suami dan 3 anak dengan hubungan yang sangat baik, saat
sakit perannya berubah suami menjadi suami sekaligus ibu dari anak – anak yang
mengurus di rumah.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Masih menstruasi
i. Pola koping – Toleransi stress
Kalau lagi ada masalah klien lebih sering bercerita ke suami dan curhat sama allah
lebih banyak mendekatkan diri kepada allah, menerianya dengan ikhlas dan tak perlu
di sesali, suami selalu menjadi penyemangat klien.
j. Pola nilai dan keyakinan
Agama islam sering beribadah sholat,puasa, ngaji, bersedekah. Peran agama sangat
berarti sebagai pedoman pegangan hidup klien. Saat sakit idak ibadah karena susah
gerak.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda – tanda vital
:
Suhu
: 30◦C
Nadi
: 84 x/menit
RR
: 22x/menit
BB sebelum masuk RS : 50 kg
BB masuk RS
: 49 kg
BB ideal
: Normal
7. Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala dan leher
1. Penyebaran rambut merata, terlihat kotor, sedikit berbau dan mengalami
kerontokan
2. Kepala tidak mengalami nyeri tekan dan tidak ada benjolan di kepala
3. Mata tidak mengalami eksofthalamus/enofthalamus , kedua mata simetris,
kelopak mata tidak mengalami oedema, konjungtiva tidak anemis, seclera
tidak iterik, iris mata berwarna cokelat, pupil isokor, lensa mata bening
4. Telinga ukuran kanan dan kiri simetris, terlihat adanya sedikit penumpukan
serumen
5. Hidung terdapat luka bakar, mukosa hidung kering dan tidak mengalami
pembengkokan tulang hidung
6. Mulut dan Gigi : Mukosa dan rongga mulut kering, terdapat luka bakar di
sekitar bibir, bibir simetris, gigi terdapat kotoran, rongga mulut sedikit berbau
7. Leher tidak bisa di gerakan sulit untuk menoleh kanan dan kiri
b. Dada paru-paru jantung
Warna kulit merata, tidak ada jejas, bentuk dada simetris dan tidak ada deformitas,
pergerakan dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, irama
napas reguler, tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
bunyi jantung S1 dan S2 reguler, bising (-)
c. Abdomen
Terdapat nyeri di bagian abdomen dextra
d. Genetalia atau anus
Perih daerah anus
e. Ekstremitas
Rentang gerak terganggu karena adanya edema pada daerah kaki
3
3
5
5
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan hasil :
a. Hb
:1,9 g/dl
b. Albumin : 1,6

Terapi pengobatan yang di terima
Untuk mengurangi nyeri pasien sudah di anjurkan terapi non farmakologi dan obat obatan
dari puskesmas
ANALISIS DATA
NO.
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
Gangguan rasa
Cerosis
nyaman (nyeri)
Hep.Anemia
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
DO :
1. Pasien
tampak meringis
kesakitan
memegang perut
, terdengar suara
sifting dullness
di bagian tengah
uluh hati
DS :
1. Pasien
mengatakan
1
keluhan utama
nyeri perut
2. Pasien
mengatakan
mual muntah.
3. Pasien
mengatakan
kepada perawat
tidak bisa
berjalan tegap.
4. Pasien
mengatakan
Nyeri akut (Acute
Pain) b.d Cerosis
Hep.Anemia
perutnya sakit
dengan nyeri
skala 4 seperti di
tusuk-tusuk
(hilang timbul)
DS:
1. Pasien
mengatakan
kepada perawat
tidak bisa
berjalan tegap.
2. Pasien
mengatakan
tidak bisa
2.
beraktifitas
seperti biasanya
DO:
1. Pasien
nampak jalan
terpincangpincang dan
meringis
kesakitan saat
berjalan.
Intoleransi
Kelemahan
aktivitas
umum
Intoleransi aktivitas
b.d Kelemahan
umum
2. Pasien
tampak
kesulitan saat
berjalan ke
kamar mandi
untuk BAK.
DS :
1.pasien
mengatakan
tubuhnya terasa
gatal dan panas
rambut terasa
gatal
DO:
1. Pasien baru
pertama kali
masuk rumah
3.
sakit.
2. Kulit terlihat
kusam dan
kering.
3. Tubuh pasien
berbau yang
tidak sedap
4. Pasien tidak
mampu untuk
berjalan ke
kamar mandi
Defisit
perawatan diri :
Mandi
Defisit perawatan diri
Kelemahan
: Mandi b.d
kelemahan
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (Acute Pain) b.d Cerosis Hep.Anemia
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
3. Defisit perawatan diri : Mandi b.d kelemahan (*)
Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
NOC
.
Keperawatan
1.
Defisit
Setelah dilakukan 2x24 jam
Self-Care Assistance: Bathing /
perawatan diri :
proses keperawatan diri :
Hygiene
Mandi b.d
mandi, pasien dapat mandiri ·
1.Pertimbangkan budaya pasien
kelemahan
melakukan perawatan diri
ketika mempromosikan aktivitas
dengan
perawatan diri.
Kriteria hasil :
NIC
·
2. Pertimbangkan usia pasien
- pasien dapat ke kamar
ketika mempromosikan aktivitas
mandiri sendiri
perawatan diri
- pasien dapat mengambil
·
3.Menentukan jumlah dan jenis
alat/bahan mandi
bantuan yang dibutuhkan
- pasien dapat mandi dengan ·
Tempat handuk, sabun, deodoran,
air kamar mandi
alat pencukur, dan aksesoris
- pasien dapat mencuci wajah
lainnya yang dibutuhkan di
-pasien daapat mencuci badan
samping tempat tidur atau di kamar
bagian atas
mandi
-pasien dapat mencuci badan ·
4. Menyediakan artikel pibadi yang
bagian bawah
diinginkan (misalnya, deodoran,
-pasien dapat membersihkan
sekat gigi, sabun mandi, sampo,
bagian perineum
lotion, dan produk aromaterapi)
-- pasien dapat mengeringkan ·
badan
5.Menyediakan lingkungan yang
terapeutik dengan memastikan
hangat, santai, pengalaman pribadi,
dan personal
·
6.Memfasilitasi gigi pasien
menyikatnya
·
7.Memfasilitasi diri mandi pasien,
sesuai
·
8.Memantau pembersihan kuku,
menurut kemampuan perawatan
diri pasien
·
9.Memantau integritas kulit pasien
·
10.Menjaga kebersihan ritual
·
11. Memberikan bantuan sampai
pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting)Rentang respon defisit perawatan diri : pola perawatan diri
seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan perawatan diri
Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias, makan,
toileting.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut:

Kelelahan fisik

Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000)
yaitu
-Mekanisme koping adaptif
-Mekanisme koping maladaptif

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba MedikaAlimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia 2. Jakarta : Salemba MedikaCarpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Jual. 2009. Diagnosis keperawatan edisi 9.
Jakarta : EGC Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Download