Uploaded by User49753

Kelompok 5 (INTRAPREUNERSHIP)

advertisement
INTRAPREUNERSHIP
Oleh:
Kelompok 5
Cut Meurah Hadiah
Nurmaulidina Nasution
Suci Yanika Nasution
Dosen:
Ika Amalia, S.Psi., M.Psi
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Psikoogi Bisnis & Kewirausahaan.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembutan laporan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir, penulis berharap semoga menyelesaikan makalah Psikologi Bisnis &
Kewirausahaan beserta manfaatnya dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Reuleut Timur, 13 Maret 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian intrapreneurship........................................................... 3
2.2 Manfaat intrapreneurship .............................................................. 3
2.3 Perbedaan Perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship ......... 4
2.4 Lingkungan atau iklim organisasi ................................................ 6
2.5 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship ............................. 6
2.6 Membangun Iklim Intrapreneurship dalam organisasi.................. 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9
A. Kesimpulan ..................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri
seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat
perubahan-perubahan,
dan
menemukan
kesempatan-kesempatan
yang
tersimpan di balik perubahan itu. Mungkin banyak orang sudah sering
mendengar entrepreneurship (kewirausahaan) tapi intrapreneurship agak lebih
jarang dikemukakan. Intrapreneurship pada dasarnya adalah entrepreneurship
dalam sebuah entrepreneurship yang lebih besar. Intrapreneurship umumnya
dimulai dari karyawan dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide
bisnis atau inovasi. Mereka (yang memiliki ide bisnis) dapat mengemukakan
ide bisnis mereka pada direktur. Direktur kemudian memisahkan dia dari core
perusahaan dan memberikan sumber daya untuk melaksanakan idenya.
Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan
seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya
yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai? Namun seorang manajer yang
tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang
ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk
mencapainya (Alma, 2018).
Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan
resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk
melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang
terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah
diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar.
Kreativitas
merupakan
kemampuan
untuk
memperkirakan
berbagai
kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang
diidamkan.
Masalahnya
adalah
bagaimana
memelihara
semangat
entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan.
Organisasi yang besar dan stabil sering kali menimbulkan rasa percaya diri
1
yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga
mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif
terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive,
timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal
(Alma, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian intrapreneurship?
2. Apa manfaat intrapreneurship?
3. Bagaimana perbedaan perusahaan tradisional dengan intrapreneurship?
4. Lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong intrapreneurship?
5. Bagaimana karakteristik kepemimpinan intrapreneurship?
6. Bagaimana cara membangun iklim intrapreneurship dalam organisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu intrapreneurship
2. Untuk mengetahui apa-apa saja manfaat intrapreneurship
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan perusahaan tradisional dengan
intrapreneurship
4. Untuk mengetahui lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong
intrapreneurship
5. Agar tahu bagaimana karakteristik kepemimpinan intrapreneurship
6. Agar tahu agaimana cara membangun iklim intrapreneurship dalam
organisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Intrapreneurship
Suasana perusahaan yang lebih leluasa, ceria, bebas, terkendali, membuka
peluang bagi orang-orang kreatif yang mengembangkan talenta, kemampuan
daya pikir dan daya ciptanya. Mereka bisa mengembangkan secara
bertanggung jawab apa yang diinginkan yang dianggap baik yang mengarah
ke hal-hal positif sehingga menguntungkan bagi perusahaan. Jika kesempatan
ini tidak terbuka pada sebuah perusahaan maka bagi seseorang yang kreatif,
mereka akan merasa terkekang akhirnya cenderung tidak produktif dan
frustasi. Hisrich menyatakan: Intrapreneurship is one method for stimulating
and then capitalizing on individuals in an organization who think that
something can be done differently and better. Jadi ini merupakan satu metode
mendorong serta memberikan fasilitas, membuka kesempatan bagi sesorang
dalam organisasi untuk menciptakan, mengajarkan sesuatu yang beda dari
yang lain secara lebih baik dan bertanggung jawab. Terbukanya peluang
semacam ini sangat menjanjikan suatu kemajuan bagi sebuah perusahaan
karena munculnya kreatifitas, inovasi. Dalam organisasi yang biasa, aktivitas
semacam ini sulit muncul, karena suasana yang kaku, tidak ada kebebasan
dan berkreasi bagi karyawannya. Bagi sebuah organisasi sangat perlu
mengembangkan spirit entrepreneurship ini, inilah yang dimaksudkan dengan
istilah intrapreneurship. Spirit ini akan meningkatkan pengemban produk,
diverifikasi, dan meningkatkan produktivitas (Alma, 2018).
2.2 Manfaat Intraprenuership
Manfaat dari intrapreneurship adalah dapat meningkatkan kembali
kemampuan suatu perusahaan atau organisasi untuk memiliki keterampilan
atau kemampuan yang inovatif. Selain itu juga untuk menciptakan usaha baru
dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang telah mapan, melalui inovasi
produk, proses, maupun dalam pengembangan pasar (Alma, 2018).
3
2.3 Perbedaan Perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship
Alma, 2018 mengemukakan bahwa pada perusahaan tradisional, pokokpokok aturan yang berlaku biasanya :
1. Harus mengikuti peraturan secara ketat, sesuai dengan yang telah
digariskan.
2. Tidak boleh menyimpang, berbuat kesalahan, tidak boleh gagal.
3. Tidak boleh membuat inisiatif sendiri tapi tunggu instruksi atasan.
Kondisi persyaratan ketat seperti ini sangat tidak kondusif munculnya
kreativitas, fleksibilitas, independensi dan keberanian karyawan.
Dalam Intrapreneurship kita jumpai suasana:
1. Karyawan bisa mengembangkan visinya, tujuan dan kegiatannya.
2. Ada pemberian hadiah untuk pemikiran dan kegiatan yang positif
eksperimen, pengembangan ide, dan tanggungjawab.
Ada lagi perbedaan dalam values norma yang berlaku. Dalam organisasi
tradisional, organisasinya bersifat hirarkis, prosedur standar, sistem pelaporan
baku, ada garis lini dan tanggungjawab, ada instruksi, wewenang, sistem
kontrol. Dalam budaya organisasi intrapreneur dijumpai situasi yang berbeda
(sebaliknya) struktur organisasi bersifat flat, mengembang kesamping bukan
keatas hirarkis, ada jaringan kerja, ada mentor, hubungan dekat satu sama lain,
iklim kerja tidak kaku, saling percaya, banyak pemikiran dan ususl, sehingga
terjadi cross-fertilization of ideas (saling memupuk, saling bantu sesama
karyawan dalam mengembangkan ide) (Alma, 2018).
Lebih lanjut tabel berikut perbandingan antara traditional managers,
Entrepreneurs dan intrapreneurs (Alma, 2018).
Sifat
Motif Utama
Tradisional
Managers
Enterpreneurs
Intrapreneurs
Mengharapkan
promosi dan hadiah,
ada kantor,
kekuasaan dan staff
Ada kebebasan,
ada peluang
berkreasi dan
dapat uang
Ada kebebasan
dan peluang
mengembangkan
bakat dan ada
hadiah dari
4
perusahaan
- Kegiatan
Mendelegasikan, dan
banyak pengawasan
Terlibat secara
langsung
Lebih banyak
terlibat
ketimbang
mendelegasikan
kepada orang
lain
- Resiko
Sangat hati-hati
Lebih moderat
dalam mengambil
resiko
Bersifat moderat
dalam
mengambil
resiko
Status
Sangat
memperhatinkan
Tidak peduli
dengan simbol
status
Tidak terlalu
memperhatikan
status, hanya
ingin
keleluasaan
Kesalahan
& kegagalan
Berusaha
menghindari
kesalahan
Terbiasa dengan
kesalahan dan
kegagalan
Mencoba tidak
membicarakan
kesalahan
sampai ia
berhasil
Decisions
Setuju saja dengan
keputusan dari
atasan
Mengikuti mimpi,
intuisi sebagai
bahan
pertimbangan
Mencoba
meyakinkan
kolega agar
menyokong
idenya
Latar belakang
family
Anggota keluarga
bekerja di
perusahaan/kantor
Pengusaha small
business,
profesional, atau
pertanian
Pengusaha
samll, business
propesional dan
pertanian
Hubungan
Ada hirarki
Saling
berhubungan
Saling
berhubungan
dalam kerangka
hirarki
5
2.4 Lingkungan atau Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship
Untuk mendorong adanya intrapreneurship Alma, 2018 mengemukakan
bahwa diperlukan suasana kepemimpinan yang menunjang:
1. Adanya penerapan teknologi dalam organisasi yang dapat membangkitkan
keberanian, dan menunjang ide-ide baru, sehingga karyawan tidak jadi
penakut.
2. Terbuka peluang eksperimen, tidak takut pada kegiatan trial dan error.
Biasanya untuk mendapatkan produk baru, ditempuh beberapa kegagalan
sampai memperoleh bentuk produk baru yang sempurna, ini memakan
waktu dan berevolusi.
3. Tidak ada ukuran atau parameter baku suatu keberhasilan.
4. Harus
tersedia
dana
yang
cukup
untuk
melakukan
kebebasan
pengembangan ide.
5. Harus dikembangkan tim multidisiplin, dan kerja sama antara bidang.
6. Spirit interpreneurship tidak berdasarkan pada seseorang, tetapi atas dasar
suka rela dan system hadiah. Hadiah perlu diberikan untuk semua energy,
usaha yang dikeluarkan untuk pencipta yang baru.
7. Akhirnya spirit ini harus mendapat support dari top management baik
secara pisik maupun bentuk finansial.
2.5 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship
Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal
maupun eksternal secara utuh, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus
kreatif agar dapat mendorong spirit intrapeneurship (Alma, 2018). .
Karekteristik kepemimpinannya adalah sebagai berikut (Dalam Alma, 2018):
1. Dia harus seorang visioner leader, atau a person who dreams great
dreams. Dikatakan oleh Hisrich bahwa a leader is like a gardener.
Seorang tukang kebun, apabila ingin menghasilkan tomat, maka anda
harus mencari bibit, tanam, kasih pupuk beri air. Anda jangan
memasukkan tomat ke pabrik, tapi tugas anda tanam dan pupuk tomat
6
itu. Defenisi lain dikatakan: leadership the ability to dream great
things and communicate these in such a way that people says to being
a part of the dream. Jadi coba yakinkan orang lain, bahwa mimpi
anda bagus sehingga mereka tertarik meng-iya-kan lalu mereka
menyokong mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Kadang-kadang
perusahaan tertentu muncul ide-ide gila. Ide gila ini awalnya
mungkin tidak masuk akal, tetapi setelah ditelaah ada juga
kemungkinan brhasil. Apabila seseorang mempunyai suatu ide maka
dia harus meyakinkan banyak orang bahwa idenya bagus sekali. Jika
ada yang membantah maka ia berusaha mengatasi bantahan itu dan
kembali orang yang membantah menyokong idenya.
The intrpreneurial leader must have a dream and overcome all
obstacles to achive it by selling the dream to others.
2. Pempimpin intrapreneur harus fleksibel dan menciptakan manajemen
yang memberi kebebasan berkreatifitas.
3. Mendorong munculnya teamwork, dengan pendekatan mendisipilin
dari berbagai kahlian, seperti engineering, produksi, marketing,
keuangan dan sebagainya. Harus menciptakan diskusi terbuka untuk
mencari sesuatu yang baru.
2.6 Membangun Iklim Intrapreneurship dalam Organisasi
Untuk membangun suasana intrapreneurship, maka sebuah organisasi
harus menerapkan prosedur yang menunjang. kadangkala perlu minta bantuan
konsultan untuk menciptakan suasana tersebut. Namun yang penting adalah
komitmen dari seluruh jajaran manajemen, dari top, upper dan midddle
manaement. komitment dan rencana ini disosialisasikan dalam bentuk
kegiatan
internal
marketing
kepada
seluruh
karyawan.
Dengan
demikian iklim intrapreneurship akan bergema diseluruh kegiatan organisasi.
pemimpin organisasi harus pula menjelaskan ide apa, sasaran bagaimana
yang hendak dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Selanjutnya
7
gunakan fasilitas
teknologi
yang menunjang iklm
intrapreneurship.
Organisasi harus tetap dekat dengan hati konsumen, harus belajar lebih
produktif dengan menggunakan sumber-sumber seefisien mungkin (Alma,
2018).
Jadi berilah kebebasan pada karyawan namun tetap terkendali dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
8
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Intrapreneurship pada dasarnya adalah entrepreneurship dalam sebuah
entrepreneurship yang lebih besar. Intrapreneurship umumnya dimulai dari
karyawan dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide bisnis atau
inovasi. Mereka (yang memiliki ide bisnis) dapat mengemukakan ide bisnis
mereka pada direktur. Direktur kemudian memisahkan dia dari core
perusahaan dan memberikan sumber daya untuk melaksanakan idenya.
Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko
yang terkalkulasi, dan kreativitas.
Manfaat dari intrapreneurship adalah dapat meningkatkan kembali
kemampuan suatu perusahaan atau organisasi untuk memiliki keterampilan
atau kemampuan yang inovatif. Selain itu juga untuk menciptakan usaha baru
dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang telah mapan, melalui inovasi
produk, proses, maupun dalam pengembangan pasar. Untuk membangun
suasana intrapreneurship, maka sebuah organisasi harus menerapkan prosedur
yang menunjang.
3.2 Saran
Intrapreneurship sangat disarankan dimiliki oleh semua perusahan agar
dapat meningkatkan kualitas kualitas para karyawan yang nantinya
meningkatkan kualitas perusahaan itu sendiri.
Pembaca disarankan untuk mencari referensi dari sumber lain untuk
memperkaya pengetahuan mengenai intrapreneurship ini. Tim penulis sudah
berusaha sebaik mungkin dalam menyusun makalah ini, apabila masih
terdapat kekurangan tim penulis dengan terbuka menerima kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Bukhari. 2018. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
10
Download