Uploaded by Bellucci Resanualto

18. ANTROPOLOGl booklet

advertisement
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
13
terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi
menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu
premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh:
Sistem religi, meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup,
komunikasi keagamaan, atau upacara keagamaan
Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, mencakup kekerabatan,
asosiasi (perkumpulan), sistem kenegaraan, dan sistem kesatuan hidup.
Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang flora dan fauna,
waktu, ruang, bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antar sesama
manusia.
Sistem bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan.
Kesenian meliputi seni patung/pahat, relief lukis dan gambar, seni rias,
vokal, musik, bangunan, kesusastraan, atau drama.
Sistem mata pencaharian hidup/ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.
Sistem teknologi, meliputi produksi, distribusi, transportasi, peralatan
komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian, perhiasan,
tempat berlindung (perumahan) atau senjata.
Pembelajaran
ANTROPOLOGI
MelaluiPendekatanSaintifik
Simpulan sistem religi, sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,
sistem pengetahuani, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem teknologi,
merupakan urutan unsur-unsur kebudayaan secara universal yang dimiliki
oleh setiap masyarakat.
b. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali menemukan
fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian,
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
guru dan peserta didik adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
KATA PENGANTAR
12
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar bagi
kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat.
a. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar
dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk halhal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal
yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme.
Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
2
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
11
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta
DAFTAR ISI
Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam
proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1)
interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan
dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI
BAB I
pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif,
belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan
bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Tujuan ..................................................................................................... 3
C.
Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
D. Landasan Hukum ...................................................................................... 3
BAB II
pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik
dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang terdahulu
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK...................................... 5
A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ............................................................ 5
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi ............. 6
C.
Model Pembelajaran dalam Antropologi .................................................... 16
1. Problem Based Learning (PBL) ............................................................ 16
dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang
mendalam
untuk
memberikan
respon
yang
mendalam
juga.
............................................................................................................... iii
2. Project Based Learning (PjBL)............................................................. 17
Bagaimana
3. Discovery Learning ............................................................................ 18
membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka
melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi
D. Kaitan Materi-Materi dan Model Pembelajaran ........................................... 20
melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu
E.
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Antropologi ................................... 21
peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil
1. Penilaian Sikap .................................................................................. 21
telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran
2. Penilaian Pengetahuan ....................................................................... 23
informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan
3. Penilaian Keterampilan ....................................................................... 24
yang dimiliki.
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 27
Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) pada mata pelajaran ilmu-
A.
Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti ...................................... 27
ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama
B.
Keterkaitan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian........................ 28
teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri informasi yang mereka
BAB IV
butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 43
PENUTUP ..................................................................................................... 42
menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui
kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) peserta didik dapat mengembangkan
pengalaman
belajar,
meningkatkan
penguasaan
ilmu-ilmu
sosial,
serta
menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat
mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk
belajar.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
3
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
BAB I
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
PENDAHULUAN
c.
A.
10
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Mendiagnosis
kesulitan
belajar
peserta
didik
sekaligus
menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
substansi pembelajaran yang diberikan.
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
keterampilan yang
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
bahasa yang baik dan benar.
f.
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis
berlangsung
secara interaktif,
memotivasi peserta
ruang
yang cukup
dalam
berdiskusi,
berargumen,
dalam hidup berkelompok.
Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
memberikan
didik
atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
menantang,
peserta
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat
standar penilaian pendidikan.
pembelajaran
partisipasi
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
agar
Mendorong
didik
bagi
untuk
prakarsa,
inspiratif,
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
menyenangkan,
berpartisipasi
kreativitas,
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
dan
aktif,
serta
kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
i.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas
dan memperdalam pengetahuan yang
menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh
kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara
bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus dan buku.
melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang
dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi
ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah
“explorative learning”.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus
diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini peserta didik
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4
1
9
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
e. Menentukan
secara
jelas
bagaimana
observasi
akan
dilakukan
untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-
2
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik,
bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan
autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial
bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi
peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,
Pemerintah
melalui
surat
edaran
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
(anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib
Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek,
atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk
mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat
berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.
kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Mata Pelajaran Antropologi adalah ilmu yang berusaha mencapai pemahaman tentang
Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kehidupan
memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek
bermasyarakat, serta kebudayaannya.
atau objek yang diobservasi.
2. Menanya
Mata pelajaran Antropologi membantu peserta didik untuk
memahami berbagai
persoalan dan kekuatan budaya dalam mebangun kehidupan bermasyarakat, hidup
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu
pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
berdampingan secara damai dalam perbedaan. Bagaimana berempati antar sesama,
toleran dan menghargai keberadaan setiap orang dalam sebuah komunitas, kelompok
dan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa ilmu Antropologi adalah ilmu yang dinamis
dan terbuka karena dalam berbagai kajianya, Antropologi seringkali menggunakan
data-data sejarah, sosiologis, politik, seni, bahasa, psikologi dan sebaginya.
Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan
Dewasa ini teori Antropologi telah berkembang sedemikan pesat dengan
dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: mengapa setiap suku bangsa memiliki
perspektif, seperti yang dikenal dengan teori-teori post modernis, feminis, teori kritis
keragaman budaya?,
yang mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak,
faktor apa saja yang menyebabkan setiap suku bangsa
berbagai
dan sebaganya akan tetapi
memiliki budaya yang beragam?, mengapa terjadi perbedaan dialek dalam ragam
perkembangan itu tidak serta merta menggugurkan teori-teori sebelumnya. Oleh
bahasa?.
karena itu untuk pemahaman antropologi lebih komprehensif seorang guru perlu juga
Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang
bertanya adalah peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
mempelajari teori-teori tersebut dalam rujukan materi pembelajarannya di kelas, dan
bukan mengajarkan teori tersebut kepada siswa.
Guru mata pelajaran Antropologi masih memerlukan panduan dan rambu-rambu
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta melakukan penilaian
autentik berdasarkan silabus dan buku (buku guru dan buku siswa).
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
3
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Dalam hal ini Direktorat PSMA berupaya memenuhi kebutuhan tersebut melalui
penyusunan Naskah Pembelajaran Antropologi yang diharapkan dapat memfasilitasi
guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan
pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau
mata pelajaran yang diampunya.
8
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
1. Mengamati
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan
atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi
B.
melakukan pengamatan melalui
kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi
Tujuan
pelajaran
peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
Antropologi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
bertujuan untuk:
Kegiatan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
1.
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
mengamati
mengutamakan
tertentu, seperti
mudah pelaksanaannya.
3.
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.
hal sebagai berikut, contoh:
4.
Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
a. Keragaman budaya
Merancang penilaian autentik.
pembelajaran
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
5.
proses
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
2.
saintifik.
kebermaknaan
Dalam pembelajaran ilmu Antropologi, pengamatan dapat dilakukan terhadap hal-
b. Hasil kebudayaan masyarakat
c. Pengaruh budaya asing
Sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui
C.
Ruang Lingkup
berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya : video, gambar, grafik, bagan,
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
dsb.
1.
Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
2.
Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Antropologi
langkah seperti berikut ini.
3.
Penilaian Autentik dalam pembelajaran Antropologi
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
4.
Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
5.
Contoh Hasil analisis kompetensi
diobservasi
c.
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
D.
Landasan Hukum
1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
7
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide
atau
gagasan,
sehingga
secara
bertahap
siswa
belajar
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
2.
bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
3.
4.
5.
6.
kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
7.
pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
8.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan
ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains
pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun
kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
4
9.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Dalam Kurikulum 2013, langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah;
1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Mengumpulkan informasi
4.
Mengasosiasi
5.
Mengomunikasikan
Kelima langkah pembelajaran saintifik dalam berbagai kegiatan belajar Antropologi
dapat dirinci sebagai berikut:
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
6
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
mengutamakan
BAB II
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian
(tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja
Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
belakang budaya peserta didik.
Lulusan,
sasaran
pembelajaran
mencakup
pengembangan
domain
sikap,
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis
masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
menghargai,
aktivitas
menghayati,
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh
pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti
melalui
penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
Keterampilan
mencoba,
menalar,
diperoleh melalui aktivitas
menyaji,
mengamati,
pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien
menanya,
dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,
dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
diakses
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
menggunakan menggunakan model
(5)
Akuntabel,
berarti
penilaian
dapat
didik dan guru.
kelompok. Pendidik disarankan untuk
pembelajaran
pihak.
teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
maupun
semua
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek
pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
kontekstual, baik individual
oleh
antara lain model inkuiri,
discovery, problem, dan projek.
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran
satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
pembelajaran
(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6)
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
(hardskills)
dan
keterampilan
berbasis
mental
konten
(softskills);
(9)
menjadi
pembelajaran
yang
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
Download