Uploaded by Bellucci Resanualto

18. ANTROPOLOGl

advertisement
Pembelajaran
ANTROPOLOGI
MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
KATA PENGANTAR
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI
BAB I
............................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Tujuan ..................................................................................................... 3
C.
Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
D. Landasan Hukum ...................................................................................... 3
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK...................................... 5
A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ............................................................ 5
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi ............. 6
C.
Model Pembelajaran dalam Antropologi .................................................... 16
1. Problem Based Learning (PBL) ............................................................ 16
2. Project Based Learning (PjBL)............................................................. 17
3. Discovery Learning ............................................................................ 18
D. Kaitan Materi-Materi dan Model Pembelajaran ........................................... 20
E.
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Antropologi ................................... 21
1. Penilaian Sikap .................................................................................. 21
2. Penilaian Pengetahuan ....................................................................... 23
3. Penilaian Keterampilan ....................................................................... 24
BAB III
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 27
A.
Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti ...................................... 27
B.
Keterkaitan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian........................ 28
PENUTUP ..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 43
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis
agar
pembelajaran
menantang,
memberikan
berlangsung
secara interaktif,
memotivasi peserta
ruang
yang cukup
didik
bagi
untuk
prakarsa,
inspiratif,
menyenangkan,
berpartisipasi
kreativitas,
dan
aktif,
serta
kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh
kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara
bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus dan buku.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
2
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik,
bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan
autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial
bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi
peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah
melalui
surat
edaran
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.
Mata Pelajaran Antropologi adalah ilmu yang berusaha mencapai pemahaman tentang
makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kehidupan
bermasyarakat, serta kebudayaannya.
Mata pelajaran Antropologi membantu peserta didik untuk
memahami berbagai
persoalan dan kekuatan budaya dalam mebangun kehidupan bermasyarakat, hidup
berdampingan secara damai dalam perbedaan. Bagaimana berempati antar sesama,
toleran dan menghargai keberadaan setiap orang dalam sebuah komunitas, kelompok
dan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa ilmu Antropologi adalah ilmu yang dinamis
dan terbuka karena dalam berbagai kajianya, Antropologi seringkali menggunakan
data-data sejarah, sosiologis, politik, seni, bahasa, psikologi dan sebaginya.
Dewasa ini teori Antropologi telah berkembang sedemikan pesat dengan
berbagai
perspektif, seperti yang dikenal dengan teori-teori post modernis, feminis, teori kritis
yang mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak,
dan sebaganya akan tetapi
perkembangan itu tidak serta merta menggugurkan teori-teori sebelumnya. Oleh
karena itu untuk pemahaman antropologi lebih komprehensif seorang guru perlu juga
mempelajari teori-teori tersebut dalam rujukan materi pembelajarannya di kelas, dan
bukan mengajarkan teori tersebut kepada siswa.
Guru mata pelajaran Antropologi masih memerlukan panduan dan rambu-rambu
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta melakukan penilaian
autentik berdasarkan silabus dan buku (buku guru dan buku siswa).
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
3
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Dalam hal ini Direktorat PSMA berupaya memenuhi kebutuhan tersebut melalui
penyusunan Naskah Pembelajaran Antropologi yang diharapkan dapat memfasilitasi
guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan
pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau
mata pelajaran yang diampunya.
B.
Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran
Antropologi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini
bertujuan untuk:
1.
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
2.
Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.
4.
Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik.
5.
C.
Merancang penilaian autentik.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
D.
1.
Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2.
Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Antropologi
3.
Penilaian Autentik dalam pembelajaran Antropologi
4.
Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
5.
Contoh Hasil analisis kompetensi
Landasan Hukum
1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
2.
4
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
6.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan
7.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
8.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
9.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ
tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan,
sasaran
pembelajaran
mencakup
pengembangan
domain
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masingmasing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
menghargai,
aktivitas
menghayati,
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh
melalui
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
Keterampilan
mencoba,
menalar,
diperoleh melalui aktivitas
menyaji,
mengamati,
menanya,
dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
kontekstual, baik individual
maupun
menggunakan menggunakan model
kelompok. Pendidik disarankan untuk
pembelajaran
antara lain model inkuiri,
discovery, problem, dan projek.
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis
konten
menjadi
pembelajaran
berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6)
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills)
dan
keterampilan
mental
(softskills);
(9)
pembelajaran
yang
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
6
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
mengutamakan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis
pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti
penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien
dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diakses
oleh
semua
pihak.
(5)
Akuntabel,
berarti
penilaian
dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek
teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta
didik dan guru.
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
7
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide
atau
gagasan,
sehingga
secara
bertahap
siswa
belajar
bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun
kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap
ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains
pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu
kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah
pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya
penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Dalam Kurikulum 2013, langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah;
1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Mengumpulkan informasi
4.
Mengasosiasi
5.
Mengomunikasikan
Kelima langkah pembelajaran saintifik dalam berbagai kegiatan belajar Antropologi
dapat dirinci sebagai berikut:
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
8
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
1. Mengamati
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan
atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi
melakukan pengamatan melalui
kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Kegiatan
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan
proses
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
pembelajaran
tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya.
Dalam pembelajaran ilmu Antropologi, pengamatan dapat dilakukan terhadap halhal sebagai berikut, contoh:
a. Keragaman budaya
b. Hasil kebudayaan masyarakat
c. Pengaruh budaya asing
Sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui
berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya : video, gambar, grafik, bagan,
dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkahlangkah seperti berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
c.
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
9
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
e. Menentukan
secara
jelas
bagaimana
observasi
akan
dilakukan
untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alatalat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,
dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot
(anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).
Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek,
atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk
mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat
berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuankelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek
atau objek yang diobservasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu
pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan
dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: mengapa setiap suku bangsa memiliki
keragaman budaya?,
faktor apa saja yang menyebabkan setiap suku bangsa
memiliki budaya yang beragam?, mengapa terjadi perbedaan dialek dalam ragam
bahasa?.
Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang
bertanya adalah peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
10
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c.
Mendiagnosis
kesulitan
belajar
peserta
didik
sekaligus
menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
f.
Mendorong
partisipasi
peserta
didik
dalam
berdiskusi,
berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat
atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial
dalam hidup berkelompok.
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
i.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas
dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah
melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang
dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi
ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah
“explorative learning”.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus
diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini peserta didik
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
11
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta
Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam
proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1)
interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan
dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh
pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif,
belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan
bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari
pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik
dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang terdahulu
dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang
mendalam
untuk
memberikan
respon
yang
mendalam
juga.
Bagaimana
membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka
melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi
melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu
peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil
telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran
informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan
yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) pada mata pelajaran ilmuilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama
teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri informasi yang mereka
butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk
menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui
kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) peserta didik dapat mengembangkan
pengalaman
belajar,
meningkatkan
penguasaan
ilmu-ilmu
sosial,
serta
menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat
mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk
belajar.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
12
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar bagi
kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat.
a. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar
dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk halhal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal
yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme.
Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
13
terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi
menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu
premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh:

Sistem religi, meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup,
komunikasi keagamaan, atau upacara keagamaan

Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, mencakup kekerabatan,
asosiasi (perkumpulan), sistem kenegaraan, dan sistem kesatuan hidup.

Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang flora dan fauna,
waktu, ruang, bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antar sesama
manusia.

Sistem bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan.

Kesenian meliputi seni patung/pahat, relief lukis dan gambar, seni rias,
vokal, musik, bangunan, kesusastraan, atau drama.

Sistem mata pencaharian hidup/ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.

Sistem teknologi, meliputi produksi, distribusi, transportasi, peralatan
komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian, perhiasan,
tempat berlindung (perumahan) atau senjata.

Simpulan sistem religi, sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,
sistem pengetahuani, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem teknologi,
merupakan urutan unsur-unsur kebudayaan secara universal yang dimiliki
oleh setiap masyarakat.
b. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali menemukan
fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian,
guru dan peserta didik adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah
suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan
sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
14
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu antropologi, karena
hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran,
analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.
Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena
atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik
simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi
juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu
“metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan
yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada
dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan
Contoh:
Kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga,
memelihara, dan melestarikan kebudayaan merupakan kewajiban dari setiap
individu. Setiap suku bangsa harus menjaga, memelihara, dan melestarikan
kebudayaan.
Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau
dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui
secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Ketekunan dan ketaatan yang dijalankan secara benar oleh umat beragama
dapat
menciptakan
keharmonisan
di
perilaku
dalam
baik.
Dengan
masyarakat.
Begitu
berperilaku
pula
baik,
terciptanya
tercipta
suatu
keharmonisan di sekolah tidak terlepas dari adanya sikap ketekunan dan
ketaatan beragama dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh stake holder
sekolah.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
15
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
c. Hubungan Antarfenomena
Seperti
halnya
penalaran
dan
analogi,
kemampuan
menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena
hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Disinilah esensi bahwa
guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenomena
atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa
fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan
yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi
akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang
disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induktif sebab
akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat.Pada penalaranhubungan sebab-akibat, hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang
berupa akibat.
Contoh:

Fanatisme yang berlebihan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu di
masyarakat dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat dan dapat
merusak tatanan yang telah terbina dengan baik.

Dampak positif seni adalah dapat melestarikan nilai-nilai budaya bangsa
yang luhur, menimbulkan solidaritas di dalam masyarakat, mengajarkan
etika
pada
masyarakat,
dan
dapat
dipakai
untuk
meningkatkan
perekonomian rakyat dan negara. Dampak-dampak positif tersebut dapat
membawa masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh :

Memudarnya nilai-nilai dari pengetahuan lokal membuat bangsa Indonesia
kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa, disebabkan karena
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
16
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
pendidikan yang terlalu berpedoman pada pendidikan Barat yang diterima
secara mentah-mentah.

Kemajuan teknologi di bidang industri ternyata menghasilkan pencemaran
lingkungan, disebabkan banyak industri yang tidak memperhatikan
lingkungan sekitar.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab-akibat 1
–akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang
pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua
menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
5. Mengomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik
atau
kelompok.
Kegiatan
mengomunikasikan
adalah
sarana
untuk
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa,
diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui
presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya.
C.
Model Pembelajaran dalam Antropologi
Sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013, ada beberapa model pembelajaran yang
dapat diterapkan, antara lain, pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan discovery
learning.
1. Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta
didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 1)
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
17
didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan; (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
2. Project Based Learning (PjBL)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat
berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang
sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik
dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik, yaitu:

Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalahmasalah yang kompleks.

Meningkatkan kolaborasi.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
18
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

Mendorong
peserta
didik
untuk
mengembangkan
dan
mempraktikkan
keterampilan komunikasi.

Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.

Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
3. Discovery Learning
Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi
belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)
dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,
pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah
bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented
menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning,hendaknya guru harus memberikan kesempatan
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
19
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut
untuk
membandingkan,
melakukan
berbagai
mengkategorikan,
kegiatan
menghimpun
menganalisis,
informasi,
mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan:

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.

Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.

Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
Ketiga model pembelajaran sangat relevan dengan tujuan dan kekhasan
pembelajaran mata pelajaran Antropologi. Sesuai dengan karakteristik pendidikan
antropologi, untuk membekali siswa agar mampu memahami dan menyikapi
secara bijak tentang keberagaman budaya dalam rangka membangun karakter
yang menerima dan memahami perbedaan, maka siswa dibekali dengan
pengalaman yang berpikir kritis dan analitis melalui, studi kasus (problem based
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
20
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
learning). Studi etnografi (project based learning), dan observasi partisipasi
(discovery learning).
a. Studi Kasus
Studi kasus dapat dilaksanakan dalam rangka bentuk operasional dari problem
based learning. Tujuan utama menggunakan model ini adalah untuk
menganalisis kasus-kasus tertentu yang ada di lingkungan setempat bersifat
khas yang menggunakan tinjauan antropologi, misalnya kehidupan komunitas
pemecah batu, petani ladang, pedagang kaki lima, pemulung, nelayan, buruh
atau kehidupan di komplek-komplek perumahan atau perkampungan.
b. Studi Etnografi
Studi etnografi merupakan penabaran model pembelajaran berbasis proyek.
Model ini bertujuan untuk
melatih cara berfikir holistik sehingga mereka
terlatih untuk melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang sehingga
mereka berpandangan luas dan tidak mudah menjastifikasi secara negatif,
misalnya, melihat kehidupan suku terasing, komunitas tertentu yang ada di
sekitarnya.
c. Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi merupakan ciri utama kajian antropologi. Apabila
disejajarkan dengan model pembelajaran, observasi partsipasi ini dapat
dikatakan sebagai penyesuaian dari model pembelajaran discovery learning.
Observasi partisipasi ini akan mendorong peserta didik untuk menemukan halhal baru yang disimpulkan dari berbagai data yang diperoleh. Penerapan
model ini bertujuan agar muncul rasa empati siswa perlu dilatih melalui
kegiatan observasi partisipasi, artinya, siswa sebagai pengamat juga terlibat
secara langsung sehingga merasakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh si
pelaku. Hal ini untuk melatih siswa bagaimana memahami orang lain secara
emik.
D.
Kaitan Materi-Materi dan Model Pembelajaran
Keterkaitan antara materi pelajaran dengan model pembelajaran sangat erat. Untuk
materi-materi yang bersifat faktual, kita dapat menerapkan model pembelajaran
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
21
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
berbasis masalah. Peserta didik dilatih untuk mengungkap berbagai permasalahan
yang ada untuk dicari jawabanya melalui berbagai metode dan sudut pandang.
Dengan demikian peserta didik akan terbiasa berpandangan obyektif, kritis, dan peka
terhadap kejadian-kejadian yang ada di masyarakat setempat.
Untuk materi-materi yang bersifat konseptual, model pembelajaran berbasis proyek
sangat relevan mengingat keunikan model ini yang memberikan peluang besar bagi
peserta didik untuk mengkaji lebih dalam dan menerapkan konsep-konsep dasar
Antropologi.
Sementara
untuk
materi-materi
yang
bersifat
prosedural
dan
metakognitif, model pembelaaran yang sangat relevan adalah discovery learning.
Lewat model pembelajaran ini peserta didik memiliki kesempatan untuk menggali halhal baru dan menemukan hal-hal yang selama ini belum terungkap.
Meskipun ada keterkaitan antara materi pelajaran dengan model pembelajaran,
namun pengelompokkan
materi berdasarkan model-model pembelajaran di atas
bukanlah pembagian yang saklek. Model-model itu dapat dilakukan secara bergantian,
atau bersamaan (berkolaborasi). .
E.
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Antropologi
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai
kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Antropologi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum
2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Antropologi harus dikembangkan sesuai
dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup
domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara
terpadu.
1. Penilaian Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
22
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar sikap spiritual dan sosial sebagai
berikut:
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Perilaku
1. Menghayati dan 1.1 Mensyukuri
mengamalkan
keberagaman
ajaran
agama
agama
dan
yang dianutnya
religi/kepercay
aan, budaya,
tradisi
dan
bahasa dalam
kehidupan
sebagai
anugerah
Tuhan
Yang
Maha Kuasa..
o Menghayati,
dan
ii. Menghayati,
2.1.Merespon
mengamalkan
secara positif
perilaku
jujur,
berbagai
disiplin,tanggun
permasalahan
g jawab, peduli
bangsa terkait
(gotong royong,
dengan
kerjasama,
keberagaman
toleran, damai),
agama,
santun,
religi/kepercay
responsif
dan
aan, budaya,
proaktif
dan
tradisi
dan
menunjukkan
bahasa
di
sikap
sebagai
masyarakat.
bagian
dari
solusi
atas
berbagai
2.2.Menunjukkan
permasalahan
sikap toleransi
dalam
dan
empati
berinteraksi
dalam
secara
efektif
keberagaman
dengan
agama,
lingkungan
religi/kepercay
sosial dan alam
aan, budaya,
serta
dalam
tradisi,
dan
menempatkan
bahasa.
diri
sebagai
o Menunjukkan,
o proaktif,
o Menghayati,
dan
o tanggung
jawab,
o Mengamalkan
o responsif,
dan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
o Mengamalkan
o Ilmiah,
o Bersyukur,
o Peduli,
o Waspada,
dan
o Berdo’a.
o peduli
o Toleran
23
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Perilaku
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia
2. Penilaian Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi jawaban yang memiliki nilai
kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis semacam ini memberi kesempatan pada
guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan
karakteristik tugas.
Penilaian pengetahuan pada pembelajaran Antropologi mencakup kompetensi inti
3 (pengetahuan), kompetensi dasar pengetahuan.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar pengetahuan sebagai berikut:
Kompetensi Inti
Kompetensi
Dasar
3. Memahami,
3.1 Konsep

menerapkan,
dasar, peran

menganalisis
fungsi,
dan
pengetahuan
keterampilan
faktual, konseptual,
Antropologi 
prosedural
dalam
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi
Materi Pokok
Memahami,  Konsep
dasar
Antropologi
Menerapka
 Peran dan Fungsi
dan
Antropologi
Menganalisis
 Keterampilan
24
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
berdasarkan
rasa
ingintahunya
tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya,
dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban
terkait
penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada
bidang kajian yang
spesifik
sesuai
dengan bakat dan
minatnya
untuk
memecahkan
masalah.
Kompetensi
Dasar
mengkaji
kesamaan
dan
keberagaman
budaya,
agama,
religi/keperca
yaan, tradisi,
dan bahasa..
Kompetensi
.
Materi Pokok
Antropologi dalam
 Mengkaji
kesamaan
dan
keberagaman
budaya,
agama,
religi/kepercayaan,
tradisi,
dan
bahasa..
3. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Untuk melaksanakan tes praktik diperlukan penyusunan rubrik
penilaian.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau
tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan
oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
25
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar
cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam
bentuk poster atau tertulis.
Penilaian keterampilan juga dapat dilakukan melalui penilaian portofolio. Penilaian
portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian
portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio
bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara
berkelompok,
memerlukan
refleksi
peserta
didik,
dan
dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik
dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan keterampilan yang dituntut oleh topik atau
mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya
peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran
tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta
didik sendiri.
Penilaian keterampilan pada pembelajaran Antropologi mencakup kompetensi inti
keterampilan, dan kompetensi dasar keterampilan.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar keterampilan sebagai berikut:
Kompetensi Inti
4. Mengolah,
menalar,
dan
Kompetensi
Dasar
4.1 Melakukan
kajian
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi
o Mengolah,
Konten
o Contoh
penerapan
26
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
menyaji
dalam
ranah
konkret
dan ranah abstrak
terkait
dengan
pengembangan
dari
yang
dipelajarinya
di
sekolah
secara
mandiri,dan
mampu
menggunakan
metoda
sesuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi
Dasar
literatur,
diskusi, dan
pengamata
n
terkait
dengan
manfaat
Antropologi
dalam
mengkaji
tentang
kesamaan
dan
keragaman
budaya,
agama,
religi/keper
cayaan,
tradisi, dan
bahasa
beserta
unsurunsurnya.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi
o Menalar, dan
o Menyajikan
Konten
pengetahuan
dasar
Antropologi
dalam
memahami
kesamaan dan
keragaman
budaya,
agama,
religi/kepercay
aan,
tradisi,
dan
bahasa
beserta unsurunsurnya.
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A.
Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai
berikut.
Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X
Dimensi
Kualifikasi Kemampuan
Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
Pengetahuan
Memiliki
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan
kejadian.
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
27
28
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk
kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut;
Tabel 4: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII
Kompetensi
B.
Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati
dianutnya
dan
mengamalkan
ajaran
agama
yang
Sikap Sosial
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
berdasarkan
rasa
ingin
tahunya
tentang
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
Keterampilan
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan
Keterkaitan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian.
Keterkaitan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian dapat digambarkan
seperti berikut;
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
29
Gambar 3.1
KI dan KD dalam silabus maupun buku
Penjelasan gambar;
1.
Keterkaitan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian.
a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang
harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung
(direct teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial yang
harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang
merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara
utuh atau terpadu.
2.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
a. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar
dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi
inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
30
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
b. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam penyusunan indikator pencapaian kompetensi perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1) Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur,
didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi dan konten
(pengetahuan dan keterampilan);
2) Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus;
3) Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal
yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat
dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target
pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung
sekolah dan lingkungannya;
4) Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan;
5) Tingkat
kompetensi
pada
aspek
pengetahuan
adalah
mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan mengkreasi;
6) Tingkat
kompetensi
pada
aspek
keterampilan
adalah
mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta, dan
7) Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi
dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
31
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Contoh pengembangan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran
Antropologi.
1) Kompetensi Spiritual
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
1. Menghayati dan 1.1 Mensyukuri keberagaman o Menampilkan
mengamalkan
agama
dan
perilaku ilmiah
ajaran agama
religi/kepercayaan,
o Bersyukur atas
yang dianutnya
budaya,
tradisi
dan
keberagaman
bahasa dalam kehidupan
agama
dan
sebagai anugerah Tuhan
religi/kepercaya
Yang Maha Kuasa.
an,
budaya,
tradisi
dan
bahasa
dalam
kehidupan
sebagai
anugerah Tuhan
Yang
Maha
Kuasa.
2) Kompetensi Sosial
Kompetensi Inti
1. Menghayati,
mengamalkan
perilaku jujur,
disiplin,tanggun
g jawab, peduli
(gotong
royong,
kerjasama,
toleran, damai),
santun,
responsif
dan
proaktif
dan
menunjukkan
sikap
sebagai
bagian
dari
solusi
atas
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
2.1. Merespon
o Menunjukkan
secara
positif
perilaku positif,
berbagai
o Menunjukkan
permasalahan
perilaku toleran,
bangsa terkait
o Menunjukkan
dengan
perilaku responsive
keberagaman
agama,
religi/kepercaya
an,
budaya,
tradisi
dan
bahasa
di
masyarakat.
32
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara
efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
serta
dalam
menempatkan
diri
sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia
3) Kompetensi Pengetahuan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
3. Memahami,
3.1 Mengidentifikasi
menerapkan,
manfaat
menganalisis
Antropologi
pengetahuan faktual,
dalam mengkaji
konseptual,
tentang
prosedural
kesamaan
berdasarkan
rasa
keingintahunya
tentang
pengetahuan,
teknologi,
budaya,
humaniora
dan
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
konsep
dan
Mendeskripsikan
manfaat Antropologi
dan
keragaman
religi/kepercaya
bahasa
o Menjelaskan
o Mengidentifikasi
an, tradisi, dan
seni,
Kompetensi
Antropologi
budaya, agama,
ilmu
Indikator Pencapaian
o dalam
tentang
dan
budaya,
mengkaji
kesamaan
keragaman
agama,
religi/kepercayaan,
tradisi, dan bahasa
33
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
peradaban
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
terkait
penyebab fenomena
dan kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada
bidang kajian yang
spesifik
dengan
sesuai
bakat
minatnya
dan
untuk
memecahkan
masalah.
4) Kompetensi Keterampilan
Kompetensi Inti
4. Mengolah,
menalar,
dan
menyaji
dalam
ranah konkret dan
ranah
abstrak
terkait
dengan
pengembangan
dari
yang
dipelajarinya
di
sekolah
secara
mandiri,dan
mampu
menggunakan
metoda
sesuai
kaidah keilmuan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
4.1 Melakukan
 Menyajikan
informasi
kajian literatur,
tertulis
mengenai
diskusi,
dan
manfaat
Antropologi
pengamatan
dalam mengkaji tentang
terkait dengan
kesamaan
dan
manfaat
keragaman
budaya,
Antropologi
agama,
dalam
religi/kepercayaan,
mengkaji
tradisi, dan bahasa
tentang
beserta
unsurkesamaan dan
unsurnya.
keragaman
budaya,
agama,
religi/kepercay
aan,
tradisi,
dan
bahasa
beserta unsurunsurnya.
34
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
3.
Materi Pokok dan Materi Pembelajaran
Pengembangan materi pokok memperhatikan; potensi peserta didik, relevansi
dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik,
struktur
keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar
pengetahuan, materi pokok dalam silabus, dan materi pembelajaran dalam buku
guru dan buku siswa. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang
sudah
tercantum
di
silabus
sesuai
dengan
karakteristik
peserta
didik.
Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus
dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).
Hasil pengembangan materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural (untuk kelas X), serta pengetahuan metakognitif
(untuk kelas XI dan XII)
a. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang Fakta, fenomena, kejadian,
atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati
atau materi yang berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain
sebagainya.
Contoh:

Keberagaman suku bangsa (Jawa, Sunda, Batak dll.)
b. Pengetahuan
konseptual
adalah
pengetahuan
tentang
ide
yang
mempersatukan fakta-fakta yang berupa pengertian, definisi, hakikat, dan inti
isi, misalnya tentang Paleoantropologi, somatologi, prehistori, etnolinguistik dll.
c. Pengetahuan prosedural yang merupakan pengetahuan tentang sederetan
langkah yang bertahap dan sistematis. Langkah prosedural merupakan bagian
dari kompetensi pada aspek keterampilan.
Contohnya
antara
lain
keterampilan
dalam
memahami
langkah-langkah
pembentukkan kepribadian, proses terjadinya perilaku menyimpang.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
35
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Untuk selanjutnya, materi pembelajaran juga harus mempertimbangkan materi
yang dapat melatih peserta didik dalam penguasaan Lower Oerder Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), integrasi Muatan
Lokal dan materi bahan aktualisasi pembelajaran dalam kegiatan Kepramukaan.
Contoh LOTS : Menyebutkan pengertian Paleoantropologi;
Contoh HOTS : Hubungan antarbudaya di Indonesia;
Contoh materi integrasi muatan lokal : Menganalisis hubungan antaragama
dan antarbudaya di lingkungan sekitar tempat tinggal
Contoh aktualisasi Antropologi dalam kegiatan kepramukaan: Peserta didik
membuat laporan tentang berbagai bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di
lingkungan sekolah dan upaya
penanggulangannya.
Melalui kegiatan ini
diharapkan dapat memupuk nilai-nilai kepramukaan diantaranya: kecintaan
kepada sesama, kecintaan kepada lingkungan, disiplin, toleran, tanggung jawab
dll.
4.
Kegiatan Pembelajaran dan Langkah-langkah Pembelajaran
Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sudah tercantum di
silabus dan
buku menjadi langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan hasil
kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-1
dan KI-2. Kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan pendekatan saintifik yaitu
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
data,
mengasosiasi,
dan
mengomunikasikan.
a. Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca
indra dengan cara
melihat,
mendengar, membaca, menyentuh, atau
menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena
atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta
langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya. Pengamatan terhadap
materi fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video,
rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan
sebagainya. Semua objek Antropologi dapat diamati oleh seluruh peserta didik
asalkan guru mampu mengarahkan ke hal tersebut.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
36
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
 membaca buku teks dan  Peserta didik melihat, mengamati,
sumber
bacaan
lainnya
menyimak,
mendengar
berbagai
tentang Konsep dasar, peran
tayangan gambar, peta dan cuplikan film
fungsi, dan keterampilan
peristiwa yang masih hangat seperti
Antropologi
peringatann hari besar agama, upacara
adat dll.
 dalam mengkaji kesamaan
dan keberagaman budaya,  Peserta didik mengamati, melihat,
agama, religi/kepercayaan,
menyimak, mendengar tayangan slide
tradisi, dan bahasa.
presentasi, tentang keberagaman agama,
suku bangsa dan budaya
 Peserta
didik
melakukan
kegiatan
membaca berbagai sumber tentang
kesamaan dan keberagaman agama,
suku bangsa dan budaya
b. Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai
ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
 Peserta didik ditugasi untuk  Peserta didik diberi kesempatan untuk
mengajukan
pertanyaan
bertanya mengenai apa yang belum
tentang Konsep dasar, peran
mereka pahami atau ingin mengetahui
fungsi, dan keterampilan
lebih jauh tentang latar belakang
Antropologi dalam mengkaji
terjadinya kesamaan dan keberagaman
kesamaan dan keberagaman
agama, suku bangsa dan budaya.
budaya,
agama,
 Guru membimbing/mendorong peserta
religi/kepercayaan,
tradisi,
didik
mengajukan
pertanyaan
dan bahasa.
berdasarkan peristiwa yang masih hangat
terjadi baik hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan
dengan
fakta,
konsep,
prosedur. Pertanyaan yang bersifat
faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik
 Guru membantu peserta didik dalam
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
37
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
menyusun pertanyaan dan mengajukan
pertanyaan secara mandiri (hipotesis)
berkaitan dengan aspek fisik dan sosial di
lingkungan sekitar sekolah
c. Mengumpulkan data adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks, mengamati objek/kejadian, dan aktivitas wawancara dengan
nara sumber. Mencoba merupakan proses kegiatan memperkuat pemahaman
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif Antropologi melalui kegiatan
langsung mengumpulkan data-data Antropologi. Kegiatan mencoba dapat
dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba prinsip/prosedur seperti yang
diperoleh melalui diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip/prosedur pada
situasi baru. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam bentuk ekperimen
(mengamati arah angin dengan kain bendera), tugas projek dalam pembuatan
proyeksi peta secara kelompok, atau tugas produk. Pada kegiatan mencoba
jenis
pertama,
prinsip/prosedur
data
yang
yang
diperoleh
dipelajari.
digunakan
Kegiatan
ini
untuk
memverifikasi
akan
meningkatkan
kebermaknaan belajar (meaningfull learning) bagi siswa. Mereka menjadi lebih
yakin dengan pengetahuan yang dimiliki yang dibuktikan melalui data-data
yang diperoleh. Pada kegiatan mencoba jenis ke dua merupakan kelanjutan
dari jenis yang pertama. Setelah proses mencoba yang pertama merupakan
bagian dari kegiatan membangun pengetahuan konseptual dan prosedural
dapat
dilanjutkan
dengan
kegiatan
mencoba
jenis
kedua
untuk
mengaplikasikannya dalam situasi baru. Data baru yang diperoleh mendorong
pemikiran lebih tinggi karena bukan sekedar membuktikan prinsip/prosedur
yang diketahui melainkan mencoba menerapkan dalam situasi baru. Kegiatan
jenis kedua diperlukan kreativitas dan inovasi guru Antropologi dalam
merancang dan mendesainya, serta mencobanya agar prosedur dan data yang
diharapkan dapat diterima (acceptable) secara keilmuan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
38
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
 Peserta didik memberi  Secara berkelompok peserta didik diminta
contoh
keberagaman
melakukan
observasi
di
lingkungan
agama,suku bangsa dan
masing-masing.
budaya yang terjadi di
 Peserta didik mengumpulkan informasi dan
lingkungan sekitar dan
mencatat
sedikitnya
lima
bentuk
pengaruhnya
terhadap
keberagaman yang terjadi dan bagaimana
kehidupan masyarakat
dampaknya
terhadap
kehidupan
masyarakat sekitar
 Setelah mengumpulkan informasi peserta
didik kembali ke kelas dan duduk
berdasarkan kelompoknya.
d. Mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah menyajikan
data
secara
sistematis,
memilah,
mengelompokkan,
menghubungkan,
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan.
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
 Peserta didik diminta untuk
menganalisis latar belakang dan
pengaruh terjadinya keragaman
agama, suku bangsa dan agama
terhadap kehidupan masyarakat
sekitar.
 Secara berkelompok peserta didik
diminta
mendiskusikan
lima
bentuk keberagaman yang telah
diinventarisir
 Peserta didik diminta menentukan
kecenderungan pengaruh
terjadi positif atau negatif
yang
 Peserta
didik
diminta
menyimpulkan secara kelompok
kecenderungan
yang
terjadi
beserta alasannya
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
39
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
e. Mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Peserta
didik mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Kegiatan ini menjadi sarana agar peserta didik terbiasa berbicara, menulis,
atau membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman,
dan kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan
idealismenya. Misalnya peserta didik melaporkan hasil observasi di lingkungan
tempat tinggal.
Untuk mengurangi kendala waktu terutama jika bentuk kegiatan presentasi
yang digunakan, guru harus menjadwalkan secara efektif dengan membagi
peran dan alokasi waktu kegiatan dalam satu semester/satu tahun, sehingga
setiap peserta didik mendapat kesempatan yang proporsional. Kegiatan
mengomunikasikan
juga
membuka
ruang
bagi
peserta
didik
mengungkapkannya dalam struktur tidak formal sehingga mereka bebas
berekpresi menuangkan inovasi dan kreativitasnya. Membuat blog, membuat
laporan deskriptif, dan membuat video kegiatan dengan memanfaatkan
website dan internet adalah bentuk komunikasi dengan struktur yang tidak
terlalu formal.
Contoh:
Kegiatan Pembelajaran
 Peserta
didik
mengomunikasikan
hasil analisisnya dalam
bentuk tulisan yang
dilengkapi
dengan
gambar/peta
yang
relevan,
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
 Menyimpulkan
lima bentuk keberagaman
yang terjadi di lingkungan sekitar tempat
tinggal
 Menuliskan
rumusan kesimpulan dalam
uraian kasus per kasus (disertai dokumentasi
jika diperlukan) dan memajangnya pada
dinding kelas
 Secara
bergiliran
setiap
kelompok
mempresentikasikan/mengemukakan
hasil
kesimpulan.
 Kelompok lain dapat memberi penilaian,
pertanyaan dan tanggapan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
40
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
5.
Alternatif Penilaian Autentik
Mengembangkan
pengetahuan
penilaian
dan
autentik
keterampilan
yang
mencakup
berdasarkan
kompetensi
kompetensi
dasar,
sikap,
materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian.
a. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Indikator Soal
 Menampilkan
ilmiah







perilaku  Siswa
dapat
menampilkan perilaku
ilmiah dengan teliti
Bersyukur atas penciptaan
bumi dengan cara turut  Siswa dapat bersyukur
memeliharanya
atas penciptaan bumi
dengan cara turut
Menampilkan
perilaku
memeliharanya
menata lingkungan yang
dengan khusyu
baik
 Siswa
dapat
Menampilkan
perilaku
menampilkan perilaku
waspada
menata
lingkungan
Menampilkan
perilaku
yang baik
berdo’a pada awal dan
 Siswa
dapat
akhir pembelajaran
menampilkan perilaku
Menunjukkan
perilaku
waspada
proaktif,
 Siswa
dapat
Menunjukkan
perilaku
menampilkan perilaku
bertanggungjawab,
berdo’a pada awal dan
akhir
pembelajaran
Menunjukkan
perilaku
dengan khusyu
responsive, dan
 Menunjukkan
peduli.
dapat
perilaku  Siswa
menunjukkan perilaku
proaktif,
 Siswa
dapat
menunjukkan perilaku
bertanggungjawab,
 Siswa
dapat
menunjukkan perilaku
responsive, dan
 Siswa
dapat
menunjukkan perilaku
peduli.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Teknik Penilaian
 Observasi
 Penilaian diri
41
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
b. Kompetensi Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Indikator Soal
 Menjelaskan
Antropologi
pengertian  Siswa
dapat
menjelaskan
pengertian Antropologi
 Membedakan
cabangdengan benar
cabang Antropologi
 Siswa
dapat
membedakan cabangcabang
Antropologi
dengan tepat
Teknik Penilaian
 Tes tertulis
 Penugasan
c. Kompetensi Keterampilan
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Indikator Soal
 Menyajikan
informasi  Siswa
dapat
tertulis
tentang
latar
menyajikan informasi
belakang
terjadinya
tertulis tentang latar
keberagaman agama, suku
belakang
terjadinya
bangsa dan budaya
keberagaman agama,
suku
bangsa
dan
budaya
beserta
dokumentasinya
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Teknik Penilaian
 Portofolio
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
BAB IV
PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin kegiatan
pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif
kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.
Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan
KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan
proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dan langkah-lamgkah pembelajaran.
Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan
saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.
Berdasarkan
hasil
analisis
dikembangkan
materi
pembelajaran,
alternatif
kegiatan
pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses
pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam
kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan
dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial.
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
42
Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.
http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education
Harding,
Is Science Multicultural? Postcolonialisms,
Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.
S.
(1998).
Feminisms,
and
Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara
Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.
RI
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan
Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Jakarta
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003
No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta
Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The
University of Western Australia.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
43
Download