TINGKAT KENYAMANAN DI TAMAN KOTA 1 BUMI SEPONG DAMAI, KOTA TANGERANNG SELATAN (Proposal Penelitian) Oleh MUHAMMAD HANIF ALFATAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan kota yang tidak terkendali akan berimplikasi sangat serius pada lingkungan perkotaan tersebut. Pembangunan fisik berupa pusat perbelanjaan, area komersil, kawasan industri, dan pemukiman penduduk di kawasan perkotaan serta kepadatan penduduk yang terus meningkat menyebabkan areal bervegetasi berukurang di kawasan perkotaan. Kualitas ekologis dan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan semakin berkurang akibat di dominasi oleh lahan terbangun (perkerasan) tersebut. Implikasi peningkatan luasan perkerasan salah satunya adalah peningkatan temperatur udara yang mengakibat kan penurunan kenyamanan lingkungan (Saputro dkk, 2010). Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan merupakan sebuah unsur yang penting didalam struktur sebuah kota, dimana ruang terbuka hijau memiliki fungsi untuk mendukung kegiatan ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ahmad dkk. (2012) berpendapat bahwa RTH berperan sebagai pengatur iklim mikro dapat menurunkan suhu permukaan yang secara langsung berpengaruh terhadap sebaran suhu udara dan dapat meningkatkan kenyamanan hidup masyarakat. Mengingat fungsi RTH yang sangat penting dalam menunjang pembangunan suatu wilayah, maka pengembangan RTH yang bersifat sebagai ruang publik sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakan serta kewajiban bagi masyarakat untuk tetap menjaga kualitas ruang terbuka hijau. Penyediaan RTH publik di Kota Tangerang Selatan meliputi luas kurang lebih 2.930,13 hektar atau 20 % dari luas kota (Kurniawan dkk, 2017). RTH yang tersedia di Kota Tangerang Selatan sudah memenuhi standar dalam kawasan kota menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyebab kurangnya kenyamanan lingkungan karena meningkatnya suhu udara di Kota Tangerang Selatan akibat di dominasi oleh lahan terbangun (perkerasan) atau kurangnya RTH. Kondisi tersebut menuntut Pemerintah Kota mengadakan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang salah satunya adalah dengan pengelolaan taman kota. Taman kota merupakan salah satu bentuk RTH yang ditumbuhi vegetasi berkayu (pepohonan) di wilayah perkotaan. Unsur vegetasi yang dominan di dalamnya membantu memperbaiki iklim di sekitarnya dan memperindah lingkungan. Taman kota juga dapat dijadikan tempat rekreasi atau ruang publik karena fungsi lansekap sosial yang dimilikinya. Taman kota menjadi solusi masalah kurangnya kenyamanan lingkungan di perkotaan. Taman kota 1 BSD merupakan salah satu RTH di Kota Tangerang Selatan yang dipertahankan keberadaannya untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota. Keberadaan taman kota ini merupakan komponen penting dalam mempertahankan kenyamanan kota bagi penduduknya melalui fungsi pembentuk iklim mikro kota dan lansekap walaupun kapasitasnya terbatas. Taman kota ini tidak hanya dapat difungsikan sebagai recharge area tetapi juga digunakan sebagai ruang publik yang berbasis pelestarian lingkungan. Ruang publik yang baik harus nyaman dengan didukung fasilitas yang ada di dalamnya sehingga meningkatkan produktivitas pengunjung. Salah satu ukuran/ besaran kuantitatif yang digunakan untuk menyatakan tingkat kenyamanan adalah “Indeks Kenyamanan atau Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat diukur dengan menggunakan data suhu dan kelembaban relatif udara. Berdasarkan keterangan tersebut, perlu dilakukan penelitian pada Taman Kota 1 BSD di Kota Tangerang Selatan bagaimana vegetasi membentuk iklim mikro yang mempengaruhi kenyamanan pengunjung dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan kota sebagai ruang terbuka hijau publik. B. Tujuan Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Taman Kota 1 BSD yang meliputi jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk. 2. Mengetahui tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD berdasarkan indeks kenyamanan Temperature Humidity Index (THI) serta persepsi pengunjung terhadap tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD. C. Kerangka Teoritis Tingkat kenyamanan taman kota diketahui dengan mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Taman Kota 1 BSD yang meliputi jenis, kerapatan, luas tutupan tajuk, dan bentuk tajuk juga berdasarkan indeks kenyamanan Temperature Humidity Index (THI) serta persepsi masyarakat terhadap kenyamanan taman kota. Analisis kenyamanan berdasarkan suhu dan kelembaban dengan indeks kenyamanan/THI. Analisis persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dilakukan secara deskriptif agar mudah diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD serta manfaatnya. Bagan kerangka pemecahan masalah disajikan dalam Gambar 1. Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan Pohon Fasilitas 1. Jenis pohon 2. Kerpatan 3. Luas TutupanTajuk 4. Bentuk Tajuk 1. Suhu 2. Kelembaban 1. Tempat Sampah 2. Shelter 3. Jalan Utama 4. Jogging Track 5. Fasilitas Ibadah 6. Taman Bermain 7. Tempat Parkir 8. Tempat Duduk Temperatur Humidity Index (THI) Penilaian Pengunjung Tingkat Kenyamanan Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan Gambar 1. Diagram alir penelitian tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Umum Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan Wilayah Kecamatan Serpong merupakan bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan di Proponsi Banten secara geografis letak Kecamatan Serpong terletak pada 6°19’26.07 Lintang Selatan dan 106°40’36.78 Bujur Timur. Kecamatan Serpong memiliki luas wilayah 24,04 Km² atau 16,33 % dari luas Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Serpong berjarak 11,2 Km dari Kecamatan Pamulang sebagai Ibukota Kota Tangerang Selatan dapat ditempuh selama 20 menit (Kecamatan Serpong dalam Angka 2019). Batas wilayah Kecamatan Serpong pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Serpong Utara, pada sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciputat, pada sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, dan pada sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Setu. Bentuk Topografi wilayah Kecamatan Serpong merupakan wilayah daratan yang memiliki ketinggian 43 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Serpong merupakan daerah yang beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28°C-32°C kelembaban antara 80%90% yang dipengaruhi oleh angin musim barat dan musin timur. Kelurahan Buaran merupakan wilayah yang paling tinggi dari permukaan laut yaitu 57 meter dpl karena Kelurahan Buaran termasuk ke dalam Zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan sedangkan (Kecamatan Serpong dalam Angka 2019). B. Ruang Terbuka Hijau (Green Open Space) Ruang terbuka hijau (RTH) dalam lingkungan pembangunan secara global saat ini diperlukan demi menjaga keseimbangan kualitas lingkungan hidup suatu daerah khususnya di daerah perkotaan yang memiliki berbagai permasalahan berkaitan dengan masalah ruang yang sedemikian kompleks. Ruang terbuka hijau (RTH) khususnya di wilayah perkotaan memiliki fungsi yang penting diantaranya terkait aspek ekologi, sosial budaya, dan estetika. Berkaitan dengan fungsi secara ekologi misalnya, ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengendali iklim yakni sebagai produsen oksigen, peredam kebisingan, dan juga berfungsi sebagai visual control / kontrol pandangan yaitu dengan menahan silau matahari atau pantulan sinar yang ditimbulkan. Adapun dalam aspek sosial budaya, salah satu fungsi dari ruang terbuka hijau (RTH) diantaranya adalah sebagai ruang komunikasi dan interaksi sosial bagi masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan melalui RTH yang bersifat publik. Selain sebagai ruang interaksi masyarakat, RTH publik baiknya juga memenuhi fungsi sebagai sarana rekreasi, olahraga, sarana pendidikan, bahkan sebagai pusat kuliner (Imansari, 2015). Bahkan menurut Sugiyanto (2017) taman kota memiliki potensi yang besar sebagai ruang budaya, edukasi, rekreasi, dan berkumpul, serta memiliki peran penting dalam mengembangkan kreativitas saat masa pertumbuhan anak. Menurut Effendy dan Aprihatmoko (2014) penutupan kanopi pepohonan akan memberikan naungan yang berfungsi menghalangi sinar matahari dan mereduksi suhu udara sehingga udara menjadi sejuk. Kaitannya dengan kenyamanan diungkapkan Hayati (2013) yaitu kondisi kerapatan tinggi akan mempengaruhi iklim mikro dan menentukan kenyamanan lingkungan. Hadi (2012) menyatakan bahwa adanya tanaman dalam RTH membuat lingkungan lebih nyaman karena dapat memodifikasi iklim mikro. Krisdianto (2012) juga berpendapat bahwa pepohonan berperan dalam menjaga kenyamanan lingkungan perkotaan. Menurut Ramadhan (2019) Penurunan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) berkaitan erat dengan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari kawasan bervegetasi menjadi kawasan terbangun. C. Taman Kota Kota adalah ruang bermukim masyarakat segala usia (Joga, 2013). Taman kota adalah salah satu bentuk pembangunan yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala luas dan dapat mengantisipasidampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmatin oleh seluruh warga kota. Taman kota merupakan poin penting dalam perencanaan sebuah kota. Karena selain berfungsi untuk menjaga kualitas lingkungan perkotaan yang padat aktivitas, taman kota dapat menumbuhkan rasa sosialis yang tinggi di dalam lingkungan perkotaan yang kini mengarah pada individualis. Menumbuhkan rasa toleransi, tidak hanya terhadap sesama manusia melaikan terhadap mahkluk hidup lainnya. Taman yang baik merupakan cerminan kota dengan manusia (masyarakat) yang baik. Manusia (masyarakat) merupakan aspek penting dalam sebuah kota, sehingga kualitas manusia (masyarakat) akan mempengaruhi kualitas sebuah kota (Kencana, 2018). Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman kota adalah ruang terbuka hijau publik di sebuah perkotaan yang digunakan sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi (Omar dkk, 2015). Seperti pernyataan Farkhana (2018) yang mana menjelaskan bahawa saat ini telah banyak kabupaten atau kota yang melakukan pembangunan taman dengan tematema tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti menurut Subiyakto (2012) bahwa taman kota sebagai RTH untuk bermain dan berkreasi juga menjadi salah satu kualifikasi untuk menerapkan konsep kota layak anak. Menurut Widyastuti (2017) terdapat salah satu indikator terkait hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya yaitu adanya fasilitas kreatif dan rekreatif ramah anak, diluar sekolah dan dapat diakses semua anak, dimana taman kota salah satu fasilitas rekreatif dan kreatif. Menurut Marta (2018) prinsip desain taman yang harus diperhatikan adalah: 1. Tema Tema dapat memberikan kesan utama, karakter yang terlihat. Misal memiliki karakter taman rekreasi. 2. Variasi Bertujuan agar mampu menciptakan kesan yang dinamis dan berirama, oleh karena itu pembuatan variasi pada tanaman sangat dimaksimalkan. 3. Penarik Perhatian Memberikan elemen dan fasilitas yang sekiranya dapat menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. 4. Keseimbangan Taman dapat memberikan kesan seimbang antar tanaman dengan fasilitas sehingga terkesan D. Elemen Taman Kota Menurut Maharani (2010) elemen taman kota yang sering dijumpai adalah : 1. Material Landscape berupa Vegetasi (softscape) Elemen landscape antara lain : a. Pohon yaitu tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan memiliki cabang yang kokoh. Jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya. Pohon pada area taman berfungsi sebagai peneduh. b. Perdu merupakan jenis tanaman seperti pohon tetapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. c. Semak ialah tanaman yang ukurannya agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat. Jenis semak adalah teh-tehan. d. Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang memiliki daun dan bunga indah, tumbuh agak tinggi, seperti krokot, nanas hias dan lainnya. e. Rumput yaitu tanaman yang berada diatas tanah, seolah menempel. Jenis rumput adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya. 2. Material Pendukung atau Elemen Keras (hardscape) antara lain: a. Kolam Kolam dibuat guna menunjang fungsi suatu bangunan atau kawasan. Kolam memiliki keindahan tersendiri. Biasanya kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampak hidup jika terdapat permainan air dan mampu meningkatkan kelembaban di lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan. b. Tebing Buatan Tebing buatan atau artificialdigunakan untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, kemudian tebing dibuat untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin masif, supaya tidak menyilaukan ketika matahari bersinar pada siang hari. Apabila diberikan air kolam terjun pada tebing buatan akan menciptakan suasana sejuk dan nyaman. c. Batuan Batuan diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman. d. Gazebo Gazebo merupakan suatu bangunan peneduh di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Bangku taman (seating group) ialah bangku panjang yang diletakkan di gazebo atau tempat-tempat teduh yang berguna untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman yaitu kayu, bambu dan besi atau lainnya yang lebih kokoh, kemudian tidak perlu mewah namun lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai. Atap gazebo biasanya terbuat dari genting, ijuk, alang-alang dan bahan lain yang berkesan sederhana. e. Jalan Setapak (Stepping Stone) Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. f. Perkerasan Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas. Perkerasan pada taman menggunakan berbagai macam bahan seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. g. Toilet Toilet perlu disediakan agar pengunjung tidak buang air sembarangan. Kemudian toilet ini harus dibedakan antara toilet pria dan wanita serta kebersihannya harus dijaga. h. Saluran Air Saluran air atau selokan berfungsi untuk menampung air hujan dan mengalirkannya ke saluran pembuangan supaya taman terhindar dari banjir. i. Tempat Sampah Penyediaan tempat sampah sangat penting supaya masyarakat tetap menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan taman. j. Lampu Taman Lampu taman berfungsi sebagai penerangan di malam hari sekaligus memberikan keindahan pada taman. k. Tempat Parkir Perlu adanya tempat parkir di dalam dan di luar area taman supaya pengunjung tidak parkir sembarangan. Demi keamannan, rapi dan bersih perlu adanya pintu masuk dan pintu keluar terpisah dan yang jelas. l. Pusat Informasi dan Pos Penjagaan Pusat informasi dan keamanan ini dibutuhkan supaya pengunjung tidak kesulitan dalam mencari informasi yang dibutuhkan E. Temperatur Udara Temperatur merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu sistem atau massa (Lay dan Bey, 1990). Menurut Santoso (1986) temperatur udara akan berfluktuasi dengan nyata selama periode 24 jam. Fluktuasi temperatur udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di alam. Serapan energi matahari ini akan menyebabkan temperatur udara meningkat. Temperatur udara harian maksimal tercapai saat intensitas cahaya mencapai maksimal. Menurut hukum termodinamika temperatur adalah energi rata-rata dari pergerakan molekul yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan berbagai tipe termometer (Manan, 1991). Pengukuran temperatur udara menggunakan termometer (Santoso, 1986). Suhu dipermukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim; (2) pengaruh daratan atau lautan; sema-kin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah; (3) pengaruh ketinggian tempat; (4) pengaruh angin secara tidak langsung; (5) tipe tutupan lahan, tanah yang ditutupi vegetasi yang memiliki suhu udara lebih rendah dari pada tanah tanpa vegetasi; (6) pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer; (7) tipe tanah, tanah yang gelap indeks suhunya lebih tinggi; 13 (8) pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu udara lebih panas dari pada yang datangnya miring (Kartosapoetra, 2006). Suhu udara menggambarkan panas dinginnya suatu benda. Menurut Handoko (1994), suhu udara sangat erat berhubungan dengan radiasi matahari. Pada siang hari radiasi terlebih dahulu akan memanaskan tajuk bagian atas kemudian makin kebawah dan akhirnya lantai hutan. Malam hari pendinginan dimulai dari tajuk bagian atas dan akhirnya lantai hutan sehingga suhu udara terendah terdapat pada tajuk bagian atas dimana panas yang hilang relatif lebih besar dari pada bagian hutan lainnya. Oleh sebab itu, tajuk hutan bagian atas merupakan suatu permukaan radiasi yang aktif. Umumnya, daerah bervegetasi yang tumbuh baik mampu menekan suhu udara rata-rata tahunan 1°C sampai 2°C. Fluktuasi suhu udara harian di daerah yang bervegetasi sangat rapat akan jauh lebih kecil dibandingkan daerah terbuka. Daerah tropis, manusia akan merasa relatif nyaman jika berada pada suhu udara sekitar 27-28°C. Suhu udara yang cukup panas pada suatu area selain karena radiasi matahari yang tinggi yaitu rata-rata 50%, juga karena pantulan dari perkerasan jalan bangunan maupun pantulan perekerasan lainnya yang ada pada tapak (Laurie, 1986) F. Kelembaban Relatif Udara Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1999), kelembaban relatif udara adalah perban-dingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang 14 jenuh dalam satuan volume itu pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif ini biasanya disebut kelembaban dan dinyatakan dalam persen (%). Variasi harian dari kelem-baban adalah bertentangan dengan variasi temperatur. Kondisi di pagi hari sekali dimana temperatur paling rendah, kelembaban paling tinggi dan mencapai paling rendah pada waktu temperaturnya tertinggi. Arah vertikal baik siang maupun malam kelembaban itu umumnya lebih rendah sesuai elevasi. Kelembaban relatif udara (RH) adalah kelembaban di udara dibandingkan dalam keadaan jenuh pada temperatur dan tekanan udara yang tetap pada saat pengukuran. Kelembaban udara biasanya diukur dengan termometer bola kering dan termometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa dari termometer bola basah dibungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi dengan air yang didestilasi melalui benang-benang yang tercelup pada sebuah mangkuk air yang kecil. Kelembaban (%) dapat dibaca pada tabel dengan menggunakan data temperatur bola kering dan bola basah yang diperoleh (Sosrodarsono dan Takeda, 1999). Kelembaban udara yang lebih tinggi di dekat permukaan pada siang hari, disebabkan penambahan uap air hasil evapotranspirasi. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap air selama siang hari. Pada malam hari, akan berlangsung proses pengembunan atau kondensasi yang meman-faatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh karena itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang. Menurunnya temperatur menyebabkan kapasitas penampungan uap air semakin turun berarti udara akan 15 lebih cepat menjadi jenuh. Penurunan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya kondensasi (Prasetyo, 1997). G. Tingkat Kenyamanan Kenyamanan merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia. Kondisi yang nyaman adalah kondisi dimana sebagian besar energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif, yang berhubungan dengan usaha pengaturan suhu tubuh yang minimum. Kondisi nyaman menunjukkan keadaan yang bervariasi untuk setiap individu, sehingga kenyamanan bersifat subyektif dan berhubungan dengan keadaan tingkat aktivitas, pakaian, suhu udara, kecepatan angin, rata-rata suhu pancaran radiasi dan kelembaban udara (Gates, 1972). Menurut Lakitan (1994), kenyamanan suatu daerah juga sangat dipengaruhi oleh iklim mikro setempat, karena secara langsung unsur-unsur iklim akan terlibat dalam aktivitas dan metabolisme manusia yang ada didalamnya. Untuk menentukan tingkat kenyamanan suatu daerah, kita tidak dapat menggunakan semua parameter iklim secara langsung. Suhu udara dan kelembaban udara merupakan parameter iklim yang biasa digunkan dalam mempelajari masalah kenyamanan udara (Brooks, 1988) yang dinyatakan dalam bentuk “Indeks Suhu Kelembaban atau Temperature Humidity Index (THI). Laurie (1986), menyatakkan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman ideal berada pada kisaran THI 21-27. Nilai THI ini dipengaruhi oleh besarnya suhu udara (°C) dan kelembaban udara (%). Semakin tinggi suhu udara maka 16 kelembaban udara harus diturunkan untuk mendapatkan nilai THI yang sama, dan begitu pula sebaliknya. H. Persepsi Persepsi adalah pandangan seseorang atau banyak orang terhadap hal atau peristiwa yang didapatkan atau diterima. Persepsi dapat pula diartikan sebagai 19 proses diletakkannya suatu hal oleh seseorang melalui panca indra yang dimilikinya (Gunawan,1999). Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar terhadap lingkungan, kemungkinan besar orang tersebut akan berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan (Windawari, 1994) I. Vegetasi Menurut Zahra (2014) vegetasi memiliki kemampuan mengurangi peningkatan suhu karena menyerap radiasi matahari yang tinggi. Elemen lansekap yang banyak mempengaruhi kenyamanan di suatu tapak yaitu tanaman. Tanaman memberikan manfaat yang sangat besar bagi bumi, tanaman dapat mengurangi sinar dan pantulannya, baik dari cahaya matahari maupun sinar lampu kendaraan, dan menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, membentuk ruang yang pribadi, dan dapat menegaskan pandangan ke arah pemandangan yang diinginkan. Tanaman dapat mengontrol radiasi matahari dan suhu tanaman mampu merubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari dengan proses evapotranspirasi. Menurut Simonds (1983), pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berguna untuk menangka p radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar matahari dan menurunkan suhu yaitu. a. Memiliki tajuk yang lebar. b. Bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi. c. Ketinggian kanopi lebih dari 2 meter. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2020 pada saat cuaca cerah. Lokasi penelitian ini berada di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan. Gambar peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer digital, higrometer, pita diameter, christen hypsometer dan kuesioner. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan Taman Kota 1 BSD dan kuesioner serta alat tulis. C. Metode 1. Jenis Data 1.1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber penelitian secara langsung. Data Primer yang dihimpun terdiri dari temperatur udara, kelembaban udara, jenis pohon, diameter pohon, tinggi pohon dan penilaian pengunjung dengan panduan kuesioner. 1.2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data penunjang pada penelitian yang dilakukan. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu letak, luas, topografi, kondisi iklim, demografi dan pustaka penunjang penelitian lainnya. 2. Metode Pengambilan Data 2.1. Data Primer 2.1.1. Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara Pengukuran temperatur dan kelembaban udara dilakukan tiga kali yaitu, pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB. Teknik pengukurannya adalah penentuan lokasi pengukuran yang masih berada di dalam taman kota dengan pengukuran pada 3 titik sesuai dengan kondisi tutupan tajuknya, yaitu kondisi tutupan tajuk rapat, tajuk sedang dan tajuk jarang. Sedangkan pengukuran temperatur dan kelembaban relatif udara diluar taman kota sebagai pembanding dilakukan pada jarak 10 meter diluar taman kota pada kondisi yang sesuai dan memungkinkan. Setiap lokasi tutupan tajuk dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengulangan selama 10 hari, lalu didapatkan data temperatur dan kelembaban udara rata-rata. Pengukuran pada setiap titik pengamatan dilakukan pada ketinggian 1,5 meter diatas permukaan tanah. Menurut Tjasyono (1992), dipilihnya tinggi 1,5 meter karena pada ketinggian ini memungkinkan data klimatologi dapat berlaku daerah yang lebih luas. 2.1.2. Jenis dan Kerapatan Pohon Data yang dikumpulkan adalah jenis pohon, tinggi pohon dan diameter setinggi dada (dbh). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan dari pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampelnya dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu semua pohon yang ada di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan. 2.1.3. Penilaian Pengunjung Penilaian pengunjung terhadap kenyamanan taman kota dilakukan dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini secara non probability sampling artinya tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih, ada tiga jenis penarikan sampel teknik bukan peluang (non probability sampling) yaitu accidental sampling, quota sampling dan purposive sampling (Kusmayadi 2004). Penelitian ini teknik pengambilan sampelnya secara accidental sampling atau berdasarkan siapa saja yang kebetulan ditemui pada saat melakukan penelitian. Pengambilan responden pengunjung dalam penelitian ini menggunakam formula Slovin (Arikunto, 2011). Penetapan total populasi dihitung dengan penjumlahan populasi pada daerah lokasi penelitian, berdasarkan n= n= 𝑁 𝑁(𝑒)2 +1 191.968 1.920,68 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi n= 191.968 191.968(0,1)2 +1 n = 99,95 ≈ 100 e = Batas eror 1 = Bilangan konstan Jadi dari hasil perhitungan diatas jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebesar 100 responden. 2.2. Data Sekunder Data sekunder yang dibutuhkan untuk melengkapi dan mendukung pembahasan. Data diperoleh dengan mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian yakni, kondisi umum tempat penelitian, letak, luas, topografi, kondisi iklim, demografi dan pustaka penunjang penelitian lainnya. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.1. Rata-rata Temperatur dan Kelembaban Udara Data temperatur dan kelembaban relatif udara dihitung menggunakan rumus menurut Tjasyono (1992), yaitu : Rata-rata temperatur udara Tr = ⦋(Tpagi×2)+Tsiang+Tsore⦌ 4 Rata-rata kelembaban udara RHr = ⦋(RHpagi×2)+RHsiang+RHsore⦌ 4 Keterangan : Tr = rata-rata temperatur udara harian (oC) RHr = rata-rata kelembaban udara harian (%) T = temperatur udara (oC) RH = kelembaban udara (%) 3.2. Indeks Kenyamanan Data temperatur dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk menghitung Temperature Humidity Index (THI) untuk daerah tropis dengan menggunakan rumus dari Niewolt and Mc Gregor (1998). THI = 0.8 T + (RH x T) 500 Keterangan : THI = Temperature Humidity Index (oC) T = temperatur atau temparatur udara (°C) RH = Kelembaban udara (%) Temperature Humidity Index (THI) adalah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai temperatur dan kelembaban relatif. Temperatur daerah tropis pada kategori tidak nyaman nilai THI > 26 dan suatu area dikatakan sedang, apabila nilai THI berada diselang 2526 lalu suatu area dikatakan nyaman, apabila THI berada pada selang 21-24. Tingkat kenyamanan ini dibagi menjadi tiga kriteria seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Temperature Humidity Index (THI) Kriteria Nyaman Sedang Tidak nyaman Sumber: Niewolt and Mc Gregor (1998). Nilai Indeks 21 – 24 25 – 26 > 26 3.3. Kerapatan Pohon Kerapatan pohon yang didapat dari metode sampling jenuh atau sensus pada tiap lokasi penelitian dihitung dengan rumus menurut Kusmana (1997). Kerapatan = ∑ individu tiap jenis Luas area petak 3.4. Penilaian pengunjung Penilaian pengunjung terhadap Taman Kota 1 BSD dapat diketahui dengan menggunakan teknik wawancarai dan diminta penilaian mengenai fasilitas taman kota. Kemudian hasil jawaban dari pengunjung dihitung sesuai skor yang ditentukan. Cara menghitungnya yaitu dengan hasil kali antara masing-masing responden yang memilih katagori jawaban sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk dengan masing-masing skor yaitu 4, 3, 2 dan 1. Jawaban sangat baik dikalikan dengan skor 4, jawaban baik dikalikan 3, jawaban buruk dikalikan skor 2 dan jawaban sangat buruk dikalikan dengan skor 1, lalu hasilnya dijumlahkan. Kemudian skor rata-rata diperoleh dengan membagi skor total dengan jumlah seluruh responden. Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui penilaian pengunjung berdasarkan skor yang diperoleh terhadap fasilitas di Taman Kota 1 BSD menggunakan skala likert dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria penilaian pengunjung terhadap kenyamanan fasilitas Taman Kota 1 BSD No. 1. 2. 3. 4. Skor 4,00 3,00 – 3,99 2,00 – 2,99 1,00 – 1,99 Kriteria Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk DAFTAR PUSTAKA Imansari, Nadia. Parfi Khadiyanta. 2015. Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Prefrensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang. Jurnal RUANG.Volume 1 Nomor 3, Juli 2015, pp. 101-110, ISSN : 1858-3881 Effendy, S. dan Aprihatmoko, F. 2014. Kaitan RTH dengan kenyamanan termal perkotaan. Jurnal Agromet. 28(1): 23-32. Hayati, J., Santun, R.P. dan Siti, N. 2013. Pengembangan ruang terbuka hijau dengan pendekatan kota hijau di Kota Kandangan. Jurnal Tata Loka. 15 (4) : 306-316. Hadi, R. 2012. Evaluasi indeks kenyamanan taman kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Bali. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika V. 1(1): (34- 45). Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Januwiadi, B. dan Rhamadani F. 2012. Potensi vegetasi tusam menjadi payung hijau di RTHKP Kota Banjarbaru. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia. 1 (1) : 19-26. Sugiyanto, E. dan Sitohang V.A.C. 2017. Optimalisasi fungsi ruang terbuka hijau sebagai ruang publik di Taman Ayodia Kota Jakarta Selatan. Jurnal Populis. 2 (3) : 205-216. Ramadhan, F. dan Osly, J.P. 2019. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan kecukupannya di Kota Depok. Jurnal Infras. 5 (1) : 7-11. Joga dan Nirwono. 2013. Gerakan Kota Hijau. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kencana, N. 2018. Analisis dampak pembangunan taman kota di Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Pemerintahan dan Politik Global. 3 (3) : 115-120. Omar, D. B., Ibrahim, F. I. B., & Mohamad, N. H. B. N. 2015. Human Interaction in Open Spaces. Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences. 201 (1) : 352-359. Farkhana, F. dan Rahdriawan, M. 2018. kabupaten atau kota yang melakukan pembangunan taman dengan tema-tema tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jurnal Pengembangan Kota. 6 (2) : 96–107. Subiyakto, R. 2012. Membangun kota layak anak: studi kebijakan publik di era otonomi daerah. Jurnal Sosio Religia. 10 (1) : 49-71.