Uploaded by vhatahm

Kaga Jadiiiiii

advertisement
TINGKAT KENYAMANAN DI TAMAN KOTA 1 BUMI SEPONG
DAMAI, KOTA TANGERANNG SELATAN
(Proposal Penelitian)
Oleh
MUHAMMAD HANIF ALFATAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Perkembangan kota yang tidak terkendali akan berimplikasi sangat serius pada
lingkungan perkotaan tersebut. Pembangunan fisik berupa pusat perbelanjaan,
area komersil, kawasan industri, dan pemukiman penduduk di kawasan perkotaan
serta kepadatan penduduk yang terus meningkat menyebabkan areal bervegetasi
berukurang di kawasan perkotaan. Kualitas ekologis dan kualitas lingkungan di
kawasan perkotaan semakin berkurang akibat di dominasi oleh lahan terbangun
(perkerasan) tersebut. Implikasi peningkatan luasan perkerasan salah satunya
adalah peningkatan temperatur udara yang mengakibat kan penurunan
kenyamanan lingkungan (Saputro dkk, 2010).
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan merupakan
sebuah unsur yang penting didalam struktur sebuah kota, dimana ruang terbuka
hijau memiliki fungsi untuk mendukung kegiatan ekologi, sosial, budaya,
ekonomi dan estetika. Ahmad dkk. (2012) berpendapat bahwa RTH berperan
sebagai pengatur iklim mikro dapat menurunkan suhu permukaan yang secara
langsung berpengaruh terhadap sebaran suhu udara dan dapat meningkatkan
kenyamanan hidup masyarakat. Mengingat fungsi RTH yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan suatu wilayah, maka pengembangan RTH yang
bersifat sebagai ruang publik sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk
menyediakan serta kewajiban bagi masyarakat untuk tetap menjaga kualitas ruang
terbuka hijau.
Penyediaan RTH publik di Kota Tangerang Selatan meliputi luas kurang lebih
2.930,13 hektar atau 20 % dari luas kota (Kurniawan dkk, 2017). RTH yang
tersedia di Kota Tangerang Selatan sudah memenuhi standar dalam kawasan kota
menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyebab
kurangnya kenyamanan lingkungan karena meningkatnya suhu udara di Kota
Tangerang Selatan akibat di dominasi oleh lahan terbangun (perkerasan) atau
kurangnya RTH. Kondisi tersebut menuntut Pemerintah Kota mengadakan
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang salah satunya adalah dengan
pengelolaan taman kota. Taman kota merupakan salah satu bentuk RTH yang
ditumbuhi vegetasi berkayu (pepohonan) di wilayah perkotaan. Unsur vegetasi
yang dominan di dalamnya membantu memperbaiki iklim di sekitarnya dan
memperindah lingkungan. Taman kota juga dapat dijadikan tempat rekreasi atau
ruang publik karena fungsi lansekap sosial yang dimilikinya. Taman kota menjadi
solusi masalah kurangnya kenyamanan lingkungan di perkotaan.
Taman kota 1 BSD merupakan salah satu RTH di Kota Tangerang Selatan yang
dipertahankan keberadaannya untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota.
Keberadaan taman kota ini merupakan komponen penting dalam mempertahankan
kenyamanan kota bagi penduduknya melalui fungsi pembentuk iklim mikro kota
dan lansekap walaupun kapasitasnya terbatas. Taman kota ini tidak hanya dapat
difungsikan sebagai recharge area tetapi juga digunakan sebagai ruang publik
yang berbasis pelestarian lingkungan. Ruang publik yang baik harus nyaman
dengan didukung fasilitas yang ada di dalamnya sehingga meningkatkan
produktivitas pengunjung. Salah satu ukuran/ besaran kuantitatif yang digunakan
untuk menyatakan tingkat kenyamanan adalah “Indeks Kenyamanan atau
Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat diukur dengan menggunakan data
suhu dan kelembaban relatif udara. Berdasarkan keterangan tersebut, perlu
dilakukan penelitian pada Taman Kota 1 BSD di Kota Tangerang Selatan
bagaimana vegetasi membentuk iklim mikro yang mempengaruhi kenyamanan
pengunjung dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan kota sebagai
ruang terbuka hijau publik.
B. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi vegetasi pohon penyusun Taman Kota 1 BSD yang meliputi
jenis, kerapatan, luas tajuk, dan bentuk tajuk.
2. Mengetahui tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD berdasarkan indeks
kenyamanan Temperature Humidity Index (THI) serta persepsi pengunjung
terhadap tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD.
C. Kerangka Teoritis
Tingkat kenyamanan taman kota diketahui dengan mengidentifikasi vegetasi
pohon penyusun Taman Kota 1 BSD yang meliputi jenis, kerapatan, luas tutupan
tajuk, dan bentuk tajuk juga berdasarkan indeks kenyamanan Temperature
Humidity Index (THI) serta persepsi masyarakat terhadap kenyamanan taman
kota. Analisis kenyamanan berdasarkan suhu dan kelembaban dengan indeks
kenyamanan/THI. Analisis persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dilakukan
secara deskriptif agar mudah diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD serta manfaatnya. Bagan kerangka
pemecahan masalah disajikan dalam Gambar 1.
Taman Kota 1 BSD, Kota
Tangerang Selatan
Pohon
Fasilitas
1. Jenis pohon
2. Kerpatan
3. Luas TutupanTajuk
4. Bentuk Tajuk
1. Suhu
2. Kelembaban
1. Tempat Sampah
2. Shelter
3. Jalan Utama
4. Jogging Track
5. Fasilitas Ibadah
6. Taman Bermain
7. Tempat Parkir
8. Tempat Duduk
Temperatur Humidity
Index (THI)
Penilaian Pengunjung
Tingkat Kenyamanan Taman
Kota 1 BSD, Kota Tangerang
Selatan
Gambar 1. Diagram alir penelitian tingkat kenyamanan Taman Kota 1 BSD, Kota
Tangerang Selatan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan
Wilayah Kecamatan Serpong merupakan bagian dari wilayah Kota Tangerang
Selatan di Proponsi Banten secara geografis letak Kecamatan Serpong terletak
pada 6°19’26.07 Lintang Selatan dan 106°40’36.78 Bujur Timur. Kecamatan
Serpong memiliki luas wilayah 24,04 Km² atau 16,33 % dari luas Kota Tangerang
Selatan. Kecamatan Serpong berjarak 11,2 Km dari Kecamatan Pamulang
sebagai Ibukota Kota Tangerang Selatan dapat ditempuh selama 20 menit
(Kecamatan Serpong dalam Angka 2019).
Batas wilayah Kecamatan Serpong pada sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Serpong Utara, pada sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Ciputat, pada sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, dan pada
sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Setu. Bentuk Topografi wilayah
Kecamatan Serpong merupakan wilayah daratan yang memiliki ketinggian 43
meter di atas permukaan laut. Kecamatan Serpong merupakan daerah yang
beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28°C-32°C kelembaban antara 80%90% yang dipengaruhi oleh angin musim barat dan musin timur. Kelurahan
Buaran merupakan wilayah yang paling tinggi dari permukaan laut yaitu 57 meter
dpl karena Kelurahan Buaran termasuk ke dalam Zona Bogor yang merupakan
jalur perbukitan sedangkan (Kecamatan Serpong dalam Angka 2019).
B. Ruang Terbuka Hijau (Green Open Space)
Ruang terbuka hijau (RTH) dalam lingkungan pembangunan secara global saat ini
diperlukan demi menjaga keseimbangan kualitas lingkungan hidup suatu daerah
khususnya di daerah perkotaan yang memiliki berbagai permasalahan berkaitan
dengan masalah ruang yang sedemikian kompleks. Ruang terbuka hijau (RTH)
khususnya di wilayah perkotaan memiliki fungsi yang penting diantaranya terkait
aspek ekologi, sosial budaya, dan estetika. Berkaitan dengan fungsi secara
ekologi misalnya, ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengendali iklim yakni
sebagai produsen oksigen, peredam kebisingan, dan juga berfungsi sebagai visual
control / kontrol pandangan yaitu dengan menahan silau matahari atau pantulan
sinar yang ditimbulkan. Adapun dalam aspek sosial budaya, salah satu fungsi dari
ruang terbuka hijau (RTH) diantaranya adalah sebagai ruang komunikasi dan
interaksi sosial bagi masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan melalui RTH yang
bersifat publik. Selain sebagai ruang interaksi masyarakat, RTH publik baiknya
juga memenuhi fungsi sebagai sarana rekreasi, olahraga, sarana pendidikan,
bahkan sebagai pusat kuliner (Imansari, 2015). Bahkan menurut Sugiyanto
(2017) taman kota memiliki potensi yang besar sebagai ruang budaya, edukasi,
rekreasi, dan berkumpul, serta memiliki peran penting dalam mengembangkan
kreativitas saat masa pertumbuhan anak.
Menurut Effendy dan Aprihatmoko (2014) penutupan kanopi pepohonan akan
memberikan naungan yang berfungsi menghalangi sinar matahari dan mereduksi
suhu udara sehingga udara menjadi sejuk. Kaitannya dengan kenyamanan
diungkapkan Hayati (2013) yaitu kondisi kerapatan tinggi akan mempengaruhi
iklim mikro dan menentukan kenyamanan lingkungan. Hadi (2012) menyatakan
bahwa adanya tanaman dalam RTH membuat lingkungan lebih nyaman karena
dapat memodifikasi iklim mikro. Krisdianto (2012) juga berpendapat bahwa
pepohonan berperan dalam menjaga kenyamanan lingkungan perkotaan. Menurut
Ramadhan (2019) Penurunan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
berkaitan erat dengan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari kawasan
bervegetasi menjadi kawasan terbangun.
C. Taman Kota
Kota adalah ruang bermukim masyarakat segala usia (Joga, 2013). Taman kota
adalah salah satu bentuk pembangunan yang berada di lingkungan perkotaan
dalam skala luas dan dapat mengantisipasidampak-dampak yang ditimbulkan oleh
perkembangan kota dan dapat dinikmatin oleh seluruh warga kota. Taman kota
merupakan poin penting dalam perencanaan sebuah kota. Karena selain berfungsi
untuk menjaga kualitas lingkungan perkotaan yang padat aktivitas, taman kota
dapat menumbuhkan rasa sosialis yang tinggi di dalam lingkungan perkotaan yang
kini mengarah pada individualis. Menumbuhkan rasa toleransi, tidak hanya
terhadap sesama manusia melaikan terhadap mahkluk hidup lainnya. Taman yang
baik merupakan cerminan kota dengan manusia (masyarakat) yang baik. Manusia
(masyarakat) merupakan aspek penting dalam sebuah kota, sehingga kualitas
manusia (masyarakat) akan mempengaruhi kualitas sebuah kota (Kencana, 2018).
Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman kota
adalah ruang terbuka hijau publik di sebuah perkotaan yang digunakan sebagai
tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi (Omar dkk, 2015).
Seperti pernyataan Farkhana (2018) yang mana menjelaskan bahawa saat ini telah
banyak kabupaten atau kota yang melakukan pembangunan taman dengan tematema tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti menurut Subiyakto
(2012) bahwa taman kota sebagai RTH untuk bermain dan berkreasi juga menjadi
salah satu kualifikasi untuk menerapkan konsep kota layak anak. Menurut
Widyastuti (2017) terdapat salah satu indikator terkait hak pendidikan,
pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya yaitu adanya fasilitas kreatif dan
rekreatif ramah anak, diluar sekolah dan dapat diakses semua anak, dimana taman
kota salah satu fasilitas rekreatif dan kreatif.
Menurut Marta (2018) prinsip desain taman yang harus diperhatikan adalah:
1. Tema
Tema dapat memberikan kesan utama, karakter yang terlihat. Misal memiliki
karakter taman rekreasi.
2. Variasi
Bertujuan agar mampu menciptakan kesan yang dinamis dan berirama, oleh
karena itu pembuatan variasi pada tanaman sangat dimaksimalkan.
3. Penarik Perhatian
Memberikan elemen dan fasilitas yang sekiranya dapat menarik dan
bermanfaat bagi masyarakat.
4. Keseimbangan
Taman dapat memberikan kesan seimbang antar tanaman dengan fasilitas
sehingga terkesan
D. Elemen Taman Kota
Menurut Maharani (2010) elemen taman kota yang sering dijumpai adalah :
1. Material Landscape berupa Vegetasi (softscape) Elemen landscape antara lain :
a. Pohon yaitu tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan
memiliki cabang yang kokoh. Jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung,
akasia, dan lainnya. Pohon pada area taman berfungsi sebagai peneduh.
b. Perdu merupakan jenis tanaman seperti pohon tetapi berukuran kecil, batang
cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Jenis perdu adalah
bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya.
c. Semak ialah tanaman yang ukurannya agak kecil dan rendah, tumbuhnya
melebar atau merambat. Jenis semak adalah teh-tehan.
d. Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang memiliki daun dan bunga
indah, tumbuh agak tinggi, seperti krokot, nanas hias dan lainnya.
e. Rumput yaitu tanaman yang berada diatas tanah, seolah menempel. Jenis
rumput adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya.
2. Material Pendukung atau Elemen Keras (hardscape) antara lain:
a. Kolam
Kolam dibuat guna menunjang fungsi suatu bangunan atau kawasan. Kolam
memiliki keindahan tersendiri. Biasanya kolam sering dipadukan dengan
batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam
akan tampak hidup jika terdapat permainan air dan mampu meningkatkan
kelembaban di lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk
lingkungan.
b. Tebing Buatan
Tebing buatan atau artificialdigunakan untuk memberikan kesan alami,
menyatu dengan alam, kemudian tebing dibuat untuk menyembunyikan
tembok pembatas dinding yang licin masif, supaya tidak menyilaukan ketika
matahari bersinar pada siang hari. Apabila diberikan air kolam terjun pada
tebing buatan akan menciptakan suasana sejuk dan nyaman.
c. Batuan
Batuan diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian
batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat
menyatu dengan taman.
d. Gazebo
Gazebo merupakan suatu bangunan peneduh di taman yang berfungsi sebagai
tempat beristirahat menikmati taman. Bangku taman (seating group) ialah
bangku panjang yang diletakkan di gazebo atau tempat-tempat teduh yang
berguna untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo
atau bangku taman yaitu kayu, bambu dan besi atau lainnya yang lebih kokoh,
kemudian tidak perlu mewah namun lebih ditekankan pada nilai keindahan,
kenyamanan dalam suasana santai. Atap gazebo biasanya terbuat dari genting,
ijuk, alang-alang dan bahan lain yang berkesan sederhana.
e. Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar tidak merusak rumput dan
tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen
penunjang taman.
f. Perkerasan
Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai
pembatas. Perkerasan pada taman menggunakan berbagai macam bahan seperti
tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya.
g. Toilet
Toilet perlu disediakan agar pengunjung tidak buang air sembarangan.
Kemudian toilet ini harus dibedakan antara toilet pria dan wanita serta
kebersihannya harus dijaga.
h. Saluran Air
Saluran air atau selokan berfungsi untuk menampung air hujan dan
mengalirkannya ke saluran pembuangan supaya taman terhindar dari banjir.
i. Tempat Sampah
Penyediaan tempat sampah sangat penting supaya masyarakat tetap menjaga
kebersihan dan kenyamanan lingkungan taman.
j. Lampu Taman
Lampu taman berfungsi sebagai penerangan di malam hari sekaligus
memberikan keindahan pada taman.
k. Tempat Parkir
Perlu adanya tempat parkir di dalam dan di luar area taman supaya pengunjung
tidak parkir sembarangan. Demi keamannan, rapi dan bersih perlu adanya pintu
masuk dan pintu keluar terpisah dan yang jelas.
l. Pusat Informasi dan Pos Penjagaan
Pusat informasi dan keamanan ini dibutuhkan supaya pengunjung tidak
kesulitan dalam mencari informasi yang dibutuhkan
E. Temperatur Udara
Temperatur merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu
sistem atau massa (Lay dan Bey, 1990). Menurut Santoso (1986) temperatur
udara akan berfluktuasi dengan nyata selama periode 24 jam. Fluktuasi
temperatur udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung
di alam. Serapan energi matahari ini akan menyebabkan temperatur udara
meningkat. Temperatur udara harian maksimal tercapai saat intensitas cahaya
mencapai maksimal. Menurut hukum termodinamika temperatur adalah energi
rata-rata dari pergerakan molekul yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan
berbagai tipe termometer (Manan, 1991).
Pengukuran temperatur udara menggunakan termometer (Santoso, 1986). Suhu
dipermukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) jumlah radiasi yang
diterima per tahun, per hari, dan per musim; (2) pengaruh daratan atau lautan;
sema-kin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin
rendah; (3) pengaruh ketinggian tempat; (4) pengaruh angin secara tidak
langsung; (5) tipe tutupan lahan, tanah yang ditutupi vegetasi yang memiliki suhu
udara lebih rendah dari pada tanah tanpa vegetasi; (6) pengaruh panas laten, yaitu
panas yang disimpan dalam atmosfer; (7) tipe tanah, tanah yang gelap indeks
suhunya lebih tinggi; 13 (8) pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang
tegak lurus akan membuat suhu udara lebih panas dari pada yang datangnya
miring (Kartosapoetra, 2006).
Suhu udara menggambarkan panas dinginnya suatu benda. Menurut Handoko
(1994), suhu udara sangat erat berhubungan dengan radiasi matahari. Pada siang
hari radiasi terlebih dahulu akan memanaskan tajuk bagian atas kemudian makin
kebawah dan akhirnya lantai hutan. Malam hari pendinginan dimulai dari tajuk
bagian atas dan akhirnya lantai hutan sehingga suhu udara terendah terdapat pada
tajuk bagian atas dimana panas yang hilang relatif lebih besar dari pada bagian
hutan lainnya. Oleh sebab itu, tajuk hutan bagian atas merupakan suatu
permukaan radiasi yang aktif. Umumnya, daerah bervegetasi yang tumbuh baik
mampu menekan suhu udara rata-rata tahunan 1°C sampai 2°C. Fluktuasi suhu
udara harian di daerah yang bervegetasi sangat rapat akan jauh lebih kecil
dibandingkan daerah terbuka. Daerah tropis, manusia akan merasa relatif nyaman
jika berada pada suhu udara sekitar 27-28°C. Suhu udara yang cukup panas pada
suatu area selain karena radiasi matahari yang tinggi yaitu rata-rata 50%, juga
karena pantulan dari perkerasan jalan bangunan maupun pantulan perekerasan
lainnya yang ada pada tapak (Laurie, 1986)
F. Kelembaban Relatif Udara
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1999), kelembaban relatif udara adalah
perban-dingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang
14 jenuh dalam satuan volume itu pada temperatur yang sama. Kelembaban
relatif ini biasanya disebut kelembaban dan dinyatakan dalam persen (%). Variasi
harian dari kelem-baban adalah bertentangan dengan variasi temperatur. Kondisi
di pagi hari sekali dimana temperatur paling rendah, kelembaban paling tinggi dan
mencapai paling rendah pada waktu temperaturnya tertinggi. Arah vertikal baik
siang maupun malam kelembaban itu umumnya lebih rendah sesuai elevasi.
Kelembaban relatif udara (RH) adalah kelembaban di udara dibandingkan dalam
keadaan jenuh pada temperatur dan tekanan udara yang tetap pada saat
pengukuran. Kelembaban udara biasanya diukur dengan termometer bola kering
dan termometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa dari termometer
bola basah dibungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi dengan air yang
didestilasi melalui benang-benang yang tercelup pada sebuah mangkuk air yang
kecil. Kelembaban (%) dapat dibaca pada tabel dengan menggunakan data
temperatur bola kering dan bola basah yang diperoleh (Sosrodarsono dan Takeda,
1999).
Kelembaban udara yang lebih tinggi di dekat permukaan pada siang hari,
disebabkan penambahan uap air hasil evapotranspirasi. Proses ini berlangsung
karena permukaan tanah menyerap air selama siang hari. Pada malam hari, akan
berlangsung proses pengembunan atau kondensasi yang meman-faatkan uap air
yang berasal dari udara. Oleh karena itu, kandungan uap air di udara dekat
permukaan tersebut akan berkurang. Menurunnya temperatur menyebabkan
kapasitas penampungan uap air semakin turun berarti udara akan 15 lebih cepat
menjadi jenuh. Penurunan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya
kondensasi (Prasetyo, 1997).
G. Tingkat Kenyamanan
Kenyamanan merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh
keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia. Kondisi yang
nyaman adalah kondisi dimana sebagian besar energi manusia dibebaskan untuk
kerja produktif, yang berhubungan dengan usaha pengaturan suhu tubuh yang
minimum. Kondisi nyaman menunjukkan keadaan yang bervariasi untuk setiap
individu, sehingga kenyamanan bersifat subyektif dan berhubungan dengan
keadaan tingkat aktivitas, pakaian, suhu udara, kecepatan angin, rata-rata suhu
pancaran radiasi dan kelembaban udara (Gates, 1972).
Menurut Lakitan (1994), kenyamanan suatu daerah juga sangat dipengaruhi oleh
iklim mikro setempat, karena secara langsung unsur-unsur iklim akan terlibat
dalam aktivitas dan metabolisme manusia yang ada didalamnya. Untuk
menentukan tingkat kenyamanan suatu daerah, kita tidak dapat menggunakan
semua parameter iklim secara langsung. Suhu udara dan kelembaban udara
merupakan parameter iklim yang biasa digunkan dalam mempelajari masalah
kenyamanan udara (Brooks, 1988) yang dinyatakan dalam bentuk “Indeks Suhu
Kelembaban atau Temperature Humidity Index (THI). Laurie (1986),
menyatakkan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman ideal berada pada
kisaran THI 21-27. Nilai THI ini dipengaruhi oleh besarnya suhu udara (°C) dan
kelembaban udara (%). Semakin tinggi suhu udara maka 16 kelembaban udara
harus diturunkan untuk mendapatkan nilai THI yang sama, dan begitu pula
sebaliknya.
H. Persepsi
Persepsi adalah pandangan seseorang atau banyak orang terhadap hal atau
peristiwa yang didapatkan atau diterima. Persepsi dapat pula diartikan sebagai 19
proses diletakkannya suatu hal oleh seseorang melalui panca indra yang
dimilikinya (Gunawan,1999). Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap lingkungannya. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar
terhadap lingkungan, kemungkinan besar orang tersebut akan berperilaku positif
terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan (Windawari, 1994)
I. Vegetasi
Menurut Zahra (2014) vegetasi memiliki kemampuan mengurangi peningkatan
suhu karena menyerap radiasi matahari yang tinggi. Elemen lansekap yang
banyak mempengaruhi kenyamanan di suatu tapak yaitu tanaman. Tanaman
memberikan manfaat yang sangat besar bagi bumi, tanaman dapat mengurangi
sinar dan pantulannya, baik dari cahaya matahari maupun sinar lampu kendaraan,
dan menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, membentuk ruang yang
pribadi, dan dapat menegaskan pandangan ke arah pemandangan yang diinginkan.
Tanaman dapat mengontrol radiasi matahari dan suhu tanaman mampu merubah
dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari dengan
proses evapotranspirasi.
Menurut Simonds (1983), pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berguna
untuk menangka p radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan
untuk menghalangi sinar matahari dan menurunkan suhu yaitu.
a. Memiliki tajuk yang lebar.
b. Bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi.
c. Ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2020 pada saat cuaca cerah.
Lokasi penelitian ini berada di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan.
Gambar peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer digital,
higrometer, pita diameter, christen hypsometer dan kuesioner. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan Taman Kota 1 BSD dan kuesioner
serta alat tulis.
C. Metode
1. Jenis Data
1.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber penelitian secara
langsung. Data Primer yang dihimpun terdiri dari temperatur udara, kelembaban
udara, jenis pohon, diameter pohon, tinggi pohon dan penilaian pengunjung
dengan panduan kuesioner.
1.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang pada penelitian yang dilakukan.
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan
semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Data sekunder
yang dikumpulkan yaitu letak, luas, topografi, kondisi iklim, demografi dan
pustaka penunjang penelitian lainnya.
2. Metode Pengambilan Data
2.1. Data Primer
2.1.1. Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Udara
Pengukuran temperatur dan kelembaban udara dilakukan tiga kali yaitu, pagi hari
pukul 07.00-08.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul
16.00-17.00 WIB. Teknik pengukurannya adalah penentuan lokasi pengukuran
yang masih berada di dalam taman kota dengan pengukuran pada 3 titik sesuai
dengan kondisi tutupan tajuknya, yaitu kondisi tutupan tajuk rapat, tajuk sedang
dan tajuk jarang. Sedangkan pengukuran temperatur dan kelembaban relatif udara
diluar taman kota sebagai pembanding dilakukan pada jarak 10 meter diluar taman
kota pada kondisi yang sesuai dan memungkinkan.
Setiap lokasi tutupan tajuk dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengulangan
selama 10 hari, lalu didapatkan data temperatur dan kelembaban udara rata-rata.
Pengukuran pada setiap titik pengamatan dilakukan pada ketinggian 1,5 meter
diatas permukaan tanah. Menurut Tjasyono (1992), dipilihnya tinggi 1,5 meter
karena pada ketinggian ini memungkinkan data klimatologi dapat berlaku daerah
yang lebih luas.
2.1.2. Jenis dan Kerapatan Pohon
Data yang dikumpulkan adalah jenis pohon, tinggi pohon dan diameter setinggi
dada (dbh). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling
jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono
(2008) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Berdasarkan dari pengertian tersebut maka dapat diketahui
bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampelnya dengan
menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah
populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan
sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah
populasi atau disebut dengan sensus yaitu semua pohon yang ada di Taman Kota
1 BSD, Kota Tangerang Selatan.
2.1.3. Penilaian Pengunjung
Penilaian pengunjung terhadap kenyamanan taman kota dilakukan dengan
wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini secara non probability sampling artinya tidak memberikan
kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih, ada tiga jenis
penarikan sampel teknik bukan peluang (non probability sampling) yaitu
accidental sampling, quota sampling dan purposive sampling (Kusmayadi 2004).
Penelitian ini teknik pengambilan sampelnya secara accidental sampling atau
berdasarkan siapa saja yang kebetulan ditemui pada saat melakukan penelitian.
Pengambilan responden pengunjung dalam penelitian ini menggunakam formula
Slovin (Arikunto, 2011). Penetapan total populasi dihitung dengan penjumlahan
populasi pada daerah lokasi penelitian, berdasarkan
n=
n=
𝑁
𝑁(𝑒)2 +1
191.968
1.920,68
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
n=
191.968
191.968(0,1)2 +1
n = 99,95 ≈ 100
e = Batas eror
1 = Bilangan konstan
Jadi dari hasil perhitungan diatas jumlah sampel yang akan digunakan pada
penelitian ini sebesar 100 responden.
2.2. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan untuk melengkapi dan mendukung pembahasan.
Data diperoleh dengan mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai
dengan penelitian yakni, kondisi umum tempat penelitian, letak, luas, topografi,
kondisi iklim, demografi dan pustaka penunjang penelitian lainnya.
3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.1. Rata-rata Temperatur dan Kelembaban Udara
Data temperatur dan kelembaban relatif udara dihitung menggunakan rumus
menurut Tjasyono (1992), yaitu :

Rata-rata temperatur udara
Tr =

⦋(Tpagi×2)+Tsiang+Tsore⦌
4
Rata-rata kelembaban udara
RHr =
⦋(RHpagi×2)+RHsiang+RHsore⦌
4
Keterangan :
Tr = rata-rata temperatur udara harian (oC)
RHr = rata-rata kelembaban udara harian (%)
T = temperatur udara (oC)
RH = kelembaban udara (%)
3.2. Indeks Kenyamanan
Data temperatur dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk
menghitung Temperature Humidity Index (THI) untuk daerah tropis dengan
menggunakan rumus dari Niewolt and Mc Gregor (1998).
THI =
0.8 T + (RH x T)
500
Keterangan :
THI = Temperature Humidity Index (oC)
T
= temperatur atau temparatur udara (°C)
RH
= Kelembaban udara (%)
Temperature Humidity Index (THI) adalah indeks yang menunjukkan tingkat
kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai temperatur dan
kelembaban relatif. Temperatur daerah tropis pada kategori tidak nyaman nilai
THI > 26 dan suatu area dikatakan sedang, apabila nilai THI berada diselang 2526 lalu suatu area dikatakan nyaman, apabila THI berada pada selang 21-24.
Tingkat kenyamanan ini dibagi menjadi tiga kriteria seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Temperature Humidity Index (THI)
Kriteria
Nyaman
Sedang
Tidak nyaman
Sumber: Niewolt and Mc Gregor (1998).
Nilai Indeks
21 – 24
25 – 26
> 26
3.3. Kerapatan Pohon
Kerapatan pohon yang didapat dari metode sampling jenuh atau sensus pada tiap
lokasi penelitian dihitung dengan rumus menurut Kusmana (1997).
Kerapatan =
∑ individu tiap jenis
Luas area petak
3.4. Penilaian pengunjung
Penilaian pengunjung terhadap Taman Kota 1 BSD dapat diketahui dengan
menggunakan teknik wawancarai dan diminta penilaian mengenai fasilitas taman
kota. Kemudian hasil jawaban dari pengunjung dihitung sesuai skor yang
ditentukan.
Cara menghitungnya yaitu dengan hasil kali antara masing-masing responden
yang memilih katagori jawaban sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk dengan
masing-masing skor yaitu 4, 3, 2 dan 1. Jawaban sangat baik dikalikan dengan
skor 4, jawaban baik dikalikan 3, jawaban buruk dikalikan skor 2 dan jawaban
sangat buruk dikalikan dengan skor 1, lalu hasilnya dijumlahkan. Kemudian skor
rata-rata diperoleh dengan membagi skor total dengan jumlah seluruh responden.
Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui penilaian pengunjung
berdasarkan skor yang diperoleh terhadap fasilitas di Taman Kota 1 BSD
menggunakan skala likert dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria penilaian pengunjung terhadap kenyamanan fasilitas Taman
Kota 1 BSD
No.
1.
2.
3.
4.
Skor
4,00
3,00 – 3,99
2,00 – 2,99
1,00 – 1,99
Kriteria
Sangat Baik
Baik
Buruk
Sangat Buruk
DAFTAR PUSTAKA
Imansari, Nadia. Parfi Khadiyanta. 2015. Penyediaan Hutan Kota dan Taman
Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Prefrensi
Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang. Jurnal RUANG.Volume 1
Nomor 3, Juli 2015, pp. 101-110, ISSN : 1858-3881
Effendy, S. dan Aprihatmoko, F. 2014. Kaitan RTH dengan kenyamanan termal
perkotaan. Jurnal Agromet. 28(1): 23-32.
Hayati, J., Santun, R.P. dan Siti, N. 2013. Pengembangan ruang terbuka hijau
dengan pendekatan kota hijau di Kota Kandangan. Jurnal Tata Loka. 15 (4) :
306-316.
Hadi, R. 2012. Evaluasi indeks kenyamanan taman kota (Lapangan Puputan
Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Bali. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika V. 1(1): (34- 45).
Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Januwiadi, B. dan Rhamadani F. 2012. Potensi
vegetasi tusam menjadi payung hijau di RTHKP Kota Banjarbaru. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia. 1 (1) : 19-26.
Sugiyanto, E. dan Sitohang V.A.C. 2017. Optimalisasi fungsi ruang terbuka
hijau sebagai ruang publik di Taman Ayodia Kota Jakarta Selatan. Jurnal
Populis. 2 (3) : 205-216.
Ramadhan, F. dan Osly, J.P. 2019. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan
kecukupannya di Kota Depok. Jurnal Infras. 5 (1) : 7-11.
Joga dan Nirwono. 2013. Gerakan Kota Hijau. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kencana, N. 2018. Analisis dampak pembangunan taman kota di Baturaja
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Pemerintahan dan Politik Global. 3
(3) : 115-120.
Omar, D. B., Ibrahim, F. I. B., & Mohamad, N. H. B. N. 2015. Human
Interaction in Open Spaces. Journal Procedia - Social and Behavioral
Sciences. 201 (1) : 352-359.
Farkhana, F. dan Rahdriawan, M. 2018. kabupaten atau kota yang melakukan
pembangunan taman dengan tema-tema tertentu sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Jurnal Pengembangan Kota. 6 (2) : 96–107.
Subiyakto, R. 2012. Membangun kota layak anak: studi kebijakan publik di era
otonomi daerah. Jurnal Sosio Religia. 10 (1) : 49-71.
Download