Septysningsih (2010) menjelaskan bahwa apabila dalam ekstrak sampel terdapat senyawa flavonoid, maka setelah penambahan logam Mg dan HCl akan terbentuk garam flavilium yang berwarna merah atau jingga. Reaksi dugaan antara flavonoid dengan logam HCl dan Mg adalah sebagai berikut : Gambar 3. Reaksi antara flavonoid dengan logam HCl dan Mg sumber: google.com Kebanyakan senyawa flavonoid berada di dalam tumbuh-tumbuhan kecuali alga. Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk akar, daun, bunga, biji, buah, kayu, kulit, tepung sari. Pada golongan angiospermae, klorofita, fungi, briofita merupakan golongan tumbuhan yang mengandung flavonoid (Markham, 1988). Penggolongan Flavonoida Penggolongan flavonoid berdasarkan pada substituen cincin heterosiklik yang mengandung oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil. Perbedaan di bagian atom C3 menentukan sifat, khasiat, dan golongan atau tipe flavonoida yaitu flavon, flavonol, isoflavon, auron, dan khalkon. Bagian terbesar dari golongan tersebut adalah flavon dan flavonol (Markham, 1988). Menurut Robinson (1995), berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu flavonoid dikelompokkan menjadi: 1. Flavonol Flavonol sering ditemukan berikatan dengan glikosida dan aglikon flavonol yang umum yakni kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Larutan flavonol dalam suasana basa akan dioksidasi oleh udara tetapi tidak terlalu cepat sehingga pengerjaan pada suasana basa masih dapat dilakukan. Gambar 3. Struktur Flavonol sumber: google.com 2. Flavon Pada Flavon tidak terdapat gugus 3-hidroksi. Karena tidak adanya gugus 3-hidroksi maka akan mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan kromatografinya, serta reaksi warnanya. Dari pengaruh tersebutlah dapat dibedakan antara flavon dengan flavonol. Senyawa flavon yang paling sering ditemui adalah apigenin dan luteolin. Gambar 4. Struktur Flavon sumber: google.com 3. Isoflavon Isoflavon termasuk dalam golongan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Isoflavon digunakan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sulit untuk dicirikan karena reaksinya yang tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon seperti daidzein akan menampakkan warna biru muda cemerlang pada saat diamati dibawah sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan noda yang lain tampak seperti bercak lembayung yang pudar dengan amonia yang berubah menjadi coklat. Gambar 5. Struktur Isoflavon sumber: google.com 4. Flavanon Flavanon terdapat banyak di dalam kayu, daun dan bunga. Konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk yaitu flavanon glikosida. Dua glikosida yang paling lazim yang terdapat dalam buah jeruk dan anggur adalah neringenin dan hesperitin. Gambar 6. Struktur Flavanon sumber: google.com 5. Katekin Katekin terdapat pada tumbuhan berkayu dan mudah ditemukan pada daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa katekin. Senyawa katekin berkhasiat sebagai antioksidan. Gambar 7. Struktur Katekin sumber: google.com 6. Leukoantisianidin Leukoantisianidin adalah senyawa kimia tidak berwarna yang terkait dengan anthocyanidins dan anthocyanin. Leukoantosianidin terdapat pada tumbuhan berkayu. Melaksidin dan apiferol merupakan sebagian contoh dari senyawa yang jarang terdapat sebagai glikosida. Gambar 8. Struktur Leukoantisianidin sumber: google.com 7. Antosianin Antosianin adalah zat pewarna yang paling penting dan tersebar luas dalam tumbuhan. Antosianin merupakan senyawa yang memberikan warna pada hampir semua daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Senyawa antosianin terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan ataupun pengurangan gugus hidroksi, metilasi maupun glikosilasi. Gambar 8. Struktur Antosianin sumber: google.com 8. Khalkon Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila dilihat menggunakan kromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan berdasarkan glikosidanya. Hal ini disebabkan karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida sajalah yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996). Gambar 8. Struktur Khalkon sumber: google.com 9. Auron Auron adalah senyawa yang berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan bryofita. Dikenal hanya lima aglikon saja, akan tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain. Begitu pula bentuk yang sering dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah rose dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995). Gambar 9. Struktur Auron sumber: google.com Tinjauan Eluen Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan untuk fase gerak hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan sistem pelarut multikomponen. Sistem pelarut multikomponen harus berupa suatu campuran yang sederhana (terdiri dari maksimum 3 komponen). Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume total 100 (Nyiredy, 2002). Menurut Stahl (1985) eluen yang digunakan dalam metode Kromatografi Lapis Tipis ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu untuk pemisahan senyawa hidrofil dan lipofil. Eluen untuk pemisahan senyawa hidrofil meliputi air, metanol, asam asetat, etanol, isopropanol, aseton, n-propanol, ter-butanol, fenol, dan n-butanol sedangkan untuk pemisahan senyawa lipofil meliputi etil asetat, eter, kloroform, benzena, toluena, sikloheksana, dan petroleum eter. Harga Rf Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retardation Factor) yang didefinisikan sebagai: Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf (Sastroamidjojo, 1985) : a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan; b. Sifat penjerap; c. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap; d. Pelarut dan derajat kemurniannya; e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana; f. Teknik percobaan; g. Jumlah cuplikan yang digunakan; h. Kesetimbangan dan suhu.