Uploaded by dimasananda94

PPT Model Konseptual Proses Judgmen

advertisement
MODEL KONSEPTUAL
PROSES JUDGMEN
Sri Wah yuni & Jogi yanto Hartono
D i m a s D wi A n a n d a
1 9 2 0 5 3 2 0 2 0
CONTENTS
01 -- Pendahuluan
06 -- Sumber Penyebab Bias
02 -- Definisi dan Sifat Judgmen
07 -- Isu-Isu Bias Judgmen
03 -- Model Konseptual Proses
Judgmen
08 -- Strategi Memitigasi Bias
Judgmen
04 -- Bias Judgmen
09 -- Teori-Teori Bias Judgmen
05 -- Peran Memori Dalam
Memprediksi Judgmen
01
Pendahuluan
Materi ini membahas mengenai model konseptual proses judgmen dan
beragam fenomena bias judgmen dalam pembuatan keputusan. Bias
judgmen dapat terjadi karena proses pengambilan keputusan sering kali
dihadapkan dengan masalah kompleks yang terdapat dalam beragam
kondisi dan situasi seperti adanya ketidakpastian lingkuangn yang
tinggi, bounded rationality maupun adanya strategi haurisitik.
02
Definisi Dan Sifat Judgmen
Hogarth dan Einhorn (1992) mendeskripsikan judgmen sebagai proses
kognitif yang mengarahkan perilaku dalam pembuatan keputusan.
Judgmen merupakan suatu proses yang terus-menerus dalam
perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya),
pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi
lebih lanjut. Menurut Hogarth (1978) judgmen memiliki dua macam sifat
yaitu (1) manusia membuat judgmen nilai untuk menyatakan preferensi,
(2) manusia membuat prediksi yang merefleksikan apa yang
diharapkan terjadi.
Kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas mempunyai empat konsekuensi
utama (Hogarth, 1994) yaitu sebagai berikut:
Persepsi
Informasi
Kapasitas
Pemrosesan
Manusia memiliki persepsi informasi
yang tidak komprehensif, namun
bersifat selektif.
Manusia tidak mempunyai kalkulator
intuitif yang memungkinkan mereka
membuat perhitungan secara optimal
Sifat
Pemrosesan
Manusia tidak dapat memproses
informasi secara simultan, pemrosesan
informasi dilakukan dengancara
sekuensial
Keterbatasan
Memori
Manusia mempunyai kapasitas
memori yang terbatas.
03
Model Konseptual Proses Judgmen
Brunswik’s lens model merupakan suatu model konseptual
yang menjelaskan bahwa proses judgmen seseorang
didasarkan pada suatu reference point atau cues dalam
model konseptual ini dijelaskan pemahaman dan interelasi
antara dua sistem. Sistem pertama adalah jaringan
(network) nyata hubungan antara reference point atau
cues dalam lingkungan dengan peristiwa yang diprediksi,
dan sistem kedua adalah jaringan yang menghubungan
antara reference point atau cues dalam pikiran individual
dengan apa yang mereka prediksi.
04
Bias Judgmen
Bias dalam KBBI diartikan sebagai penyimpangan. Jadi bias judgmen dapat diartikan sebagai pola penyimpangan
dalam pengambilan keputusan pada situasi tertentu. Bias judgmen dapat terjadi karena beberapa kondisi misalnya adanya
distorsi persepsi, ketidakakuratan prediksi, interpretasi yang tidak logis, atau pengambilan keputusan yang didasarkan pada
proses pemikiran yang tidak rasional. Oleh karena itu, pembuatan keputusan sangat diperlukan pemahaman dari beragam
bias judgmen pada masalah yang kompleks agar keputusan yang diambil baik dan menghadapi risiko yang bijak.
Situasi lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian juga dapat menimbulkan bias judgmen dalam proses
pengambilan keputusan. Adanya bias judgmen dalam pembuatan keputusan pada akhirnya juga berpengaruh terhadap hasil
keputusan. Kreitner dan Kenicki (2004) mengemukakan bahwa kendala yang membatasi pengambilan keputusan rasional
adalah bounded rationality yaitu gagasan mengenai para pembuat keputusan yang terbatasi atau terikat oleh berbagai
hambatan ketika sedang mengambil keputusan. Simon (1979) mengemukakan bounded rationality merupakan suatu kondisi
adanya keterbatasan informasi, kemampuan kognitif, dan keterbatasan waktu.
05
Peran Memori Dalam Memprediksi Judgmen
Studi mengenai memori dapat memberikan pemahaman yang mendalam dari berbagai pertanyaan
praktik. Terdapat dua alasan mengapa memori berperan penting dalam proses judgmen. Pertama, mengingat
judgmen masih disesuaikan atau diselaraskan dengan suatu kondisi perasaan (batin) tertentu dalam masyarakat,
memori tidak disesuaikan dengan perasaan sehingga dianggap lebih objektif. Kedua, hasil penelitian menyatakan
adanya peran penting memori dalam proses judgmen. Memori yang baik dapat menjadi pertimbangan penting
meskipun tidak cukup untuk judgmen yang baik.
Menurut Hogarth (1994) memori dapat mempengaruhi
judgmen dengan beberapa cara:
Tugas Judgmental Yang
Terstruktur
Reference Point Yang
Dipilih
Faktor Lingkungan atau
Dari Memori Seseorang
Interpretasi dan
Pemberian Kode Dari
Income Judgmen
Aturan Yang Digunakan
Untuk Memproses
Penilaian Informasi
Dalam Pembuatan
Keputusan
06
Sumber Penyebab Bias
Banyak faktor yang menyebabkan bias dalam pembuatan keputusan. Faktor kontekstual yang dapat
menyebabkan bias misalnya cara informasi disajikan atau adanya dukungan, sedangkan faktor individual yang
sangat mempengaruhi keputusan adalah bagaimana cara seseorang mencari, mempersepsikanm dan memproses
informasi. Chenhall dan Morris (1991) menjelaskna bahwa proses pengolahan informasi ditentukan oleh cognitive
style yaitu cara seseorang mengolah, mentransformasikan, dan menata kembali informasi yang diperoleh dari
lingkungannya ketidak membuat keputusan.
Berdasarkan isunya, bias judgmen dapat dibedakan menjadi tiga elemen
sebagaimana terlihat dalam tabel 1 berikut ini:
No
Isu Bias Judgmen
Keterangan
1
Karakteristik dari sistem
pemrosesan informasi
individual
a. Selective perception
ADD TITLE
b. Sequential Processing
c. Limited Computational Ability
d. Limited Memory
e. Dependence on Task Characteristics Adaptiveness
2
Need to understand control,
and master the environment
Diperlukan pengetahuan mengenai bias judgmen,
pengendalian, pengaruh lingkungan
3
Lokasi bias judgmental
(Location of judgmental bias)
a. Information Acquisition
b. Processing
c. Output
d. Feedback
Hogarth dan Makridakis (1981) menjelaskan lokasi atau tempat terjadinya
bias judgmen dalam pembuatan keputusan yaitu sebagai berikut:
AKUISISI INFORMASI
PEMROSESAN
Merupakan tambahan
informasi yang relevan
berkaitan dengan proses
pembuatan keputusan.
Pemrosesan dalam
pembuatan keputusan
merupakan tahapan yang
harus dilalui sebelum
melakukan pilihan yang
terbaik.
OUTPUT
Output dapat menyebabkan
bias judgmen dalam
pembuatan keputusan, seperti
keinginan atau khayalan, cara
merespon, dan kotrol yang
menyesatkan.
FEEDBACK
Bias judgmen dalam pembuatan
keputusan dapat terjadi pada
feedback yang meliputi luaran
yang tidak relevan dari struktur
pembelajaran, salah persepsi
yang memungkinkan untuk
berfluktuasi, kekeliruan secara
logika, bias peninjauan ke
belakang.
07
Isu-Isu Bias Judgmen
Beberapa
faktor
penyebab
adanya
bias
judgmen
dalam
pengambilan keputusan yang merupakan isu-isu bias judgmen
adalah sebagai berikut:
Merupakan suatu tindakan praktis dan
Dalam beragam situasi, pembuatan keputusan
sederhana yang dilakukan individual dalam
seringkali membuat estimasi dengan berangkat dari
membuat keputusan dalam kondisi
nilai awal (anchor) yang kemudian melakukan
ketidakpastian yang tinggi
penyesuaian (adjustment) ketika diperoleh informasi
baru dalam kaitannya dengan hasil keputusan akhir.
Merupakan salah satu prinsip heuristik yang
Merupakan bias judgmen yang terjadi karena
didasarkan pada stereotypes yaitu keputusan
pembuat keputusan memberikan respon
yang didasarkan pada derajat kesamaan
dengan cara berbeda pada masalah yang
karakter dan bentuk (types).
sama jika disajikan dalam format yang berbeda.
Terdapat dua macam fiksasi yaitu fiksasi fungsional
Tversky dan Kahneman (1974) menyatakan
adalah konsep psikologi yang menginvestigasi dampak
bahwa bias availibility menggambarkan
pengalaman masa lalu terhadap perilaku pembuatan
kecenderungan pengambilan keputusan
keputusan dan fiksasi data menyatakan bahwa
untuk mendasarkan keputusan pada
individual-individual yang terfiksasi tidak dapat
informasi yang tersedia dalam ingatannya.
mengubah kebiasaan keputusan mereka dalam
merespon adanya perubahan proses akuntansi yang
memberikannya informasi.
08
Strategi Memitigasi Bias Judgmen
Bazerman (1994) menyatakan bahwa strategi-strategi kognitif
pembuat keputusan untuk memitigasi atau mengeliminasi bias
dapat meliputi tigas hal pokok yaitu:
Bazerman (1994) menyatakan bahwa strategi-strategi kognitif pembuat
keputusan untuk memitigasi atau mengeliminasi bias dapat meliputi tigas hal
pokok yaitu:
1
2
3
Pencairan (Unfreezing)
Merupakan proses perubahan status quo dalam
proses pembuatan keputusan individual dalam
bentuk balikan sehingga akan mencairkan
kebekuan dalam proses berpikir.
Perubahan (Change)
Perubahan adalah perubahan yang dilakukan
dengan berdasar pada tiga elemen yaitu (1)
klasifikasi keberadaan penurunan kualitas judgmen,
(2) penjelasan terhadap akar penyebab penurunan
kualitas judgmen, dan (3) penjaminan bahwa
penurunan tersebut tidak akan terjadi kembali.
Pembekuan Kembali (Refreezing)
Pembekuan kembali adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk menghindari kecenderungan
kembali ke cara / strategi lama.
09
Teori-Teori Bias Judgmen
Bias judgmen dapat dijelaskan dengan beberapa teori. Teori-teori
yang dapat menjelaskan bias judgmen adalah sebagai berikut:
Expected-Utility Theory
Menyatakan bahwa setiap level luaran (Outcomes) berhubungan dengan
tingkat kesenangan atau net benefit. Teori ini merupakan salah satu teori
utama dalam pembuatan keputusan rasional yang beresiko.
Prospected Theory
Teori prospek merupakan teori yang menunjukkan bagaimanan pilihan-pilihan dibingkai
dan dievaluasi dalam proses pembuatan keputusan. Teori ini menyatakan bahwa
keuntungan dan kerugian dievaluasi secara terpisah relatif terhadap nautral reference
point. Teori prospek memprediksi bahwa individual cenderung menghindari risiko ketika
mengevaluasi pilihan yang berada di atas reference point dan cenderung bersikap
mengambil risiko ketika mengevaluasi pilihan yang berada di bawah reference point.
Asusmsi yang mendasari teori ini adalah individual lebih sensitif terhadap kerugian
dibandingkan dengan keuntungan yang berartiadanya keengganan untuk rugi.
Model Ambiguitas
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembuat keputusan menilai
probabilitas yang ambigu.
The Impact of Initial Information Ambiguityon
the Accuracy of Analytical Review Judgments
Benjamin L. Luippold and Thomas E. Kida
CONTENTS
01 -- Introduction
02 -- Literature And Hypotheses
03 -- Research Method
04 -- Results
01
Introduction
Secara umum, ambiguitas mengacu pada kondisi di mana beberapa kemungkinan makna atau interpretasi
terbukti untuk data yang diamati. Sebagai hasilnya, mengamati data yang ambigu selama tinjauan analitis membuka
kemungkinan fluktuasi data keuangan dapat disebabkan oleh berbagai jenis kesalahan atau non-kesalahan. Karena itu,
ketika auditor menghasilkan hipotesis berdasarkan informasi yang ambigu, ada kemungkinan yang lebih besar bahwa
banyak dari hipotesis ini tidak akan menjadi penyebab sebenarnya dari fluktuasi data keuangan, meningkatkan
kemungkinan penilaian akhir yang tidak akurat.
Untuk menjelaskan efek ambiguitas informasi awal pada penilaian akhir, kami mengusulkan ambiguitas dapat
disebabkan oleh dua penentu utama: kecukupan data dan kompleksitas data. Kecukupan data mengacu pada apakah suatu
set informasi berisi bukti yang diperlukan untuk sampai pada solusi yang benar. Kecukupan terkait dengan gagasan
kelengkapan informasi. Penentu kedua ambiguitas, kompleksitas data, mengacu pada jumlah informasi yang terkandung
dalam setiap bagian data (Hogarth dan Einhorn 1992).
02
Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Data Sufficiency
Kecukupan data mengacu pada apakah kumpulan informasi berisi bukti yang diperlukan untuk penilaian yang benar. Konsep
kecukupan tentu saja terkait dengan gagasan kelengakapan informasi. Secara umum, semakin tidak lengkap kumpulan data, maka semakin
kecil kemungkinan bahwa data berisi informasi yang diperlukan untuk menentukan solusi yang tepat. Dengan demikian, kumpulan data
yang kurang lengkap adalah lebih mungkin menghasilkan data yang tidak memadai untuk mencapai penilaian yang akurat. Misalnya, dalam
konteks audit, jika ada kesalahan dalam kewajiban pensiun, auditor yang hanya mencari melalui aset lancar sebelum mengembangkan
hipotesis tidak akan dapat mengembangkan set hipotesis untuk mengidentifikasi akun yang mengandung kesalahan.
Data Complexity
Penentu ambiguitas informasi lainnya adalah kompleksitas data. Hogarth dan Einhorn (1992)
memperkenalkan gagasan kompleksitas data dalam model mereka mengenai kepercayaan pengaturan.
Mereka mengusulkan bahwa kompleksitas data sama relevan dalam pengujian hipotesis. Seperti dicatat oleh
Hogarth dan Einhorn (1992), kompleksitas data mengacu pada jumlah informasi yang terkandung dalam setiap
bukti. Karena lebih banyak informasi dimasukkan, maka jumlah hipotesis yang lebih besar dapat
dikembangkan tentang penyebab perubahan, membuat lebih ambigu kecuali jika tingkat proses kognitif yang
lebih dalam menghilangkan ketidakakuratan hipotesis.
Hipotesis Penelitian
H1: Dalam tinjauan analitik, informasi
awal yang lebih ambigu akan
mengurangi kemampuan auditor untuk
mengidentifikasi kesalahan laporan
keuangan secara akurat, bahkan setelah
auditor terpapar pada semua informasi
perusahaan yang relevan.
H2: Keakuratan set hipotesis awal dan penilaian
akhir auditor saat menggunakan informasi awal yang
cukup dan kompleks akan lebih besar dari atau
sama dengan akurasi auditor ketika menggunakan
informasi awal yang tidak cukup dan kompleks, dan
kurang dari, atau sama untuk, akurasi auditor ketika
menggunakan informasi awal yang cukup dan tidak
tidak.
03
Metodologi Penelitian
Sampel Penelitian
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 94
responden. Mereka adalah staf auditor yang memiliki pengalaman
kerja rata-rata 7,56 bulan di kantor akuntan publik berskala besar.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupaka penelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan 2
parts.
Part 1:
Auditor pertama kali membaca instruksi yang memberi tahu mereka bahwa mereka sedang melakukan
tinjauan analitik sebagai bagian dari audit akhir tahun. Mereka kemudian menerima satu dari tiga set
informasi awal, yang mereka gunakan untuk menghasilkan hipotesis mengenai potensi penyebab fluktuasi
data. Kumpulan informasi ini bervariasi sebagai berikut:
a) Data Awal Tidak Cukup / Kompleks: Hanya menyertakan rasio profitabilitas
b) Data Awal yang Cukup / Kompleks: Termasuk serangkaian rasio komprehensif (terkait dengan
profitabilitas, likuiditas, cakupan, dan aktivitas)
c) Data Awal yang Cukup / Tidak Kompleks: Termasuk serangkaian rasio komprehensif plus lembar saldo
komparatif dan laporan laba rugi
Pada part 2, semua auditor menerima set informasi keuangan yang lebih komprehensif, yang termasuk semua
rasio keuangan dan laporan keuangan yang dijelaskan sebelumnya, bersama dengan serangkaian informasi
yang baru. Informasi baru berisi perincian audit yang menjelaskan rincian jumlah saldo akun laporan
keuangan. Misalnya, dalam rincian audit yang relevan dengan piutang, peserta menerima informasi saldo
piutang bersih, penyisihan piutang dan beban piutang tak tertagih, analisis umur piutang, dan tambahan rasio
Part 2,
Semua auditor menerima set informasi keuangan yang lebih komprehensif, yang termasuk semua
rasio keuangan dan laporan keuangan yang dijelaskan sebelumnya, bersama dengan serangkaian informasi
yang baru. Informasi baru berisi perincian audit yang menjelaskan rincian jumlah saldo akun laporan
keuangan. Misalnya, dalam rincian audit yang relevan dengan piutang, peserta menerima informasi saldo
piutang bersih, penyisihan piutang dan beban piutang tak tertagih, analisis umur piutang, dan tambahan rasio
keuangan (mis., perputaran piutang, beban piutang tak tertagih untuk penjualan bersih). Selain rincian yang
berkaitan dengan piutang, auditor diberikan rincian untuk biaya dibayar di muka, inventaris, properti, pabrik,
dan peralatan, kewajiban lancar lainnya, utang jangka panjang, dan operasi biaya.
Semua peserta menerima set informasi komprehensif yang sama yang menyediakan level kejelasan
informasi yang sama juga (yang kurang ambigu daripada salah satu dari tiga kondisi awal). Setelah melihat
informasi ini, auditor diminta untuk menyebutkan ‘‘ apa yang Anda yakini sebagai penyebab utama dari
fluktuasi dalam data keuangan. 'Mereka bisa membuat salah satu dari hipotesis yang mereka buat, atau
kesalahan baru, jika mereka merasa penyebab yang berbeda bertanggung jawab atas fluktuasi. Auditor
menyimpulkan dengan mencatat waktu dan memberikan informasi demografis.
04
Hasil Penelitian
Untuk memeriksa keakuratan set hipotesis awal auditor, tanggapan dikodekan sebagai benar jika setidaknya
salah satu hipotesis pada set awal yaitu bunga, biaya bunga, atau bunga dibayarkan, dan salah kalau tidak.
Skema pengkodean ini digunakan karena jika auditor mengidentifikasi akun yang benar, dalam praktiknya
mereka akan melakukan prosedur audit selanjutnya pada setiap akun dengan fluktuasi yang tidak konsisten.
Pengkodean dilakukan tanpa sepengetahuan set informasi yang diterima auditor.
Hasil Penelitian:
1. Ketika auditor disajikan set informasi awal yang lebih ambigu, mereka cenderung mengungkap kesalahan
laporan keuangan dalam penilaian terakhir mereka. Yang penting, efek ini terjadi bahkan setelah auditor
melihat dan menganalisis set informasi komprehensif untuk perusahaan.
2. Akurasi penilaian saat menggunakan data yang cukup namun kompleks kemungkinan akan lebih besar
dari, atau sama dengan, akurasi penilaian saat menggunakan data yang tidak mencukupi.
3. Analisis Tambahan: Mereka yang dalam kondisi informasi awal yang tidak memadai menghabiskan lebih
sedikit waktu untuk mengembangkan hipotesis data yang tidak mencukupi, dan lebih banyak waktu
mengevaluasi hipotesis dengan set data yang komprehensif.
05
Batasan Penelitian
Salah satu batasan potensial dari penelitian ini adalah tingkat pengalaman peserta . Peneliti kumpulan
partisipan terdiri dari staf auditor, jadi hasil peneliti tidak menunjukkan apakah level pengalaman yang
berbeda juga akan dipengaruhi oleh ambiguitas informasi awal. batasan ini diungkapkan peneliti agar pada
peneliti lain dapat memodifikasi penelitian ini dengan menggunakan kekurangan atau batasan penelitian ini
menjadi ide research.
THANK YOU
Download