Pengantar Manajemen Operasi Supply Chain Management: NIKE, Inc Refi Reyhandi Mahardhika (1206248060) Program Studi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Para Pelaku Industri, dewasa ini mulai sadar bahwa untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi konsumen secara menyeluruh, serta menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, dalam satu perusahaan manufaktur atau secara internal tidaklah cukup. Bagi satu perusahaan manufaktur yang menyediakan berbagai macam barang untuk konsumen memerlukan bantuan dari berbagai macam supplier untuk memberikan bahan baku yang berkualitas dan cepat. Dalam menjalankan suatu proses produksi perusahaan, peran serta dari supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor hingga konsumen sangat dibutuhkan. Efek dari peranan mereka akan menjadi factor penentu dari proses bisnis yang dilakukan sebuah perusahaan. Hal ini yang meyebabkan bahwa perbaikan secara internal, seperti meminimalkan biaya, mengefisiensikan mesin dan hal lainnya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi konsumen. Karenanya, perusahaan membutuhkan bantuan dari pihak eksternal untuk membantunya menjalankan proses bisnis di perusahaan tersebut. Kesadaran akan ketergantung terhadap pihak luar ini lah yang membuat konsep Supply Chain Management begitu diperhatikan oleh semua perusahaan, terutama perusahaan manufaktur yang memerlukan banyak bahan baku dan distributor untuk memasarkan produk-produknya. Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaanperusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, sertu perusahaan pendukung seperti jasa logistic. Tujuan dari Supply Chain Management adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan. Sebuah operasi yang efisien dari supply chain tergantung dari pada lengkapnya dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk yang diminta dari retailer kepada buyer, sistem transportasi dan kembali ke manufaktur. Karena pentingnya supply chain management ini, penulis memilih perusahaan Nike sebagai objek penelitian karena penulis menganggap Nike memiliki berbagai macam supplier yang jumlahnya amat banyak dan tersebar di berbagai benua seperti Amerika, Asia Timur, Asia Tenggara, Afrika, Inggris Raya dan Eropa. Alasan lain adalah karena Nike memiliki standar yang cukup tinggi dalam memilih supplier dan harus sesuai denang program mereka, yaitu 1.2. Tujuan Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan penggunaan Supply Chain Management sebagai penunjang kegiatan dan proses bisnis pada Nike, inc. Tujuan lain peulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Pengantar Manajemen Operasi di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 1.3. Teori 1. Supply Chain Rantai suplai atau supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersamasama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik. 2. Supply Chain Management Menurut Heizer, Render: Operation Management (hal 452), Supply chain management adalah aktivitas manajemen yang berfungsi sebagai pengadaan bahan material dan jasa dan mengubahnya menjadi barang setengah jadi (intermediate goods) dan barang jadi (final product), lalu mendistribusikannya melalui system distribusi yang ada. Menurut Kalakota (2000, hal 198), ada tiga macam hal yang harus dikelola dalam supply chain, yaitu aliran barang atau material, aliran informasi dan aliran uang: Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir. Rantai suplai hulu (upstream) meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. Selanjutnya ada juga manajemen rantai suplai internal. Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan. Kemudian terakhir sampailah pada Rantai Suplai Hilir (Downstream), yang meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-salesservice. 3. Komponen Manajemen Lima prinsip dasar yang menjadi bagian penting pada manajemen supply chain adalah: Planning / perencanaan Sourcing / sumber barang Manufacturing Pengiriman Pengembalian. 1. Planning / Perencanaan, adalah pengembangan sebuah strategi untuk mengatur seluruh sumber alam yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan customer akan produk dan service. Perencanaan yang terbesar dibicarakan adalah meningkatkan sebuah standar ukuran untuk memantau supply chain sehingga menjadi effisien , biaya berkurang dan memberikan kualitas dan nilai yang tinggi kepada customer. 2. Sourcing, adalah proses memilih supplier yang akan mengirim barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menciptakan produk atau service kita. Ini juga melibatkan masalah penentuan harga , pengiriman dan proses pembayaran dengan supplier dan menciptakan tolak ukur untuk memantau dan meningkatkan hubungan baik. 3. Manufacturing, termasuk didalamnya jadwal yang memungkinkan untuk kegiatan produksi, tes produk , pengemasan dan persiapan untuk pengiriman. Sebagai tolak ukur terbesar yang menjadi bagian intensif pada supply chain adalah tingkat ukuran kwalitas , hasil produksi dan tenaga kerja produktif. Proses manufacturing meliputi: Produksi Testing Packaging/pengemasan Persiapan untuk pengiriman Tingkat kwalitas Hasil produksi dan tenaga produktif. 4. Delivery / pengiriman, kadang-kadang disebut juga logistik dan ini adalah sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari barang yang berada dijalur supply chain. Didalam supply chain seringkali muncul seperti bahan mentah berpindah ke proses manufaktur dan produk yang sudah jadi berjalan kearah konsumen. Beberapa penyedia jasa logistik memberi tambahan service seperti pergudangan, persiapan untuk promosi produk dan pengepakan kembali dari barang-barang yang rusak pada saat transit. 5. Pengembalian, walaupun merupakan sebuah bagian utuh dari beberapa supply chain, pengembalian seperti botol beer yang dapat digunakan kembali , dapat menjadi problem dari supply chain. Pengembalian membutuhkan sebuah jaringan kerja untuk penerimaan barang dari customer untuk barang berlebih atau cacat dan memberi dukungan kepada customer yang mempunyai masalah dengan mengirimkan produk pengganti. Sebagai kesimpulan, keseluruhan sasaran dari supply chain adalah untuk meyakinkan produk yang tepat berada pada tempat dan waktu yang tepat. Semua itu dikenal sebagai 3 P's dari supply chain. 3 P's supply chain adalah: Product / produk Price / harga Place / tempat 4. Manfaat Supply Chain Management Secara umum penerapan konsep Supply Chain Management dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. 1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan. 2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen. 3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi. 4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM. 5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan. 6. Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat. Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat tidak langsung. Secara umum, manfaat langsung dari penerapan SCM bagi perusahaan adalah: 1. SCM secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya yang dimilki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk memberikan nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik. 2. SCM berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan SCM, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk dapat diproduksi. Sehingga SCM akan berperan dalam memberikan manfaat seperti point 1 tersebut. Pembahasan 2.1 Profil Perusahaan NIKE, Inc (NIKE), berdiri pada tanggal 8 September 1969, adalah perusahaan yang bergerak di bidang desain, pengembangan dan pemasaran dan penjualan sepatu, pakaian, peralatan, aksesoris dan layanan di seluruh dunia. NIKE merupakan perusahaan penjual sepatu atletik dan pakaian olahraga di seluruh dunia. Perusahaan ini berfokus penawaran produk dalam tujuh kategori utama: Lari, Basket, Sepak Bola, training, dan lainnya. Hal ini juga memasarkan produk yang dirancang untuk anak-anak, serta untuk keperluan atletik dan rekreasi lainnya, seperti baseball, kriket, golf, lacrosse, kegiatan di luar ruangan, American Football, tenis, bola voli, berlari dan gulat. Produk alas kaki atletik NIKE yang dirancang terutama untuk penggunaan atletik tertentu. Perusahaan menjual pakaian olahraga dan aksesoris, serta tas atletik dan barang-barang aksesori. Hal ini juga memasarkan pakaian dengan lisensi perguruan tinggi dan tim profesional, dan logo federasi atau liga. Nike telah beroperasi di Indonesia sejak 1988. 2.2 Supply Chain Economics Supply chain merupakan bagian yang amat penting bagi operasional perusahaan, karena merupakan bagian yang penting dari strategi perusahaan dan merupakan bagian yang memerlukan biasa terbesar di operasional perusahaan, contohnya adalah pembelian barang baku dan transportasi untuk distribusi. Nike, sebagai perusahaan yang sudah berdiri dengan kokoh, melakukan outsourcing dalam hal manufaktur produk-produknya. Hal ini diberlakukan karena Nike, sebagai perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat menganggap bahwa biaya untuk melakukan manufaktur produk di Amerika tidak semurah juka melakukan hal tersebut di pasar Asia. Negara awal yang dipilih adalah Jepang. Namun, pada 1970-an, biaya produksi di Jepang meningkat yang membuat Nike tidak memiliki pilihan kecuali untuk mencari alternatif lain yang lebih murah. Sebagai Hasilnya, Nike memindahkan kegiatan manufakturnya kepada perusahaan-perusahaan di Korea dan Taiwan. Namun, Korea dan Taiwan, seperti Jepang sebelumnya, mengalami pertumbuhan ekonomi kuat yang mengakibatkan biaya produksi meningkat sehingga akhirnya Nike akhirnya pindah ke Negara-negara yang mempunyai upah minimum yang masih kecil seperti Thailand, China, Kamboja, Indonesia dan Vietnam. Nike merancang, memasarkan, dan menjual sepatu, kaos kaki, pakaian dan aksesoris olahraga ke seluruh dunia. Pemasok atau vendor utamanya adalah perusahaa manufaktur yang dikontrak dengan pabriknya di Cina, Thailand, Indonesia, Brazil dan negara lainnya. Perusahaan-perusahaan ini menciptakan barang jadi dari Nike. Para pemasok nike tidak membuat sepatu dari nol. Pereka mendapatkan komponen sepatu seperti tali dari pemasok lainnya dan merka membuat komponen-komponen tadi menjadi sepatu yang jadi. Pemasok komponen ini juga memiliki pemasok lainnya. Inilah yang disebut rantai pemasok (supply chain). Hal ini bisa dilihat lebih jelas di gambar dibawah. Rantai pasokan yang diliustrasikan di gambar diatas telah disederhanakan. Figure ini hanya menggambarkan dua produsen yang dikontrak untuk sepatu dan hanya rantai pasokan hulu untuk sol sepatu. Nike mempunyai ratusan produsen yang telah dikontraknya untuk menghasilkan sepatu, kaus kaki, dan pakaian olahraga, masing-masing dengan pemasok mereka sendiri. Porsi hulu di rantai pasokan Nike pada kenyataannya terdiri atas ribuan entitas. Nike juga memilki berbagai distributor dan ribuan toko penjualan untuk sepatu-sepatunya, jadi porsi hilir dari rantai pasokanya juga besar dan kompleks. Di Indonesia saja, sudah banyak supplier untuk Nike, seperti: PT DAYUP INDO, yang merupakan supplier untuk sarung tangan olahraga, PT GREENTEX INDONESIA UTAMA dan PT MITRA GARINDO PERKASA yang merupakan supplier pakaian olahraga. Masih banyak lagi supplier di Indonesia seperti PT EAGLE NICE INDONESIA, PT DONG A DECAL, PT NIKOMAS GEMILANG dan masih banyak lainnya. Kegiatan Outsource ini bisa dibilang menghilangkan kewajiban Nike untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan perhatian yang lebih, seperti pencarian bahan baku, suku cadang, penyimpanan dan distribusi. Karena menyerahkan hal ini kepada pemasok (supplier), maka Nike bisa memfokuskan dirinya kepada aktivitas lain yang membuat Nike memiliki keunggulan kompetitif daripada kompetitornya, seperti design product, ekspansi dan internal growthnya. Dengan outsourcing pula, Nike dapat menghemat biaya dan tetap mendapatkan kualitas yang tinggi karena adanya seleksi vendor pemasok. 2.3 Supply-Chain Strategies Strategi supply chain sangat penting untuk menentukan apakah barang atau jasa yang dibutuhkan perusahaan akan dibuat sendiri atau di beli dari pihak lain. Nike melakukan strategi menyerahkan produksi ke pihak vendor supplier, seperti yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya. Perusahaan dapat memilih untuk memiliki banyak vendor atau memiliki sedikit vendor. Jika perusahaan memiliki banyak vendor maka perusahaan akan mempunyai banyak pilihan, variasi dan perbedaan harga sehingga bisa terjadi bargaining. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk memiliki sedikit vendor, maka perusahaan akan memiliki hubungan yang baik dan hasilnya relative akan lebih baik. 1. Strategi untuk Vendor Nike, sebagai perusahaan yang berskala global memiliki banyak sekali vendor. Nike memiliki lebih dari 700 supplier yang tersebar di seluruh dunia, terutama Asia tenggara. List dari supplier ini dapat dilihat di tautan http://nikeinc.com/pages/manufacturing-map yang berisikan rincian dari vendor-vendor supplier Nike untuk sepatu, pakaian atau peralatan olah raga lainnya. Karena banyaknya vendor yang bekerja sama dengan Nike, Nike berusaha untuk menjaga kualitas barang-barang outputnya dengan melakukan penelitian dan pelatihan secara berkala dengan para vendornya. Staf Pengembangan mengunjungi berbagai pabrik produksi untuk memastikan bahwa produksi produk berjalan lancar sehingga menghindari miskomunikasi yang mungkin akan menghambat hubungan vendor-perusahaan ketika muncul. Nike juga berusaha untuk mengikutsertakan vendor dalam proses Research and Development untuk menciptakan hubungan kerja yang baik. Nike berusaha menjaga hubungan kerjanya secara vertical serta horizontal. Nike menganggap hubungan antara perusahaan dan vendor di supply chain management sangatlah berpengaruh kepada kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Hubungan vertical antara supplier, manufaktur, distributor dan retailer. Hubungan antara keempat pihak ini harus dijaga dengan sangat baik karena jika salah satu tidak berfungsi maka proses bisnis tidak akan berjalan dan perusahaan akan mengalami kerugian. Selain hubungan secara vertical, Nike juga menjada hubungan kerja secara horizontal. Hubungan horizontal yang dimaksudkan adalah hubungan antar supplier, antar distributor atau antar retailer. Hubungan sederajat ini penting agar tidak terjadi sebuah konflik antar pihak yang setara, bisa saja terjadi kecemburuan atau persaingan yang tidak sehat diantara mereka yang bisa merugikan perusahaan juga. 2. Nike Product Development Mengutip dari IBM & Stanford (2006), proses pengembangan produk Nike berbeda dengan proses yang dipakai oleh kompetitornya karena Nike selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan memperbaharui designnya yang difasilitasi oleh strategi perusahaan yang selalu menjaga hubungan baik dengan supplier sehingga proses produksi dari supplier bisa terus berkembang, baik secara kuantitas dan kualitasnya. Jika Nike ingin memasukan model sepatu terbaru ke pasaran di seluruh dunia, seluruh proses bisa memakan waktu lima belas sampai delapan belas bulan. Dari waktu untuk mendesign produknya, hingga sepatu itu siap didistribusikan ke retailer-retailer di seluruh duniaselain itu, sebelum produksi Nike harus mengetahui projeksi demand sepatu itu kedepannya, sehingga bisa memproduksi dengan volume yang benar dan menjadi efisien. Biasanya, sepatu buatan Nike bertahan di pasaran selama tiga sampai enam bulan setelah didistribusikan ke retailer, sebelum produk tersebut bisa diganti dengan model selaptu Nike yang lebih baru lagi. 3. Demand and Inventory Management Menentukan demand di industry fashion sangatlah kompleks, karena pendeknya product life cycles karena perubahan selera di masyarakat, demand yang tinggi dan variasi competitor yang sangat banyak. Nike pada tahun 1990an, memiliki kebijakan untuk para retailer untuk memesan 80% dari total kebutuhan mereka untuk 6 bulan kedepan. Dengan kebijakan ini pada masa tersebut, Nike dapat menjaga tingkat inventory yang rendah, tepat waktu dalam memenuhi pesanan retailer dan mengurangi resiko pesanan yang tidak terpenuhi. Menurut Nikebiz (2007), sistem ini bekerja dengan baik pada masanya dan membuat Nike tumbuh pesat sebagai perusahaan yang besar. Namun, menurut Koch (2004) system ini tidak berlaku lagi dewasa ini, karena sebagian besar retailer tidak mau mengorder selama 6 bulan sebelumnya. Hal ini menurut retailer terjadi karena preferensi pelanggan menjadi lebih cepat berubah dewasa ini. Menurut Laudon (2007), Berbagai inefisiensi dalam supply chain, sperti kurang bahan, penggunaan kapasitas pabrik yang rendah, persediaan barang jadi yang terlalu banyak, atau biaya transpotasi yang tinggi, disebabkan oleh informasi yang tidak akurat atau tidak tepat waktu. Dengan mengambil contoh Nike, retailer tidak lagi menyetok barang dengan mengorder 6 bulan sebelumnya karena bisa menyebabkan terlalu banyaknya inventory yang ada di retailer tersebut karena adanya delay informasi selama 6 bulan, yang dimana dalam 6 bulan tersebut preferensi masyarakat akan trend sudah berubah sehingga model sepatu lama tidak terbeli lagi, ditambah lagi jika ada peubahan trend, maka trend tersebut baru bisa diikuti oleh retailer 6 bulan yang akan datang lagi. Inefisiensi supply chain ini dapat membuang 25 persen dari seluruh biaya operasional perusahaan. Jika perusahaan memiliki informasi yang sempurna tentang berapa unit yang diinginkan pelanggan, kapan mereka menginginkannya dan kapan dapat diproduksi, maka system Just In Time mungkin bisa sangat efisien diimplementasikan karena semua barang yang dibutuhkan akan datang tepat waktu karena langsung dikirim setelah proses manufaktur, tapi sangat sulit untuk perusahaan sebesar Nike. Saat ini Nike sudah mengembangkan system baru untuk mengatasi hal ini. Ketidak sempurnaan ini disebabkan oleh kurangnya fleksibilitas pada rantai pasokan, yang terjadi karena permintaan yang tidak pasti dan telatnya barang datang. Hal ini biasanya diatasi dengan mengadakan stok pengaman atau sengaja melebihkan stock. Namun, hal ini bisa menyebabkan efek bullwhip. Bullwhip effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory yang mendifinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain. Konsepnya adalah suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain, dimana permintaan dari customer mengalami perubahan, baik semakin banyak atau semakin sedikit, perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan dari setiap stage supply chain. Distorsi tersebut menimbulkan efek bagi keseluruhan stage supply chain yaitu permintaan yang tidak akurat. Hal ini juga menyebabkan membengkaknya biasaya persediaan, produksi, gudang dan pengiriman. Bullwhip effect terjadi karena: - Perubahan perkiraan demand - Order batching - Harga berubah-ubah Yang bisa mengurangi efek bullwhip: - Information Sharing - Memperpendek Supply Chain dan waktu dari hulu ke hilir - Pengurangan ongkos distribusi - Menstabilkan harga Penutup 4.1. Kesimpulan Beberapa kekurangan didalam supply chain managemen dari perusahaan Nike bisa dilihat dari hampir tidak adanya kontrol perusahaan atas inventory di supply chain mereka, karena Nike memiliki supplier yang sangat banyak, lebih dari 700 perusahaan dan supplier ini berada di seluruh dunia, sehingga tidak mungkin melakukan control inventory secara keseluruhan. Karena kurangnya control ini, jika ada satu perusahaan supplier yang mengehentikan produksinya karena inventory yang membengkak karena bullwhip effect atau alasan lain, akan membuat produksi menjadi berhenti dan memberikan efek negative kepada kegiatan operasi Nike sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Lim & Phillips (2008), Nike tidak mempunyai pabrik manufaktur sendiri, mereka hanya mengandalkan outsourcing untuk proses produksinya di Negara-negara yang memiliki upah buruh yang kecil, biasanya di Negara berkembang. Strategi ini memang menghemat biaya, namun memiliki resiko juga. Nike memang tidak mempunyai control yang penuh atas inventory supliernya di SCM, namun karena hal itu pula lah mereka bisa menekan biaya produksi dengan sangat efektif. Dengan lepasnya beban untuk melakukan manufacturing, Nike juga bisa focus ke hal yang lain yang bersifat pengembangan perusahaan dan melakukan riset untuk menciiptakan model baru, mereka bisa melakukan ini dengan leluasa karena tidak melakukan proses manufaktur. Menurut penulis, SCM di perusahaan Nike sudah diatur dengan baik, walaupun jumlah pabriknya sangat banyak dan berada di berbagai lokasi di dunia ini, mereka sudah bisa mengaturnya dengan baik sehingga membuat performa perusahaan tetap baik. Benefits yang didapatkan dari system seperti ini yang sudah di eksekusi dengan baik setimpal dengan resiko yang dihadapi mereka sehingga menurut penulis ini adalah system yang baik dan cocok untuk perusahaan yang bergerak di bidang Sport apparel seperti Nike. 4.2. Saran Penulis menyarankan kepada Nike, dengan system SCM yang sudah sangat baik dan efektif dilaksanakan, manajemen Nike harus tetap mengembangan SCMnya dengan berbagai strategi, manajemen dan ide-ide baru yang akan menghambat resiko-resiko yang ada di system SCM seperti ini. Mereka juga harus terus belajar dari kejadian-kejadian yang merugikan Nike yang terjadi di tahuntahun lalu sehingga tidak terjadi lagi di kemudian harinya. Daftar Pustaka Heizer, Jay., Render, Barry. 2011. Operations Management (10th Ed). USA Pearson Education, Inc http://nikeinc.com/ http://nikeinc.com/pages/manufacturing-map IBM & Stanford University, 2006. Supply Chain transformation is becoming a critical element for driving business result. < https://www.935.ibm.com/services/us/gbs/bus/pdf/bcw00617scm_executive_summit_2006_insights.pdf> Laudon, Kenneth C., Laudon, Jane. 2007. Management Information System: Managing the Digital Firm (10th Ed). USA: Pearson Education, Inc Supply Chain Digest, 2006. The 11 greatest Supply Chain Disasters. January 2006