Uploaded by User47292

370252598-Lap-Pendahuluan-Elek-Modul-5-Karakteristik-Op-AMP

advertisement
Laporan Praktikum
Elektronika 1
Modul Praktikum
[Karakteristik OP-AMP]
Nama
NPM
Rekan Kerja
Kelompok
Hari
Tanggal
Modul Ke
: Maya Apriliani Nillasari
: 1406529286
: Gilbert R S
:5
: Kamis
: 5 November 2015
:5
Ko-PJ
Muhammad Azzam
Asisten Lab.
Laboratorium Elektronika – Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2015
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
1
MODUL 5
KARAKTERISTIK OP-AMP
A. TUJUAN
1. Mencari arus bias input
2. Mengukur dan mengnolkan tegangan offset input
3. Mengukur CMRR
4. Mengamati efek pemberian daya pada bandwidth
B. PENDAHULUAN
Pada kenyataannya dipasaran sulit sekali didapatkan op-amp yang ideal. Untuk rangkaian
instrumentasi yang membutuhkan penguatan yang stabil dan mendekati nilai pada teori harus
dilakukan kompensasi sehingga didapatkaan performance yang mendekati keadaan yang
ideal.
Op Amp
Operational amplifier (OpAmp) merupakan komponen IC (komponen terpadu) dimana
rangkaian dalam komponen terpadu ini mengandung beberapa transistor, resistor, dioda, dan
capacitor yang dibuat dalam satu wadah (paket) dan hanya terminal yang perlu saja yang
dihubungkan keluar. Amplifier (penguat) adalah komponen yang dapat merubah suatu sinyal
dari suatu level tertentu ke suatu sinyal dengan level yang berbeda, dimana sinyal tersebut
bisa berupa sinyal tegangan atau sinyal arus. Komponen OpAmp yang paling dikenal adalah
OpAmp 741, dan semua OpAmp prinsip kerjanya sama seperti pada OpAmp 741. Kemasan
komponen OpAmp tersedia dalam 3 bentuk paket yaitu paket jalur ganda ( DIL package),
paket bundar (TO package), dan paket lempengan (Flat package).
Operational amplifier merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan
dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering
digunakan adalah rangkaian inverter, non-inverter, intregator dan differensiator. Pada op-amp
memiliki 2 rangkaian feedback (umpan balik) yaitu feedback negative. Feedback negative
pada op-amp memegang peranan penting. Sedangkan umpan balik positif akan memberikan
osilasi dan umpan balik negative akan memberikan penguatan yang dapat diukur. Op-amp
memiliki 2 masukan. Input op-amp ada 2 macam yaitu input inverting dan non-inverting. OpModul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
2
amp ideal memiliki open loop gain yang tak terhingga besarnya. Contohnya adalah op-amp
741 yang memiliki tipikal open loop gain sebesar 104-105. Penguatan yang sebesar ini
membuat op-amp tidak stabil dan penguatannya menjadi tidak terukur. Dalam hal ini, peran
umpan balik negative diperlukan sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan
niklai penguatan yan terukur.
Karakteristik Op-AMP
Pada dasarnya op-amp merupakan sebuah differensial amplifier yang memiliki 2 input
masukan yaitu inverting dan non inverting. Rangkaian dasar tersebut dapat dilihat melalui
gambar 1 berikut ini :
Pada rangkaian diatas dapat diketahui bahwa tegangan output (Vout) adalah Vout=A(V1V2) dengan A adalah penguatan dari penguat differensial. Titik input V1 dikatakan sebagai
input non inverting karena tegangan output satu fawse dengan V1. Sedangkan titik V2
dikatakan input inverting karena dengan berlawanan fase dengan tegangan output.
Karakteristik ideal dari op-amp adalah sebagai berikut :

Memiliki gain yang tinggi

Memiliki bandwidth yang lebar

Impedansi input besar

Impedansi output kecil

Bersifat stabil

Konsumsi daya rendah

Noise yang rendah
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
3
Tetapi pada prakteknya, ada beberapa karakteristik lain dari Op-amp :

Arus bias input (Input bias current). Pada prakteknya akan ada aliran arus yang mengalir ke
dalam kedua input opamp. Arus ini adalah arus bias mundur transistor. Arus bias input
didefinisikan sebagai:
I bias = (I1 + I2 ) / 2

Arus Offset input (Input offset current). Arus offset input merupakan perbedaan arus bias
input dari kedua terminal input
I os = │ I1 – I2│

Tegangan offset input ( Input offset voltage). Bila V1 dan V2 berada pada tegangan yang
sama, tegangan output idealnya harus nol, karena Vo = Ad ( V2 – V1). Tetapi pada
prakteknya akan ada tegangan pada output. Tegangan offset input didefinisikan sebagai
perbedaan tegangan yang harus disupplaykan pada kedua terminal input agar tegangan output
sama dengan nol.

Differensial voltage gain ( Ad ). Merupakan gain bila perbedaan sinyal tegangan input
disupplaykan pada kedua terminal input.

Common mode voltage gain ( Ac ). Merupakan gain bila suatu sinyal input yang sama
disupplaykan pada kedua termi nal input opamp.

Common mode rejection ratio ( CMRR ). Merupakan perbandingan antara Ad dan Ac dalam
satuan dB. CMRR = Ad / Ac.

Supply voltage rejection ratio ( SVRR ). SVRR = Perubahan dalam tegangan supplay.
Perubahan dalam tegangan offset input

Slew Rate. Merupakan ukuran waktu yang dibutuhkan untuk mensaklarkan output dari
minimum tegangan negatip ke maximum tegangan positip. SR = ∆V / ∆T.

Full power bandwidth ( f FPBW ). f FPBW merupakan frekwensi terbesar dari tegangan
sinus penuh yang dapat di outputkan opamp tanpa terjadinya efek slew rate. Jika output,Vo =
Vom sin (2πft), maka gradinnya: dVo/ dt = 2πf Vom cos (2πft). Gradien akan maximum bila
cos (2πft) = 1. Maka │ dVo/ dt │= 2πf Vom, dimana f adalah f FPBW. Jadi SR = 2π f FPBW
Vom. Dan f FPBW = SR / (2π Vom).
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
4
Arus Bias Input
Arus bias input adalah arus DC yang diperlukan oleh input amplifier untuk mendapatkan
titik operasi awal dan merupakan nilai rata-rata dari dua arus input. Arus bias input
didefinisikan sebagai berikut :
Ibias = (I1+I2)/2
Tegangan Offset Input
Tegangan offset adalah tegangan yang terjadi akibat tidak samanya transistor Q1 dan Q2
pada differential amplifier yang merupakan bagian dari op-amp. Tegangan offset merupakan
tegangan DC yang timbul pada output meskipun di input tidak ada sinyal atau input di
groundkan. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak samanya arus kolektor pada Q1 dan Q2.
Contohnya IC1 < IC2 yang diakibatkan dari perbedaan tegangan pada basisnya
(Vbe1>Vbe2). Hal ini menimbulkan tegangan DC pada output dimana Vout=Ic2.Rc-Ic1.Rc.
tegangan DC eror ini disebut sebagai tegangan offset.
Untuk menghindari tegangan offset pada output, pada salah satu input ditambahkan
tegangan DC yaitu Vos= Vbe1-Vbe2 yangmenyebabkan Vout=0. Tambahan tegangan pada
salah satu input untuk menghilangkan terjadinya tegangan offset pada output disebut dengan
tegangan offset input (=Vos). Nilai tipikal tegangan offset input dari suatu Op-Amp kira kira
2 mV. Pada setiap komponen Op-AMP selalu diberikan komponensial sebagai tegangan
offset input yang dapat diatur dan untuk menghasilkan tegangan offset pada output=0.
Tegangan offset input akan berubah sesuai dengan perubahan temperature yang terjadi pada
op-amp. Nilai tipikal untuk perubahan tegangan offset input disebabkan oleh temperature
yaitu sekitar 5mV/oC – 50uV/oC. Tegangan offset input menyatakan seberapa jauh v+ dan vterpisah untuk mendapatkan keluaran 0 volt.
Tegangan offset yang disebabkan oleh arus offset input dinyatakan sebagai berikut :
Vos = I1.Rin – I2.R2 = (I1 – I2) Rin = Ios.Rin
Sehingga tegangan output error akan menjadi : Vout(Error) = Av.Ios.Rin. Perubahan arus
offset yang disebabkan oleh temperature akan mengakibatkan perubahan pada tegangan
output error.
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
5
CMRR
Parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp merupakan
salah satu parameter yang penting dan menentukan kualitas dari penguat operasional (OpAmp) tersebut. Dimana semakin tinggi nilai parameter CMRR (Commom Mode Rejection
Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon frekuensi yang semakin baik. Parameter CMRR
ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut. Op-amp dasarnya adalah
penguat diferensial dan mestinya tegangan input yang dikuatkan hanyalah selisih tegangan
antara input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-idealan op-amp,
maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga dikuatkan. Parameter CMRR
diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk menekan penguatan tegangan ini (common
mode) sekecil kecilnya. CMRR didefenisikan dengan rumus CMRR = ADM/ACM yang
dinyatakan dengan satuan dB. Contoh penerapan CMRR adalah sebagai berikut : op-amp
dengan CMRR = 90 dB, ini artinya penguatan ADM (differential mode) adalah kira-kira
30.000 kali dibandingkan penguatan ACM (commom mode). Kalau CMRR-nya 30 dB, maka
artinya perbandingannya kira-kira hanya 30 kali. Kalau diaplikasikan secara real, misalkan
tegangan input v1 = 5.05 volt dan tegangan v2 = 5 volt, maka dalam hal ini tegangan
diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt dan tegangan persamaan-nya (common mode)
adalah 5 volt.
CMRR yang makin besar maka op-amp diharapkan akan dapat menekan penguatan
sinyal yang tidak diinginkan (common mode) sekecil-kecilnya. Jika kedua pin input
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
6
dihubung singkat dan diberi tegangan, maka output op-amp mestinya nol. Dengan kata lain,
op-amp dengan CMRR yang semakin besar akan semakin baik.
Formula CMRR Dalam desibel (dB) LM714 termasuk jenis op-amp yang sering
digunakan dan banyak dijumpai dipasaran. Contoh lain misalnya TL072 dan keluarganya
sering digunakan untuk penguat audio. Tipe lain seperti LM139/239/339 adalah opamp yang
sering dipakai sebagai komparator. Di pasaran ada banyak tipe op-amp. Cara yang paling
baik pada saat mendesain aplikasi dengan op-amp adalah dengan melihat dulu karakteristik
opamp tersebut. Saat ini banyak op-amp yang dilengkapi dengan kemampuan seperti current
sensing, current limmiter, rangkaian kompensasi temperatur dan lainnya. Ada juga op-amp
untuk aplikasi khusus seperti aplikasi frekuesi tinggi, open colector output, high power
output dan lain sebagainya.
Untuk 741C CMRR-nya adalah sebesar 90 dB pada frekuensi rendah. Pada sinyal yang
sama, satu sinyal adalah sinyal yang diinginkan dan yang lain adalah sinyal common mode,
sinyal yang diinginkan akan lebih besar 909 dB pada keluarannya daripada sinyal commonmode. Jika menggunakan angka, ini berarti bahwa sinyal yang diinginkan kira-kira akan
lebih besar 30.000 kali daripada sinyal common-mode. Pada frekuensi yang lebih tinggi, efek
reaktif menurunkan CMRR, seperti yang diperlihatkan pada gambar 7.2. Perhatikan bahwa
besar CMRR kira-kira 75 dB pada 1 kHz, 56 dB pada 10 kHz, dan seterusnya
Efek Pemberian Daya pada Bandwidth
Lebar bidang frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon frekuensi
dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi tinggi.
Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cutoff, break, atau half power
(setengah daya). Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah sebesar 0.707 Avmid. Faktor
sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah dari daya
keluaran pada frekuensi menengah. Daya output pada frekuensi menengah, (POmid) :
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
7
Meng-nol-kan op-amp 741
Kompensasi dan peng-nol-an op-amp 741
Sebuah penguat diferensial memiliki bias dan offset input yang menghasilkan kesalahan
output saat tidak ada sinyal masukan. Adanya arus bias input karena pada sebuah penguat
operasional yang terintegrasi nilai βdc dari tiap transistor sedikit berbeda yang berarti arus
basis sedikit berbeda Adanya tegangan offset karena hambatan pada tiap kolektor yang
mungkin berbeda sehingga adanya tegangan kesalahan dan adanya tegangan offset.
Pada banyak aplikasi, kesalahan output sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Tetapi jika
kesalahanoutput ini tidak dapat diabaikan, seorang perancang dapat menguranginya dengan
menggunakan resistor-resistor basis yang sama. Ini akan menghilangkan masalah arus bias,
tetapi tidak untuk arus atau tegangan offset. Inilah sebabnya mengapa paling baik
menghilangkan kesalahan output dengan menggunakan rangkaian pe-nol-an (nulling) yang
terdapat pada lembar data.
Kapasitor kompensasi dalam 741C melakukan fungsi yang sangat penting. Ia mencegah
osilasi yang dapat menginterferensi dengan sinyal yang diinginkan. Tetapi terdapat suatu
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
8
kerugian. Kapasitor kompensasi perlu diisi dan dibuang muatannya. Ini menciptakan batas
kecepatan untuk seberapa cepat keluaran penguat operasional dapat berubah.
Anggap tegangan masukan penguat operasional adalah tegangan anak tangga positif,
transisi tiba-tiba dalam tegangan dari satu tingkat dc ke tingkat dc yang lebih tinggi. Jika
penguat operasional tersebut sempurna, kita akan memperoleh respons ideal. Sebaliknya,
keluaran adalah bentuk gelombang eksponensial positif seperti yang ditunjukkan. Ini terjadi
karena kapasitor kompensasi harus diisi sebelum tegangan keluaran dapat berubah ke tingkat
yang lebih tinggi. Kemiringan awal bentuk gelombang eksponensial ini disebut slew rate,
disimbolkan SR. Definisi slew rate adalah:
SR =
vout
t
C. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN
1. Sumber tegangan 15V
2. Osiloskop
3. Multimeter
4. Generattor fungsi
5. Op-amp 741
6. Resistor (100 Ω, 1K, 10K, 100K, 200K, dan 1 M) dan variabel resistor (5K)
7. Kapasitor (1uF dan 10uF)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
I. ARUS BIAS INPUT
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.1
VCC
15V
R1
V1
1 Vpk
1kHz
0°
200kΩ
7
1
5
U2
3
6
R2
200kΩ
2
4
741
R3
10kΩ
VEE
-15V
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
9
2. Mengatur Osiloskop pada coupling DC dan tegangan rendah diukur dalam orde mV
3. Mencatat tegangan pada kaki input inverting dan nonoinverting serta tegangan output
4. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 3
6. Menghitung arus input pada kaki-kaki op-amp (dengan hukum ohm) dan harga ratarata dari arus input tersebut disebut sebagai arus input bias
II. MENGUKUR CMRR
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 11.2
R3
100kΩ
VCC
R1
5V
100kΩ
7
1
5
U2
3
V1
6
2
0.5 Vpk
1kHz
0°
4
R2
741
R5
100kΩ
VEE
100kΩ
-5V
R4
100kΩ
2. Memberi sinyal input seberas 1Vpp dengan frekuensi 1KHz
3. Mencatat tegangan pada kaki output Vout
4. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 4
III. TEGANGAN OFFSET INPUT
1. Menyusun rangkaian seperti gambar 11.3
VCC
R5
VCC
15V
50 %
R1
15V
100Ω
7
V1
3
2 Vpk
1kHz
0°
2
1
Key = A
5kΩ
U2
5
6
4
741
R4
1kΩ
VEE
R2
-15V
R3
100Ω
100kΩ
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
10
2. Mencatat tegangan pada kaki output Vout
3. Menghitung Vindengan perubahan Vin= -Vout/100.000, tegangan tersebut adalah
tegangan offset input
4. Memberikan variabel resistor pada kaki 1 dan 5 untuk menghilangkan tegangan offset
input
5. Mengatur variabel resistor agar tegangan output = 0 V
6. Mematikan Power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp yang lain
7. Mengulangi langkah 1 sampai 5
IV. SLEW RATE
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4
VCC
15V
7
1
U2
5
3
6
2
4
741
VEE
R2
V1
12 V
1kΩ
R3
10kΩ
-15V
R1
10kΩ
2. Mencatat pada tegangan kaki output Vout
3. Menghitung Vin dengan persamaan Vin = -Vout/100.000, tegangan tersebut
dinamakan tegangan offset input
4. Mematikan power ke op-amp dan ganti dengan op-amp yang lain
5. Mengulangi langkah 1 sampai 5
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
11
V. BANDWIDTH
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4
VCC
XSC1
1V
7
1
U2
5
Ext Trig
+
3
_
6
2
+
4
741
VEE
V1
R2
1 Vpk 1kΩ
1kHz
0°
B
A
_
+
_
R3
10kΩ
-1V
R1
10kΩ
2. Memberi sinyal sinusoidal dengan frekuensi I KHz dan tegangan 1 Vpp
3. Memperbesar frekuensi secara perlahan sehingga gelombang mulai berbentuk
segitiga. Frekuensi tersebut adalah bandwidth op-amp tersebut. Mencatat
frekuensi tersebut
4. Mematikan power ke op-amp dan mengganti dengan op-amp yang lain
5. Mengulangi langkah 1 s.d 4
E. TUGAS PENDAHULUAN
6. Apa yang dimaksud dengan :

Arus bias input

Tegangan offset

Slew rate

CMRR
Arus bias input adalah arus DC yang diperlukan oleh input amplifier untuk
mendapatkan titik operasi awal dan merupakan nilai rata-rata dari dua arus input,
karena dalam sebuah penguat operasional nilai βdc sedikit berbeda dari tiap
transistor sehingga arus bias pun sedikit berbeda.
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
12
Tegangan Offset adalah tegangan yang terjadi akibat tidak samanya transistor Q1
dan Q2 pada differential amplifier yang merupakan bagian dari op-amp.
Tegangan offset merupakan tegangan DC yang timbul pada output meskipun di
input tidak ada sinyal atau input di groundkan. Hal tersebut bisa terjadi karena
tidak samanya arus kolektor pada Q1 dan Q2. Tegangan offset juga merupakan
tegangan yang timbul pada keluaran saat nilai inputannya nol. Tegangan ini
digunakan untuk menentukan suhu terendah yang bisa dibaca alat ukur
ini.Tegangan yang harus diterapkan dalam terminal input untuk menggerakkan
output ke nol adalah tegangan offset input.
Slew Rate adalah perubahan pada tegangan keluaran dibagi dengan perubahan
pada waktu. Slew rate mewakili respons tercepat yang dimiliki penguat
operasional.
CMRR adalah kemampuan op-amp untuk menekan
penguatan tegangan ini
(common mode) sekecil-kecilnya.CMRR ditentukan sebagai perolehan tegangan
dibagi dengan perolehan tegangan mode bersama CMRR tinggi berarti bahwa
penguat memperkuat sinyal yang diinginkan dan diskriminasi melawan sinyal
mode bersama. CMRR juga merupakan salah satu parameter yang penting dan
menentukan kualitas dari penguat operasional (Op-Amp), dimana semakin tinggi
nilai parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) ini maka Op-Amp
memiliki respon frekuensi yang semakin baik. Parameter CMRR ini cukup
penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut.
7. Apa yang menimbulkan arus bias input dan tegangan offset pada sebuah op-amp?
Arus bias input ditimbulkan karena perubahan tegangan input diferensial. Arus
bias input dan tegangan offset input yang akan menyebabkan tegangan keluaran
error (tanpa tegangan input yang dimasukan). Sedangkan tegangan offset terjadi
karena tidak samanya transistor Q1 dan Q2 pada differential amplifier yang
merupakan bagian dari op-amp dank arena hambatan pada tiap kolektor yang
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
13
mungkin berbeda sehingga timbul adanya tegangan kesalahan dan tegangan
offset.
8. Berapa nilai arus bias input, tegangan offset, slew rate, dan CMRR dari data
spesifikasi op-amp 741?

Arus bias masukan : 80 nA

Tegangan offset : 2 mV

CMRR : 90 dB

Slew rate : 0.5 V/μs
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
14
Simulasi
XSC1
VCC
U1
+
0.011
15V
V
R1
7
1
5
Ext Trig
+
U2
_
200kΩ
DC 10MOhm
V1
B
A
3
+
_
+
_
6
1 Vpk
1kHz
0°
U4
2
R2
4
200kΩ
741
R3
10kΩ
VEE
+
14.114
V
DC 10MOhm
-15V
U3
+
0.013
V
DC 10MOhm
Gambar 11.1 Rangkaian untuk mengukur arus bias input
Hasil Gelombang gambar 11.1
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
15
XSC1
R3
100kΩ
VCC
R1
Ext Trig
+
5V
_
B
A
100kΩ
7
1
5
+
U2
_
+
_
3
V1
741
R5
100kΩ
VEE
100kΩ
U1
DC 10MOhm
+
R4
-5V
V
-
4
R2
3.889m
0.5 Vpk
1kHz
0°
6
2
100kΩ
Gambar 11.2 Rangkaian mengukur CMRR
Hasil Gelombang gambar 11.2
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
16
XSC1
VCC
R5
VCC
15V
50 %
R1
15V
100Ω
7
V1
3
2 Vpk
1kHz
0°
2
1
Key = A
5kΩ
_
B
A
U2
5
Ext Trig
+
+
_
+
_
741
R4
1kΩ
VEE
R2
-15V
R3
100Ω
100kΩ
U1
DC 10MOhm
V
4
1.030
+
6
Gambar 11.3 Rangkaian Mengukur Tegangan Offset Input
Hasil Gelombang Gambar 11.3
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
17
XSC1
VCC
Ext Trig
+
15V
7
1
_
U2
5
B
A
+
_
+
_
3
6
VEE
R2
V1
12 V
1kΩ
R3
10kΩ
-15V
R1
U1
DC 10MOhm
14.114
741
+
4
V
-
2
10kΩ
Gambar 11.4 Rangkaian Mengukur Slew Rate
Hasil Gelombang Gambar 11.4
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
18
VCC
XSC1
1V
7
1
U2
5
Ext Trig
+
3
_
6
+
4
741
VEE
V1
R2
1 Vpk 1kΩ
1kHz
0°
B
A
2
_
+
_
R3
10kΩ
-1V
R1
10kΩ
Gambar 11.4 Pada Bandwidth
Modul 5 (Praktikum Elektronika 1)- Maya Apriliani N
19
Download