Uploaded by User46864

BUKU KERJA PKMB 2

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
BUKU KERJA PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
Nama Mahasiswa
NPM
Kelas
Angkatan
:
:
:
:
TIM PENYUSUN:
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, Februari 2020
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatakan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan Buku Kerja Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II.
Buku ini khususnya ditujukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI) yang mengikuti mata ajar ini. Namun tidak menutup kemungkinan buku
ini dipergunakan oleh mahasiswa dari institusi lain.
Tim Penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini. Tim Penulis menyadari bahwa Ilmu Keperawatan
berkembang dengan pesat dan buku kerja ini selalu membutuhkan penyempurnaan. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati Kami mengharapkan pembaca/pengguna buku ini
selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu keperawatan yang ada dan
melengkapinya dengan sumber-sumber referensi lainnya.
Kami berharap buku ini dapat memberi manfaat. Saran dan masukan yang ditujukan untuk
perbaikan buku ini sangat diharapkan. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan yang tidak disengaja ada dalam penyusunan buku ini.
Tim Penyusun
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
PRAKTIKUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemberian Medikasi
Pemberian Terapi Insulin
Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)
Pemberian Nutrisi Enteral/NGT
Pengkajian Fisik Abdomen
Pemasangan Kateter Urine
Perawatan Kolostomi
Perawatan Luka
1
33
38
41
45
60
64
69
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
PEMBERIAN MEDIKASI
Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
a. Menentukan lokasi-lokasi penyuntikan obat
b. Memberikan obat dengan prinsip ’sepuluh benar’
Definisi
Pemberian medikasi adalah memberikan obat dari wadah vial atau ampul dengan jalur
tertentu seperti subkutan, intradermal dan intramuskular
Jalur dan Tujuan Medikasi
Pemberian medikasi dapat dilakukan dengan berbagai jalur, tergantung tujuan dari
pemberian medikasi tersebut.
1. Injeksi intradermal, bertujuan untuk:
2. Injeksi subkutan, bertujuan untuk:
3. Injeksi intramuskuler, bertujuan untuk:
Ukuran Jarum
Ukuran jarum yang digunakan berbeda-beda, tergantung pada jalur pemberian obat
yaitu:
a. Injeksi intradermal menggunakan jarum berukuran:
b. Injeksi subkutan menggunakan jarum berukuran:
c. Injeksi intramuskuler menggunakan jarum berukuran:
Alat dan Bahan
- Spuit
- Jarum (ukuran bervariasi sesuai kebutuhan)
- Obat dalam ampul atau vial yang diresepkan
- Swab alkohol
- Sarung tangan bersih
- Bengkok
1
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Lokasi Injeksi Intramuskuler
Isilah dengan huruf yang
sesuai pada sisi injeksi
di bawah ini!
Dorsogluteal
Deltoid
Vastus lateralis
Ventrogluteal
Prinsip dalam Pemberian Medikasi
Dalam pemberian obat/medikasi, perawat perlu memperhatikan ”Prinsip 10 Benar”, yaitu:
1.
6.
2.
7.
3.
8.
4.
9.
5.
10.
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Persiapan Obat
Obat injeksi yang disiapkan oleh perawat dapat berasal dari ampul dan vial, dengan
langkah-langkah penyiapannya sebagai berikut:
1. Langkah-langkah menyiapkan obat dari ampul yaitu:
2. Langkah-langkah menyiapkan obat dari vial yaitu:
3
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Cara Kerja
No
Langkah-langkah
1
Memeriksa rencana terapi dan
mengidentifikasi pasien
Menjelaskan prosedur kepada pasien,
tujuan, lokasi penyuntikan dan apa yang
harus dilakukan oleh pasien
Mencuci tangan
Menyiapkan obat dari vial atau ampul
Mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
Memposisikan pasien sesuai dengan
lokasi injeksi.
2
3
4
5
6
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Lokasi Injeksi Intradermal
- Bagian dalam lengan bawah
- Dada atas atau punggung atas di
bawah skapula
Lokasi Injeksi Subkutan
- Bagian luar lengan atas: bantu pasien
merilekskan tangan di samping badan
- Paha anterior: bantu pasien duduk atau
berbaring dengan otot dirilekskan
- Perut: bantu pasien berada dalam
posisi setengah berbaring
Lokasi Injeksi Intramuskuler
- Vastus lateralis: bantu pasien ke pasien
berbaring telentang, dengan lutut agak
fleksi
- Ventrogluteal: bantu pasien berbaring
miring, atau telentang dengan lutut dan
panggung miring dengan tempat yang
diinjeksi fleksi
- Deltoid: bantu pasien duduk atau
berbaring datar, dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen
atau pangkuan.
7
Memilih
lokasi
yang
tepat
untuk
penyuntikan dengan menggunakan garis
anatomik. Lokasi penyuntikan bebas dari
lesi, nyeri tekan, pembengkakan dan
inflamasi lokal
4
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
No
Langkah-langkah
8
Membersihkan lokasi tersebut dengan
swab alkohol dengan gerakan sirkuler
mulai dari bagian tengah ke luar sampai 5
cm
Membuka penutup jarum dari spuit
dengan menarik penutup tegak lurus
Menyuntikkan obat :
Injeksi Intradermal
a. Meregangkan
lokasi
penyuntikan
dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan
b. Memposisikan jarum hampir sejajar
dengan kulit pasien (15º) dan
menusukkan jarum ke dalam kulit
sehingga ujung jarum dapat dilihat
lewat kulit. Masukkan jarum hanya
sekitar 3 mm.
c. Menyuntikkan obat secara perlahan
(0,01 - 0,1 ml). Amati timbulnya
lepuh/blister. Jika tidak timbul, tarik
jarum sedikit dan suntikkan obatnya.
d. Menarik jarum dengan cepat dengan
sudut yang sama saat jarum
dimasukkan. Jangan memijat area
penyuntikan.
e. Menggambar
sebuah
lingkaran
mengelilingi lokasi penyuntikan dengan
menggunakan
vena
biru/hitam.
Mencatat
tanggal
dan
waktu
penyuntikan obat dan nama obat pada
sehelai plester dan tempelkan di dekat
lokasi penyuntikan
f. Memeriksa reaksinya dalam waktu
yang telah ditentukan.
9
10
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Injeksi Subkutan
a. Menggenggam dan mencubit area
yang mengelilingi lokasi penyuntikan
atau meregangkan kulit pada lokasi
penyuntikan
b. Memegang spuit dengan tangan yang
dominan diantara ibu jari dan jari
telunjuk.
c. Menyuntikkan obat secara cepat pada
5
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
No
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
sudut 45-90º, tergantung jumlah
jaringan, turgor jaringan dan panjang
jarum. Pada pasien yang kurus lebih
disukai sudut 45º. Jika menggunakan
spuit insulin dengan jarum 26G dapat
digunakan sudut 90º pada orang
normal dan obesitas.
d. Setelah jarum disuntikkan, lepaskan
jaringan dan segera pindahkan tangan
yang tidak dominan untuk menstabilkan
ujung bawah spuit. Geser tangan yang
dominan ke bagian atas tabung spuit.
e. Menarik jarum dengan cepat dengan
sudut yang sama saat jarum
dimasukkan. Pijat area penyuntikan
dengan lembut dengan swab alkohol.
Jangan pijat lokasi penyuntkan heparin
/ insulin.
Injeksi Intramuskuler
a. Menggenggam dan mecubit area yang
mengelilingi lokasi penyuntikan atau
meregangkan kulit pada lokasi tersebut
sesuai kebutuhan
b. Memegang spuit diantara ibu jari dan
jari telunjuk seperti memegang vena
dan tusukkan jarum pada kulit dengan
sudut 90 derajat
c. Mengaspirasi dengan menahan spuit
dengan tangan yang tidak dominan dan
menarik plunger (pendorong) spuit
dengan tangan dominan. Menarik
jarum jika muncul darah dalam spuit,
buang dan siapkan injeksi yang baru.
Jika tidak tampak darah saat aspirasi,
obat disuntikkan secara perlahan dan
stabil dengan kecepatan 10 detik/ml
6
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
No
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
d. Melakukan teknik jalur Z (Z-track):
- Menarik kulit ke satu sisi, ke arah
bawah atau lateral sekitar 2,5 cm
dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan
- Menahan jarum pada tempatnya
selama 10 detik
e. Menarik jarum secara halus dan
mantap sambil menempatkan swab
alkohol tepat pada tempat injeksi
f. Memberikan tekanan perlahan. Jangan
melakukan masase kulit
11
Membantu pasien mengambil posisi
nyaman
12 Membuang jarum tanpa tutup dan
spuitnya
ke
dalam
wadah
yang
seharusnya (disediakan)
13 Melepaskan sarung tangan dan mencuci
tangan
14 Melakukan dokumentasi dengan mencatat
nama obat, dosis, lokasi dan respons
pasien
15 Mengevaluasi efektivitas obat dengan
mengobservasi respons pasien terhadap
obat dalam 15 sampai 30 menit
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
15
× 100 =
Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
31
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Refleksi
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan
2. Evaluasi (kesulitan/kendala, hal yang telah dilakukan dengan baik)
3. Rencana Tindak Lanjut
32
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
TERAPI INSULIN
Tujuan Pembelajaran :
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
1. Membedakan jenis / preparat insulin berdasarkan karakteristik
2. Mengenali informasi yang ada pada label botol insulin (Tipe, spesies, pabrik pembuat,
konsentrasi, dan tanggal kadaluarsa)
3. Mengetahui tempat dan cara penyimpanan insulin
4. Mengetahui dan memahami konsentrasi dan ukuran spuit insulin
5. Mengetahui are penusukan insulin dan rotasi nya
6. Memberikan terapi insulin kepada klien yang membutuhkan terapi insulin.
Indikasi :
Kontraindikasi :
Efek samping pemberian insulin :
Interaksi insulin :
33
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Lama Kerja
Short acting
Agens / Produk
Reguler (R)
Intermediate acting
NPH (Neutral
Protamine
Hagedom)
KATEGORI INSULIN
Warna
Awitan
Puncak
Jernih
½ - 1 jam 2 – 3 jam
Durasi
4 – 6 jam
Indikasi
Biasanya diberikan 20 – 30 menit
sebelum makan; dapat diberikan
sendiri atau bersama dengan
insulin long-acting
Long Acting
Kombinasi
34
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Area Penyuntikan Insulin
Ada empat daerah utama untuk penyuntikan insulin yaitu: abdomen, lengan, paha dan
bokong. Sesuai dengan gambar di bawah ini:
sumber: www.tudiabetes.org
Tugas: Berilah nomor (1 sampai 4) pada area penyuntikan insulin tersebut mulai dari
area dimana insulin diabsorbsi paling cepat (nomor 1) hingga paling lambat (nomor 4).
Pemilihan dan Rotasi Tempat Penyuntikan
- Untuk meningkatkan konsistensi absorbsi insulin, klien harus didorong untuk
menggunakan semua tempat penyuntikan yang ada dalam satu daerah daripada
melakukan rotasi berpindah-pindah secara acak dari daerah yang satu ke daerah
lain. Contoh: selalu menggunakan daerah abdomen dengan melakukan
penyuntikan ½ hingga 1 inci dari tempat penyuntikan sebelumnya
- Menggunakan tempat yang sama pada waktu yang sama setiap hari. Contoh:
Alat dan Bahan
1. Preparat insulin
2. Spuit insulin
3. Swab alkohol
4. Bak spuit
5. Bengkok
35
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Cara Kerja
No
1.
2.
Langkah-langkah
3.
Mengecek instruksi untuk terapi insulin
Menjelaskan dan menerapkan prinsip 6
benar dalam pemberian obat (insulin)
Mempersiapkan alat dan bahan
4.
Mengidentifikasi area penusukan
5.
Menyiapkan posisi klien sesuai dengan
kebutuhan/lokasi penusukan
Cuci tangan dan pakai handscoen
Guling-gulingkan vial insulin dalam telapak
tangan untuk mencampur insulin dengan
baik (untuk semua jenis insulin kecuali
insulin kerja singkat)
Isi spuit dengan insulin yang telah
ditentukan. Bila menggunakan obat dalam
vial, desinfeksi dahulu penutup karet pada
vial dengan swab alcohol
Apabila diberikan insulin campuran,
aspirasi insulin kerja singkat terlebih
dahulu kemudian kerja sedang atau kerja
lama
Amati spuit terhadap adanya gelembung
udara. Buang udara dalam spuit,
Desinfeksi area penusukan dengan swab
alkohol
Cubit dan tahan lipatan kulit dan suntikkan
pada sudut 90˚ (bila pasien kurus dan
berkulit kendur suntikkan insulin pada
sudut 45˚ untuk menghindari suntikan
intramuscular yang dapat menyerap
insulin lebih cepat
Tusukkan jarum dengan sudut 45° dengan
bevel menghadap ke atas. Jika
menggunakan insulin pen, tusukkan
dengan sudut 90° sampai seluruh ujung
pen masuk ke permukaan kulit.
Jika menggunakan spuit, lakukan aspirasi
terlebih dahulu, jika ada darah obat tidak
boleh dimasukkan
6.
7
8.
9
10
11
12
13
14
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
36
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
No
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
15 Masukkan insulin lalu tarik spuit.
16 Lepaskan handscoen dan cuci tangan
17 Lakukan dokumentasi
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
17
× 100 =
Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., dkk. (2009). Seri asuhan keperawatan klien gangguan endokrin. Jakarta:
EGC.
Misnadiarly. (2006). Ulcer, ganggren, infeksi diabetes mellitus: mengenali gejala,
menanggulangi, mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Rumahorbo, H. (1999). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system endokrin.
Jakarta: EGC
37
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE
(NGT)
Tujuan Pembelajaran:
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu
melakukan pemasangan selang NGT
Indikasi
Kontraindikasi
Alat dan Bahan
1. Selang NGT (sesuai dengan kebutuhan)
2. Kateter tip/ syringe besar (50-100 ml)
3. Xylocaine Gel
4. Stetoskop
5. Plester perekat
6. Penutup ujung selang NGT
7. Sarung tangan
8. Tissue/ Handuk kecil
9. Piala ginjal/ bengkok
10. Kom berisi normal salin
Cara Kerja
No
1.
2.
3.
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Periksa rencana keperawatan pasien terkait
tindakan yang akan dilakukan
Berikan salam terapeutik
Informasikan kegiatan kepada pasien;
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan rumuskan kontrak
tindakan bersama kegiatan yang akan
dilakukan
38
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
No
Langkah-langkah
4.
Jaga privacy klien dengan memasang
sampiran jika diperlukan
5.
Mencuci tangan
6.
Kaji rongga mulut dan hidung klien,
bersihkan jika ada kotoran
7.
Kaji kondisi umum klien, jika hipoksia
anjurkan klien menarik nafas dalam atau
tinggikan pemberian oksigen 100% selama
1-2 menit
8.
Atur posisi klien fowler atau semi fowler
dengan kepala tegak
9.
Ajarkan klien untuk menarik nafas dalam
saat selang dimasukkan dan menelan saat
selang berada di mulut
10.
Siapkan plester untuk memfiksasi selang
NGT
11.
Pasang handuk kecil di atas dada klien
12.
Pasang sarung tangan
13.
Ukur panjang selang yang akan
dimasukkan (dari hidung klien ke telinga,
lalu dilanjutkkan sampai ke processus
xiphoideus), tandai panjang NGT yang
sudah diukur*
Beri jelly kurang lebih 10 cm dari ujung
selang NGT
Instruksikan klien untuk relak dan bernafas
normal. Masukkan selang perlahan tapi
tegas melalui nasal. Jangan masukkan
secara paksa, jika terasa ada tahanan,
keluarkan secara perlahan dan ulangi
pemasangan melalui lubang nasal yang
lainnya*
Masukkan selang sampai nasopharing (5
cm), instruksikan klien untuk memfleksikan
leher dan menelan*
Masukkan selang sampai batas yang telah
ditandai*
Cek posisi ujung selang NGT dengan cara
- Aspirasi cairan lambung
- Cek keasaman cairan lambung dengan
menggunakan kertas pH
- Pemeriksaan radiologi x ray
Fiksasi selang NGT
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
39
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
No
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Menyampaikan bahwa tidakan sudah
selesai
Lepaskan sarung tangan
Rapikan alat, cuci tangan
Bantu klien untuk mengambil posisi yang
nyaman jika dibutuhkan
Terminasi tindakan (evaluasi dan tanggapi
respon pasien serta rencana tindak lanjut)
Dokumentasi
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
15
× 100 =
Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
1. Perasaan :
2. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :
3. Tindak lanjut :
40
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
PEMBERIAN NUTRISI (ENTERAL/NGT)
Tujuan Pembelajaran:
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu
melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui enteral.
Indikasi
Kontraindikasi
Alat dan Bahan
11. Kantung dan slang makan sekali pakai, sistem siap gantung
12. Sarung tangan
13. Kateter tip
14. Stetoskop
15. Makanan cair/lunak
Cara Kerja
No
1.
2.
3.
4.
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Cek instruksi dokter dan jadwal pemberian
makanan dan obat oral
Identifikasi klien:
- Kaji adanya alergi terhadap makanan
- Kaji bising usus
- Kaji adanya masalah-masalah yang
berkaitan dengan pemberian
makanan melalui NGT (seperti
muntah, diare, konstipasi, distensi
abdomen).
Jelaskan prosedur kepada klien
Cuci tangan
41
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
No
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Langkah-langkah
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Siapkan makanan dan obat (jika ada)
yang akan diberikan sesuai dengan
instruksi dokter
Jaga privasi jika klien menginginkan
Bantu klien ke posisi fowler di tempat tidur
atau duduk di kursi. Jika posisi duduk
merupakan kontraindikasi bagi klien,
posisi miring kanan dengan kepala agak
tinggi boleh dilakukan.
Cek penempatan/kepatenan selang NGT.
Tempatkan catheter tip dalam keadaan
tertutup di ujung selang NGT. Aspirasi isi
lambung. Lakukan pengecekan PH jika
diperlukan.
Kaji residu isi lambung. Aspirasi semua isi
lambung dan bandingkan dengan jumlah
pemberian makan sebelumnya.
Berikan makanan melalui NGT, beberapa
metode yang bisa dilakukan:
Bolus / intermittent feeding:
- Klem selang (dengan cara menekuk
ujung selang). Jika ujung selang NGT
tersambung dengan catheter tip/
suntikan, lepaskan catheter tip
menggunakan tangan yang tidak
dominan, kemudian lepaskan
pendorongnya dari suntikan.
- Masukkan kembali suntikan tanpa
pendorongnya di ujung selang.
Tangan yang tidak dominan tetap
mengklem selang. Tinggikan ujung
selang  18 inc / 45 cm dari abdomen
klien.
- Masukkan makanan ke dalam
suntikan sampai penuh, kemudian
buka klem selang sehingga makanan
masuk melalui selang secara
perlahan-lahan.
- Isi kembali suntikan ketika makanan
dalam suntikan sebelumnya masih
sedikit (jangan sampai suntikan
kosong)
42
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
No
Langkah-langkah
-
Tgl.
Ya Tidak
Penilaian
Tgl.
Ya Tidak
Tgl.
Ya Tidak
Perhatikan respon klien selama
pemberian makanan.
Continuous drip method:
- Hubungkan selang dengan pengatur
kecepatan aliran (seperti selang infus)
dengan botol makanan. Alirkan
makanan sampai ke ujung selang
atau keluar sedikit, kemudian klem
pengatur kecepatan. Gantung botol
makanan  12 inc / 30 cm di atas
tempat masuknya selang NGT
- Hubungkan selang dari botol dengan
selang NGT, buka klem, dan atur
kecepatan aliran.
11. Setelah makanan, bilas dengan air putih 
60 ml. sisakan air terakhir tetap berada di
selang NGT. Lepaskan catheter tip dan
tutup kembali selang NGT dengan cara
menekuknya.
12. Bantu klien ke posisi yang nyaman sesuai
keinginan klien setelah 30 menit
pemberian makanan
13 Rapihkan dan bersihkan alat
14 Cuci tangan
15 Dokumentasikan waktu pemberian, jumlah
dan jenis makanan, obat yang diberikan
(jika ada), dan respons klien selama dan
setelah pemberian makanan.
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
15
× 100 =
Dokumentasi
Aspek yang perlu dicatat yaitu:
43
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi di
bawah ini:
4. Perasaan :
5. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :
6. Tindak lanjut :
DAFTAR PUSTAKA
Departemen DKKD FIK UI. (2007). Panduan praktikum keperawatan dasar II, edisi 2.
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
44
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
PENGKAJIAN FISIK ABDOMEN
Tujuan Pemelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa dengan tepat mampu:
1. Melakukan anamnesis / wawancara terkait keluhan utama
2. Melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan tepat dan sistematik
3. Mengintepretasikan hasil normal dan abnormal
4. Memanfaatkan hasil pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan dan gangguan eliminasi
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi:
Kontraindikasi:
Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Stetoskop
Pengaris kecil
Pita pengukur
Pensil gambar
Bantal kecil
Jam tangan
45
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kegiatan
1. Review Anatomi Fisiologi Proses Eliminasi Urin
Perhatikan gambar di bawah ini, kemudian lengkapi nomor yang ditunjuk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
http://www.free-anatomy-quiz.com/urinary2.html
2. Review Anatomi Fisiologi Proses Eliminasi Fekal
Perhatikan gambar di bawah ini:
Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur
anatomi abdomen yang meliputi daerah-daerah dan batas-batas abdomen.
1) Dengan menarik garis lurus terhadap garis median melalui umbilicus. Dengan
cara ini dinding depan abdomen terbagi atas 4 daerah yang disebut kuadran.
46
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Sebutkan pembagian menurut 4 kuadran !
Sumber: Bates. B (1974). A Guide to physical examination.
2) Pembagian yang lebih rinci atau lebih spesifik yaitu dengan menarik dua garis
sejajar dengan garis median dan dua garis transversal yaitu garis yang
menghubungkan dua titik yang paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi
yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
a) Garis medium
b) Antara SIAS kanan dan garis median
c) Antara SIAS kiri dan garis median
d) Pinggir dinding abdomen kanan
e) Pinggir dinding abdomen kiri
f) Antara dua titik paling bawah arkus kosta
g) Antara SIAS kanan dan kiri
Berdasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen
terbagi atas 9 region.
Sebutkan pembagian menurut 9 region dan organ dibawahnya:
Sumber: Bates. B (1974). A Guide to physical examination.
47
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Apa kepentingan pembagian abdomen menurut 4 kuadran dan 9 regio?
TUGAS
Perhatikan secara seksama dan diskusikan dengan fasilitator praktikum tentang hal-hal di
atas yang belum jelas.
Saat melakukan pemeriksaan aturlah posisi pasien senyaman mungkin. Perhatikan
privasi, universal precaution dan kesiapan alat (stetoskop dan jam). Sedapat mungkin
kontrol agar lingkungan dalam kondisi tenang.
Sebelum melakukan pengkajian fisik abdomen anjurkan pasien untuk mengosongkan
kandung kemih terlebih dahulu. Jaga stetoskop dan tangan perawat tetap hangat.
Tahapan pemeriksaan abdomen, yaitu:
1. Anamnesis
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat perlu melakukan anamnesis untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien. Perawat perlu mengkaji keluhan utama yang
sering dijumpai pada pada pasien dengan gangguan eliminasi, yaitu :
No
Keluhan
1
BAK tidak
tuntas
Hal yang Perlu Ditanyakan Terkait Keluhan
-
2
Pernahkah Anda mengalami gejala
serupa?
Sejak kapan Anda mengalami gejala
tersebut
BAK tidak tuntas, apakah urin kelur
menetes? Apakah urin lancar keluar
pertama namun saat pertengahan BAK
tiba-tiba urin tidak keluar?
Penyebab
Batu kandung
kemih
BAB/BAK
berdarah/
melena
48
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3
Konstipasi
4
Diare
5
Nyeri pada
area
abdomen
2. Inspeksi
Lakukan inspeksi pada:
a. Kulit abdomen
Apa yang perlu diperhatikan pada saat inspeksi kulit di daerah abdomen?
b. Inspeksi umbilicus
Apa yang perlu diperhatikan pada saat inspeksi umbilicus?
c. Bentuk abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datar atau tidak pada
abdomen atau terjadi penumpukan cairan/lemak yang berlebihan.
49
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Auskultasi
a. Bising usus
Langkah-langkah auskultasi bising usus?
b. Pembuluh darah
Langkah-langkah aukultasi pembuluh darah:
Letakkan bagian bel stetostkop di atas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi
aorta dari arah superior ke umbilicus. Auskultasi arteri renalis dengan meletakan
stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis abdomen bagian
atas mendekati panggul. Pada orang normal auskultasi pembuluh darah tidak
didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.
4. Perkusi
Perkusi pada Empat Kuadran
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
Dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam. Perhatikan
reaksi klien dan catat bila merasa nyeri. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup
(udara: timpani, redup: massa padat).
Apa tujuan dari perkusi abdomen?
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pentulan gelombang suara, dari ketukanketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana
50
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari
tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara atau suara perkusi yang biasa dijumpai diantaranya:
 Sonor: yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang
yang normal.
 Hypersonor: yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paruparu dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks hypermeteorisme) serta
bagian tubuh yang mengandung udara.
 Tympani: yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada
lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
 Dullness: suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti
hepar.
Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya:
a. Lambung: pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani.
b. Hepar: didapatkan suara pekak.
c. Usus: pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara
tympani.
d. Kandung kemih: perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara
sonor.
e. Ginjal: CVA: costovertebral angle tenderness biasanya dikaitkan dengan panyakit
ginjal. Perkusi dilakukan dengan menggenggam tangan dan memukulkan di area
costovetebral angle. Pasien dengan gangguan ginjal merasakan nyeri.
Perkusi pada hepar/hati:
- Untuk mengetahui batas bawah dan atas atau tinggi hepar
- Pemeriksaan dimulai pada daerah setinggi umbilicus bergerak ke atas sepanjang
garis midklavikula kanan
- Suara yang pertama kali terdengar adalah timpani, bila suara menjadi dullness,
pemeriksa dapat mengidentifikasi batas bawah hepar
- Beri tanda titik dengan pena
- Perkusi ea rah bawah dari ICS ke-4 sepanjang garis midklavikula kanan, suara
pertama yang terdengar seharusnya resonance
- Lanjutkan perkusi ke bawah sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah batas
atas hepar, beri tanda titik
- Batas atas biasanya setingkat dengan ICS ke-6, jarak antara kedua titik kurang
lebih 6-12 cm
- Perkusi sepanjang garis midsternum, ukuran hepar pada garis midsternum
kurang lebih 4-9 cm
51
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Perkusi limfa
- Untuk mengetahui ukuran dan lokasi limfa
- Lakukan perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri
(splenic dullness) biaa terdengar dari ICS ke-6 sampai dengan ke10
Perkusi kandung kemih
- Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih ( + 5-7 cm)
- Setelah mengetahui fundus, lakukan perkusi
- Perkusi dilakukan di atas region suprapubik
(bila penuh akan terdengar
dullness)
Perkusi ginjal
- Atur posisi klien menjadi posisi duduk membelakangi pemeriksa
- Observasi sudut kostovertebral, perhatikan warna dan kesimetrisan
- Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan amati reaksi klien dan tanyakan apa
yang dirasakannya
- Lakukan hal yang sama pada bagian kanan
- Lakukan perkusi lebih lanjut dengan cara meletakkan telapak tangan non dominan
di atas kostovertebral dan lakukan perkusi (tumbukan) di atas telapak tangan
tersebut dengan menggunakan kepalan tangan dominan. Lakukan pula untuk
bagian yang lain.
5. Palpasi
Apa tujuan melakukan palpasi abdomen?
Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung
jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative
paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi dibagi atas:
 Palpasi dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan
berat jari tangan. Letakkan tangan dengan jari parallel terhadap perut. Gerakan
jari melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1cm (subcutan). Lihat ekspresi wajah
klien. Anjurkan klien memberi tahu area nyeri.
Palpasi dangkal pada abdomen
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
52
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
 Palpasi dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari tangan yang
terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan pengkajian yang lebih baik dari
semula.
Secara khusus untuk mengetahui hepar, lien, renal dan vesika urinaria
1. Lakukan pada 4 kwadran dengan area sensitive paling akhir
2. Tekan ¼ distal permukaan tangan pada tangan yang lain yang diletakkan pada
dinding perut
3. Penekanan ke bawah dilakukan sedalam 4-5 cm atau mendekati jaringan
subcutan.
Catat adanya massa, jelaskan tentang: ukuran, lokasi, mobilitas, kontur
konsistensi & nyeri tekan.
Kesalahan: ditemui adanya masa padahal batas lateral M.rektus abdominalis dan
feces dalam kolon.
Palpasi dalam pada abdomen
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing

Palpasi bimanual
Palpasi bimanual
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
Yaitu palpasi yang dilakukan degan menggunakan kedua belah jari tangan kanan
dan kiri sekaligus, di mana kita posisikan ujung-ujung jari kita pada tepi organ atau
53
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


benjolan yang diperiksa. Dengan menggerakkan kedua jari tangan secara bergantian
atau bersamaan akan diperoleh kesan tentang ukuran, konsistensi, adanya
perlekatan dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaan objek tadi.
Krepitasi: pada saat palpasi kita merasakan seperti sesuatu yang bergesekan, seperti
ada barang yang hancur, ataupun bergesekan dengan yang lain.
Palpasi ballottement
mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya dilakukan secara
bergantian, sehingga diperoleh kesan apakah objek tadi mengapung dalam suatu
wadah ataukan melekat pada bagian tubuh yang lain.
Palpasi khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari telunjuk saja atau
jari telunjuk dengan jari tangah, yang kita kenal dengan Toocher. Sebagai contoh yaitu
pada Rectal Toucher dan Vaginal toucher.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:
a. Permukaan abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui:
 Adanya benjolan atau kerusakan kulit
 Ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
 Tekstur kulit abdomen
 Turgor kulit abdomen
 Konsistensi abdomen
 Suhu abdomen
b. Hepar/hati
Palpasi hepar
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
Palpasi hepar dilakukan dengan palpasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan
terutama untuk mengetahui bila ada pembesaran hepar. Langkah palpasi hepar:
54
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia







Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke
11 atau 12.
Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira- kira
45o dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal
dengan jari-jari ke arah tulang rusuk.
Pada saat pasien ekshalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5 c ke arah bawah
pada batas tulang rusuk.
Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal
terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk
menarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih
sedikit diberi tekanan lebih dalam.
Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c. Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila
terjadi abnormalitas. Langkah-langkah pada saat melakukan palpasi limpa pada
intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi.
Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan
pola seperti pada palpasi hepar.
d. Ginjal
`
Palpasi ginjal
Sumber: Kozier,B, Eb, G, Berman A.J, Burke, K (2000). Fundamental of nursing
Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun
sewaktu inhalasi.ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri,
karena ginjal kanan terletak lebih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar
dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada posisi
supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-langkah palpasi ginjal
adalah:
55
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia





Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan
elevasikan ginjal ke arah anterior.
Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari
tepi bawah batas costa.
Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas
panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tapi pada orang yang
sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran dan adanya nyeri
tekan.
Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal
kanan
e. Kandung kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan.
Kandung kemih teraba bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
ABNORMALITAS ABDOMEN
Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada abdomen, serta
organ-organ yang ada di dalam abdomen. Abnormalitas abdomen dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan fisik baik anamnesa maupun melalui 4 tehnik inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palapasi. Dari abnormalitas ini nantinya akan bisa ditelusuri apa
yang menyebabkan terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian
dicarikan solusi, perawatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk dilakukan
masalah tersebut.
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik
yang dilakukan diantaranya:
1. Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
a. Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
b. Bila ada luka, adakah pus atau serum, adanya pus mengartikan bahwa telah
terjadi peradangan pada daerah abdomen.
c. Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen. Nodul atau massa pada
abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tidak ganas.
Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
d. Hyperpigmentasi
kulit
abdomen.
Pada
pasian
yang
sedang
hamil,
hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun
56
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka
hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
e. Adanya gelombang peristaltic menandakan adanya obstruksi di GI.
f.
Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortic
g. Bentuk abdomen. Pada pasien dengan marasmus perut akan terlihat sangat kurus
dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mangalami sirosis hepatis,
biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang berlebihan.
Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai perut yang buncit,
banyak factor yang mempengaruhinya, dari penumpukan lemak, BAB yang tak
lancar, yang kesemuanya itu akan meningkatkan resiko penyakit bagi orang
tersebut terlebih resiko PJK.
2. Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya:
a. Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen. Nodul atau massa
pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas atau pun tak ganas
selain itu juga bisa merupakan suatu hermia.
b. Nyeri dan nyeri tekan. Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di
daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta
perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
3. Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan abdomen adalah:
a. Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat
ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
b. Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali
ataupun slenomegali.
c. Pada vesika urinaria terdengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urin
dalam vesika urinaria.
4. Aukskultasi
a. Penurunan atau peningkatan bising usus. Bising usus mengikat pada saat
seorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
57
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
b. Bruits: suara meniup dan menyembur dari sistolik murmur. Menandakan adanya
konstriksi pembuluh darah. Dapat didengar pada aorta (aneurisma), arteri, renal,
arteri iliaca.
c. Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis. Disebabkan karena
arteri renalis mengalami perforasi.
d. Friction rubs: bunyi gesekan antara dua kulit. Menandakan adanya tumor hepatic,
infark splenikus.
e. Venous hum: didengar di daerah periumbilical. Pada pasien Cirrhosis (sirkulasi
hepatic).
Teknik Khusus Pada Pemeriksaan Fisik Abdomen
Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan shifting dullness dan catat penemuan
normal dan abnormal!
Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan fluidwave dan catat penemuan normal dan
abnormal!
58
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Jelaskan tujuan dan cara pemeriksaan ballotement dan catat penemuan normal
dan abnormal
Jelaskan cara pemeriksaan appendicitis test dan catat penemuan normal dan
abnormal
-
Rovsing sign
DAFTAR PUSAKA
Bates. B (1974). A Guide to physical examination, Philadelphia and Toronto: J.B.
Lippincott Company.
Kozier,B, Eb, G,
Berman A.J, Burke, K
(2000). Fundamental of nursing: Concept,
process, and practice. NewJersey: Prentice-Hall Inc.
Perry, Potter, & Elkin (2012). Nursing intervention and clinical skills 5th edition. St. Louis
Missouri: Elsevier Mosby.
59
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
PEMASANGAN KATETER URIN
Definisi
Pemasangan selang ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan prinsip aseptik.
Jenis Kateter
No.
Nama
1.
Kateter kondom
2.
Indikasi
Kontra Indikasi
Kateter Dower/
Foley
60
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Alat dan Bahan
Nampan berisi:
1. Sarung tangan bersih
2. Senter
3. Larutan antiseptik
4. NaCl steril
5. Plester dan gunting
6. Jelly/lidokain
7. Bengkok
Nampan berisi:
1. Sarung tangan steril
2. Kain steril/duk berlubang
3. Com kecil
4. Kapas usap
Cara Kerja
No.
Tindakan
Tgl:
Ya
Tdk
Penilaian
Tgl:
Ya Tdk
Tgl:
Ya Tdk
PRAINTERAKSI (persiapan perawat dan alat):
1.
Siapkan diri perawat:
2.
- Cuci tangan
- Kaji status klien dan cek instruksi dokter
- Pilih tipe dan ukuran kateter yang spesifik.
Tentukan apakah menggunakan kateter
dower/kondom
- Kaji kebutuhan pengumpulan urin untuk
pemeriksaan laboratorium
Siapkan alat:
- urine bag, set kateter, jelly, plester
- Set bengkok + pinset steril
- sarung tangan steril
- perlak/ alas pada klien
- spuit isi aquadest
- kapas + cairan sublimat
- handuk kecil+waskom isi air hangat + sabun
- sampiran
- penerangan cukup terang
ORIENTASI (persiapan klien):
3.
- Jelaskan prosedur
- Pertahankan privasi klien: pasang sampiran/
tarik tirai
- Berikan posisi yang nyaman: posisi dorsal
recumbent dengan lutut fleksi (wanita) dan
posisi supine dengan kaki abduksi (pria).
61
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
IMPLEMENTASI
4.
5.
Perkusi & palpasi kandung kemih untuk
mengkaji adanya retensi urin
Pasang sarung tangan
6.
Lakukan vulva hygiene atau perineal hygiene
7.
Buka set kateter, isi spuit dengan air steril bila
belum diisi sebelumnya, dan cek balon katetr
dengan cara mengembangkannya
8.
Berikan jelly di ujung kateter dan masukan
kateter sampai urin mengalir. Ketika urin
mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominan
dari labia atau dari penis ke kateter, 2 cm dari
meatus untuk menahan kateter agar tidak
terdorong ke luar. Tangan dominan
menghubungkan ujung kateter ke urine bag.
9.
Jika menggunakan dower kateter, isi balon
sesuai kapasitas kateter kemudian tarik kateter
kira-kira 2,5 cm
10.
Lepas sarung tangan steril
11.
Plester kateter. Pria: ke abdomen bagian
bawah. Wanita: ke arah paha
12.
Bantu pasien pada posisi yang nyaman
13.
Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali
pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali
pakai
Cuci tangan
14.
EVALUASI
Indwelling kateter masuk secara benar, straight
15. kateter masuk dan dilepas tanpa menimbulkan
rasa sakit, dan pasien nyaman
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
15
× 100 =
62
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan redemonstrasi
di bawah ini:
1. Perasaan :
2. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :
3. Tindak lanjut :
.
63
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
PERAWATAN KOLOSTOMI
Definisi
Menjaga kebersihan dengan membersihkan stoma, lokasi kolostomi dan mengosongkan
kantung kolostomi secara teratur.
Tujuan:
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan teori yang mendasari prosedur perawatan kolostomi
2. Melakukan perawatan kolostomi pada boneka peraga
3. Mengenal jenis-jenis kolostomi berdasarkan sifat penggunaanya, tipenya, dan
lokasinya
Indikasi pasien yang akan dilakukan pemasangan kolostomi
Apa komplikasi pemasangan kolostomi?
Apa saja yang perlu dikaji dan diobservasi pada klien pasca pemasangan
kolostomi:
64
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan bersih
2. Perlak dan pengalas
3. Duk
4. Kapas usap dan potongan kasa
5. Kantung kolostomi dengan klem
6. Panduan ukuran stoma dan spidol
7. Kassa steril dan kapas lidi
8. NaCl 0,9%
9. Zink Salep
10. Metronidazol yang sudah digerus (untuk mengurangi bau)
11. Pelapis kulit
12. Pispot dengan penutup
13. Bengkok
14. Plester hipoalergik dan gunting
15. Washlap, tissue, waskom berisi air hangat untuk membersihkan (jika feses
rembes keluar dari kantong olostomy dan mengotori area di sekitar abdomen)
Cara Kerja
No.
Tindakan
Tgl:
Ya Tdk
Penilaian
Tgl:
Tgl:
Ya
Tdk
Ya
Tdk
Persiapan
Persiapan klien dan keluarga
1.
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
2. Menjelaskan prosedur tindakan
3. Atur posisi klien sesuai kebutuhan bisa
duduk atau fowler
Prosedur
2
Kaji kondisi kantong/barier kulit yang
terpasang untuk melihat adanya kebocoran
dan perhatikan penampakan stoma di
bawahnya dan insisi bedah. Tanyakan klien
tentang rasa tidak nyaman di sekitar stoma.
3.
Perhatikan jumlah feses/cairan yang keluar
dari stoma.
4.
Kaji kulit di sekitar stoma, perhatikan adanya
jaringan parut, lipatan, atau tonjolan kulit.
5.
Jelaskan prosedur dan pastikan klien
mengobservasi prosedur. Jaga privacy klien
dengan memasang sampiran.
6.
Atur posisi pasien klien senyaman mungkin,
bisa duduk atau tiduran.
7.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
8.
Pasang perlak dan pengalasnya di bagian
65
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
bawah anus buatan.
Dekatkan nierbekken dan kantong plastik
Buka pakaian klien bagian atas sebagian
Lepaskan kantong stoma/colostomy bag yang
lama dengan cara: apabila terdapat jahitan
post op laparatomy, maka pertama kali
lepaskan perekat pada daerah yang paling
jauh dari jahitan dan kemudian tekan pelanpelan kulit dinding abdomen sehingga perekat
yang dekat dengan jahitan lepas semua dan
perhatikan jangan sampai feses tumpah dan
buang ke tempat sampah.
Bersihkan stoma dengan air hangat dan kulit
sekitar stoma dengan sabun/pembersih kulit
yang lembut, lalu bilas dengan air hangat dan
keringkan dengan washlap/kassa/tissue.
Observasi stoma dan daerah sekitar stoma
kemudian tutup/dililit sementara dengan kassa
lembab.
Apabila terdapat lipatan abdomen atau kontur
abdomen tidak beraturan, isi dengan barier
tipe pasta. Biarkan pasta mongering selama 1
sampai 2 menit.
Bila ada iritasi di area dekat stoma, oleskan
zink salep.
Siapkan kantong kolostomy yang baru, ukur
besarnya stoma dengan menggunakan stoma
guide, lalu ukur pada kantong stoma dan beri
tanda dengan menggunakan spidol,
selanjutnya gunting ukuran tersebut lebih
besar sedikit (sekitar 0,2-0,5 cm).
Lepas lapisan kertas pada perekat (wafer)
bagian bawahnya lalu tempelkan pada kulit
sekitar stoma bagian bawah kemudian
lepaskan semua kertas perlahan-lahan dan
rekatkan secara melingkar (usahakan jangan
sampai ada kerutan).
Pasang plester hipoalergik sesuai kebutuhan
pada sisi lempengan di atas barier kulit.
Lipat ujung bagian bawah kantong ke arah
atas untuk menyesuaikan dengan klem atau
peralatan penutup kolostomy bag.
Rapihkan kembali baju klien.
Buka sarung tangan yang kotor, dan buang ke
tempat sampah yang sesuai. Angkat perlak,
rapihkan alat-alat dan perawat mencuci
tangan.
Bantu klien untuk mengambil posisi yang
nyaman jika dibutuhkan.
66
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
23.
Dokumentasi: tipe kantong dan barier kulit,
jumlah dan penampakan feses, kondisi stoma
dan kulit disekitarnya, kemampuan klien untuk
melakukan perawatan ostomi secara mandiri.
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
23
× 100 =
Hal-hal yang perlu diperhatikan
-
Penggantian kantong dilakukan jika feses sudah mencapai maksimal 2/3 kantong
atau sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
-
Observasi karakter, warna, bau, dan jumlah feses. Observasi bentuk, warna, dan
ukuran stoma juga proses penyembuhannya dan tanda-tanda infeksi pada stoma.
-
Jenis kolostomi bag yang digunakan:
Post op sampai hari ke 5 menggunakan kantong yang transparan agar memudahkan
mengobservasi
stoma,
dan
untuk
selanjutnya
dapat
menggunakan
yang
opaque/berwarna coklat. Apabila klien menggunakan kolostomi bag two piece maka
rekatkan dulu wafernya melingkari stoma dan kemudian baru rekatkan stoma bagnya.
Pertahankan kulit di sekitar stoma tetap bersih dan kering dengan cara: Bila permukaan
kulit tidak rata, beri pasta untuk meratakan permukaan kulit dan biarkan pasta mengering
dalam waktu 1-2 menit, kemudian baru tempelkan wafernya. Jika permukaan kulit
teriritasi, berikan salep atau powder secara tipis dan merata lalu tempelkan wafernya jika
kulit teriritasi sementara jangan menggunakan pasta). Saat melakukan perawatan stoma,
pertahankan teknik aseptic dan antiseptic sampai hari ke 7 post op dan selanjutnya
dengan prinsip bersih.
67
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
REFERENSI
Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar. (2002). Penuntun praktikum
proses keperawatan dan kebutuhan dasar manusia I. Panduan tidak
dipublikasikan.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Burkitt. H.G. and Clive R.G.Q. (2002). Essential surgery: Problems, diagnosis and
management. Third Edition. New York: Churchill Livingstone.
Ganong W.F. (2002). Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.
Guyton A. C, Hall J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2004). Fundamentals of nursing:
Concepts, process, & practice. (7th ed.). New Jersey: Pearson Education.
Mc Cann, J.A.S. (2004). Nursing procedures 4th Ed. Philadelphia: Liipincott.
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1997). Clinical nursing skills & techniques. (3rd ed.) St. Louis:
Mosby-Year Book.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Potter & Perry’s fundamentals of nursing. Sydney: A
Harcourt Health Sciences Company.
Price, S.A. and
Lorraine M,W, (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Timby B. K., Carmack A., Rupert D.L. (2012). Lippincott’s Review for NCLEX-PN. China:
Lippincott Williams & Wilkins.
Van De Graft. (2007). Human anatomy. Sixth Edition. New York: McGraw Hill.
Wim de Jong dan R. Sjamsuhidajat (2005). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
68
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
PERAWATAN LUKA
Definisi
Menjaga kebersihan luka untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
luka
Tujuan:
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan teori yang mendasari prosedur perawatan luka
2. Melakukan pengkajian luka: Identifikasi jenis luka, area luka, dan mengkaji MEASURE
(Measure, Exudate, Appearance, Suffering, Under-mining, Re-evaluate, Edge) atau TIME
(Tissue, Infection/Inflammation, moisture imbalance, Edge advancement)
3. Melakukan perawatan luka pada boneka peraga
4. Mengenal jenis-jenis balutan
Masalah Keperawatan:
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Tahapan Penyembuhan Luka
Fase
Durasi
Ciri-ciri
Inflamasi
Proliferasi
Maturasi
69
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Jenis-Jenis Balutan
Tipe
Cara Kerja
Indikasi
Kontra indikasi
Alginate
Foams
Madu
Hydrocolloids
Hydrogels
Iodine
70
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan steril
2. Sarung tangan bersih
3. Set perawatan luka steril: pinset anatomi, pinset chirurgi, kom, klem, gunting
4. Kassa steril
5. Plester
6. Bengkok
7. Cairan pembersih (NaCl 0.9%)
8. Antiseptik (jika perlu)
9. Pinset anatomi bersih
10. Pengalas
11. Masker
12. Sampiran (jika perlu)
Cara Kerja
No.
Tindakan
Tgl:
Ya Tdk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Penilaian
Tgl:
Tgl:
Ya
Tdk
Ya
Tdk
Periksa rencana keperawatan pasien terkait
perawatan luka
Berikan salam terapeutik, tanyakan
keluhan pasien terkait luka dan melakukan
pemeriksaan tanda vital
Informasikan kegiatan kepada pasien;
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan rumuskan kontrak
tindakan bersama kegiatan yang akan
dilakukan
Jaga privacy klien dengan memasang sampiran
jika diperlukan
Atur posisi klien sesuai dengan lokasi luka
Pasang pengalas di bawah area luka
Pasang sarung tangan bersih. Buka balutan
luka dengan pinset bersih, sisakan 1 lapis kasa
untuk menutupi area luka
Buka set ganti balutan dengan memperhatikan
sterilitas alat dan siapkan hal-hal yang
diperlukan saat perawatan luka*
Ganti sarung tangan dengan sarung tangan
steril *
Cuci luka dengan cairan fisiologis
Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka, dari
daerah bersih ke kotor. Hindari merusak
jaringan granulasi*
71
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
12.
Kaji kondisi luka: grade, lokasi, ukuran, nyeri,
dan kondisi luka*
13.
16.
Pertahankan teknik steril. Hindari
bercampurnya alat steril dan non steril*
Keringkan luka dengan kasa kering. Berikan
terapi sesuai dengan kondisi luka/program
pengobatan*
Balut luka dengan balutan yang sesuai dengan
kondisi luka. Tutup luka*
Lepaskan sarung tangan
17.
Rapikan alat, cuci tangan
18.
Terminasi tindakan (evaluasi dan tanggapi
respon pasien serta rencana tindak lanjut)
19.
Dokumentasi
14.
15.
Nama Observer
Nilai
Keterangan
- Ya : 1 (Dilakukan dengan tepat)
- Tdk : 0 (Tidak dilakukan / dilakukan dengan kurang)
Nilai =
-
Kriteria Penilaian
Baik Sekali : 100
Baik
: 81 – 99
Kurang/TL : ≤ 80
Jumlah tindakan yang dilakukan
19
× 100 =
REFLEKSI
Tuliskan pengalaman Saudara setelah mengikuti praktikum dan melakukan
redemonstrasi di bawah ini:
1. Perasaan :
2. Evaluasi (kesulitan/kendala/hal yang sudah bagus dilakukan) :
3. Tindak lanjut
72
73
Download