MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DIBIMBING OLEH DOSEN DR. H. NURJALI, M.Pd 1 BAB I A. SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA 1. Bahasa Melayu sebagai Dasar Pembentukan Bahasa Indonesia Bahasa Melayu 3000 Bahasa Daerah Zaman Kerajaan Sriwijaya Jumlah penutur terbesar 50 % ( bahasa daerah) Bahasa Jawa Bahasa Melayu penutur tidak banyak Daerah Pantai Bahasa Melayau praktis dan lebih mudah 2 Status dan Fungsi Bahasa Indonesia 1. Statusnya sebagai bahasa Nasional berfungsi sebagai: 1. lambang kebangsaan bangsa 2. lambang identitas bangsa 3. alat pemersatu masyarakat yang berbedabeda latar belakang sosial dan budaya 4. alat penghubung antar budaya dan antar daerah. 2. Dalam statusnya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1. bahasa resmi kenegaraan 2. bahasa pengantar resmi di semua lembaga pendidikan 3. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan pemerintah, perencanaan, pelaksanaan pembangunan 4. bahasa resmi dalam pengembangan budaya, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi 3 Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Melayu 1. Bahasa Sansekerta 2. Bahasa Belanda 3. Bahasa Inggris 4. Bahasa Arab 5. Bahasa-bahasa Asing lain Bahasa Arab Masuknya bahasa Arab bersamaan masuknya budaya dan Agama Islam yang dibawah oleh para pedagang Arab persi sekitar abab ke- 15. Kata-kata bahasa Arab berkisar pada hal-hal berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Contoh : ahklak, akhir, amal, azab, makan, alam, ayat, arwah, ilmu, ibadah, izin, iman, imam, khilaf, khobah, kitab, kalam, khitan, khabar, maklum. Bahasa Sansekerta Proses bersamaan masuknya budaya dan agama Hindu ke Indonesia mulai abab ke-5 dan puncak kejayaan sekitar abab ke-7. Bahasa Sansekerta 4 kebanyakan mengenai agama budaya nama-nama sifat monumental, semboyan dan ajaran. Contoh: raja, bangsa, permaisuri, singgasana, dewa, karma, neraka, pahala, sengsara, bahagia, duka, budaya. Pengaruh bahasa Sansekerta yang sampai sekarang berlaku ialah penggunaan akhiran -wan, man, dan wati. Bahasa Inggris Bahasa Inggris baru terjadi setelah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Pada saat masih bernama bahasa Melayu pengaruh bahasa Inggris hampir tidak ada, hanya ada di daerah Maluku. Bahasa Inggris masuk ke Indonesia melaui jalur teknologi Contoh: analisis, tesis, sintesis, hipotesis, struktural, ideal, formal, informal, intruksional, konseptual, aktual, tim, riset, kaset, fotokopi, bisnis, pensil, standar, manajemen, akuntan, abstrak. Bahasa-bahasa Asing Lain Bahasa asing yang turut mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu antara lain : 5 1. Bahasa Potugis : lentera,, bendera, jendela, alamari, sepatu, celana. 2, Bahasa Tamil : logam, mempelam, pualam, materai, gembala. 3. Bahasa Perancis : trotoar, abotoar, urinoar, dresoar, salut. 4. Bahasa Parsi : pasar, kenduri, peduli. 5. Bahasa China : bakmi, bakso, bakwan, bakmoi, capjae, tahu, taoco, taoge, amoi. 6. Bahasa Jepang : kimono, judo, taekwodo, taiso, karate, samurai. Kata-kata bahasa daerah memperkaya bahasa Melayu: Contoh : 1. Bahasa Jawa : bisa, lestari, rampung, Lugu, tempe. 2. Bahasa Sunda : dari, nyahok, oncom. 3.Bahasa Banjar gambut 4. Bahasa Daerah Irian : koteka 6 5.Bahasa Batak:horas 6. Bahasa Minang : rendang, inang, datuk 7. Bahasa Palembang : mpek-mpek Kelahiran Bahasa Indonesia Secara Politis Bahasa Melayu yang semakin kaya dengan pengaruh bahasa-bahasa lain tersebut sampai menjelang akhir tahun 1928 secara resmi masih bernamaahasa Melayu. Kongres Pemuda di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan ikrar polotik yang disebut dengan nama Sumpah Pemuda. Organisasi pemuda pencetus ikrar tersebut antara lain: Jong Java, Jong Soematera, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Jong Batakse Bond, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Pemoeda Koem Betawi. Bahasa Melayu yang semakin kaya dengan pengaruh bahasa-bahasa lain tersebut sampai menjelang akhir tahun 1928 secara resmi masih bernama bahasa Melayu. Kongres Pemuda di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan ikrar polotik yang disebut dengan nama Sumpah Pemuda. Organisasi pemuda pencetus ikrar tersebut 7 antara lain: Jong Java, Jong Soematera, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Jong Batakse Bond, Pemoeda Indonesia,Sekar Roekoen, Pemoeda Koem Betawi, Perhimpoenan IKRAR PEMEUDA ORGANISASI PEMUDA 1) Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa yang satoe bangsa Indonesia. 2) Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertanah air yang satu tanah air Indonesia. 3) Kami poetera dan poeteri Indonesia, menjoenojeng bahasa persoean bahasa Indonesia Kelahiran Bahasa Indonesia secara Yuridis Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta ( atas nama bangsa Indonesia) pada tanggal 17Agustus 1945. Sehari kemudian tanggal 18 Agustus 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 (UUD 45) diundangkan. Salah satu dari pasal-pasal yang terdapat pada UUD 1945 tersebut yakni Bab XV Pasal 36 berbunyi: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Dengan demikian, berarti bahasa Negara atau Bahasa Resmi. 8 Secara skematis sejarah perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. 9 BAB II Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai dengan situasi, kondisi, dan maksud pembicraan. Bahasa Indonesia yang Benar Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah tata bahasa baku a. Terjadi pada pemakaian bahasa Indonesia baku di dalam situasi formal. Misal bahasa ragam baku yang dipakai didalam karya ilmiah. b. Bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar terjadi pada pemakaian bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa akan tetapi sangat sesuai dengan situasi pemakaiannya dan komunikatif sekali. Misal bahasa ragam informal yang dipakai pada situasi santai 10 c. Pemakaian bahasa Indonesia yang benat tetapi tidak baik, terjadi pada pekaian bahasa yang sesuai dengan kaidah tata bahasa akan tetapi tidak komunikatif. Misalnya: bahasa ragam baku yang dipakai pada saat berpacaran, atau situasi santai. d.Pemakaian bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar terjadi pada pemakai bahasa Indonesia ragam santai yang situasi pemakainya tidak cocok. Misalnya: bahasa ragam santai dipakai di dalam penulisan karya ilmiah 11 BAB III Ciri-ciri Bahasa Indonesia Ragam Baku Ciri-ciri bahasa Indonesia ragam baku adalah sebagai beikut: 1. Pengunaan awalan ber- dan me- secara ekspist dan konsisten. Contoh : Ia ngajak saya jalan-jalan di Monumen. (TB) Ia mengajak saya berjalan-jalan di Monumen.(B) 2. Penggunaan kata tugas secara eksplisit dan konsisten. Contoh: Ia tidak jadi pergi, sakit perut. (TB) Ia tidak jadi pergi , karena sakit perut.(B) Apa yang diperoleh sudah sesuai harapan. (TB) 12 Apa yang diperoleh sudah sesuai dengan harapan.(B) 13 BAB IV PENALARAN DAN LOGIKA BAHASA BERPIKIR DAN BERNALAR Berpikir Bernalar Akal Budi 14 Berpikir (tidak selalu terkandung proses penalaran) 1. Proses berpikir analitik yaitu proses berpikir yang didasari oleh logika tertentu. 2. Bepikir non analitik adalah proses berpikir yang tidak didasari oleh logika tertentu, misal intuisi. Bernalar ( selalu terkandung proses berpikir) Jenis berpikir yang pertamanalah yang disebut berpikir nalar (penalaran) yaitu proses berpikir untuk mencapai simpulan atas dasar logika berpikir tertentu. Menurut Poespoprodjo dan Gilarso (1985:8) penalaran adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan antara dua hal atau lebih yang berdasarkan alasan dan langkah-langkah tertentu untuk mencapai simpulan. 15 Shurter dan Pierce (1966:99) mengungkap penalaran merupakan suatu proses pencapaian kesimpulan yang logis berdasarkan antara fakta serta tindakan atas dasar konsep tersebut dalam penalaran terkandung faktor logika, alaur berpikir tertentu, fakta tujuan tertentu dan sifat analisis. Oleh sebab itu Suri Asumantri (1985:45) menegaskan bahwa ciri utama penalaran adalah proses berpikir dan analisis. 16 BAB V Penalaran Ilmiah Ilmu (pengetahuan ilmiah) merupakan bangunan pengetahuan yang disusun secara sistematik dan duiperoleh melalui proses ilmiah dengan menggunakan penalaran ilmiah (Akhidiah,1992:55) Ciri pokok penalaran ilmiah adalah logis dan analitis. Logis Berarti bahwa penalaran itu dilakukan dengan pola penalaran tertentu, yaitu penalaran induktif yang empiris dan penalaran deduktif yang rasional. Analitis berarti bahwa penalaran itu dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Dewey ( melalui Akhadiah 1992:55-56) mengemukakan lima langkah : 1.perumusan masalah 2.perumusan kerangka berpikir 3.perumusan hipotesis 4.pengujian hipotesis 5.penarikan simpulan Langkah-langkah ini biasa gunakan dalam 17 tulisan yang berupa laporan, penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, hal tersebut juga dapat diterapkan dalam penulisan bentuk karya ilmiah yang lain, seperti makalah, paper, kertas kerja, dan sebagainya dengan sedikit modifikasi. Misalnya berupa (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah dan tujuan, (3) pembahasan dan pemecahan masalah, (4) simpulan 18 Penalaran Ilmiah (FAkta) Berpikir secara logis dan analitis (Pengamatan sebagai alat bantu) Perinsif atau kriteria Klasifikasi Jenis Uang 19 Uang Kartal Uang loga m Uang Kerta s Uang Giral Cek Giro Klasfikasi dapat dipertanggung jawabkan, harus dapat memperhatikan beberapa hal yaitu: 1.kriteria atau prinsip dasarnya harus jelas. 2.klasfikasi harus logis dan konsisten. 3.kriteria harus dikenalkan fakta secara menyeluruh. 20 BAB VI PENALARAN INDUKTIF Berdasarkan proses perpikir, penalaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan induktif. 21 Proses penalaran deduktif disebut deduksi, sedangkan proses penalaran induktif dinamakan induksi. Penalaran ilmiah merupakan gabungan penalaran deduktif dan induktif. Induksi merupakan proses penalaran untuk mencapai keputusan, sikap, atau prinsip yang bersifat umum atau khusus atas dasar fakta atau gejala yang khusus. Proses penalaran ini dapat berupa generalisasi, analogi dan hubungan sebab-akibat. a. Generalisasi merupakan penalaran berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah fakta atau gejala untuk mengambil suatu simpulan semua atau sebagian gejala yang memiliki sifat serupa atau sejenis. Misal: “ Orang Yogya suka makanan yang manis”. “ Orang Padang suka makanan yang pedas”. Sudah tepat generalisasi tersebut ? Untuk menentukan tepat atau tidak 22 generalisasi itu, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. jumlah fakta atau gejala yang diamati harus memadai, 2. fakta atau gejala yang diamati harus representatif 3. fakta yang diamati tidak terlalu banyak perkecualian. Oleh sebab itu sebelum melakukan generalisasi, seseorang harus memahami keadaan fakta atau gejala yang diamati, yaitu homogen atau heterogen. Jika gejala bersifat homogen, jumlah gejala yang diamati relatif tidak perlu banyak, sedangkan jika bersifat heterogen: penentuan jumlah gejala yang akan diamati harus cermat agar yang diambil representatif. Untuk ini diperlukan klasifikasi. Gejala atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya bersifat heterogen. Oleh sebab itu, dalam 23 penarikan generalisasi terhadap sejumlah gejala yang dihadapi, hendaknya seseorang menghindari pemakaian kata “setiap” dan “semua”. Untuk itu gunakan ungkapan “ pada umumnya, rata-rata, cenderung, mayoritas,” dan yang sejenis. b. Analogi merupakan proses penalaran dengan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain atas dasar persamaannya. Terdapat dua jenis analogi yaitu: (1) analogi deklaratif, dan (2) analogi induktif Analogi deklaratif merupakan analogi yang berusaha untuk menjelaskan sesuatu yang baru atas dasar persamaan dengan sesuatu yang telah diketahui. Misal: seseorang yang ingin mejelaskan “bau yang sedap” dengan menggunakan “bau bunga melati”atau‘bauparfum”. Analogi deklaratif disebut analogi penjelas. Analogi Induktif merupakan proses penalaran untuk mengambil simpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu 24 gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki kesamaan sifat yang esensial Misal: “ Berdasarkan persamaan sistem pencernakan makan anak kera dan anak manusia, anak kera dapat diberi makan seperti anak manusia.” Simpulan tersebut merupakan analogi induktif yang diterima kerena “ sistem pecernakan ”, yang digunakan sebagai dasar penyimpulan merupakan ciri yang esensial dan berkaitan erat dengan simpulan yang dibuat, yaitu “ cara memberi makan“ Hubungan Sebab Akibat Hubungan sebab akibat, semua gejala atau peristiwa yang terjadi tentu ada penyebabnya. Walau demikian, sering terjadi kesalahan dalam pengambilan simpulan karena seseorang tidak mengikuti proses penalaran yang benar yaitu penalaran ilmiah. Misalnya : seseorang mengaitkan antara kerusakan tanaman padi dan kutukan dewa atau tempat/benda yang dianggap keramat. 25 Untuk mengungkap gagasan atas dasar prinsip hubungan sebab akibat, dapat ditempuk dengan beberapa pola, yaitu : 1. pola dari sebab akibat 2. pola dari akibat ke sebab 3. pola dari akibat ke akibat Pada pola penalaran “ dari sebab ke akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui. Dari pengamatan itu ditarik simpulan mengenai akibat yang mungkin muncul.” Pola penalaran dari akibat ke sebab “ dimulai dengan pengamatan terhadap suatu akibat . Atas dasar akibat yang diketahui tersebut, seseorang memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebabnya.” Pola penalaran dari akibat ke sebab “ biasanya dipergunakan dalam penelitian expost facto, misalnya sorang polisi mencari penyebab 26 terjadinya kecelakaan beruntun di jalan bebas hambatan.” 27 BAB VII PENALARAN DEDUKTIF Penalaran Deduktif 28 penalaran deduktif adalah merupakan suatu proses atas dasar teori, hukum, atau prinsip yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala yang bersifat khusus.Simpulan tentang hal yang khusus merupakan bagian dari keseluruhan gejala ditarik atas dasar prinsip umum. Dengan demikian, penalaran deduktif dimulai dari prinsip yang umum menuju kepada simpulan sesuatu yang khusus. A=B 29 1. Gambar di atas menunjukkan: (1). A Identik dengan B (2). Semua A adalah B (3). Semua manusia makhluk berpikir A B 30 Gambar ini menunjukkan: B. (1) B merupakan sebagian dari A (2) Semua B adalah A (3) Semua kambing adalah binatang A B 31 Gambar di atas menunjukkan: (1) Sebagian A adalah B (2) Beberapa A sama dengan B (3) Beberapa manusia jenius A B 32 Gambar di atas menunjukkan : BAB VIII 33 BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK Uraian Materi Konsep Tentang Berbicara Berbicara adalah kemampuan berucap bunnyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengksperikan menyatakan serta 34 menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan ( Tariga,2003:15). Sebagai perluasan adari batasan ini dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan satu system tanda-tanda yang dapat didengar dan kelihatan, memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia agar memcapai tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan, lebih jauh lagi berbicara, berbicara merupakan suatu bentuk prilaku yang memanfaatkan factorfaktor fisik, psikologis. a. Menganalisis Situasi Pendengar Sering kali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan sebegitu pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar belakangnya kehidupanya, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu presentasi berlangsung, apakah tercapai tujuannya atau tidak mengenai sasaran. Untuk itu sebelum memulai pada waktu berbicara, pembicara harus menganalisa situasi yang akan muncul persoalan-persoalan berikut: 35 a) Apa maksud hadirin semua berkumpul untul mendengarkan uraian ? b) Adat kebiasaan atau atau tata-cara mana yang mengikat mereka ? c) Apakah ada acara-acara yang mendahului ? d) Dimana pembicaraan akan dilangsungkan ? 3.2 Menganalisa Pendengar Ada berapa topic yang dapat dipakai untuk menganalisa pendengar yang jdihadapi. Pembicara umum telah diberitahu, siapa pendengar yang akan hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelumnya ia menganalisa pendengar berdasarkan beberapa topic. Ia harus mulai dengan data-data umum. a) Data-data Umum Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah: jumlah, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan polotik atau soasil. b) Data-data khusus Disamping dikemukakan factor umum sebagai di atas, pembicara harus 36 memperhatikan pada data khusus untuk lebihmendekatkan dirinya dengan situasi pendengar yang sebenarnya. Data-data khusus tersebut meliputi : 1) Pengetahuan pendengaran mengenai topik yang dibawah. 2) Minat dan keinginan mendengar. 3) Sikap Pendengar 3.3. Penyusunan Bahasa Berbicara Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : a) Mengumpulkan bahan b) Membuat kerangka karangan c) Menguraikan secara mendetail Dalam beberapa bagian ini akan aspek tambahan dikemukakan yang perlu diperhatkan dalam penyususnan bahan untuk disa sampaikan secara lisan. Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi tertulis dan sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasanya akan membaca terus membaca selama ia selama masih tertarik 37 tertarik akan isi bacaannya, atau memilih bagian-bagian tertentu yang dianggapnya kan akan baik. Bila sama sekali tidak menarik maka segera ditinggalkannya. Kecenderungan psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah pada pendengar biasanya tertarik pada apa yang dikatakan awal pembicara. Sesudah itu kosentrasi mereka berangsur-angsur secara walau menuruakan mungkin subyek sebenarnya semangkin menarik. Baru ketika pembicara akan mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit meningkat kembali. Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek-aspek psikologis sebaik-baiknya. Bila ia memulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai dengan menyampaikan topic yang tidak ada kaitan dengan kepentingan pendengar maka sebenarnya ia sudah dapat memadamkan perhatian mereka sebelum berkembang. Sebab itu ia harus memulai uraian dengan sesuatu yang betul-betul menarik. 38 3.4. Berbicara untuk Presentasi Keterampilan berbicara di depan umum (public speaking ) atau melakukan presentasi (presentation) secara efektif dengan bahasa lisan ( verbal) adalah kebutuhan untuk orangorang yang ingin sukses. Apa pun propesi seseorang dituntut untuk berbicara di depan orang banyak. Hal-hal yang diperhatikan dalam berbicara di depan umum adalah: 1. Bagaimana berhasil berhasil berbicara di depan umum. 2. Komunikasi efektif 3. Mempersiapkan materi pembicaraan di depan umum. 4. Teknik berbicara di depan umum 5. Tanggung jawab pembicara 3.5. Komunikasi efektif Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah seni berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila maksud pesan yang disampai oleh komunikator dapat 39 dipahami dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi efektif paling paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewant L. Tubbs dan Sylvia Moss, Seperti dikutip Jalaludin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, 1993): 1. Pengertian komunikasi 2. Kesengan komunikand dankomunikator 3. Pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan sebagai pesan akibat yang disampaikan oleh komunikator. 4. Hubungan social yang semangkin baik. 5. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana yang dikehendaki. 3.6. Merangcang Materi Pembicaraan di Depan Umum 1. Topik 2. Tujuan umum 3. Pendahuluan 4. Simpulan/penutup 40 3.7. Teknik berbicara didepan umum dan presentasi Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara public perlu memperhatikan hal-hal berikut ini : 1. Pendekatan dan permulaan. 2. Mengatasi kegugupan di depan panggung 3. Membuat ketertarikan pendengar 4. Menjaga ketepatan berbicara, volume suara. 5. Kepercayaan diri. 6. Memperbanayak menguasai perbendaharaan kata. 7. Memberi tekakanan dalam pembicaraan 8. Tepat waktu. 9. Memiliki kelancaran berbicara. 10. Menggerakan tuh secara alami 11. Memakai pakaian yang sopan 12. Penutup 41 42 BAB VIX Penulisan Karya Ilmiah 43 1.Pengertian dan Ciri Karya Ilmiah Istilah karya ilmiah dapat disebut pula tulisan ilmiah karangan ilmiah, yaitu sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkap dengan metode ilmiah. Permasalah dalam karya ilmiah itu atas dasar fakta, bersifat obyektif, tidak emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Contoh tulisan karya ilmiah adalah laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah, buku pelajaran, dll. 2. Ciri Karya Ilmiah Sebuah tulisan dapat dikatagorikan sebagai karya ilmiah apabila tulisan tersebut memenuhi persyaratan sebagai tulisan ilmiah. Persyaratan tersebut sekaligus sebagai ciri sebuah karya ilmiah. Ciri-ciri karya ilmiah antara lain sebagai berikut: a. Mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah. Ilmu sering disebut pula pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang disajikan secara sistematis. Karya ilmiah harus berisi pengetahuan yang dikemukakan secara sistematis. Keistimewaan sebuah karya ilmiah dilandasi oleh 44 penggunaan pola pikir logis (cendikia) dan fakta atau evidensi yang terpercaya, serta obyektif. b. Pengungkapan pendapat didukung oleh fakta. Suatu arya ilmiah harus didukung oleh fakta atau data yang cukup dan terpercaya. Suatu pendapat yang tidak didukung oleh fakta akan memunculkan analisis masalah yang subyektif. Hal seperti ini perlu dihindari dalam penulisan karya ilmiah. b. Bersifat tepat, lengkap, dan benar. Sebelum menulis karya ilmiah seseorang harus meneliti tepat atau tidaknya masalah yang akan dikemukakan, baik dari segi permasalahan, bidang ilmiahnya, maupun audiennya. Selain itu, semua hal yang berkaitan erat dengan permasala-han harus dibicarakan secara lengkap sehingga membentuk suatu tulisan yang untuk. Bahkan, permasalahan yang diungkapkan dalam kayra ilmiah itu harus dapat 45 diuji kebenarannya. Yang dimaksud kebenaran c. ilmiah, yaitu kebenaran yang bersifat relatif. d. Pengembangan secara secara sistematis dan logis. Suatu karya ilmiah ditulis dengan landasan metode ilmiah. Oleh sebab itu penulisan karya ilmiah harus direncanakan secara sungguh-sungguh dan teliti. Bagian-bagian karya ilmiah disusun secara runtut, sestimatis,logis sehingga tulisan yang dihasilkannya membentuk satu kesatuan (kohesif) dan kepaduan (koheren). e. Berifat tidak memihak dan tidak emosional Aspek yang harus dipertimbangkan dalam menulis karya adalah pikiran dan pengertian yang dikemukakan secara sistematis, logis, dan obyektif. Aspek pribadi diminimalkan (personal), emosianal di minimalkan, kalau memungkinkan dihindari. Oleh sebab itu, apabila seorang menulis dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, propaganda, 46 mengungkapkan prasangka dan emosional, walau pun hal itu memiliki fakta, hasilnya menjadi tidak ilmiah lagi. Tulisan seperti ini akan lebih subyektif dan emosiaonal. Dengan demikian,kadar keilmiahannya menjadi luntur. 3. Jenis Karya dan Karya Ilmiah Populer Jenis Karya Ilmiah Atas dasar tingkatan akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas limamacam: 1.Laporanpenelitian 2.Makalahataupaper 3.Skripsi 4.Tesis 5. Disertasi 47 1.Laporan Laporan sebuah tulisan yang dibuat setelah seorang melakukan pengamatan, kunjungan,pembacaan buku atau literatur, percobaan. Laporan dapat berisi informasi. Misalnya: Kemajuan suatu peristiwa, penyelesaian tugas hasil wawancara, hasil pengkajian masalah atau mengungkapkan hasil penelitian. Sebagai karya ilmiah laporan ditulis atas dasar aturan yang berlaku dalam penyusunan karya ilmiah. 2.Makalah Parera (1983:83) makalah dalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Makalah dapat disajikan dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar, lokarya, simposium, diskusi ilmiah. 48 Suatu makalah dimuat dalam majalah ilmiah, seperti jurnal, sebuah artikel, penulisan perlu memodifikasi baik isi maupun bentuknya penulisannya dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yangdibuatnya. Makalah yang dibuat oleh seorang pejabat dan dibawakan dalam suatau pertemuan atau rapat disebut kertas kerja. Makalah yang dibuat oleh mahasiswa disebut terpaper. Makalah yang dibuat mahasiswa ini merupakan jenis tugas tertulis pada suatu mata kuliah. Hal ini dapat berupa kajian suatu buku, kajian suatu masalah atau analisis fakta hasil observasi. 3.Skripsi Jenis karya ilmiah dilingkungan perguruan tinggi. Karya ilmiah ini merupakan bagian dari persyaratamn akademis yang harus ditempuk oleh setiap mahasiswa starata satu (S1) yang 49 akan menempuk ujian akhir. Skripsi harus dipertahankan oleh penyusun dalam suatu sidang ujian. Skripsi berisi penelitian hasil laboratorium, penelitian di lapangan, maupun penelitian keputusan. Hasil penelitian diolah, dibahas, dan diberikan komentar, simpulan. Penulisan skripsi oleh mahasiswa biasanya dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing sesuai dengan bidangnya. 4.Tesis Jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa starata dua (S2) untuk memperoleh gelas master (magister). Tesis merupakan karya ilmiah memiliki taraf lebih tinggi dari pada skripsi. Artinya, penulisan tesis harus lebih teliti dan mendalam, baik dari segi permasalahannya, kajian teoritik, maupun pembahasannya. Pernyataan, pendapat, atau teori yang dikemukakan harus didukung oleh argumen yang kuat. 50 Penulisan tesis harus dibimbing oleh dua orang yang bergelar doktor, yaitu gelas tertinggi yang diberikan oleh perguruan tinggi, atau telah mencapai guru besar (profesor). 5.Disertasi Karya ilmiah ini ditulis untuk memperoleh gelar doktor, yakni gelar akademis tertinggi yang diberikan oleh perguruan tinggi. Disertasi ini hanya ditulis oleh mahasiswa stara tiga (S3) di suatu perguruan tinggi yang memiliki Program Pascasarjana (dulu bernama Fakultas Pasca Sarjana). Disertasi dipertahankan didepan sidang ujian tertutup dan sidang uji terbuka, penulisan disertasi dibimbing oleh dosen senior yangmemiliki gelar doktor atau ilmuan yang telah memiliki jabatan profesor / guru beasar. 51 Komponen-komponen karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi pada prinsipnya sama, disusun sebagai berikut: 1. Bagian Awal: a. Halaman sampul / judul b. Halaman pengesahan c. Kata Pengatar d. Daftar isi e. Daftar tabel f. Dafar Gambar g. Abstrak 2. Bagian Pokok / Utama a. Pendahuluan (latar belakang dan permasalahan) b. Kerangka teoretik dan pengajuan hipotesi ( jika diperlukan ) c. Metode Penelitian d. Hasil penelitian, pengujian 52 hipotesis, dan pembahasan. e. Simpulan, implikasi, dan saran. 3.Bagian Akhir a. Daftar pustaka (Kepustaan) b. Lampiran-lampiran Jika karya ilmiah disajikan dalam majalah ilmiah, karya ilmiah tersebut harus diubah dalam bentuk malakah dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yang akan memuatnya. Komponenkomponen penting yang ada dalam sebuah makalah secara runtut sebagai berikut: 1.Bagian Awal a. Halaman judul ( berisi judul makalah dan nama penulis. 2. Bagian Pokok Utama a. Judul makalah b. Pendahuluan (berisi latar belakang masalah, permasalahan, dan tujuan) 53 c. Karangka teoretik / berpikir d. Pengkajian dan Pemecahan masalah e. Simpulan dan saran 3. Bagian Akhir a. Buku Rujukan (sumber) b. Lampiran ( jika perlu ). 54 1. Jenis Karya Ilmiah Populer Menurut Gie (1992:105) karangan Ilmia bagih populer merupakansalah satu ragam karangan fakta. Atas dasar tersebut bahwa karya ilmiah populer identik dengan karya ilmiah. Ciri-ciri karya ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah populer, yaitu menjajian fakta, jujur, obyektif, netral, sistematik, dan logis serta pemaparannya ringkas, jelas, tegas, dan tepat. Aspek yang membedakan karya ilmiah populer dan karya ilmiah pada umumnya adalah bentuk penyusunan dan Jangkauan pembacanya. Bentuk karya ilmiah populer tidak terikat oleh pola dan ketentuan yang berlaku Pada masyarakat ilmuah. 55 Bentuk Karya ilmiah populer tidak terikat / tidak perlu menyebutkan bagianbagian dengan penomoran, secara eksplisit, tidak perlu sumber menggunakan sistem penulisan sumber referensi atau catatan kaki, dan susunan karya ilmiah populer dan tidak perlu memuat lampiran data pembuktian. Jangkauan pembaca karya ilmiah populer adalah masyarakat umum atau khalayak ramai, bukan terbatas pada golongan ilmuan atau kaum cendikiawan tertentu. Karya ilmiah ditujukan untuk menambah ilmu tentang pengetahuan tentang aspek-aslpek ilmu dan teknologi meskipun secara global dan sederhana. 56 Berdasarkan bentuk penyajian karya ilmiah, karya ilmiah : 1. tajuk rencana 2. esai (artikel) 3. pikiran pembaca 1.Tajuk Rencana adalah induk artikel yang berfungsi sebagai pengantar segala berita/Isi surat kabar atau majalah. Pada umumnya tajuk rencana berisi pesan pimpinan surat kabar/majalah. Tajuk rencana biasanya ditempatkan pada kolom 1 dan 2 dalam halaman pertama atau kedua. Panjangnya sekitar delapan paragraf atau kurang lebih 20 sampai 35 kalimat. Istilah lain tajuk rencana adalah editorial, induk berita, induk opini, , mahkota berita, pesan redaksi, sepatah kata redaksi. 2.Esai adalah bentuk karya ilmiah populer yang berisi kupasan terhadap suatu masalah, baik persoalan yang berkaitan dengan ilmu, teknologi, maupun seni. Bagian-bagian yang perlu dalam esai 57 adalah permasalahan, kajian dari pemecahan masalah, dan simpulan.. Selain disusun secara obyektif, sistematis, dan logis. Esai harus dikemukakan dengan bahasa yang lugas, ringkas, jelas dan sederhana agar permasalahan yang dibahas dapat dipahami oleh semua lapisan pembaca. 3.Pikiran pembaca yaitu tulisan yang berisi pendapat (opini) atau gagasan tentang suatu peristiwa atau masalah yang muncul di masyarakat. Gagasan tersebut dapat berupa usulan, saran, ataupemecahan masalah yang ditujukan kepada pihak lain, (pemerintah, lembaga, organisasi, atau seseorang). Pikiran pembaca juga disusun berdasarkan fakta dan dikemukakan secara sistematis, logis, obyektif, lugas, singkat, dan sederhana. Bentuk pikiran pembaca biasanya lebih ringkas dan bila dibandingkan dengan karya ilmiah popular. 58 Bab X Teknik Penulisan Karya Ilmiah Ketentuan-ketentuan dalam penulisan karya ilmiah : 1. Penggunaan kertas 2. Teknik pengetikan 3. Penomoran 4. Penulisan sumber atau referensi. 1. Penggunaan Kertas Kertas yang digunakan dalan penulisan karya ilmiah adalah kertas HVS, berwarna putih, berat 80 gram dan ukuran kuarto 21,5 x 28 cm, naskah ditulis hanya ditulis satu sisi kertas ( didak boleh bolak-balik). 2. Tenik Pengetikan Karya ilmiah diketik dengan huruf pica atau huruf standar dengan pita warna hitam. 3. Penggunaan Huruf Huruf miring atau latin dan persegi tidak boleh dipergunakan. Lambang, simbul, notasi, dan huruf-hurf lain yang 59 tidak terdapat dalam mesin ketik atau komputer dapat ditulis tangan dengan tinta hitam. 4. (Spasi) Jarak antar baris dalam pengetikan naskah karya ilmiah adalah dua spasi (spasi ganda). Apabila dalam naskah terdapat absrak, pengetikannya dengan jarak satu spasi (spasi tunggal) dan biasanya abrak tidak boleh lebih satu halaman. Demikian juga terusan nama bab, terusan nama judul tabel, terusan nama judul gambar/ grafik, dan kutipan langsung dari empat baris diketik dengan jarak satu spasi. e. Penulisan Alinea Baru Pada umumnnya cara pengetikan alinea baru dimulai setelah ketukan kelima dari tepi kiri (menjorok ke dalam). Nanum demikian, dapat pula dengan cara lain, yaitu tidak menjorok ke dalam atau dengan sistem lurus, tetapi 60 setiap pergantian alinea harus diberi jarak dua kali lipat spasi baris biasa. d.Penulisan Bab Penulisan sub bab dan anak sub bab mengikuti ketentuan berikut: 1. Bab ditulis dengan huruf kapital semuanya dan tidak diakhiri oleh tanda baca apa pun. Nomor bab ditulis dengan angka Romawi. Bab ditulis dengan posisi tengah tengah yang simetris antara tepi kanan dan tepi kiri pada halaman yang bersangkutan. 2. Penulisan sub bab dan nomor sub bab Penulisan nama pengarang, baik yang diacu dalam tubuh tulisan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti ketentuan sebagai berikut: 2.1 Nama pengarang yang diacu dalam tubuh tulisan hanya ditulis nama pokoknya. Misal: Jika nama pengarang “ Ahmad 61 Sudargo”, yang ditulis dalam tubuh tulis hanya “ Sudargo” 2. Anak subbab dan nomor anak subbab ditulis mulai dari batas tepi kiri dan tidak menggunakan garis bawah. Setiap awal kata pada anak subbab ditulis dengan huruf kapital. Nomor hurup anak subbab ditulis dengan angka. 62 BAB X HARGA POKOK DAN HARGA JUAL A. Harga Pokok 1. Pengertian Perdangan dan Jenis pedangan. 2. Syarat Perbayaran dan Penyerahan Barang. 3. Jenias Potongan dalam Perdagangan Barang B. Penulisan Tabel dan Gambar Penulisan table dan gambar termasuk Grafik dalam sebuah karya ilmiah mengikuti ketentuanketentuan: 1. Penulisn tabel sedapat mungkin diupayakan yang sampai ganti halaman. 2. Jika terpaksa tidak dapat dalam satu halaman penulisan, tabel dapat disambung melebar atau memanjang dan lipat sesuai dengan ukuran kertas. 3. Tabel yang dibuat melebar atau melebar. 4. Nomor dan judul semetris di atas tabel. 5. Nomor dan judul gambar di tempatkan simetris dibawah gambar. 6. Penulisan judul dan tabel tidak diakhiri dengan dengan tanda baca. 7. Pembuatan gambar tidak boleh di potong atau dipenggal. 8. Penulisan nomor urut tabel menggunakan anggka, sedangkan penulisan nomor urut gambar/ grafik dengan menggunakan angka romawi. 63 9. Penulisan buku. Penulisan daftar pustaka atau biografi meliputi meliputi penulisan buku. Dalam majalah ilmiah dan penulisan lain yang layak digunakan sebagai sumber acuan dalam penuliasan karya ilmiah. Penuliasan buku dalam daftar pustaka mengikuti ketentuan urutan sebagai berikut: 1. Nama pengarang 2. Tahun penerbit 3. Nama buku 4. Nama tempat penerbit 5. Nama penerbit 64 BAB XI Makalah 1. Pengertian Makalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesaia, Malakah diartikan sebahagi tulisan resmi tentang pokok yang dimaksud untuk dibaca di muka umum dan yang sering disusun untuk diterbitkan. Malakah digunakan untuk pembicaraan resmi misalnya seminar. Makalah digunakan sebagai pedoman bagi penjaji sekaligus sebagai acuan partisipasi yang mengikuti seminar. Makalah adalah karya ilmiah berisi uraian dari topik yang di membahas suatu permasalahanyang akan disampaikan dalam seminar. Makalah memuat suatu pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara systematis, runtut dengan disewrtai analisis yang logis dan obyektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah. a. Menentukan Topik Topik dapat dikembangkan dan bermanfaat untuk dijadikan malakah. Misalnya, topic “ Upacara pagi setiap Senin,” akan lebih bermanfaat “ Latihan kepemimpinan di Sekolah.” Alasannya, upacara pagi setiap senin dianggap telah dilaksanakan secara rutin, latihan kepemimpinan di sekolah, meskipun telah dilaksanakan oleh beberapa sekolah, tetapi dianggap jarang di samping memiliki manfaat yang cukup banyak. b. Membatasi Topik Apakah topic perlu dibatasi? Apabila topic terlalu luas akan menyulitkan dalam pembahasan, kurang menjamin mutu makalah, selain itu teknik penulisan atau pembahasan. 65 Perhatikan contoh : Makalah “ Kendaraan Roda Dua di Kota Bima” Topik ini meluas dam umum, bila dibandingkan dengan dengan “ Masalah Ojek di Kota Bima “ c. Kriteria judul makalah yang baik: 1. Judul menggammbar Isi. 2. Judul harus singkat dan jelas 3. Judul bukan kalimat tatapi frasa. 4. Judul menarik dan memiliki daya pikat. 5. Panjang judul berkisar antara 5-15 kata d. Pentusun Kerangka Makalah Makalah membahas sebuah topic Yng terkait dengan perkuliah atau tema dalam suatu seminar, symposium kongres, atau seminar dan lokakarya. 1.Makalah ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan pada informasi, data atau hasil penelitian yang ditujukan untuk golongan pembaca masyarakat tertentu dan pada kejadian tertentu, seperti makalah, seminar, makalah lokakarya. Makalah ilmiah itu dapat digunakan sebagai masukan untuk keputusan yang diambil oleh pembaca. 2. Makalah semesterial adalah makalah biasanya berhubungan dengan sauatu kegiatan atau proyek dari suatu kegiatan pendidikan dan merupakan rangkuman dalam suatu periode pendidikan tertentu seperti semester, triwulan, dan caturwulan, tergantung mata kuliah dapat dilakukan dengan penelitian. Pokok masalah yang dipilih untuk dibahas dalam makalah harus diperinci menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan. e. Sistematika Penulisan Makalah Yang dimaksud sistematika penulisan makalah di sini ialah menempatkan unsur-unsur permasalah dan urutan-urutannya sehingga merupakan kesatuan karangan ilmiah yang tersususn secara sistematis dan logis 66 a) Rincian dan urutan isi 1. Bagian awal, terdiri dari: a. Halaman sampul b. Kata pengantar c. Daftar isi d. Daftar Tabel 2. Bagian tengah terdiri dari: a. Pendahuluan b. Uraian masalah yang dibagi menjadi bab-bab c. Kesimpulan 3. Bagian terakhir, terdiri dari: a. Daftar pustaka b. Saran 2. Ciri-ciri makalah a. Logis, maksudnya keterangan uraian pandangan dan pendapat, dapat dikaji, dibuktikan, dan diterima secara rasio. b. Obyektif, artinya mengemukakan keterangan dan penjelasan apa adanya, c. Sistematis artinya apa yang disampaikan disusun secara runtut dan berkesinambungan. d. Jelas, artinya keterangan, pendapat dan pandangan yang dikemukakan jelas dan tidak membingungkan (ambigu). e. Kebenaran dapat diuji, artinya pernyataan, pandangan serta keterangan yang dipaparkan dapat diuji, berdasarkan pernyataan yang sesungguhnya. 67 68 69