Uploaded by User46785

MATA KULIAH BHS IND

advertisement
MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA
DIBIMBING
OLEH
DOSEN
DR. H. NURJALI, M.Pd
1
BAB I
A. SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
1. Bahasa Melayu sebagai Dasar
Pembentukan
Bahasa Indonesia
Bahasa Melayu
3000 Bahasa
Daerah
Zaman Kerajaan
Sriwijaya
Jumlah penutur terbesar
50 % ( bahasa daerah)
Bahasa
Jawa
Bahasa Melayu penutur tidak banyak
Daerah Pantai Bahasa Melayau praktis
dan lebih mudah
2
Status dan Fungsi Bahasa
Indonesia
1. Statusnya sebagai bahasa Nasional berfungsi
sebagai:
1. lambang kebangsaan bangsa
2. lambang identitas bangsa
3. alat pemersatu masyarakat yang berbedabeda latar belakang sosial dan budaya
4. alat penghubung antar budaya dan antar
daerah.
2. Dalam statusnya sebagai bahasa Negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. bahasa resmi kenegaraan
2. bahasa pengantar resmi di semua
lembaga pendidikan
3. bahasa resmi di dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan
pemerintah, perencanaan, pelaksanaan
pembangunan
4. bahasa resmi dalam pengembangan
budaya, pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi
3
Bahasa yang Mempengaruhi
Bahasa Melayu
1. Bahasa Sansekerta
2. Bahasa Belanda
3. Bahasa Inggris
4. Bahasa Arab
5. Bahasa-bahasa Asing lain
Bahasa Arab
Masuknya
bahasa
Arab
bersamaan
masuknya budaya dan Agama Islam yang
dibawah oleh para pedagang Arab persi sekitar
abab ke- 15. Kata-kata bahasa Arab berkisar
pada hal-hal berkaitan dengan kehidupan
keagamaan.
Contoh
:
ahklak, akhir, amal, azab, makan, alam,
ayat, arwah, ilmu, ibadah, izin, iman, imam,
khilaf, khobah, kitab, kalam, khitan, khabar,
maklum.
Bahasa Sansekerta
Proses bersamaan masuknya budaya dan agama
Hindu ke Indonesia mulai abab ke-5 dan puncak
kejayaan sekitar abab ke-7. Bahasa Sansekerta
4
kebanyakan mengenai agama budaya nama-nama
sifat monumental, semboyan dan ajaran.
Contoh:
raja, bangsa, permaisuri, singgasana, dewa,
karma, neraka, pahala, sengsara, bahagia, duka,
budaya.
Pengaruh bahasa Sansekerta yang sampai
sekarang berlaku ialah penggunaan akhiran -wan, man, dan wati.
Bahasa Inggris
Bahasa Inggris baru terjadi setelah bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia. Pada saat masih bernama
bahasa Melayu pengaruh bahasa Inggris hampir
tidak ada, hanya ada di daerah Maluku. Bahasa
Inggris masuk ke Indonesia melaui jalur teknologi
Contoh:
analisis, tesis, sintesis, hipotesis, struktural,
ideal, formal, informal, intruksional, konseptual,
aktual, tim, riset, kaset, fotokopi, bisnis, pensil,
standar, manajemen, akuntan, abstrak.
Bahasa-bahasa Asing Lain
Bahasa asing
yang turut mempengaruhi
perkembangan bahasa Melayu antara lain :
5
1. Bahasa Potugis : lentera,, bendera, jendela,
alamari, sepatu, celana.
2, Bahasa Tamil : logam, mempelam, pualam,
materai, gembala.
3. Bahasa Perancis : trotoar, abotoar, urinoar,
dresoar, salut.
4. Bahasa Parsi : pasar, kenduri, peduli.
5. Bahasa China : bakmi, bakso, bakwan,
bakmoi, capjae, tahu, taoco, taoge, amoi.
6. Bahasa Jepang : kimono, judo, taekwodo,
taiso, karate, samurai.
Kata-kata bahasa daerah memperkaya bahasa
Melayu:
Contoh
:
1. Bahasa Jawa : bisa, lestari, rampung,
Lugu, tempe.
2. Bahasa Sunda : dari, nyahok, oncom.
3.Bahasa Banjar gambut
4. Bahasa Daerah Irian : koteka
6
5.Bahasa Batak:horas
6. Bahasa Minang : rendang, inang, datuk
7. Bahasa Palembang : mpek-mpek
Kelahiran Bahasa Indonesia
Secara Politis
Bahasa Melayu yang semakin kaya dengan
pengaruh bahasa-bahasa lain tersebut sampai
menjelang akhir tahun 1928 secara resmi masih
bernamaahasa
Melayu.
Kongres Pemuda di Jakarta tanggal 28 Oktober
1928 dicetuskan ikrar polotik yang disebut dengan
nama Sumpah Pemuda.
Organisasi pemuda pencetus ikrar tersebut
antara lain:
Jong Java, Jong Soematera, Jong Celebes, Jong
Islamieten Bond, Jong Batakse Bond, Pemoeda
Indonesia, Sekar Roekoen, Pemoeda Koem Betawi.
Bahasa Melayu yang semakin kaya dengan pengaruh
bahasa-bahasa lain tersebut sampai menjelang akhir
tahun 1928 secara resmi masih bernama bahasa
Melayu.
Kongres Pemuda di Jakarta tanggal 28 Oktober
1928 dicetuskan ikrar polotik yang disebut dengan
nama
Sumpah
Pemuda.
Organisasi pemuda pencetus ikrar tersebut
7
antara
lain:
Jong Java, Jong Soematera, Jong Celebes, Jong
Islamieten Bond, Jong Batakse Bond, Pemoeda
Indonesia,Sekar Roekoen, Pemoeda Koem Betawi,
Perhimpoenan
IKRAR PEMEUDA ORGANISASI PEMUDA
1) Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe
berbangsa yang satoe bangsa Indonesia.
2) Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe
bertanah air yang satu tanah air Indonesia.
3) Kami poetera dan poeteri Indonesia,
menjoenojeng bahasa persoean bahasa Indonesia
Kelahiran Bahasa Indonesia
secara Yuridis
Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang
diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung
Hatta ( atas nama bangsa Indonesia) pada
tanggal 17Agustus 1945.
Sehari kemudian tanggal 18 Agustus 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun
1945 (UUD 45) diundangkan. Salah satu dari
pasal-pasal yang terdapat pada UUD 1945
tersebut yakni Bab XV Pasal 36 berbunyi:
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, berarti bahasa Negara
atau Bahasa Resmi.
8
Secara skematis sejarah perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
9
BAB II
Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai
dengan situasi, kondisi, dan maksud
pembicraan.
Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah tata bahasa baku
a. Terjadi pada pemakaian bahasa Indonesia
baku di dalam situasi formal.
Misal bahasa ragam baku yang dipakai
didalam karya ilmiah.
b. Bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak
benar terjadi pada pemakaian
bahasa
Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
tata bahasa akan
tetapi sangat sesuai
dengan
situasi
pemakaiannya
dan
komunikatif sekali.
Misal bahasa ragam informal yang dipakai
pada situasi santai
10
c. Pemakaian bahasa Indonesia yang benat
tetapi tidak baik, terjadi pada pekaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah tata
bahasa akan tetapi tidak komunikatif.
Misalnya: bahasa ragam baku yang dipakai
pada saat berpacaran, atau situasi santai.
d.Pemakaian bahasa Indonesia yang tidak
baik dan tidak benar terjadi pada pemakai
bahasa Indonesia ragam santai yang situasi
pemakainya tidak cocok.
Misalnya: bahasa ragam santai dipakai di
dalam penulisan karya ilmiah
11
BAB III
Ciri-ciri Bahasa Indonesia
Ragam Baku
Ciri-ciri bahasa Indonesia ragam baku
adalah sebagai beikut:
1. Pengunaan awalan ber- dan me- secara
ekspist dan konsisten.
Contoh :
Ia ngajak saya jalan-jalan di Monumen.
(TB)
Ia mengajak saya berjalan-jalan di
Monumen.(B)
2. Penggunaan kata tugas secara eksplisit
dan konsisten.
Contoh:
Ia tidak jadi pergi, sakit perut. (TB)
Ia tidak jadi pergi , karena sakit perut.(B)
Apa yang diperoleh sudah sesuai harapan.
(TB)
12
Apa yang diperoleh sudah sesuai dengan
harapan.(B)
13
BAB IV
PENALARAN DAN LOGIKA
BAHASA
BERPIKIR DAN BERNALAR
Berpikir
Bernalar
Akal Budi
14
Berpikir (tidak selalu
terkandung
proses
penalaran)
1. Proses berpikir
analitik yaitu proses
berpikir yang
didasari oleh logika
tertentu.
2. Bepikir non
analitik adalah
proses berpikir yang
tidak didasari oleh
logika tertentu,
misal intuisi.
Bernalar ( selalu
terkandung proses
berpikir)
Jenis berpikir yang
pertamanalah yang
disebut berpikir nalar
(penalaran) yaitu
proses berpikir untuk
mencapai simpulan
atas dasar logika
berpikir tertentu.
Menurut Poespoprodjo dan Gilarso (1985:8)
penalaran adalah suatu penjelasan yang
menunjukkan kaitan antara dua hal atau lebih
yang berdasarkan alasan dan langkah-langkah
tertentu untuk mencapai simpulan.
15
Shurter dan Pierce (1966:99) mengungkap
penalaran merupakan suatu proses pencapaian
kesimpulan yang logis berdasarkan antara
fakta serta tindakan atas dasar konsep tersebut
dalam penalaran terkandung faktor logika,
alaur berpikir tertentu, fakta tujuan tertentu
dan sifat analisis. Oleh sebab itu Suri
Asumantri (1985:45) menegaskan bahwa ciri
utama penalaran adalah proses berpikir dan
analisis.
16
BAB V
Penalaran Ilmiah
Ilmu
(pengetahuan
ilmiah)
merupakan
bangunan pengetahuan yang disusun secara
sistematik dan duiperoleh melalui proses
ilmiah dengan menggunakan penalaran ilmiah
(Akhidiah,1992:55)
Ciri pokok penalaran ilmiah adalah logis dan
analitis.
Logis Berarti bahwa penalaran itu dilakukan
dengan pola penalaran tertentu, yaitu
penalaran induktif yang empiris dan penalaran
deduktif yang rasional.
Analitis
berarti bahwa penalaran itu
dilakukan dengan langkah-langkah tertentu.
Dewey ( melalui Akhadiah 1992:55-56)
mengemukakan lima langkah :
1.perumusan masalah
2.perumusan kerangka berpikir
3.perumusan hipotesis
4.pengujian hipotesis
5.penarikan simpulan
Langkah-langkah ini biasa gunakan dalam
17
tulisan yang berupa laporan, penelitian,
skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, hal
tersebut juga dapat diterapkan dalam
penulisan bentuk karya ilmiah yang lain,
seperti makalah, paper, kertas kerja, dan
sebagainya dengan sedikit modifikasi.
Misalnya berupa
(1) latar belakang masalah,
(2) rumusan masalah dan tujuan,
(3) pembahasan dan pemecahan masalah,
(4) simpulan
18
Penalaran Ilmiah
(FAkta)
Berpikir secara
logis dan analitis
(Pengamatan
sebagai alat bantu)
Perinsif
atau
kriteria
Klasifikasi
Jenis Uang
19
Uang Kartal
Uang
loga
m
Uang
Kerta
s
Uang Giral
Cek
Giro
Klasfikasi dapat dipertanggung jawabkan,
harus dapat memperhatikan beberapa hal
yaitu:
1.kriteria atau prinsip dasarnya harus jelas.
2.klasfikasi harus logis dan konsisten.
3.kriteria harus dikenalkan fakta secara
menyeluruh.
20
BAB VI
PENALARAN INDUKTIF
Berdasarkan proses perpikir, penalaran dapat
dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan
induktif.
21
Proses penalaran deduktif disebut deduksi,
sedangkan proses penalaran induktif dinamakan
induksi.
Penalaran
ilmiah
merupakan
gabungan
penalaran
deduktif
dan
induktif.
Induksi merupakan proses penalaran untuk
mencapai keputusan, sikap, atau prinsip yang
bersifat umum atau khusus atas dasar fakta atau
gejala yang khusus. Proses penalaran ini dapat
berupa generalisasi, analogi dan hubungan
sebab-akibat.
a. Generalisasi merupakan penalaran berdasarkan
pengamatan terhadap sejumlah fakta atau gejala
untuk mengambil suatu simpulan semua atau
sebagian gejala yang memiliki sifat serupa atau
sejenis.
Misal:
“ Orang Yogya suka makanan yang
manis”.
“ Orang Padang suka makanan yang
pedas”.
Sudah tepat generalisasi tersebut ?
Untuk menentukan tepat atau tidak
22
generalisasi itu, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. jumlah fakta atau gejala yang
diamati harus memadai,
2. fakta atau gejala yang diamati harus
representatif
3. fakta yang diamati tidak terlalu banyak
perkecualian.
Oleh sebab itu sebelum melakukan
generalisasi, seseorang harus memahami
keadaan fakta atau gejala yang diamati,
yaitu homogen atau heterogen.
Jika gejala bersifat homogen, jumlah
gejala yang diamati relatif tidak perlu
banyak,
sedangkan
jika
bersifat
heterogen: penentuan jumlah gejala yang
akan diamati harus cermat agar yang
diambil
representatif.
Untuk
ini
diperlukan klasifikasi.
Gejala atau fakta yang ada dalam
kehidupan sehari-hari pada umumnya
bersifat heterogen. Oleh sebab itu, dalam
23
penarikan generalisasi terhadap sejumlah
gejala yang dihadapi,
hendaknya
seseorang menghindari pemakaian kata
“setiap” dan “semua”. Untuk itu gunakan
ungkapan “ pada umumnya, rata-rata,
cenderung, mayoritas,” dan yang sejenis.
b. Analogi merupakan proses penalaran dengan
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain atas dasar persamaannya. Terdapat dua jenis
analogi yaitu:
(1) analogi deklaratif, dan (2) analogi induktif
Analogi deklaratif merupakan analogi yang
berusaha untuk menjelaskan sesuatu yang baru
atas dasar persamaan dengan sesuatu yang telah
diketahui.
Misal:
seseorang yang ingin mejelaskan “bau yang
sedap” dengan menggunakan “bau bunga
melati”atau‘bauparfum”.
Analogi deklaratif disebut analogi penjelas.
Analogi Induktif
merupakan proses penalaran untuk mengambil
simpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu
24
gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala
khusus lain yang memiliki kesamaan sifat yang
esensial
Misal:
“ Berdasarkan persamaan sistem pencernakan
makan anak kera dan anak manusia, anak kera
dapat diberi makan seperti anak manusia.”
Simpulan tersebut merupakan analogi induktif
yang diterima kerena “ sistem pecernakan ”, yang
digunakan sebagai dasar penyimpulan merupakan
ciri yang esensial dan berkaitan erat dengan
simpulan yang dibuat, yaitu “ cara memberi
makan“
Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat, semua gejala atau
peristiwa yang terjadi tentu ada penyebabnya.
Walau demikian, sering terjadi kesalahan dalam
pengambilan simpulan karena seseorang tidak
mengikuti proses penalaran yang benar yaitu
penalaran ilmiah.
Misalnya
:
seseorang mengaitkan antara kerusakan
tanaman padi dan kutukan dewa atau
tempat/benda yang dianggap keramat.
25
Untuk mengungkap gagasan atas dasar prinsip
hubungan sebab akibat, dapat ditempuk dengan
beberapa pola, yaitu :
1. pola dari sebab akibat
2. pola dari akibat ke sebab
3. pola dari akibat ke akibat
Pada pola penalaran “ dari sebab ke akibat
dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab
yang diketahui. Dari pengamatan itu ditarik
simpulan mengenai akibat yang mungkin
muncul.”
Pola penalaran dari akibat ke sebab “ dimulai
dengan pengamatan terhadap suatu akibat . Atas
dasar akibat yang diketahui tersebut, seseorang
memikirkan
kemungkinan
yang
menjadi
penyebabnya.”
Pola penalaran dari akibat ke sebab “ biasanya
dipergunakan dalam penelitian expost facto,
misalnya sorang polisi mencari penyebab
26
terjadinya kecelakaan beruntun di jalan bebas
hambatan.”
27
BAB VII
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif
28
penalaran deduktif adalah merupakan suatu
proses atas dasar teori, hukum, atau prinsip
yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala
yang bersifat khusus.Simpulan tentang hal
yang
khusus
merupakan
bagian
dari
keseluruhan gejala ditarik atas dasar prinsip
umum.
Dengan demikian, penalaran deduktif
dimulai dari prinsip yang umum menuju kepada
simpulan sesuatu yang khusus.
A=B
29
1. Gambar di atas menunjukkan:
(1). A Identik dengan B
(2). Semua A adalah B
(3). Semua manusia makhluk berpikir
A
B
30
Gambar ini menunjukkan:
B. (1) B merupakan sebagian dari A
(2) Semua B adalah A
(3) Semua kambing adalah binatang
A
B
31
Gambar di atas menunjukkan:
(1) Sebagian A adalah B
(2) Beberapa A sama dengan B
(3) Beberapa manusia jenius
A
B
32
Gambar di atas menunjukkan :
BAB VIII
33
BERBICARA UNTUK
KEPERLUAN AKADEMIK
Uraian Materi
Konsep Tentang Berbicara
Berbicara
adalah
kemampuan
berucap
bunnyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengksperikan
menyatakan
serta
34
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
( Tariga,2003:15). Sebagai perluasan adari
batasan
ini
dapat
kita
katakana
bahwa
berbicara merupakan satu system tanda-tanda
yang
dapat
didengar
dan
kelihatan,
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot
tubuh manusia agar memcapai tujuan gagasan
atau ide-ide yang dikombinasikan, lebih jauh
lagi berbicara, berbicara merupakan suatu
bentuk prilaku yang memanfaatkan factorfaktor fisik, psikologis.
a. Menganalisis Situasi Pendengar
Sering kali pembicara terlalu yakin bahwa
apa yang dibicarakan sebegitu pentingnya
sehingga
lupa
memperhatikan
siapa
pendengarnya, bagaimana latar belakangnya
kehidupanya, serta bagaimana situasi yang ada
pada waktu presentasi berlangsung, apakah
tercapai
tujuannya
atau
tidak
mengenai
sasaran.
Untuk
itu sebelum memulai pada waktu
berbicara, pembicara harus menganalisa situasi
yang akan muncul persoalan-persoalan berikut:
35
a) Apa maksud hadirin semua berkumpul untul
mendengarkan uraian ?
b) Adat kebiasaan atau atau tata-cara mana
yang mengikat mereka ?
c) Apakah ada acara-acara yang mendahului ?
d) Dimana pembicaraan akan dilangsungkan ?
3.2 Menganalisa Pendengar
Ada berapa topic yang dapat dipakai untuk
menganalisa
pendengar
yang
jdihadapi.
Pembicara umum telah diberitahu, siapa
pendengar yang akan hadir dalam pertemuan
tersebut. Untuk itu sebelumnya ia menganalisa
pendengar berdasarkan beberapa
topic. Ia
harus mulai dengan data-data umum.
a) Data-data Umum
Data umum yang dapat dipakai untuk
menganalisa para hadirin adalah: jumlah,
usia,
pekerjaan,
pendidikan,
dan
keanggotaan polotik atau soasil.
b) Data-data khusus
Disamping
dikemukakan
factor
umum
sebagai
di atas, pembicara harus
36
memperhatikan pada data khusus untuk
lebihmendekatkan dirinya dengan situasi
pendengar yang sebenarnya.
Data-data khusus tersebut meliputi :
1) Pengetahuan pendengaran mengenai topik
yang dibawah.
2) Minat dan keinginan mendengar.
3) Sikap Pendengar
3.3. Penyusunan Bahasa Berbicara
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu :
a) Mengumpulkan bahan
b) Membuat kerangka karangan
c) Menguraikan secara mendetail
Dalam
beberapa
bagian
ini
akan
aspek
tambahan
dikemukakan
yang
perlu
diperhatkan dalam penyususnan bahan untuk
disa sampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai
sikap pembaca pada komposisi tertulis dan
sikap pendengar pada komposisi lisan, maka
setiap pembaca biasanya akan membaca terus
membaca selama ia selama masih tertarik
37
tertarik akan isi bacaannya, atau memilih
bagian-bagian tertentu yang dianggapnya kan
akan baik. Bila sama sekali tidak menarik
maka segera ditinggalkannya. Kecenderungan
psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah
pada pendengar biasanya tertarik pada apa
yang dikatakan awal pembicara. Sesudah itu
kosentrasi mereka
berangsur-angsur
secara
walau
menuruakan
mungkin
subyek
sebenarnya semangkin menarik. Baru ketika
pembicara akan mendekati titik akhir, minat
mereka akan sedikit meningkat kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman
akan memanfaatkan aspek-aspek psikologis
sebaik-baiknya. Bila ia
memulai dengan
ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai
dengan menyampaikan topic yang tidak ada
kaitan dengan kepentingan pendengar maka
sebenarnya ia sudah dapat memadamkan
perhatian mereka sebelum berkembang. Sebab
itu ia harus memulai uraian dengan sesuatu
yang betul-betul menarik.
38
3.4.
Berbicara untuk Presentasi
Keterampilan berbicara di depan umum
(public speaking ) atau melakukan presentasi
(presentation) secara efektif
dengan
bahasa
lisan ( verbal) adalah kebutuhan untuk orangorang yang ingin sukses. Apa pun propesi
seseorang dituntut untuk berbicara di depan
orang banyak.
Hal-hal yang diperhatikan dalam berbicara di
depan umum adalah:
1. Bagaimana berhasil berhasil berbicara di
depan umum.
2. Komunikasi efektif
3. Mempersiapkan materi pembicaraan di depan
umum.
4. Teknik berbicara di depan umum
5. Tanggung jawab pembicara
3.5.
Komunikasi efektif
Berbicara di depan umum (public speaking)
pada hakikatnya adalah seni berkomunikasi
lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi
yang efektif dapat tercapai apabila maksud
pesan yang disampai oleh komunikator dapat
39
dipahami dengan baik oleh komunikan, dan
komunikan memberikan umpan balik sesuai
dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling paling tidak
menimbulkan lima hal (menurut Stewant L.
Tubbs dan Sylvia Moss, Seperti dikutip
Jalaludin
Rakhmat
dalam
Psikologi
Komunikasi, 1993):
1. Pengertian komunikasi
2. Kesengan komunikand dankomunikator
3. Pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan
sebagai pesan akibat yang disampaikan oleh
komunikator.
4. Hubungan social yang semangkin baik.
5. Adanya tindakan nyata dari komunikan
sebagaimana yang dikehendaki.
3.6.
Merangcang Materi Pembicaraan di
Depan Umum
1. Topik
2. Tujuan umum
3. Pendahuluan
4. Simpulan/penutup
40
3.7. Teknik berbicara didepan umum dan
presentasi
Menurut
beberapa
pakar
public
speaking, seorang pembicara public perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Pendekatan dan permulaan.
2. Mengatasi kegugupan di depan panggung
3. Membuat ketertarikan pendengar
4. Menjaga ketepatan berbicara, volume suara.
5. Kepercayaan diri.
6. Memperbanayak menguasai perbendaharaan
kata.
7. Memberi tekakanan dalam pembicaraan
8. Tepat waktu.
9. Memiliki kelancaran berbicara.
10. Menggerakan tuh secara alami
11. Memakai pakaian yang sopan
12. Penutup
41
42
BAB VIX
Penulisan Karya Ilmiah
43
1.Pengertian dan Ciri Karya Ilmiah
Istilah karya ilmiah dapat disebut pula
tulisan ilmiah karangan ilmiah, yaitu sebuah
tulisan yang berisi suatu permasalahan yang
diungkap dengan metode ilmiah.
Permasalah dalam karya ilmiah itu atas
dasar fakta, bersifat obyektif, tidak
emosional dan personal, dan disusun secara
sistematis dan logis. Contoh tulisan karya
ilmiah adalah laporan penelitian, skripsi,
tesis, disertasi, makalah, buku pelajaran, dll.
2. Ciri Karya Ilmiah
Sebuah tulisan dapat dikatagorikan
sebagai karya ilmiah apabila tulisan tersebut
memenuhi persyaratan sebagai tulisan
ilmiah. Persyaratan tersebut
sekaligus
sebagai ciri sebuah karya ilmiah. Ciri-ciri
karya ilmiah antara lain sebagai berikut:
a. Mengungkapkan
masalah
dan
pemecahannya secara ilmiah. Ilmu sering
disebut pula pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang disajikan secara sistematis.
Karya ilmiah harus berisi pengetahuan yang
dikemukakan secara sistematis. Keistimewaan
sebuah
karya
ilmiah
dilandasi
oleh
44
penggunaan pola pikir logis (cendikia) dan
fakta atau evidensi yang terpercaya, serta
obyektif.
b. Pengungkapan pendapat didukung
oleh fakta.
Suatu
arya
ilmiah harus didukung oleh fakta atau data
yang cukup dan terpercaya. Suatu pendapat
yang tidak didukung oleh fakta akan
memunculkan
analisis
masalah
yang
subyektif. Hal seperti ini perlu dihindari
dalam penulisan karya ilmiah.
b. Bersifat tepat, lengkap, dan benar.
Sebelum
menulis
karya
ilmiah
seseorang harus meneliti tepat atau
tidaknya
masalah
yang
akan
dikemukakan,
baik
dari
segi
permasalahan,
bidang
ilmiahnya,
maupun audiennya. Selain itu, semua
hal yang berkaitan erat dengan
permasala-han harus dibicarakan
secara lengkap sehingga membentuk
suatu tulisan yang untuk. Bahkan,
permasalahan
yang
diungkapkan
dalam kayra ilmiah itu harus dapat
45
diuji kebenarannya. Yang dimaksud
kebenaran
c. ilmiah, yaitu kebenaran yang bersifat
relatif.
d. Pengembangan secara secara sistematis
dan logis.
Suatu karya ilmiah ditulis dengan landasan
metode ilmiah. Oleh sebab itu penulisan
karya ilmiah harus direncanakan secara
sungguh-sungguh dan teliti. Bagian-bagian
karya ilmiah disusun secara runtut,
sestimatis,logis
sehingga
tulisan
yang
dihasilkannya membentuk satu kesatuan
(kohesif) dan kepaduan (koheren).
e. Berifat tidak memihak dan tidak
emosional
Aspek yang harus dipertimbangkan
dalam menulis karya adalah pikiran dan
pengertian yang dikemukakan secara
sistematis, logis, dan obyektif.
Aspek pribadi diminimalkan (personal),
emosianal
di
minimalkan,
kalau
memungkinkan dihindari. Oleh sebab itu,
apabila seorang menulis dengan tujuan
untuk kepentingan pribadi, propaganda,
46
mengungkapkan prasangka dan emosional,
walau pun hal itu memiliki fakta, hasilnya
menjadi tidak ilmiah lagi. Tulisan seperti
ini akan lebih subyektif dan emosiaonal.
Dengan demikian,kadar keilmiahannya
menjadi luntur.
3. Jenis Karya dan Karya Ilmiah Populer
Jenis Karya Ilmiah
Atas dasar tingkatan akademisnya, karya
ilmiah dapat dibedakan atas limamacam:
1.Laporanpenelitian
2.Makalahataupaper
3.Skripsi
4.Tesis
5. Disertasi
47
1.Laporan
Laporan sebuah tulisan yang dibuat
setelah seorang melakukan pengamatan,
kunjungan,pembacaan
buku
atau
literatur, percobaan. Laporan dapat berisi
informasi.
Misalnya:
Kemajuan
suatu
peristiwa,
penyelesaian tugas hasil wawancara,
hasil
pengkajian
masalah
atau
mengungkapkan hasil penelitian.
Sebagai karya ilmiah laporan ditulis
atas dasar aturan yang berlaku dalam
penyusunan karya ilmiah.
2.Makalah
Parera (1983:83) makalah dalah karya
tulis yang memerlukan studi, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Makalah
dapat
disajikan
dalam
pertemuan ilmiah, seperti seminar,
lokarya, simposium, diskusi ilmiah.
48
Suatu makalah dimuat dalam majalah
ilmiah, seperti jurnal, sebuah artikel,
penulisan perlu memodifikasi baik isi
maupun bentuknya penulisannya dengan
ketentuan yang berlaku pada majalah
yangdibuatnya.
Makalah yang dibuat oleh seorang
pejabat dan dibawakan dalam suatau
pertemuan atau rapat disebut kertas
kerja.
Makalah yang dibuat oleh mahasiswa
disebut terpaper. Makalah yang dibuat
mahasiswa ini merupakan jenis tugas
tertulis pada suatu mata kuliah. Hal ini
dapat berupa kajian suatu buku, kajian
suatu masalah atau analisis fakta hasil
observasi.
3.Skripsi
Jenis
karya
ilmiah
dilingkungan
perguruan tinggi. Karya ilmiah ini
merupakan bagian dari persyaratamn
akademis yang harus ditempuk oleh
setiap mahasiswa starata satu (S1) yang
49
akan menempuk ujian akhir. Skripsi
harus dipertahankan oleh penyusun
dalam suatu sidang ujian.
Skripsi
berisi
penelitian
hasil
laboratorium, penelitian di lapangan,
maupun
penelitian
keputusan.
Hasil penelitian diolah, dibahas, dan
diberikan
komentar,
simpulan.
Penulisan skripsi oleh mahasiswa
biasanya dibimbing oleh dua orang dosen
pembimbing sesuai dengan bidangnya.
4.Tesis
Jenis karya ilmiah yang ditulis oleh
mahasiswa starata dua (S2)
untuk
memperoleh gelas master (magister).
Tesis merupakan karya ilmiah memiliki
taraf lebih tinggi dari pada skripsi.
Artinya, penulisan tesis harus lebih teliti
dan mendalam, baik dari segi
permasalahannya,
kajian
teoritik,
maupun
pembahasannya.
Pernyataan, pendapat, atau teori yang
dikemukakan harus didukung oleh
argumen
yang
kuat.
50
Penulisan tesis harus dibimbing oleh dua
orang yang bergelar doktor, yaitu gelas
tertinggi yang diberikan oleh perguruan
tinggi, atau telah mencapai guru besar
(profesor).
5.Disertasi
Karya ilmiah ini ditulis untuk
memperoleh gelar doktor, yakni gelar
akademis tertinggi yang diberikan oleh
perguruan tinggi. Disertasi ini hanya
ditulis oleh mahasiswa stara tiga (S3) di
suatu perguruan tinggi yang memiliki
Program Pascasarjana (dulu bernama
Fakultas
Pasca
Sarjana).
Disertasi dipertahankan didepan sidang
ujian tertutup dan sidang uji terbuka,
penulisan disertasi dibimbing oleh dosen
senior yangmemiliki gelar doktor atau
ilmuan yang telah memiliki jabatan
profesor / guru beasar.
51
Komponen-komponen karya ilmiah
yang berupa skripsi, tesis, dan
disertasi pada prinsipnya sama,
disusun sebagai berikut:
1. Bagian Awal:
a. Halaman sampul / judul
b. Halaman pengesahan
c. Kata Pengatar
d. Daftar isi
e. Daftar tabel
f. Dafar Gambar
g. Abstrak
2. Bagian Pokok / Utama
a. Pendahuluan (latar belakang dan
permasalahan)
b. Kerangka teoretik dan pengajuan
hipotesi ( jika diperlukan )
c. Metode Penelitian
d. Hasil penelitian, pengujian
52
hipotesis, dan pembahasan.
e. Simpulan, implikasi, dan saran.
3.Bagian Akhir
a. Daftar pustaka (Kepustaan)
b. Lampiran-lampiran
Jika karya ilmiah disajikan dalam
majalah ilmiah, karya ilmiah tersebut
harus diubah dalam bentuk malakah dan
disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku pada majalah yang akan
memuatnya.
Komponenkomponen penting yang ada dalam
sebuah makalah secara runtut sebagai
berikut:
1.Bagian Awal
a. Halaman judul ( berisi judul
makalah dan nama penulis.
2. Bagian Pokok Utama
a. Judul makalah
b. Pendahuluan (berisi latar
belakang masalah, permasalahan,
dan tujuan)
53
c. Karangka teoretik / berpikir
d. Pengkajian dan Pemecahan
masalah
e. Simpulan dan saran
3. Bagian Akhir
a. Buku Rujukan (sumber)
b. Lampiran ( jika perlu ).
54
1. Jenis Karya Ilmiah Populer
Menurut Gie (1992:105) karangan Ilmia
bagih populer merupakansalah satu ragam
karangan fakta. Atas dasar tersebut bahwa
karya ilmiah populer identik dengan karya
ilmiah.
Ciri-ciri karya ilmiah berlaku pula bagi
karya ilmiah populer, yaitu menjajian fakta,
jujur, obyektif, netral, sistematik, dan logis
serta pemaparannya ringkas, jelas, tegas,
dan tepat.
Aspek yang membedakan karya
ilmiah populer dan karya ilmiah pada
umumnya adalah bentuk penyusunan dan
Jangkauan pembacanya.
Bentuk karya ilmiah populer tidak
terikat oleh pola dan ketentuan yang berlaku
Pada masyarakat ilmuah.
55
Bentuk Karya ilmiah populer tidak
terikat / tidak perlu menyebutkan bagianbagian dengan penomoran, secara
eksplisit,
tidak
perlu
sumber
menggunakan sistem penulisan sumber
referensi atau catatan kaki, dan susunan
karya ilmiah populer dan tidak perlu
memuat lampiran data pembuktian.
Jangkauan pembaca karya ilmiah
populer adalah masyarakat umum atau
khalayak ramai, bukan terbatas pada
golongan ilmuan atau kaum cendikiawan
tertentu.
Karya
ilmiah
ditujukan
untuk
menambah ilmu tentang pengetahuan
tentang aspek-aslpek ilmu dan teknologi
meskipun secara global dan sederhana.
56
Berdasarkan bentuk penyajian
karya ilmiah, karya ilmiah :
1. tajuk rencana
2. esai (artikel)
3. pikiran pembaca
1.Tajuk Rencana adalah induk artikel yang
berfungsi sebagai pengantar segala
berita/Isi surat kabar atau majalah.
Pada umumnya tajuk rencana berisi
pesan pimpinan surat kabar/majalah.
Tajuk rencana biasanya ditempatkan
pada kolom 1 dan 2 dalam halaman
pertama atau kedua. Panjangnya sekitar
delapan paragraf atau kurang lebih 20
sampai 35 kalimat. Istilah lain tajuk
rencana adalah editorial, induk berita,
induk opini, , mahkota berita, pesan
redaksi, sepatah kata redaksi.
2.Esai adalah bentuk karya ilmiah populer
yang berisi kupasan terhadap suatu
masalah, baik persoalan yang berkaitan
dengan ilmu, teknologi, maupun seni.
Bagian-bagian yang perlu dalam esai
57
adalah permasalahan, kajian dari
pemecahan masalah, dan simpulan..
Selain
disusun
secara
obyektif,
sistematis, dan logis.
Esai harus
dikemukakan dengan bahasa yang lugas,
ringkas, jelas dan sederhana agar
permasalahan yang dibahas dapat
dipahami oleh semua lapisan pembaca.
3.Pikiran pembaca yaitu tulisan yang
berisi pendapat (opini) atau gagasan
tentang suatu peristiwa atau masalah
yang muncul di masyarakat. Gagasan
tersebut dapat berupa usulan, saran,
ataupemecahan masalah yang ditujukan
kepada
pihak
lain,
(pemerintah,
lembaga, organisasi, atau seseorang).
Pikiran
pembaca
juga
disusun
berdasarkan fakta dan dikemukakan
secara sistematis, logis, obyektif, lugas,
singkat, dan sederhana. Bentuk pikiran
pembaca biasanya lebih ringkas dan
bila dibandingkan dengan karya ilmiah
popular.
58
Bab X
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Ketentuan-ketentuan dalam penulisan
karya ilmiah :
1. Penggunaan kertas
2. Teknik pengetikan
3. Penomoran
4. Penulisan sumber atau referensi.
1. Penggunaan Kertas
Kertas yang digunakan dalan penulisan
karya ilmiah adalah kertas HVS,
berwarna putih, berat 80 gram dan
ukuran kuarto 21,5 x 28 cm, naskah
ditulis hanya ditulis satu sisi kertas
( didak boleh bolak-balik).
2. Tenik Pengetikan
Karya ilmiah diketik dengan huruf pica
atau huruf standar dengan pita warna
hitam.
3. Penggunaan Huruf
Huruf miring atau latin dan persegi
tidak boleh dipergunakan. Lambang,
simbul, notasi, dan huruf-hurf lain yang
59
tidak terdapat dalam mesin ketik atau
komputer dapat ditulis tangan dengan
tinta hitam.
4. (Spasi)
Jarak antar baris dalam pengetikan
naskah karya ilmiah adalah dua spasi
(spasi ganda). Apabila dalam naskah
terdapat absrak, pengetikannya dengan
jarak satu spasi (spasi tunggal) dan
biasanya abrak tidak boleh lebih satu
halaman. Demikian juga terusan nama
bab, terusan nama judul tabel, terusan
nama judul gambar/ grafik, dan kutipan
langsung dari empat baris diketik
dengan jarak satu spasi.
e. Penulisan Alinea Baru
Pada umumnnya cara pengetikan alinea
baru dimulai setelah ketukan kelima
dari tepi kiri (menjorok ke dalam).
Nanum demikian, dapat pula dengan
cara lain, yaitu tidak menjorok ke
dalam atau dengan sistem lurus, tetapi
60
setiap pergantian alinea harus diberi
jarak dua kali lipat spasi baris biasa.
d.Penulisan Bab
Penulisan sub bab dan anak sub bab
mengikuti ketentuan berikut:
1. Bab ditulis dengan huruf kapital
semuanya dan tidak diakhiri oleh
tanda baca apa pun. Nomor bab
ditulis dengan angka Romawi. Bab
ditulis dengan posisi tengah tengah
yang simetris antara tepi kanan dan
tepi kiri pada halaman yang
bersangkutan.
2. Penulisan sub bab dan nomor sub bab
Penulisan nama pengarang, baik
yang diacu dalam tubuh tulisan maupun
yang dicantumkan pada daftar pustaka
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
2.1 Nama pengarang yang diacu
dalam tubuh tulisan hanya ditulis nama
pokoknya.
Misal: Jika nama pengarang “ Ahmad
61
Sudargo”, yang ditulis dalam tubuh tulis
hanya “ Sudargo”
2. Anak subbab dan nomor anak subbab
ditulis mulai dari batas tepi kiri dan
tidak menggunakan garis bawah. Setiap
awal kata pada anak subbab ditulis
dengan huruf kapital. Nomor hurup
anak subbab ditulis dengan angka.
62
BAB X
HARGA POKOK DAN HARGA JUAL
A. Harga Pokok
1. Pengertian Perdangan dan Jenis pedangan.
2. Syarat Perbayaran dan Penyerahan Barang.
3. Jenias Potongan dalam Perdagangan Barang
B. Penulisan Tabel dan Gambar
Penulisan table dan gambar termasuk Grafik
dalam sebuah karya ilmiah mengikuti ketentuanketentuan:
1. Penulisn
tabel
sedapat
mungkin
diupayakan yang sampai ganti halaman.
2. Jika terpaksa tidak dapat dalam satu
halaman penulisan, tabel dapat disambung
melebar atau memanjang dan lipat sesuai
dengan ukuran kertas.
3. Tabel yang dibuat melebar atau melebar.
4. Nomor dan judul semetris di atas tabel.
5. Nomor dan judul gambar di tempatkan
simetris dibawah gambar.
6. Penulisan judul dan tabel tidak diakhiri
dengan dengan tanda baca.
7. Pembuatan gambar tidak boleh di potong
atau dipenggal.
8. Penulisan nomor urut tabel menggunakan
anggka, sedangkan penulisan nomor urut
gambar/ grafik dengan menggunakan angka
romawi.
63
9. Penulisan buku.
Penulisan daftar pustaka atau biografi
meliputi meliputi penulisan buku. Dalam
majalah ilmiah dan penulisan lain yang
layak digunakan sebagai sumber acuan
dalam penuliasan karya ilmiah. Penuliasan
buku dalam daftar pustaka mengikuti
ketentuan urutan sebagai berikut:
1. Nama pengarang
2. Tahun penerbit
3. Nama buku
4. Nama tempat penerbit
5. Nama penerbit
64
BAB XI
Makalah
1. Pengertian Makalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesaia, Malakah diartikan
sebahagi tulisan resmi tentang pokok yang dimaksud untuk dibaca di
muka umum dan yang sering disusun untuk diterbitkan. Malakah
digunakan untuk pembicaraan resmi misalnya seminar. Makalah
digunakan sebagai pedoman bagi penjaji sekaligus sebagai acuan
partisipasi yang mengikuti seminar.
Makalah adalah karya ilmiah berisi uraian dari topik yang di
membahas suatu permasalahanyang akan disampaikan dalam
seminar.
Makalah memuat suatu pemikiran tentang suatu masalah atau
topik tertentu yang ditulis secara systematis, runtut dengan disewrtai
analisis yang logis dan obyektif. Makalah ditulis untuk memenuhi
tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas inisiatif
sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah.
a. Menentukan Topik
Topik dapat dikembangkan dan bermanfaat untuk dijadikan
malakah. Misalnya, topic “ Upacara pagi setiap Senin,” akan lebih
bermanfaat “ Latihan kepemimpinan di Sekolah.” Alasannya,
upacara pagi setiap senin dianggap telah dilaksanakan secara
rutin, latihan kepemimpinan di sekolah, meskipun telah
dilaksanakan oleh beberapa sekolah, tetapi dianggap jarang di
samping memiliki manfaat yang cukup banyak.
b. Membatasi Topik
Apakah topic perlu dibatasi? Apabila topic terlalu luas akan
menyulitkan dalam pembahasan, kurang menjamin mutu makalah,
selain itu teknik penulisan atau pembahasan.
65
Perhatikan contoh :
Makalah “ Kendaraan Roda Dua di Kota Bima”
Topik ini meluas dam umum, bila dibandingkan dengan dengan
“ Masalah Ojek di Kota Bima “
c. Kriteria judul makalah yang baik:
1. Judul menggammbar Isi.
2. Judul harus singkat dan jelas
3. Judul bukan kalimat tatapi frasa.
4. Judul menarik dan memiliki daya pikat.
5. Panjang judul berkisar antara 5-15 kata
d. Pentusun Kerangka Makalah
Makalah membahas sebuah topic Yng terkait dengan perkuliah
atau tema dalam suatu seminar, symposium kongres, atau seminar
dan lokakarya.
1.Makalah ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang disusun
berdasarkan pada informasi, data atau hasil penelitian yang
ditujukan untuk golongan pembaca masyarakat tertentu dan pada
kejadian tertentu, seperti makalah, seminar, makalah lokakarya.
Makalah ilmiah itu dapat digunakan sebagai masukan untuk
keputusan yang diambil oleh pembaca.
2. Makalah semesterial adalah makalah biasanya berhubungan
dengan sauatu kegiatan atau proyek dari suatu kegiatan
pendidikan dan merupakan rangkuman dalam suatu periode
pendidikan tertentu seperti semester, triwulan, dan caturwulan,
tergantung mata kuliah dapat dilakukan dengan penelitian.
Pokok masalah yang dipilih untuk dibahas dalam makalah harus
diperinci menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan.
e. Sistematika Penulisan Makalah
Yang dimaksud sistematika penulisan makalah di sini
ialah
menempatkan unsur-unsur permasalah dan urutan-urutannya
sehingga merupakan kesatuan karangan ilmiah yang tersususn
secara sistematis dan logis
66
a) Rincian dan urutan isi
1. Bagian awal, terdiri dari:
a. Halaman sampul
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Daftar Tabel
2. Bagian tengah terdiri dari:
a. Pendahuluan
b. Uraian masalah yang dibagi menjadi bab-bab
c. Kesimpulan
3. Bagian terakhir, terdiri dari:
a. Daftar pustaka
b. Saran
2. Ciri-ciri makalah
a. Logis, maksudnya keterangan uraian pandangan dan pendapat,
dapat dikaji, dibuktikan, dan diterima secara rasio.
b. Obyektif, artinya mengemukakan keterangan dan penjelasan apa
adanya,
c. Sistematis artinya apa yang disampaikan disusun secara runtut
dan berkesinambungan.
d. Jelas, artinya keterangan, pendapat dan pandangan yang
dikemukakan jelas dan tidak membingungkan (ambigu).
e. Kebenaran dapat diuji, artinya pernyataan, pandangan serta
keterangan yang dipaparkan dapat diuji, berdasarkan pernyataan
yang sesungguhnya.
67
68
69
Download