PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM BENTUK KO PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI BAHAN PENGIKAT UNTUK PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa paradisiaca L.) OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A FILLER WITH LACTOSE AND VARIOUS TYPE OF BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL MANUFACTURE Ghita Atika Sulam, Agusmal Dalimunthe* Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775 Corresponding author: Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. Departemen Teknologi Sediaan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775 Medan PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM BENTUK KO PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI BAHAN PENGIKAT UNTUK PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa paradisiaca L.) OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A FILLER WITH LACTOSE AND VARIOUS TYPE OF BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL MANUFACTURE Ghita Atika Sulam, Agusmal Dalimunthe* Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775 Disetujui oleh : Pembimbing, Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP: 195406081983031005 Corresponding author: Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. Departemen Teknologi Sediaan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775 Medan PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM BENTUK KO PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI BAHAN PENGIKAT UNTUK PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL ABSTRAK Latar Belakang: Kulit buah pisang nangka mengandung pati yang dapat digunakan antara lain sebagai bahan pengisi. Sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih stabil dalam penyimpanan, dan mudah dalam pengemasan. Tujuan: Mengetahui pati kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.) sebagai bahan pengisi ko proses dapat dicetak menjadi tablet paracetamol dengan variasi jenis bahan pengikat menggunakan metode cetak langsung, serta untuk mengetahui tablet paracetamol yang diformulasikan memenuhi syarat mutu. Metode:Pati kulit buah pisang nangka diisolasi dengan cara mengambil bagian dalam kulit buah (warna putih) lalu dihaluskan dan direndam dengan akuades selama 24 jam lalu disaring dan dikeringkan. Kemudian di rendam dan diayak. Dibuat bahan pengisi ko proses dengan menambahkan bahan pengikat pada laktosa lalu digranul. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung dalam lima formula dengan berbagai jenis pengikat yaitu mucilago amili 8% (F1), gelatin 4% (F2),PVP 2% (F3), CMC Na % (F4), dan mucilago amili 8% sebagai pembanding (F). Dilakukan uji preformulasi, granul dicetak menjadi tablet kemudian dilakukan evaluasi mutu yaitu kerapuhan, kekerasan, waktu hancur dan keseragaman bobot. Hasil: Hasil yang diperoleh yaitu semua formula dengan berbagai jenis pengikat dapat dicetak menjadi tablet dengan metode cetak langsung. Formula yang menggunakan bahan pengikat F1: mucilago amili 8%, F2: gelatin 4%, F3: PVP 2%, F4: CMC Na 4%, F: Pembanding, menghasilkan tablet dengan kerapuhan 0,98, 0, 67, 0,34, 0 dan 0,29%, waktu hancur 11,18, 03,45, 1,72,14,28 dan 10,4 menit, kekerasan ,3, 3,9, 4,89,4,19 dan ,3 kg. Semua formula memenuhi syarat mutu keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi III yaitu tidak lebih dua tablet yang bobotnya menyimpang dari 5% dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari 10% Kesimpulan: Pati kulit buah pisang nangka sebagai bahan pengisi ko proses dapat dicetak menjadi sediaan tablet paracetamol dengan menggunakan metode cetak langsung. Hasil evaluasi tablet paracetamol dengan bahan pengisi ko proses pati kulit buah pisang nangka dari F1-F memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kerapuhan dan waktu hancur, tetapi kekerasan tablet F2 belum memenuhi persyaratan. Kata Kunci: pati kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.), bahan pengisi ko proses, cetak langsung. UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa paradisiaca L.) OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A FILLER WITH LACTOSE AND VARIOUS TYPE OF BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL MANUFACTURE ABSTRACT Background: Banana nangka peels contain starch which can be used as fillers. Tablet preparations have several advantages including being more stable in storage, and easier in packaging. Purpose: To find out the banana nangka peel starch (Musa paradisiaca L.) as filler in the process can be compressed into paracetamol tablets with variations in the type of binder using direct compression methods, and to find out the paracetamol tablets formulated to meet quality requirements. Method: Banana nangka peel starch was isolated by taking part in the peel of the fruit (white) and then mashed and soaked with distilled water for 24 hours then filtered and dried. Then soaked and sifted. The process is made by co processed excipient as a filler added the binder with lactose and digging it. Tablets are made by direct compressed method in five formulas with various types of binder, namely mucilago amili 8% (F1), gelatin 4% (F2), PVP 2% (F3), CMC Na% (F4), and mucilago amili 8% as a comparison (F). Preformulation test is carried out, granules are printed into tablets then quality evaluations are carried out namely brittleness, hardness, disintegration time and weight uniformity. Results: The results obtained are all formulas with various types of binders can be printed into tablets by the direct compression method. Formula that uses F1 Comparison, produces tablets with a fragility of 0.98, 0, 67, 0, 34, 0 and 0.29%, disintegration time 11.18, 03.45, 1.72,14.28 and 10.4 minutes, hardness 3, 3,9, 4 uniformity of tablet weights according to Pharmacopoeia Indonesia Edition III is no more than two tablets whose weights deviate from 5% and none of their tablets deviate from 10% Conclusion: Banana nangka peel starch of co processed excipient as a filler can be compressed into preparations of paracetamol tablets using direct compression method. The results of the evaluation of paracetamol tablets F1-F using banana nangka peel starch of co processed excipient as a filler meet the uniformity requirements of weight, friability and disintegration time, but the hardness of F2 tablets does not meet the requirements. Keywords: banana nangka peel starch (Musa paradisiaca L.), co-processed excipient, direct compression. (Akram et al., 2011). Pada metode ini granulasi tidak lagi diperlukan sebelum pembentukan tablet. Namun pada metode kempa langsung bahan pengisi tablet harus mempunyai sifat alir yang baik untuk menentukan apakah suatu serbuk mempunyai kemampuan mengalir ke dalam ruang kempa (die) sehingga dapat menjamin keseragaman pengisian. Selain itu, bahan pengisi tablet juga harus mempunyai kompresibilitas yang baik untuk menentukan apakah suatu serbuk dapat dikempa dan membentuk suatu massa yang kompak (Sa’adah dan Fudholi,2011). Untuk mendapatkan sifat eksipien atau bahan pengisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan metode koproses. Ko-proses adalah suatu metode kombinasi dari dua atau lebih bahan pengisi yang dirancang secara fisik dengan memodifikasi sifat dari masing-masing eksipien melalui cara yang tidak dapat dicapai dengan pencampuran fisik sederhana dan tanpa perubahan kimiawi yang signifikan. Eksipien ko-proses ini memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan eksipien individu seperti sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Katphalia dan Jogi, 2014). Untuk mengetahui mutu atau karakteristik suatu sediaan tablet maka perlu dilakukan serangkaian evaluasi, dimana evaluasi tablet tersebut memiliki syarat yang telah ditentukan agar dapat memenuhi standar keamanan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membuat sediaan tablet dengan memanfaatkan kulit buah pisang nangka yang diperoleh dari limbah sisa produksi makanan ringan (kripik pisang) sebagai bahan pengisi. Untuk mendapatkan sifat eksipien atau PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu penghasil pati alami yakni buah pisang yang mengandung kadar pati sebesar 7080% pada keadaan mengkal atau belum masak. Pisang yang merupakan tanaman asli benua Asia ini diproduksi dalam jumlah besar baik di area tropik maupun sub tropic (Izidiro,dkk, 2007). Kulit pisang merupakan limbah dari sisa produksi makanan ringan (seperti kripik pisang, sale pisang, dan lain-lain) yang biasanya hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi kulit pisang raja yaitu materi organik 91,50%, protein 0,90%, crude lipid 1,70%, karbohidrat 59%, dan crude fibre 31,70% (Anhwange et al., 2009), sedangkan komposisi kulit pisang menurut Munadjim (1983), yaitu air 68,90%, karbohidrat 18,50%, lemak 2,11%, protein 0,32% dan komposisi kandungan kimia lainnya (Amin, 2015). Tablet merupakan sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979). Terdapat beberapa metode pembuatan tablet seperti metode kempa langsung, granulasi basah dan granulasi kering. Saat ini metode kempa langsung menjadi metode pilihan utama karena kempa langsung merupakan metode yang paling sederhana dan paling ekonomis untuk pembuatan tablet 5 bahan pengisi yang lebih baik dilakukan dengan metode ko-proses dengan laktosa (1:1). Paracetamol merupakan zat aktif yang digunakan sebagai model formulasi untuk melihat pati kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.) sebagai bahan pengisi dapat dicetak menjadi tablet dan memenuhi standar mutu. Untuk melihat bahan pengikat yang paling baik atau cocok untuk pati kulit buah pisang nangka maka divariasikan bahan pengikat. pisang nangka (Musa paradisiaca L.), etanol 96%, kloroform, laktosa, Mg stearat, paracetamol, pvp, talkum. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini pisang nangka diperoleh dari limbah pabrik kripik di Jalan Taqwa, Medan Sunggal, Sumatera Utara. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi tahapan penyiapan sampel, pembuatan pati, karakterisasi pati, pembuatan bahan pengisi dalam bentuk ko-proses dengan bahan PKBPN-laktosa dan bahan tambahan seperti, bahan pengikat, penghancur, dan bahan pelicin. Pemeriksaan preformulasi, pencetakan tablet, uji evaluasi terhadap sediaan tablet. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alat tanur, ayakan mesh 12, , mesh 16, mesh 20, mesh 40, blender (Phillips), cawan penguap, cawan alas datar, erlenmeyer, Roche friabilator (Copley), hardness tester (Strong-Cobb), Disintegration tester, kertas saring, lumpang dan alu, kurs porselen, mesin pencetak tablet single punch (Erweka), neraca analitik (Dickson), stopwatch, spatula, waterbath, lemari pengering, corong alir, mikroskop, oven, aluminium foil, penggaris.. Identifikasi Bahan Tumbuhan Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Departemen Biologi FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pembuatan Pati Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah pisang nangka. Sampel buah pisang nangka yang telah dikumpulkan dibersihkan, dipisahkan kulit buah pisang nangka dari daging buahnya lalu ditimbang berat kulit buah pisang nangka tersebut. Kemudian diambil kulit bagian dalam (warna putih) kulit pisang dengan cara dikeruk menggunakan spatula lalu dihaluskan dengan blender dan direndam dengan akuades selama 24 jam. Setelah itu disaring, dikeringkan selama 24 jam. Kemudian direndam residu dengan akuades lau diayak dengan mesh 12. Dikeringkan selama 2 jam lalu diayak dengan mesh 20 dan dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu 40-50oC. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik dan disimpan di Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, amilum manihot, asam klorida encer, CMC Na, corn starch, gelatin, kulit 6 tempat yang kering dan terlindung dari cahaya matahari. 5 Jumah Formulasi Sediaan R/ Paracetamol Bahan pengikat (variasi) Corn Starch Talkum Mg stearat Laktosa + PKBPN aa m. f. tab dtd No C Bobot per tablet: 2 mg F 2 F 3 F4 Paracet amol 7, PKBPN 25 Laktosa 25 Mucila go amili 1,5 - - - Larutan gelatin - 0,7 5 - - PVP - - 0,3 75 - CMC Na - - 7, 2 5 2 5 7,5 7,5 25 25 25 25 F5 7,5 25 25 1,5 - 0,75 - Mg 1,25 1,25 1,2 1,25 1,2 stearate 0 0 50 0 50 0,6 0,62 25 62,5 62, 5 Evaluasi Preformulasi Granul a. Indeks Tap Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai garis tanda dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali dengan alat yang dimodifikasi sehingga diperoleh volume akhir (V2). Indeks tap dapat dihitung dengan rumus : Corn 3,12 3,12 3,1 3,12 3,1 Starch 5 5 25 5 25 Talkum 0,62 0,62 62, 5 5 Pembuatan Tablet Tablet pati kulit buah pisang nangka dibuat dengan cara: a. Alat-alat yang digunakan dibersihkan dan ditimbang semua bahan yang digunakan. b. Dimasukkan kedalam lumpang paracetamol, bahan pengisi ko proses, Corn starch, dan PKBPN lalu dihomogenkan dengan sudip. c. Massa diayak dengan ayakan mesh nomor 20 d. Talkum dan Mg stearat ditambahkan kedalam granul yang kering dan dilakukan uji preformulasi e. Tablet dapat dicetak dan dilakukan uji evaluasi Formula F1 62,5 62,5 25 . Keterangan : F1 : Formula tablet PKBPN dengan konsentrasi mucilago amili 8% F2 : Formula tablet PKBPN dengan konsentrasi larutan gelatin 4% F3 : Formula tablet PKBPN dengan konsentrasi PVP 2% F4 : Formula tablet PKBPN dengan konsentrasi CMC Na 4% F : Formula tablet PKBPN Pembanding 0, 075 x 5% 1% 2% q Tabel 3.1. Formula Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengisi Pati Kulit Buah Pisang Nangka (Musa Paradisiaca L.) dalam bentuk Ko proses Bahan 5 0,6 7 𝑉1 − 𝑉2 × 100% 𝑉2 Syarat indeks tap lebih kecil dari 20 % (Voigt, 1995). lebih besar dari yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979). Tabel 3.2Syarat Penyimpangan Bobot 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑇𝑎𝑝 = b. Waktu alir Penentuan waktu alir granul dilakukan dengan cara: Granul sebanyak 100 g, ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai kemudian permukaanya diratakan. Penutup bawah dibuka bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch. Stopwatch dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong dan dicatat waktu alir granul (Voigt, 1995). c. Sudut diam Penentuan sudut diam granul dilakukan dengan cara: Granul sebanyak 100 g, ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong alir yang telah dirangkai , permukaan granul di dalam corong diratakan, lalu penutup corong dibuka, sehingga granul mengalir sampai habis. Tinggi tumpukan granul yang terbentuk diukur. Sudut diam dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 2𝐻 𝑡𝑎𝑛𝜃 = 𝐷 Keterangan: 𝜃 = sudut diam Granul yang memiliki daya alir bebas akan memiliki sudut diam antara 20° sampai 40° (Voigt, 1995). b. Uji friabilitas Tabletyang akan diuji sebanyak 20 tablet. Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (A) dimasukkan ke dalam alat dan diputar selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (B), kehilangan bobot tidak lebih dari 0,8 % (Banker dan Anderson, 1994). Friabilitas dapat dihitung dengan rumus: 𝐴−𝐵 𝐹𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100% 𝐵 c. Uji kekerasan Tablet yang akan diuji sebanyak 5 tablet. Diletakkan sebuah tablet antaraanvil dan punch tegak lurus, tablet dijepit dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala. Skrup ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk Evaluasi Tablet a. Keseragaman bobot Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya 8 5 tablet. Syarat kekerasan tablet 4 kg–8 kg (Parrott, 1971). granulasi basah dapat dilihat pada Tabel 4.4. d. Uji waktu hancur Penetapan waktu hancur tablet menggunakan alat Disintegration tester. Alat ini terdiri dari suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 mL thermostat dengan suhu 35-39°C dan alat untuk menaik turunkan keranjang dengan frekuensi antara 29-32 kali per menit. Tablet yang diuji sebanyak 6 tablet, dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, turun naikkan keranjang secara teratur antara 29-32 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bahagian tablet yang tertinggal di atas kasa. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit. Apabila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian menggunakan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Depkes RI, 1995). Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik dengan masing-masing konsentrasi seberat 50g, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameterparameter kestabilan meliputi bau, warna dan konsistensi sediaan masker clay. Pengamatan stabilitas sediaan masker clay dievaluasi setiap minggu selama penyimpanan 12 minggu (Sembiring, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh bahwa uji waktu alir granul memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10 detik. Apabila waktu yang diperlukan oleh 100 g granul untuk mengalir keluar dari corong lebih dari 10 detik, akan mengalami kesulitan waktu penabletan (Lestari dan Natalia, 2007). Uji waktu alir granul dari setiap formula berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi pengikat yang digunakan, pada formula F4 waktu alir granul lebih cepat dibandingkan dengan waktu alir granul pada formula F1, F2, F3 dan F5. Ukuran granul pada formula F4 lebih besar dibandingkan dengan formula F1, F2, F3 dan F5. Hasil pengujian distribusi partikel bahwa granul yang dihasilkan oleh formula menggunakan CMC Na lebih baik dibandingkan formula menggunakan mucilage amili, gelatin dan PVP. Ukuran partikel granul makin kecil akan memperbesar gaya kohesinya sehingga granul akan menggumpal HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Preformulasi Waktu Alir Granul Hasil uji waktu alir granul dari formula dengan berbagai variasi bahan pengikat dengan metode 9 dan menghambat kecepatan alirannya (Banker dan Anderson, 1986). Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kondisi permukaan, kelembapan granul dan penambahan bahan pelicin. Analitik granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrot, 1971). Bila sudut lebih kecil atau sama dengan 30º biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40º biasanya daya mengalirnya kurang baik. Dari nilai sudut diam dan kompresibilitas dapat menunujukkan indikasi bias diterimanya sifat aliran yang dimiliki suatu bahan. Indeks Tap Hasil uji dari formula variasi bahan metode granulasi pada Tabel 4.. Sudut Diam Hasil sudut diam granul dari berbagai variasi bahan pengikat dapat dilihat pada Tabel 4. indeks tap granul dengan berbagai pengikat dengan basah dapat dilihat Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet, kelarutan dan sifatsifat lainnya. Kompresibilitas granul tergantung pada bentuk partikel. Pada granul berukuran kecil dapat membentuk massa yang lebih kompak dibandingkan dengan granul besar. (Lachman, dkk, 1994). Faktor yang mempengaruhi sudut diam adalah semakin tinggi timbunan serbuk, maka semakin besar sudut diam sehingga semakin besar gaya adhesi-kohesi yang pada akhirnya menyebabkan daya alir semakin buruk (Parrot, 1971). Semakin kecil nilai indeks tap granul maka volume pemampatan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena jumlah pemakaian dan bahan pengikat yang Berdasarkan gambar uji preformulasi sudut diam dari formula F1-F, memenuhi persyaratan yaitu antara 20º- 40º. 10 digunakan berbeda sehingga menghasilkan bentuk granul yang berbeda. Dari gambar diatas bahwa indeks tap granul dari beberapa formula bervariasi akan tetapi masih memenuhi persyaratan yaitu ≤ 20% (Voight, 1995). Evaluasi Tablet Evaluasi Keseragaman Bobot Hasil uji keseragaman bobot tablet denga variasi bahan pengikat mengguanakan metode granulasi basah dari formula dapat dilihat pada Tabel 4.7. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. Bila punch cembung (terlebih lagi yang sangat cembung) digunakan dalam pembuatan tablet, apalagi kondisinya kurang baik atau tepi permukaannya sudah tidak baik, maka tablet yang dihasilkan akan berumbai atau tidak rata pada tepinya. Tablet seperti ini friabilitasnya akan lebih tinggi dari pada normal, karena rumbai-rumbai itu akan dilepaskan pada waktu pengujian. Kerapuhan tablet dapat juga dipengaruhi oleh kandungan air dari granul. (Lachman, 1986). Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet dengan variasi pengikat dengan berbagai konsentrasi dari ke empat formula yaitu F1, F2,F3, F4 memenuhi persyaratan bahwa tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari persyaratan yang ditetapkan, menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), yaitu tidak lebih dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet yang menyimpang dari bobot yang ditetapkan pada kolom B Dari gambar dapat dilihat friabilitas F1-F memenuhi persyaratan. Dimana F1 dan F2 memiliki nilai friabilitas yang lebig tinggi dibangding dengan F3, F4 dan F. Menurut Siregar dan Wikarsa (2010), menjelaskan bahwa persyaratan friabilitas yaitu maksimal 1% untuk sediaan tablet konvensional. Evaluasi Friabilitas Hasil uji friabilitastablet denga variasi bahan pengikat mengguanakan metode granulasi basah dari formula dapat dilihat pada Tabel 4.8. Evaluasi Kekerasan Tablet Hasil uji kekerasan tablet denga variasi bahan pengikat mengguanakan metode granulasi 11 basah dari formula dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dimana F2 dengan bahan pengikat larutan gelatin belum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut bahan pengikat akan mempengaruhi baik buruknya suatu sediaan tablet. Gelatin sebagai bahan pengikat yaitu menghasilkantablet yang rapuhsehingga menghasilkan waktu disintregannya lebih singkat. CMC menghasilkan tablet yang tidak keras, dan waktu disintegrasinya cepat tetapi sedikit higroskopis. Kekerasan tabletbukanlah indikator yang absolut dari kekuatan tablet, karena pada beberapa formulasi, bila dikempa menjadi tablet yang sangat keras,cenderung akan terjadi cap pada pergesekan,sehingga menghilangkan bagian atas, karena itu cara lain untuk mengukur kekuatan tablet yaitu friabilitas (Lachman, 1986). Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerapuhan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian obat.Kekuatan tablet, seperti juga ketebalannya, merupakan fungsi dari isi die dan gaya kompresi. (Lachman, 1986). Evaluasi Waktu Hancur Hasil uji Waktu Hancur tablet denga variasi bahan pengikat mengguanakan metode granulasi basah dari formula dapat dilihat pada Tabel 4.10. Dari Dari gambar dapat dilihat bahwa kekerasan tablet dari tiap formula bervariasi. Menurut (Parrot,1971), persyaratan yang ditetapkan untuk kekerasan tablet yaitu 4-8 kg. Kekerasan tablet dari tiap formula berbeda-beda sesuai dengan jenis dan jumlah bahan pengikat yang digunakan dan berapa banyak bahan pengikat yang terpakai. Formula F1 dan F5 mempunyai kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan formula F2,F3 dan F4. Formula 1 dan Formula 5 menggunakan pengikat mucilago amili menghasilkan kekerasan yang lebih besar dibandingkan semua formula dengan kekerasan mencapai 5,30 kg dan 5,35 kg. Tablet dinyatakan hancur jika terlarut dalam suatu medium penguji atau hancur menjadi banyak partikel. Langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel kecil atau granul yang disebut disentegrasi (Lachman, 1986). 12 F3: 4,89 kg, F4: 4,19 kg, F: ,3 kg . Dimana hasil dari uji keseragaman bobot, friabilitas, waktu hancur sesuai dengan persyaratan evaluasi tablet tetapi untuk kekerasan tablet F2 belum sesuai dengan persyaratan evaluasi tablet. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV waktu hancur tablet yaitu tidak lebih dari 15 menit. Hasil dari gambar menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan waktu hancur. Waktu hancur dari tiap formula berbeda-beda sebanding dengan kekerasan tablet. Dimana F1 dan F4 memiliki waktu hancur yang lebih lama dibandingkan F2,F3, dan F tetapi masih memenuh persyartan. Saran Disarankan untuk penelitian selanjutnya dalam pemanfaatan pati kulit buah pisang nangka sebagai bahan pengisi dapat menggunakan metode pembuatan tablet secara granulasi kering maupun granulasi basah. DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Halaman 244-272. Banker, G.S. dan Anderson N.R. (1994).Tablet.Edisi III. Jilid II. Jakarta: UI- Press. Halaman 643-703. Carstensen, J.T. 1977. Theory of Pharmaceutical System. London: Academic Press. Halaman 150-152. Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 3-6. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 321-326, 333-337. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5, 1035. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-9, 32. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pati dari kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.) sebagai bahan pengisi dalam bentuk ko proses dapat dicetak menjadi sediaan tablet paracetamol dengan menggunakan metode cetak langsung. 2. Hasil evaluasi tablet paracetamol dengan bahan pengisi pati dari kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.) dalam bentuk ko proses menghasilkan keseragaman bobot yaitu F1: 441 mg, F2: 430 mg, F3: 436 mg, F4: 442,5 mg, friabilitas yaitu F1: 0,45%, F2:0,7%, F3: 0,69%, F4: 0,56%, waktu hancur yaitu F1: 11,18 menit, F2: 03,45 menit, F3: 1,72 menit, F4: 14,28 menit, F: 10,4 menit dan kekerasan yaitu F1: ,3 kg, F2: 3,9 kg, 13 Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 50-54, 75-79, 162170. Desiyana, dkk. 2016. Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka Pada Mencit(Musmusculus). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Hal 2-4. Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fiofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia. 57 (7): 206 Ditjen POM RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman1331. Humrah, dkk. 2018. Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Dalam Penanganan Awal Balita Diare Di Desa Bone Kec. Bajeng. Midwife Journal. 5 (1). 2-3. Gaman, P.M., dan Sherington, K.B. 1992. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Halaman 43. Lachman, L., H.A Lieberman, dan J.L Kanig. 1986. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Edisi III. Philadelphia: Lea & Febinger. Halaman 311314, 645-794. Lachman, L., H.A Lieberman, dan J.L Kanig. 1994. Teori dan Praktek FarmasiFarmasi Industri. Edisi III. Diterjeahkan oleh Suyatmi S, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Halaman 4357, 110-113. Lieberman, H.A., Lachman, L., dan Kaning, J.L. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. Vol.I. Edisi II. New York: Marcell and dekker Inc. Halaman. 149153. Parrott, L. 1971. Pharmaceutical Technology. United States of America: Burges Publishing Company. Halaman 82. Rochmasari, Yulinar. 2011. Studi Isolasi Dan Standar Molekul Senyawa Kimia Dalam Fraksi Netral Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.,). Depok: UI. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi I. Penerjemah: Soedani N.S. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 200. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi II. Penerjemah: Soedani N.S. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 159. 14