Uploaded by User46521

PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA SEBAGAI BAHAN PENGISI KO PROSES DALAM PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL

advertisement
PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA
(Musa paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM
BENTUK KO PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI
BAHAN PENGIKAT UNTUK PEMBUATAN TABLET
PARACETAMOL
UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa
paradisiaca L.) OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A
FILLER WITH LACTOSE AND VARIOUS TYPE OF
BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL
MANUFACTURE
Ghita Atika Sulam, Agusmal Dalimunthe*
Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Corresponding author:
Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.
Departemen Teknologi Sediaan Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan
PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA
(Musa paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM
BENTUK KO PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI
BAHAN PENGIKAT UNTUK PEMBUATAN TABLET
PARACETAMOL
UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa
paradisiaca L.) OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A
FILLER WITH LACTOSE AND VARIOUS TYPE OF
BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL
MANUFACTURE
Ghita Atika Sulam, Agusmal Dalimunthe*
Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Disetujui oleh :
Pembimbing,
Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.
NIP: 195406081983031005
Corresponding author:
Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.
Departemen Teknologi Sediaan Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp.(061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan
PEMANFAATAN PATI KULIT BUAH PISANG NANGKA (Musa
paradisiaca L.) SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM BENTUK KO
PROSES DENGAN LAKTOSA DAN VARIASI BAHAN PENGIKAT
UNTUK PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL
ABSTRAK
Latar Belakang: Kulit buah pisang nangka mengandung pati yang dapat
digunakan antara lain sebagai bahan pengisi. Sediaan tablet memiliki beberapa
keuntungan antara lain lebih stabil dalam penyimpanan, dan mudah dalam
pengemasan.
Tujuan: Mengetahui pati kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.)
sebagai bahan pengisi ko proses dapat dicetak menjadi tablet paracetamol dengan
variasi jenis bahan pengikat menggunakan metode cetak langsung, serta untuk
mengetahui tablet paracetamol yang diformulasikan memenuhi syarat mutu.
Metode:Pati kulit buah pisang nangka diisolasi dengan cara mengambil bagian
dalam kulit buah (warna putih) lalu dihaluskan dan direndam dengan akuades
selama 24 jam lalu disaring dan dikeringkan. Kemudian di rendam dan diayak.
Dibuat bahan pengisi ko proses dengan menambahkan bahan pengikat pada
laktosa lalu digranul. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung dalam lima
formula dengan berbagai jenis pengikat yaitu mucilago amili 8% (F1), gelatin 4%
(F2),PVP 2% (F3), CMC Na % (F4), dan mucilago amili 8% sebagai pembanding
(F). Dilakukan uji preformulasi, granul dicetak menjadi tablet kemudian
dilakukan evaluasi mutu yaitu kerapuhan, kekerasan, waktu hancur dan
keseragaman bobot.
Hasil: Hasil yang diperoleh yaitu semua formula dengan berbagai jenis pengikat
dapat dicetak menjadi tablet dengan metode cetak langsung. Formula yang
menggunakan bahan pengikat F1: mucilago amili 8%, F2: gelatin 4%, F3: PVP
2%, F4: CMC Na 4%, F: Pembanding, menghasilkan tablet dengan kerapuhan
0,98, 0, 67, 0,34, 0 dan 0,29%, waktu hancur 11,18, 03,45, 1,72,14,28 dan 10,4
menit, kekerasan ,3, 3,9, 4,89,4,19 dan ,3 kg. Semua formula memenuhi syarat
mutu keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi III yaitu tidak
lebih dua tablet yang bobotnya menyimpang dari 5% dan tidak satupun tablet
yang bobotnya menyimpang dari 10%
Kesimpulan: Pati kulit buah pisang nangka sebagai bahan pengisi ko proses
dapat dicetak menjadi sediaan tablet paracetamol dengan menggunakan metode
cetak langsung. Hasil evaluasi tablet paracetamol dengan bahan pengisi ko proses
pati kulit buah pisang nangka dari F1-F memenuhi persyaratan keseragaman
bobot, kerapuhan dan waktu hancur, tetapi kekerasan tablet F2 belum memenuhi
persyaratan.
Kata Kunci: pati kulit buah pisang nangka (Musa paradisiaca L.), bahan pengisi
ko proses, cetak langsung.
UTILIZATION BANANA NANGKA PEEL STARCH (Musa paradisiaca L.)
OF COPROCESSED EXCIPIENT AS A FILLER WITH LACTOSE AND
VARIOUS TYPE OF BINDERSUSING FOR THE PARACETAMOL
MANUFACTURE
ABSTRACT
Background: Banana nangka peels contain starch which can be used as fillers.
Tablet preparations have several advantages including being more stable in
storage, and easier in packaging.
Purpose: To find out the banana nangka peel starch (Musa paradisiaca L.) as
filler in the process can be compressed into paracetamol tablets with variations in
the type of binder using direct compression methods, and to find out the
paracetamol tablets formulated to meet quality requirements.
Method: Banana nangka peel starch was isolated by taking part in the peel of the
fruit (white) and then mashed and soaked with distilled water for 24 hours then
filtered and dried. Then soaked and sifted. The process is made by co processed
excipient as a filler added the binder with lactose and digging it. Tablets are made
by direct compressed method in five formulas with various types of binder,
namely mucilago amili 8% (F1), gelatin 4% (F2), PVP 2% (F3), CMC Na% (F4),
and mucilago amili 8% as a comparison (F). Preformulation test is carried out,
granules are printed into tablets then quality evaluations are carried out namely
brittleness, hardness, disintegration time and weight uniformity.
Results: The results obtained are all formulas with various types of binders can be
printed into tablets by the direct compression method. Formula that uses F1
Comparison, produces tablets with a fragility of 0.98, 0, 67, 0, 34, 0 and 0.29%,
disintegration time 11.18, 03.45, 1.72,14.28 and 10.4 minutes, hardness 3, 3,9,
4
uniformity of tablet weights according to Pharmacopoeia Indonesia Edition III is
no more than two tablets whose weights deviate from 5% and none of their tablets
deviate from 10%
Conclusion: Banana nangka peel starch of co processed excipient as a filler can
be compressed into preparations of paracetamol tablets using direct compression
method. The results of the evaluation of paracetamol tablets F1-F using banana
nangka peel starch of co processed excipient as a filler meet the uniformity
requirements of weight, friability and disintegration time, but the hardness of F2
tablets does not meet the requirements.
Keywords: banana nangka peel starch (Musa paradisiaca L.), co-processed
excipient, direct compression.
(Akram et al., 2011). Pada metode
ini granulasi tidak lagi diperlukan
sebelum pembentukan tablet. Namun
pada metode kempa langsung bahan
pengisi tablet harus mempunyai sifat
alir yang baik untuk menentukan
apakah suatu serbuk mempunyai
kemampuan mengalir ke dalam
ruang kempa (die) sehingga dapat
menjamin keseragaman pengisian.
Selain itu, bahan pengisi tablet juga
harus mempunyai kompresibilitas
yang baik untuk menentukan apakah
suatu serbuk dapat dikempa dan
membentuk suatu massa yang
kompak (Sa’adah dan Fudholi,2011).
Untuk mendapatkan sifat eksipien
atau bahan pengisi yang lebih baik
dapat dilakukan dengan metode koproses. Ko-proses adalah suatu
metode kombinasi dari dua atau lebih
bahan pengisi yang dirancang secara
fisik dengan memodifikasi sifat dari
masing-masing eksipien melalui cara
yang tidak dapat dicapai dengan
pencampuran fisik sederhana dan
tanpa perubahan kimiawi yang
signifikan. Eksipien ko-proses ini
memiliki sifat yang lebih baik
dibandingkan
dengan
eksipien
individu seperti sifat alir dan
kompresibilitas yang baik (Katphalia
dan Jogi, 2014).
Untuk mengetahui mutu atau
karakteristik suatu sediaan tablet
maka perlu dilakukan serangkaian
evaluasi, dimana evaluasi tablet
tersebut memiliki syarat yang telah
ditentukan agar dapat memenuhi
standar keamanan.
Berdasarkan uraian di atas
peneliti tertarik untuk membuat
sediaan tablet dengan memanfaatkan
kulit buah pisang nangka yang
diperoleh dari limbah sisa produksi
makanan ringan (kripik pisang)
sebagai bahan pengisi. Untuk
mendapatkan sifat eksipien atau
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penghasil pati
alami yakni buah pisang yang
mengandung kadar pati sebesar 7080% pada keadaan mengkal atau
belum
masak.
Pisang
yang
merupakan tanaman asli benua Asia
ini diproduksi dalam jumlah besar
baik di area tropik maupun sub tropic
(Izidiro,dkk, 2007).
Kulit pisang merupakan
limbah dari sisa produksi makanan
ringan (seperti kripik pisang, sale
pisang, dan lain-lain) yang biasanya
hanya dijadikan sebagai pakan
ternak. Kandungan nutrisi kulit
pisang raja yaitu materi organik
91,50%, protein 0,90%, crude lipid
1,70%, karbohidrat 59%, dan crude
fibre 31,70% (Anhwange et al.,
2009), sedangkan komposisi kulit
pisang menurut Munadjim (1983),
yaitu air 68,90%, karbohidrat
18,50%, lemak 2,11%, protein 0,32%
dan komposisi kandungan kimia
lainnya (Amin, 2015).
Tablet merupakan sediaan
padat yang kompak, dibuat secara
kempa, dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya
rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. Zat tambahan
yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (Depkes RI, 1979).
Terdapat beberapa metode
pembuatan tablet seperti metode
kempa langsung, granulasi basah dan
granulasi kering. Saat ini metode
kempa langsung menjadi metode
pilihan utama karena kempa
langsung merupakan metode yang
paling
sederhana
dan
paling
ekonomis untuk pembuatan tablet
5
bahan pengisi yang lebih baik
dilakukan dengan metode ko-proses
dengan laktosa (1:1). Paracetamol
merupakan zat aktif yang digunakan
sebagai model formulasi untuk
melihat pati kulit buah pisang nangka
(Musa paradisiaca L.) sebagai bahan
pengisi dapat dicetak menjadi tablet
dan memenuhi standar mutu. Untuk
melihat bahan pengikat yang paling
baik atau cocok untuk pati kulit buah
pisang nangka maka divariasikan
bahan pengikat.
pisang nangka (Musa paradisiaca
L.), etanol 96%, kloroform, laktosa,
Mg stearat, paracetamol, pvp,
talkum.
Pengumpulan Sampel
Pengumpulan
sampel
dilakukan secara purposif, yaitu
tanpa
membandingkan
dengan
tumbuhan yang sama di daerah lain.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini
pisang nangka
diperoleh dari limbah pabrik kripik
di Jalan Taqwa, Medan Sunggal,
Sumatera Utara.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental yang meliputi
tahapan
penyiapan
sampel,
pembuatan pati, karakterisasi pati,
pembuatan bahan pengisi dalam
bentuk ko-proses dengan bahan
PKBPN-laktosa dan bahan tambahan
seperti, bahan pengikat, penghancur,
dan bahan pelicin. Pemeriksaan
preformulasi, pencetakan tablet, uji
evaluasi terhadap sediaan tablet.
Alat
Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat-alat
gelas, alat tanur, ayakan mesh 12, ,
mesh 16, mesh 20, mesh 40, blender
(Phillips), cawan penguap, cawan
alas datar, erlenmeyer, Roche
friabilator (Copley), hardness tester
(Strong-Cobb), Disintegration tester,
kertas saring, lumpang dan alu, kurs
porselen, mesin pencetak tablet
single punch (Erweka), neraca
analitik
(Dickson),
stopwatch,
spatula, waterbath, lemari pengering,
corong alir, mikroskop, oven,
aluminium foil, penggaris..
Identifikasi Bahan Tumbuhan
Identifikasi sampel dilakukan di
Laboratorium Herbarium Medanense
(MEDA)
Departemen
Biologi
FMIPA, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pembuatan Pati
Bahan
tumbuhan
yang
digunakan pada penelitian ini adalah
kulit buah pisang nangka. Sampel
buah pisang nangka yang telah
dikumpulkan dibersihkan, dipisahkan
kulit buah pisang nangka dari daging
buahnya lalu ditimbang berat kulit
buah pisang nangka tersebut.
Kemudian diambil kulit bagian
dalam (warna putih) kulit pisang
dengan cara dikeruk menggunakan
spatula lalu dihaluskan dengan
blender dan direndam dengan
akuades selama 24 jam. Setelah itu
disaring, dikeringkan selama 24 jam.
Kemudian direndam residu dengan
akuades lau diayak dengan mesh 12.
Dikeringkan selama 2 jam lalu
diayak dengan mesh 20 dan
dikeringkan di dalam lemari
pengering dengan suhu 40-50oC.
Kemudian dimasukkan ke dalam
wadah plastik dan disimpan di
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah akuades,
amilum manihot, asam klorida encer,
CMC Na, corn starch, gelatin, kulit
6
tempat yang kering dan terlindung
dari cahaya matahari.
5
Jumah
Formulasi Sediaan
R/ Paracetamol
Bahan pengikat (variasi)
Corn Starch
Talkum
Mg stearat
Laktosa + PKBPN aa
m. f. tab dtd No C
Bobot per tablet: 2 mg
F
2
F
3
F4
Paracet
amol
7,
PKBPN
25
Laktosa
25
Mucila
go
amili
1,5
-
-
-
Larutan
gelatin
-
0,7
5
-
-
PVP
-
-
0,3
75
-
CMC
Na
-
-
7,
2
5
2
5
7,5
7,5
25
25
25
25
F5
7,5
25
25
1,5
- 0,75
-
Mg
1,25 1,25 1,2 1,25 1,2
stearate 0
0
50
0
50
0,6 0,62
25
62,5
62,
5
Evaluasi Preformulasi Granul
a. Indeks Tap
Granul dimasukkan ke dalam
gelas ukur sampai garis tanda dan
dinyatakan sebagai volume awalnya
(V1),
kemudian
gelas
ukur
dihentakkan sebanyak 20 kali dengan
alat yang dimodifikasi sehingga
diperoleh volume akhir (V2). Indeks
tap dapat dihitung dengan rumus :
Corn 3,12 3,12 3,1 3,12 3,1
Starch 5
5
25
5
25
Talkum 0,62 0,62
62,
5
5
Pembuatan Tablet
Tablet pati kulit buah pisang
nangka dibuat dengan cara:
a. Alat-alat
yang
digunakan
dibersihkan
dan
ditimbang
semua bahan yang digunakan.
b. Dimasukkan kedalam lumpang
paracetamol, bahan pengisi ko
proses, Corn starch, dan PKBPN
lalu dihomogenkan dengan
sudip.
c. Massa diayak dengan ayakan
mesh nomor 20
d. Talkum
dan
Mg
stearat
ditambahkan kedalam granul
yang kering dan dilakukan uji
preformulasi
e. Tablet dapat dicetak dan
dilakukan uji evaluasi
Formula
F1
62,5 62,5
25
.
Keterangan :
F1 : Formula tablet PKBPN dengan
konsentrasi mucilago amili 8%
F2 : Formula tablet PKBPN dengan
konsentrasi larutan gelatin 4%
F3 : Formula tablet PKBPN dengan
konsentrasi PVP 2%
F4 : Formula tablet PKBPN dengan
konsentrasi CMC Na 4%
F : Formula tablet PKBPN
Pembanding
0, 075
x
5%
1%
2%
q
Tabel 3.1. Formula
Tablet
Paracetamol dengan Bahan Pengisi
Pati Kulit Buah Pisang Nangka
(Musa Paradisiaca L.) dalam bentuk
Ko proses
Bahan
5
0,6
7
𝑉1 − 𝑉2
× 100%
𝑉2
Syarat indeks tap lebih kecil
dari 20 % (Voigt, 1995).
lebih besar dari yang ditetapkan
kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih dari yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi
20
tablet,
dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A dan tidak satu
tablet
pun
yang
bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan kolom B
(Depkes RI, 1979).
Tabel 3.2Syarat Penyimpangan
Bobot
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑇𝑎𝑝 =
b. Waktu alir
Penentuan waktu alir granul
dilakukan dengan cara:
Granul
sebanyak
100
g,
ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam corong yang telah dirangkai
kemudian permukaanya diratakan.
Penutup bawah dibuka bersamaan
dengan dihidupkannya stopwatch.
Stopwatch dihentikan tepat pada saat
granul habis melewati corong dan
dicatat waktu alir granul (Voigt,
1995).
c. Sudut diam
Penentuan sudut diam granul
dilakukan dengan cara:
Granul
sebanyak
100
g,
ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam corong alir yang telah
dirangkai , permukaan granul di
dalam corong diratakan, lalu penutup
corong dibuka, sehingga granul
mengalir sampai habis. Tinggi
tumpukan granul yang terbentuk
diukur. Sudut diam dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
2𝐻
𝑡𝑎𝑛𝜃 =
𝐷
Keterangan: 𝜃 = sudut diam
Granul yang memiliki daya alir
bebas akan memiliki sudut diam
antara 20° sampai 40° (Voigt, 1995).
b. Uji friabilitas
Tabletyang
akan
diuji
sebanyak 20 tablet. Ditimbang 20
tablet yang telah dibersihkan dari
debu (A) dimasukkan ke dalam alat
dan diputar selama 4 menit. Tablet
dikeluarkan dan dibersihkan dari
debu kemudian ditimbang (B),
kehilangan bobot tidak lebih dari 0,8
% (Banker dan Anderson, 1994).
Friabilitas dapat dihitung dengan
rumus:
𝐴−𝐵
𝐹𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
× 100%
𝐵
c. Uji kekerasan
Tablet yang akan diuji sebanyak 5
tablet. Diletakkan sebuah tablet
antaraanvil dan punch tegak lurus,
tablet dijepit dengan cara memutar
skrup pemutar sampai lampu stop
menyala. Skrup ditekan dan dicatat
angka yang ditunjukkan jarum
penunjuk skala pada saat tablet
pecah. Percobaan ini dilakukan untuk
Evaluasi Tablet
a. Keseragaman bobot
Timbang 20 tablet, hitung bobot
rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya
8
5 tablet. Syarat kekerasan tablet 4
kg–8 kg (Parrott, 1971).
granulasi basah dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
d. Uji waktu hancur
Penetapan waktu hancur tablet
menggunakan alat Disintegration
tester. Alat ini terdiri dari suatu
rangkaian keranjang, gelas piala
berukuran 1000 mL thermostat
dengan suhu 35-39°C dan alat untuk
menaik turunkan keranjang dengan
frekuensi antara 29-32 kali per
menit. Tablet yang diuji sebanyak 6
tablet, dimasukkan 1 tablet ke dalam
masing-masing tabung keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan jalankan alat, turun
naikkan keranjang secara teratur
antara 29-32 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada
bahagian tablet yang tertinggal di
atas kasa. Waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan keenam tablet
tidak lebih dari 15 menit. Apabila 1
tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna,
ulangi
pengujian
menggunakan 12 tablet lainnya, tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna (Depkes RI,
1995).
Masing-masing formula sediaan
dimasukkan ke dalam pot plastik
dengan masing-masing konsentrasi
seberat 50g, disimpan pada suhu
kamar dan diukur parameterparameter kestabilan meliputi bau,
warna dan konsistensi sediaan
masker clay. Pengamatan stabilitas
sediaan masker clay dievaluasi setiap
minggu selama penyimpanan 12
minggu (Sembiring, 2016).
Berdasarkan
data
yang
diperoleh bahwa uji waktu alir granul
memenuhi persyaratan yaitu tidak
lebih dari 10 detik. Apabila waktu
yang diperlukan oleh 100 g granul
untuk mengalir keluar dari corong
lebih dari 10 detik, akan mengalami
kesulitan waktu penabletan (Lestari
dan Natalia, 2007).
Uji waktu alir granul dari
setiap formula berbeda-beda sesuai
dengan konsentrasi pengikat yang
digunakan, pada formula F4 waktu
alir granul lebih cepat dibandingkan
dengan waktu alir granul pada
formula F1, F2, F3 dan F5. Ukuran
granul pada formula F4 lebih besar
dibandingkan dengan formula F1,
F2, F3 dan F5. Hasil pengujian
distribusi partikel bahwa granul
yang dihasilkan oleh formula
menggunakan CMC Na lebih baik
dibandingkan formula menggunakan
mucilage amili, gelatin dan PVP.
Ukuran partikel granul makin kecil
akan memperbesar gaya kohesinya
sehingga granul akan menggumpal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Preformulasi
Waktu Alir Granul
Hasil uji waktu alir granul
dari formula dengan berbagai variasi
bahan pengikat dengan metode
9
dan
menghambat
kecepatan
alirannya (Banker dan Anderson,
1986).
Kecepatan alir dipengaruhi
oleh bentuk, ukuran, kondisi
permukaan, kelembapan granul dan
penambahan bahan pelicin. Analitik
granul mempunyai sifat alir yang
baik maka pengisian pada ruang
kempa menjadi konstan sehingga
dihasilkan tablet yang mempunyai
bobot seragam (Parrot, 1971).
Bila sudut lebih kecil atau sama
dengan 30º biasanya menunjukkan
bahwa bahan dapat mengalir bebas,
bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 40º biasanya daya
mengalirnya kurang baik. Dari nilai
sudut diam dan kompresibilitas dapat
menunujukkan
indikasi
bias
diterimanya sifat aliran yang dimiliki
suatu bahan.
Indeks Tap
Hasil uji
dari  formula
variasi bahan
metode granulasi
pada Tabel 4..
Sudut Diam
Hasil sudut diam granul dari
berbagai variasi bahan pengikat
dapat dilihat pada Tabel 4.
indeks tap granul
dengan berbagai
pengikat dengan
basah dapat dilihat
Kerapatan
granul
dapat
mempengaruhi
kompresibilitas,
porositas tablet, kelarutan dan sifatsifat lainnya. Kompresibilitas granul
tergantung pada bentuk partikel.
Pada granul berukuran kecil dapat
membentuk massa yang lebih
kompak dibandingkan dengan granul
besar. (Lachman, dkk, 1994).
Faktor yang mempengaruhi
sudut diam adalah semakin tinggi
timbunan serbuk, maka semakin
besar sudut diam sehingga semakin
besar gaya adhesi-kohesi yang pada
akhirnya menyebabkan daya alir
semakin buruk (Parrot, 1971).
Semakin kecil nilai indeks
tap
granul
maka
volume
pemampatan akan semakin besar.
Hal ini disebabkan karena jumlah
pemakaian dan bahan pengikat yang
Berdasarkan gambar uji
preformulasi sudut diam dari
formula
F1-F,
memenuhi
persyaratan yaitu antara 20º- 40º.
10
digunakan
berbeda
sehingga
menghasilkan bentuk granul yang
berbeda. Dari gambar diatas bahwa
indeks tap granul dari beberapa
formula bervariasi akan tetapi
masih memenuhi persyaratan yaitu ≤
20% (Voight, 1995).
Evaluasi Tablet
Evaluasi Keseragaman Bobot
Hasil uji keseragaman bobot
tablet denga variasi bahan pengikat
mengguanakan metode
granulasi
basah dari  formula dapat dilihat
pada Tabel 4.7.
Kehilangan
berat
lebih
kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan. Bila punch
cembung (terlebih lagi yang sangat
cembung)
digunakan
dalam
pembuatan tablet, apalagi kondisinya
kurang baik atau tepi permukaannya
sudah tidak baik, maka tablet yang
dihasilkan akan berumbai atau
tidak rata pada tepinya. Tablet
seperti ini friabilitasnya akan lebih
tinggi dari pada normal, karena
rumbai-rumbai itu akan dilepaskan
pada waktu pengujian. Kerapuhan
tablet dapat juga dipengaruhi oleh
kandungan
air
dari
granul.
(Lachman, 1986).
Hasil evaluasi keseragaman
bobot
tablet dengan
variasi
pengikat
dengan
berbagai
konsentrasi dari ke empat formula
yaitu F1, F2,F3, F4 memenuhi
persyaratan bahwa tidak satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang dari
persyaratan
yang
ditetapkan,
menurut Farmakope Indonesia Edisi
III (1979), yaitu tidak lebih dua
tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata
dari harga yang ditetapkan pada
kolom A dan tidak satu tablet
yang menyimpang dari bobot yang
ditetapkan pada kolom B
Dari gambar dapat dilihat
friabilitas
F1-F
memenuhi
persyaratan. Dimana F1 dan F2
memiliki nilai friabilitas yang lebig
tinggi dibangding dengan F3, F4 dan
F. Menurut Siregar dan Wikarsa
(2010),
menjelaskan
bahwa
persyaratan
friabilitas
yaitu
maksimal 1% untuk sediaan tablet
konvensional.
Evaluasi Friabilitas
Hasil uji friabilitastablet
denga variasi bahan pengikat
mengguanakan metode
granulasi
basah dari  formula dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
Evaluasi Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet
denga variasi bahan pengikat
mengguanakan metode
granulasi
11
basah dari  formula dapat dilihat
pada Tabel 4.9.
Dimana F2 dengan bahan pengikat
larutan gelatin belum sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut
bahan
pengikat
akan
mempengaruhi baik buruknya suatu
sediaan tablet. Gelatin sebagai
bahan
pengikat
yaitu
menghasilkantablet
yang
rapuhsehingga menghasilkan waktu
disintregannya lebih singkat. CMC
menghasilkan tablet yang tidak
keras, dan waktu disintegrasinya
cepat tetapi sedikit higroskopis.
Kekerasan tabletbukanlah indikator
yang absolut dari kekuatan tablet,
karena pada beberapa formulasi, bila
dikempa menjadi tablet yang
sangat keras,cenderung akan terjadi
cap
pada pergesekan,sehingga
menghilangkan bagian atas, karena
itu cara lain untuk mengukur
kekuatan tablet yaitu friabilitas
(Lachman, 1986).
Tablet harus mempunyai
kekuatan atau kekerasan tertentu
serta tahan atas kerapuhan agar dapat
bertahan
terhadap
berbagai
guncangan mekanik pada saat
pembuatan,
pengepakan
dan
pendistribusian
obat.Kekuatan
tablet, seperti juga ketebalannya,
merupakan fungsi dari isi die dan
gaya kompresi. (Lachman, 1986).
Evaluasi Waktu Hancur
Hasil uji Waktu Hancur
tablet denga variasi bahan pengikat
mengguanakan metode
granulasi
basah dari  formula dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
Dari Dari gambar dapat
dilihat bahwa kekerasan tablet dari
tiap formula bervariasi. Menurut
(Parrot,1971), persyaratan yang
ditetapkan untuk kekerasan tablet
yaitu 4-8 kg. Kekerasan tablet
dari tiap formula berbeda-beda
sesuai dengan jenis dan jumlah
bahan pengikat yang digunakan dan
berapa banyak bahan pengikat yang
terpakai. Formula F1 dan F5
mempunyai kekerasan lebih tinggi
dibandingkan dengan formula F2,F3
dan F4. Formula 1 dan Formula 5
menggunakan pengikat mucilago
amili menghasilkan kekerasan yang
lebih besar dibandingkan semua
formula
dengan
kekerasan
mencapai 5,30 kg dan 5,35 kg.
Tablet dinyatakan hancur
jika terlarut dalam suatu medium
penguji
atau hancur
menjadi
banyak partikel. Langkah penting
pertama sebelum melarut adalah
pecahnya tablet menjadi partikel
kecil atau granul yang disebut
disentegrasi (Lachman, 1986).
12
F3: 4,89 kg, F4: 4,19 kg, F:
,3 kg . Dimana hasil dari
uji
keseragaman
bobot,
friabilitas, waktu hancur
sesuai dengan persyaratan
evaluasi tablet tetapi untuk
kekerasan tablet F2 belum
sesuai dengan persyaratan
evaluasi tablet.
Pada Farmakope Indonesia
Edisi IV waktu hancur tablet yaitu
tidak lebih dari 15 menit. Hasil dari
gambar menunjukkan bahwa semua
formula
memenuhi
persyaratan
waktu hancur. Waktu hancur dari
tiap
formula
berbeda-beda
sebanding dengan kekerasan tablet.
Dimana F1 dan F4 memiliki waktu
hancur
yang
lebih
lama
dibandingkan F2,F3, dan F tetapi
masih memenuh persyartan.
Saran
Disarankan untuk penelitian
selanjutnya dalam pemanfaatan pati
kulit buah pisang nangka sebagai
bahan pengisi dapat menggunakan
metode pembuatan tablet secara
granulasi kering maupun granulasi
basah.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Jakarta: UI Press. Halaman
244-272.
Banker, G.S. dan Anderson N.R.
(1994).Tablet.Edisi III. Jilid
II. Jakarta: UI- Press.
Halaman 643-703.
Carstensen, J.T. 1977. Theory of
Pharmaceutical
System.
London: Academic Press.
Halaman 150-152.
Depkes RI. 1977. Materia Medika
Indonesia. Jilid I. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Halaman 1, 3-6.
Depkes RI. 1995. Materia Medika
Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Halaman 321-326, 333-337.
Depkes RI. 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Halaman 5, 1035.
Depkes RI. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Halaman 6-9, 32.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pati dari kulit buah pisang
nangka (Musa paradisiaca
L.) sebagai bahan pengisi
dalam bentuk ko proses dapat
dicetak menjadi sediaan
tablet paracetamol dengan
menggunakan metode cetak
langsung.
2. Hasil
evaluasi
tablet
paracetamol dengan bahan
pengisi pati dari kulit buah
pisang
nangka
(Musa
paradisiaca L.) dalam bentuk
ko proses menghasilkan
keseragaman bobot yaitu F1:
441 mg, F2: 430 mg, F3: 436
mg, F4: 442,5 mg, friabilitas
yaitu F1: 0,45%, F2:0,7%,
F3: 0,69%, F4: 0,56%, waktu
hancur yaitu F1: 11,18 menit,
F2: 03,45 menit, F3: 1,72
menit, F4: 14,28 menit, F:
10,4 menit dan kekerasan
yaitu F1: ,3 kg, F2: 3,9 kg,
13
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi I. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Halaman 50-54, 75-79, 162170.
Desiyana, dkk. 2016. Daun Jambu
Biji (Psidium guajava L.)
Terhadap
Penyembuhan
Luka
Terbuka
Pada
Mencit(Musmusculus).
Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala. Hal 2-4.
Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan
Obat Tradisional Indonesia
Menjadi
Fiofarmaka.
Majalah
Kedokteran
Indonesia. 57 (7): 206
Ditjen POM RI. 2000. Parameter
Standar
Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat.Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman1331.
Humrah, dkk. 2018. Gambaran
Pengetahuan Ibu Balita
Dalam Penanganan Awal
Balita Diare Di Desa Bone
Kec.
Bajeng.
Midwife
Journal. 5 (1). 2-3.
Gaman, P.M., dan Sherington, K.B.
1992.
Pengantar
Ilmu
Pangan
Nutrisi
dan
Mikrobiologi. Yogyakarta:
Gajah Mada Universitas
Press. Halaman 43.
Lachman, L., H.A Lieberman, dan
J.L Kanig. 1986. The
Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Edisi
III. Philadelphia: Lea &
Febinger. Halaman 311314, 645-794.
Lachman, L., H.A Lieberman, dan
J.L Kanig. 1994. Teori dan
Praktek
FarmasiFarmasi
Industri.
Edisi
III.
Diterjeahkan oleh Suyatmi
S, Universitas Indonesia
Press. Jakarta. Halaman 4357, 110-113.
Lieberman, H.A., Lachman, L., dan
Kaning,
J.L.
1989.
Pharmaceutical
Dosage
Forms: Tablets. Vol.I. Edisi
II. New York: Marcell and
dekker Inc. Halaman. 149153.
Parrott, L. 1971. Pharmaceutical
Technology. United States
of
America:
Burges
Publishing
Company.
Halaman 82.
Rochmasari, Yulinar. 2011. Studi
Isolasi Dan Standar Molekul
Senyawa Kimia Dalam Fraksi
Netral Daun Jambu Biji
(Psidium
guajava
L.,).
Depok: UI.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi. Edisi I.
Penerjemah: Soedani N.S.
Yogyakarta: UGM Press.
Halaman 200.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi. Edisi II.
Penerjemah: Soedani N.S.
Yogyakarta: UGM Press.
Halaman 159.
14
Download