BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai kerangka pikir atau metodologi serta model
penelitian yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapnya.
Start
Studi Pustaka
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Penentuan tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Persiapan
Instrumentasi
Perangkaian
Instrumentasi
Kalibrasi
Instrumentasi
Sesuai
Penangkapan dan
Pengolahan Sinyal
Mioelektrik
Belum Sesuai
Persiapan Responden
Pengolahan Data
Analisis dan Intepretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1commit
Flowchart
Penelitian
to user
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
3.1
digilib.uns.ac.id
Identifikasi Awal
Pada tahap identifikasi awal dilakukan langkah-langkah pendahuluan
diantaranya adalah studi pustaka, identifikasi masalah, perumusan masalah serta
penetuan tujuan penelitian.
3.1.1
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memahami konsep teori dari berbagai literatur
yang mendasari penelitian serta mencari ide pengembangan penelitian. Studi literatur
dilakukan dengan mengeskplorasi berbagai buku, jurnal penelitian, prosiding
penelitian serta sumber lain yang terkait dengan kontrol prosthetic hand, low cost
anthropomorphic prosthetic hand dan sinyal mioelektrik.
3.1.2
Identifikasi Masalah
Tahap identifikasi masalah dilakukan setelah tahap studi pustaka dengan tujuan
untuk mendeskripsikan permaslahan apa saja yang ada terkait dengan tema yang
menjadi konsentrasi peneliti.
3.1.3
Perumusan Masalah
Tahap perumusan masalah dilakukan setelah tahap identifikasi masalah selesai.
Dari beberapa masalah yang telah dideskripsikan pada tahap identifikasi masalah
kemudian dirumuskan permasalahan yang akan menjadi konsentrasi peneliti dan
diselesaikan oleh peneliti. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana
karakteristik parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi seperti Mean Frequency
(MNF), Median Frequency (MDF), Peak Frequency (PKF), Mean Power (MNP),
Total Power (TTP), Spectral Moment (SM) dan Frequency Spectral Pattern (FSP)
dalam membedakan membedakan tipe gerakan penggenggaman tangan cylindrical dan
lateral”
3.1.4
Penentuan Tujuan Penelitian
Setelah permasalahan yang menjadi fokus penelitian telah ditetapkan,
selanjutnya ditetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitan ini, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mencari dan menghitung nilai dari parameter sinyal mioelektrik berbasis
commitdua
to user
frekuensi dalam membedakan
tipe genggaman cylindrical dan lateral,
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
parameter yang dihitung diantaranya adalah Mean Frequency (MNF),
Median Frequency (MDF), Peak Frequency (PKF), Mean Power (MNP),
Total Power (TTP) dan Spectral Moment (SM).
2. Menampilkan serta mengevaluasi frequency Spectral Pattern (FSP)
berbasis sinyal mioelektrik secara kualitatif dan kuantitatif sebagai salah
satu usulan untuk membedakan dua tipe gerakan genggaman cylindrical
dan lateral.
3. Melakukan uji T berpasangan (parired T test) terhadap masing-masing nilai
parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi untuk memastikan terdapat
perbedaan yang signifikan diantara nilai tersebut.
3.2
Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data-
data yang mendukung agar permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
diselesaikan. Tahap pengumpulan data ini mencakup persiapan responden, deskripsi
dan persiapan alat penangkap sinyal mioelektrik, kalibrasi instrumentasi penangkap
sinyal, dan terakhir penangkapan, pengolahan dan kalibrasi sinyal mioelektrik. Berikut
adalah blok diagaram pengumpulan data:
Persiapan
Instrumentasi
Perangkaian
Instrumentasi
Kalibrasi
Instrumentasi
Sesuai
Penangkapan dan
Pengolahan Sinyal
Mioeletrik
Belum Sesuai
Persiapan
Responden
Gambar 3.2 Blok Diagram Pengumpulan Data
3.2.1
Persiapan Responden
Responden yang terlibat pada penelitian ini adalah lima orang yang merupakan
user
mahasiswa Program Studi Teknik commit
IndustritoUniveristas
Sebelas Maret. Lima orang
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
subjek dipilih dengan random. Lima orang responden tersebut adalah orang normal
yang tidak menderita amputee, tidak menderita kelainan otot, tidak pernah mengalami
kecelakaan yang dapat mengganggu fungsi otot lengan bawah, responden memiliki
rentang umur 20-22 tahun, memiliki rentang tinggi badan 160-170 dan rentang berat
badan 53 kg hingga 71 kg serta memiliki kuat genggam yang seragam, yakni tergolong
normal dengan rentang kuat genggam yang berada pada 36,8-56,6 N.
Sebelum melakukan eksperimen dan pengambilan data, Kelima responden
tersebut diberi arahan untuk melakukan tipe gerakan penggenggaman cylindrical dan
lateral, setelah diberi arahan selanjutnya responden dibimbing untuk melakukan
latihan gerakan penggenggaman cylindrical dan lateral hingga dirasa cukup. Pada tipe
genggaman cylindrical responden diarahkan untuk meraih, menggenggam serta
melepaskan benda silinder dengan diameter 30 mm dan panjang 100 mm, Untuk tipe
genggaman lateral responden diarahkan untuk meraih, meggenggam dan melepaskan
benda berbentuk balok pipih (kartu) dengan dimensi 85x50x1 mm.
3.2.2 Persiapan Instrumentasi Penangkap Sinyal
1. Elektroda Ag-AgCl
Dua buah elektroda Ag-AgCl bermuatan negatif dan positif digunakan pada
penelitian ini, fungsi dari elektroda tersebut adalah untuk merubah aliran ionic
yang terjadi pada otot ketika berkonstraksi dan berelaksasi menjadi aliran
elektron sehingga dapat dimanipulasi oleh instrumentasi penangkap sinyal
mioelektrik yang dibangun dan dapat disimpan dalam bentuk analog atau
digital berupa tegangan potensial (voltage potential) (Day, 2002). Pemilihan
letak elektroda pada otot pada penelitian ini mempertimbangkan kompleksitas
otot tangan manusia.
Pada tangan manusia terdapat beberapa otot. Otot digunakan untuk
melakukan gerakan flexi pada tengan tangan manusia dibagi dalam tiga lapisan
yakni superficial layer, middle layer dan deep layer. Lapisan superficial layer
adalah lapisan otot yang bersinggungan langsung dengan kulit, pada lapisan ini
commitulnaris,
to user flexor carpi radialis, pronator teres
terdapat 4 otot yakni flexor carpi
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan palmaris longus. Pada lapisan middle layer terdapat dua otot yakni otot
flexor digitorium superficialis dan flexoer digitorium profounds. Pada lapisan
deep layer terdapat otot policis longus.
Otot untuk gerakan ekstensi pada lengan manusia dibagi dalam dua lapisan
yakni superficial layer dan deep layer. Pada lapisan superficial layer terdapat
7 oto yakni brachioradialis, extensor carpi radialis longus, extensor carpi
radialis brevis, extensor digitorium, extenxor digiminimi, extenxor carpi
ulnaris dan acaneous muscle. Pada lapisan deep layer terdapat lima otot yakni
supinator muscle, abductor pollicis longus, ekstensor pollicis brevis, extensor
pollicis longus dan extensor indicis. Semua otot pada lengan manusia dapat
dilihat pada gambar
Mengingat sinyal mioelektrik yang dideteksi oleh elektroda adalah sinyal
hasil superposisi dari berbagai sinyal yang terdapat pada otot (Fitriana, 2012)
maka peletakan elektroda pada penelitian ini sangat memperhatikan letak otot.
Sehingga peletakan elektroda harus berada pada otot yang memberikan
superposisi sinyal yang paling besar serta mencakup berbagai otot yang
berkontribusi pada gerakan penggenggaman. Selain itu, dengan mengacu pada
penelitian Jamal (2012) peletakan elektroda sebaiknya berada pada daerah Belly
of Muscle (otot belly) seperti pada gambar (3.3).
Gambar 3.3 Peletakan Elektroda Pada Otot Belly
Sumber: Jamal (2012)
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan penjabaran mengenai instrumentasi penangkap sinyal dan
kompleksitas otot tangan manusia maka peneliti memutuskan untuk meletakan
elektroda positif pada sekitar bagian otot flexor carpi radialis (Gambar 3.4).
Hal ini dilakukan mengingat otot tersebut berdekatan dengan flexor carpi
ulnaris serta dibawah otot flexor carpi radialis terdapat otot flexor digitorium
superficialis dan policis longus. Sementara itu, elektroda negatif diletakan pada
sekitar bagian otot extensor digitorum (Gambar 3.5). hal ini dilakukan
mengingat otot tersebut berdekatan dengan otot extensor carpi ulnaris dan
branchioradialis. Peletakan pada kedua otot tersebut diperkirakan dapat
memberikan perbedaan yang cukup besar.
Gambar 3.4 Peletakan Elektroda Negatif
Gambar 3.5 Peletakan Elektroda Postif
2. Penguat Diferensial
Penguat diferensial adalah suatu penguat sinyal yang bekerja dengan
memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya. Penguat
diferensial memiliki dua input sebagai pendeteksi sinyal. Dalam kondisi ideal,
jika terdapat perbedaan diantara kedua sinyal tersebut maka perbedaan tersebut
akan diperkuat, sedangkan apabila kedua masukan identic maka sinyal tersebut
tidak akan keluar sebagai output (Vod=0). Instrumentasi penangkap sinyal yang
dibangun menggunakan AD620 yang diproduksi oleh analog device sebagai
penguat diferensial yang dipasangkan pada sebuah papan sirkuit (Gambar 3.6)
serta dilengkapi dengan potensiometer yang bertindak sebagai resistor dengan
kapasitas hambatan 1-10.000Ω (Gambar 3.7). spesifiki kasi motor yang dipilih
pada penelitian Putranto dkk (2014) adalah motor DC standar dari Mabuchi
Motor Co., Ltd dengan tipe FA-130RA-18100 yang membutuhkan input
commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebesar 1-3 V, sedangkan menurut Jamal (2012) sinyal mioelektrik memiliki
kuat sinyal antara 1-10 mV, sehingga untuk mencapai kuat sinyal 1-3 V dari
sinyal mioelektrik yang berada pada 1-10 mV dibutuhkan perbesaran 100 kali.
Agar diperoleh perbesaran sebesar 100 kali maka nilai potensio meter diset
sebesar 499 Ohm. Daya penguat diferensial analog device AD620 disuplai oleh
dua baterai (-3V-netral-+3V) yang dirangkai secara seri (Gambar3.8).
Gambar 3.6 AD620 dan Papan Sirkuit
Gambar 3.7 Potensiometer
Gambar 3.8 Set Baterai
Analog device AD620 memiliki delapan bagian atau delapan kaki dengan
urutan berbentuk leter U dan masing-masing sisi terdapat empat kaki (Gambar
3.9). Setiap kaki memiliki fungsi masing-masing. Kaki 1 dan kaki ke-8
berfungsi sebagai penghubung dengan amplifier yang mengatur perbesarannya
dengan cara mengatur hambatan. Kaki ke-2 dan kaki ke-3 berfungsi sebagai
input sinyal myoelektrik yang berhasil ditangkap dari elektroda. Kaki ke-2
menerima input dari elektroda negative dan kaki ke-3 menerima input dari
elektroda positif. Kaki ke-4 dan ke-7 berfungsi sebagai tempat masuknya
sumber tenaga yaitu baterai. Kaki ke-4 pada ujung negative dan kaki ke-7 pada
ujung positif. Sedangkan kaki ke-5 berfungsi sebagai ground dan kaki ke-6
berfungsi sebagai output sinyal myoelektrik yang ditangkap.
commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.9 AD620
3. Kabel Input dan Kabel Output
Instrumen penangkap sinyal juga dilengkapi oleh kabel input dan juga kabel
output. Kabel input berfungsi untuk menghubungkan antara elektroda dan
penguat diferensial. Kabel input ini telah dibungkus oleh alumunium foil untuk
menghindari noise (Gambar 3.10). Sedangkan kabel output berfungsi sebagai
penghubung antara penguat diferensial dengan laptop melalui sambungan
audiojack 2.0.
Gambar 3.10 Kabel Input
4. Function Generator dan Osiloskop
Osiloskop (Gambar 3.12) dan function generator (Gambar 3.11) juga
dipersiapkan sebagai alat untuk melakukan kalibrasi instrumentasi. Software
DFFS real time digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis parameter
sinyal serta menampilkan parameter frekuensi sinyal mioelektrik.
Gambar 3.11 Function Generator
commit to user
III-8
Gambar 3.12 Osiloskop
perpustakaan.uns.ac.id
3.2.1
digilib.uns.ac.id
Merangkai Instrumentasi Penangkap Sinyal Mioelektrik
Komponen elektroda yang telah dihubungkan dengan kabel input, penguat
diferensial AD620, potensiometer, suplai daya selanjutnya dirankai pada sebuah sirkuit
agar membentuk instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik surface electrode AD620
(Gambar 3.13 dan Gambar 3.14).
Gambar 3.13 Diagram Blok Alat Penangkap Sinyal Mioelektrik
Gambar 3.14 Instrumentasi Penangkap Sinyal Mioelektrik
3.2.3
Kalibrasi Instrumentasi Penangkap Sinyal
Tahap kalibrasi instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik dilakukan dengan
tujuan untuk memasktikan bahwa instrumentasi penangkap sinyal yang dibangun telah
dapat bekerja dengan baik Proses kalibrasi instrumentasi dilakukan 3 tahap.
commit to user
III-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kalibrasi Tahap 1
Pada proses kalibrasi tahap 1, sinyal input untuk instrumentasi dibangkitkan
melalui function generator dan output sinyal yang keluar dari rangkaian
instrumentasi dicek dengan menggunakan osiloskop (Gambar 3.15). Parameter
bahwa instrumentasi alat penangkap sinyal telah dapat bekerja dengan baik adalah
ketika sinyal yang keluar dari output instrumentasi telah mengalami perbesaran
sebesar 100 kali dan sinyal tidak tidak terkontaminasi noise yang berlebihan.
Gambar 3.15 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 1
Sinyal input yang dibangkitkan melalui function generator adalah sinyal sinyal
sinus dengan karakteristik memiliki besar sinyal 10mV dan 70Hz, untuk
memperoleh perbesaran 100 kali maka besaran hambatan pada potensiometer
disetting menjadi ±500Ω. Untuk menghindari noise, peletakan rangkaian
penangkap sinyal sebisa mungkin diletakan sejauh mungkin dari sumber noise.
Output sinyal yang berasal dari penangkap sinyal kemudian dicek dengan
commitdisetting
to user agar menampilkan sinyal dengan
menggunakan osiloskop. Osiloskop
III-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skala 0,1V/Div dan puncak bawah dari sinyal sinus yang ditimbulkan dilelatakan
tepat pada sumbu x osiloskop. Jika rangkaian instrumentasi sudah bekerja dengan
baik maka nilai output yang terbaca oleh osiloskop adalah sinyal dengan kuat sinyal
sebesar 1V dan 70Hz. Hal tersebut dapat diketahui dengan terbacanya sinyal pada
rentang 0-5 bar pada osliloskop.
2. Kalibrasi Tahap 2
Kalibrasi instrumentasi tahap 2 dilakukan dengan rangkaian instrumentasi yang
sama dengan rangkaian instrumentasi pada kalibrasi tahap 1 dan pengecekan sinyal
dilakukan dengan osiloskop. Tetapi input dari rangkaian dirubah dengan sinyal
mioelektrik yang ditangkap pada lengan bawah (Gambar 3.16)
Gambar 3.16 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 2
Elektorda permukaan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk
elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis,
elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor
dan kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna
commit to user
III-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara melilitkan kabel netral tersebut. Osiloskop disetting untuk menampilkan sinyal
pada sekala 0,1V/Div. pada kondisi relaksasi sinyal yang ditangkap diletakan tepat
pada sumbu x osliloskop dengan mengubahan vertical position. Parameter
keberhasilan dari kalibrasi tahap 2 adalah terjadinya fluktuasi sinyal yang terbaca
pada osiloskop ketika responden melakukan penggenggaman.
3. Kalibrasi Tahap 3
Pada proses kalibrasi tahap 3 dilakukan kalibrasi instrumentasi penangkap
sinyal yang telah melalui proses kalibrasi tahap 2. Pada tahap ini input
instrumentasi berasal dari lengan bawah dan output dicek dengan menggunakan
software DFSS3 Real Time Analyzer (Gambar 3.17)
Gambar 3.17 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 3
Elektorda permukaan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk
elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis,
elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor
dan kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna
cara melilitkan kabel netral tersebut. Output sinyal yang berasal dari rangkaian
to user
penangkap sinyal dihubungkancommit
ke laptop
dengan kabel audiojack 2.0. Laptop
III-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dioperasikan pada battery mode untuk meminimalisir noise. Pada tahap ini
dilakukan pula penyesuaian parameter software DFSS3 Real Time Analyzer
dengan menseting range kuat sinyal yang ditangkap pada 0 hingga -80 dB dan range
frekuensi pada 0 hingga 40 KHz. Parameter keberhasilan pada proses kalibrasi
tahap 3 ini adalah terlihatnya fluktuasi sinyal ketika responden melakukan gerakan
penggenggaman tangan.
3.2.4
Tahap Persiapan Penangkapan dan Pengolahan Sinyal
Tahap persiapan penangkapan dan pengolahan sinyal adalah tahap terakhir
yang dilakukan sebelum tahap penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan. Pada
tahap ini dilakukan pengaturan ruangan tempat penangkapan dan pengolahan sinyal
dilakukan, pengecekan otot lengan bawah responden, dan persiapan kulit responden,.
Tahap persiapan penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tidak terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak terkontrol yang
dapat membuat hasil dari sinyal yang ditangkap tidak valid.
Penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan di Laboratorium Perencangaan
dan Perancangan Produk Program Studi Teknik Industri Univeristas Sebelas Maret.
Pengaturan ruangan dilakukan dengan mematikan komponen-komponen elektronika
yang berada pada sekitar penangkapan sinyal dilakukan seperti mematikan AC dan
mematikan computer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir noise, serta laptop yang
digunakan untuk menjalankan software DFSS3 Real Time Analyzer dinyalakan dengan
mode battery. Pengecekan otot responden juga dilakukan pada tahapan ini, pengecekan
otot ini dilakukan untuk memastikan tidak terdapat gangguan otot yang diakibatkan
oleh penyakit atau kecelakaan, serta pengecekan otot dilakukan untuk memastikan
letak elektroda pada tangan responden.
Persiapan kulit responden dilakukan pada permukaan kulit yang menjadi target
penempatan elektroda, area tersebut dibersihkan dengan menggunakan alkohol
(Gambar 3.2) sebelum elektroda dipasangkan. Serta apabila terdapat rambut tangan
yang cukup tebal pada permukaan kulit responden maka perlu dilakukan pencukuran
commit
to user untuk merubah aliran ionic yang
terlebih dahulu. Keberadaan elektroda
berfungsi
III-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi pada otot ketika berkonstraksi dan berelaksasi menjadi aliran electron sehingga
dapat dimanipulasi oleh instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik yang dibangun
dan dapat disimpan dalam bentuk analog atau digital dalam bentuk tegangan potensial
(voltage potential) (Day, 2002). Performansi elektroda dalam menangkap aliran ionic
yang berada pada otot sangat dipengaruhi oleh hambatan yang terdapat wilayah kontak
kulit-elektroda. Jika pada lapisan kulit terluar banyak terdapat ganguan yang dapat
menghalangi elektroda dalam mengintepretasikan sinyal mioelektrik dari dalam otot
maka sinyal mioelektrik hasil intepretasi elektroda tidak merepresentasikan kondisi
yang sebenarnya. Gangguan tersebut dapat berupa kulit yang sudah mati, keringat dan
minyak yang dihasilkan oleh kulit (Day, 2002). Hal inilah yang mendasari persiapan
kulit penting untuk dilakukan (Gambar 3.18 dan 3.19)
Gambar 3.18 Permukaan Tangan yang Telah Dibersihkan
3.2.5
Gambar 3.19 Alkohol 70%
Penangkapan dan Pengolahan Sinyal Mioelektrik dengan Instrumentasi
Tahap penangkapan dan pengolahan sinyal mioelektrik dilakukan ketika tahap
persiapan responden dan kalibrasi instrumentasi selesai dilakukan. Elektorda
permukaan yang telah dipersiapkan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk
elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis,
elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor dan
kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna cara
melilitkan kabel netral tersebut. Sebelum dilakukan pemasangan terlebih dahulu
dilakukan persiapan kulit responden dan pengecekan otot responden. Lebih lanjut
persiapan ruangan juga dilakukan.
commit to user
III-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah itu dilakukan persipan instrumentasi penangkap sinyal yang telah
dikalibrasi. Kabel input instrumentasi dihubungkan pada elektroda permukaan,
perbesaran potensiometer diset sebesar 100 kali dengan mengubah hambatan
potensiometer menjadi ±500Ω, kabel utput instrumentasi sinyal berupa kabel audiojack
2.0 yang telah dibungkus oleh alumunium foil dihubungkan ke laptop yang dinyalakan
dengan battry mode. Software DFSS3 Real Time Analyzer diaktifkan dan dilakukan
perubahan terhadap parameter-parameternya seperti merubah resolusi frekuensi diset
pada nilai 1/24 oktaf, rentang amplitude diset pada nilai -80dB hingga -10dB, rentang
frekuensi diset pada nilai 1 Hz hingga 20 KHz dan mengaktifkan toolbar peak hold.
Selanjutnya reponden diberi arahan untuk mencoba tipe penggenggaman
beberapa kali agar terbiasa, Pada tipe genggaman cylindrical responden diarahkan
untuk meraih, menggenggam serta melepaskan benda silinder dengan diameter 30 mm
dan panjang 100 mm, Untuk tipe genggaman lateral responden diarahkan untuk
meraih, meggenggam dan melepaskan benda berbentuk balok pipih (kartu) dengan
dimensi 85x50x1 mm.
Gambar 3.20 Gerakan cylindrical (Kiri) dan gerakan lateral (kanan)
Sumber Fukuya dkk., 2001
Responden diminta untuk melakukan gerakan lateral sebanyak 20 kali lalu
lateral sebanyak 20 kali dengan masing-masing gerakan berdurasi 2 detik. Responden
diberi waktu untuk istirahat selama 10 menit ketika pergantian jenis gerakan dilakukan.
Data yang didumentasikan melalui software DFSS real time analyzer adalah frekuensi
dan besar kuat sinyal dalam dB (decibel). Setelah semua parameter sinyal mioelektrik
dari semua gerakan yang dilakukan oleh responden selesai diidentifikasikan dan
didokumentasikan, tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis
terhadap hasil dokumentasi tersebut.
commit to user
III-15
perpustakaan.uns.ac.id
3.3
digilib.uns.ac.id
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel dengan
menggunakan data yang telah diambil sebelumnya. Pengolahan data yang dilakukan
adalah menentukan Mean Frequency (MNF), Median Frequency (MDF), Peak
Frequency (PKF), Mean Power (MNP), Total Power (TTP), Spectral Moment (SM)
dan Frequency Spectral Pattern (FSP) serta uji signifikansi dengan menggunakan uji
T berpasangan.
Uji normalitas dilakukan pada data parameter sinyal mioelektrik MNF, MDF,
PKF, MNP, TTP, SM1, SM2 dan SM3. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Metode
uji kenormalan data pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov
pada software SPSS 17. Uji kenormalan dilakukan dengan menggunakan nilai alpha
sebesar 5% (0,05). Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah
dengan membandingkan data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal
baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk
Z-Score dan diasumsikan normal. Jika nilai signifikansi uji normalitas memberikan
nilai lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan, jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan
antara data yang diuji normalitasnya dengan data acuan yang telah berdistribusi normal
baku.
Uji T dilakukan untuk membandingkan parameter sinyal mioelektrik berbasis
frekuensi antara gerakan penggenggaman cylindrical dan lateral. Pembandingan ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi tersebut. Parameter yang baik untuk
digunakan sebagai pembeda tipe gerakan penggenggaman adalah parameter yang
datanya berbeda secara signifikan.
Uji T dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0 dengan besar
derajat signifikansi 95% atau dengan nilai alpha (α) sebesar 0,05. Keputusan yang akan
diambil akan didasari pada perbandingan antara nilai alpha (α) dengan nilai P-value.
commitlebih
to user
Jika nilai P-value, memiliki nilai yang
kecil dari pada nilai alpha (α) maka
III-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keputusan yang diambil adalah menolak H0 atau data yang diuji memiliki perbedaan
yang signifikan. Sedangkan jika nilai P-value lebih besar dari pada 0,05 maka masuk
dalam penerimaan H0 yakni data yang diuji tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
3.4
Analisis dan Intepretasi Hasil
Pada tahap ini dilakukan analisis dan intepretasi terhadap hasil penolahan data
dan validasi parameter. Analisis dan intepretasi dilakukan secara menyeluruh dan detail
untuk memudahkan penarikan kesimpulan dan pemberian saran pada tahap hasil.
3.5
Hasil
Tahap hasil dilakukan setelah tahap analisis dan intepretasi hasil selesai
dilakukan. Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian saran atau
masukan untuk penelitian selanjutnya dan beberapa kekurangan pada penelitian yang
dilakukan jika ada.
commit to user
III-17
Download