perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan mengenai kerangka pikir atau metodologi serta model penelitian yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapnya. Start Studi Pustaka Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Penentuan tujuan Penelitian Pengumpulan Data Persiapan Instrumentasi Perangkaian Instrumentasi Kalibrasi Instrumentasi Sesuai Penangkapan dan Pengolahan Sinyal Mioelektrik Belum Sesuai Persiapan Responden Pengolahan Data Analisis dan Intepretasi Hasil Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1commit Flowchart Penelitian to user III-1 perpustakaan.uns.ac.id 3.1 digilib.uns.ac.id Identifikasi Awal Pada tahap identifikasi awal dilakukan langkah-langkah pendahuluan diantaranya adalah studi pustaka, identifikasi masalah, perumusan masalah serta penetuan tujuan penelitian. 3.1.1 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memahami konsep teori dari berbagai literatur yang mendasari penelitian serta mencari ide pengembangan penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mengeskplorasi berbagai buku, jurnal penelitian, prosiding penelitian serta sumber lain yang terkait dengan kontrol prosthetic hand, low cost anthropomorphic prosthetic hand dan sinyal mioelektrik. 3.1.2 Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah dilakukan setelah tahap studi pustaka dengan tujuan untuk mendeskripsikan permaslahan apa saja yang ada terkait dengan tema yang menjadi konsentrasi peneliti. 3.1.3 Perumusan Masalah Tahap perumusan masalah dilakukan setelah tahap identifikasi masalah selesai. Dari beberapa masalah yang telah dideskripsikan pada tahap identifikasi masalah kemudian dirumuskan permasalahan yang akan menjadi konsentrasi peneliti dan diselesaikan oleh peneliti. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi seperti Mean Frequency (MNF), Median Frequency (MDF), Peak Frequency (PKF), Mean Power (MNP), Total Power (TTP), Spectral Moment (SM) dan Frequency Spectral Pattern (FSP) dalam membedakan membedakan tipe gerakan penggenggaman tangan cylindrical dan lateral” 3.1.4 Penentuan Tujuan Penelitian Setelah permasalahan yang menjadi fokus penelitian telah ditetapkan, selanjutnya ditetapkan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitan ini, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mencari dan menghitung nilai dari parameter sinyal mioelektrik berbasis commitdua to user frekuensi dalam membedakan tipe genggaman cylindrical dan lateral, III-2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id parameter yang dihitung diantaranya adalah Mean Frequency (MNF), Median Frequency (MDF), Peak Frequency (PKF), Mean Power (MNP), Total Power (TTP) dan Spectral Moment (SM). 2. Menampilkan serta mengevaluasi frequency Spectral Pattern (FSP) berbasis sinyal mioelektrik secara kualitatif dan kuantitatif sebagai salah satu usulan untuk membedakan dua tipe gerakan genggaman cylindrical dan lateral. 3. Melakukan uji T berpasangan (parired T test) terhadap masing-masing nilai parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi untuk memastikan terdapat perbedaan yang signifikan diantara nilai tersebut. 3.2 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data- data yang mendukung agar permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat diselesaikan. Tahap pengumpulan data ini mencakup persiapan responden, deskripsi dan persiapan alat penangkap sinyal mioelektrik, kalibrasi instrumentasi penangkap sinyal, dan terakhir penangkapan, pengolahan dan kalibrasi sinyal mioelektrik. Berikut adalah blok diagaram pengumpulan data: Persiapan Instrumentasi Perangkaian Instrumentasi Kalibrasi Instrumentasi Sesuai Penangkapan dan Pengolahan Sinyal Mioeletrik Belum Sesuai Persiapan Responden Gambar 3.2 Blok Diagram Pengumpulan Data 3.2.1 Persiapan Responden Responden yang terlibat pada penelitian ini adalah lima orang yang merupakan user mahasiswa Program Studi Teknik commit IndustritoUniveristas Sebelas Maret. Lima orang III-3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id subjek dipilih dengan random. Lima orang responden tersebut adalah orang normal yang tidak menderita amputee, tidak menderita kelainan otot, tidak pernah mengalami kecelakaan yang dapat mengganggu fungsi otot lengan bawah, responden memiliki rentang umur 20-22 tahun, memiliki rentang tinggi badan 160-170 dan rentang berat badan 53 kg hingga 71 kg serta memiliki kuat genggam yang seragam, yakni tergolong normal dengan rentang kuat genggam yang berada pada 36,8-56,6 N. Sebelum melakukan eksperimen dan pengambilan data, Kelima responden tersebut diberi arahan untuk melakukan tipe gerakan penggenggaman cylindrical dan lateral, setelah diberi arahan selanjutnya responden dibimbing untuk melakukan latihan gerakan penggenggaman cylindrical dan lateral hingga dirasa cukup. Pada tipe genggaman cylindrical responden diarahkan untuk meraih, menggenggam serta melepaskan benda silinder dengan diameter 30 mm dan panjang 100 mm, Untuk tipe genggaman lateral responden diarahkan untuk meraih, meggenggam dan melepaskan benda berbentuk balok pipih (kartu) dengan dimensi 85x50x1 mm. 3.2.2 Persiapan Instrumentasi Penangkap Sinyal 1. Elektroda Ag-AgCl Dua buah elektroda Ag-AgCl bermuatan negatif dan positif digunakan pada penelitian ini, fungsi dari elektroda tersebut adalah untuk merubah aliran ionic yang terjadi pada otot ketika berkonstraksi dan berelaksasi menjadi aliran elektron sehingga dapat dimanipulasi oleh instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik yang dibangun dan dapat disimpan dalam bentuk analog atau digital berupa tegangan potensial (voltage potential) (Day, 2002). Pemilihan letak elektroda pada otot pada penelitian ini mempertimbangkan kompleksitas otot tangan manusia. Pada tangan manusia terdapat beberapa otot. Otot digunakan untuk melakukan gerakan flexi pada tengan tangan manusia dibagi dalam tiga lapisan yakni superficial layer, middle layer dan deep layer. Lapisan superficial layer adalah lapisan otot yang bersinggungan langsung dengan kulit, pada lapisan ini commitulnaris, to user flexor carpi radialis, pronator teres terdapat 4 otot yakni flexor carpi III-4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan palmaris longus. Pada lapisan middle layer terdapat dua otot yakni otot flexor digitorium superficialis dan flexoer digitorium profounds. Pada lapisan deep layer terdapat otot policis longus. Otot untuk gerakan ekstensi pada lengan manusia dibagi dalam dua lapisan yakni superficial layer dan deep layer. Pada lapisan superficial layer terdapat 7 oto yakni brachioradialis, extensor carpi radialis longus, extensor carpi radialis brevis, extensor digitorium, extenxor digiminimi, extenxor carpi ulnaris dan acaneous muscle. Pada lapisan deep layer terdapat lima otot yakni supinator muscle, abductor pollicis longus, ekstensor pollicis brevis, extensor pollicis longus dan extensor indicis. Semua otot pada lengan manusia dapat dilihat pada gambar Mengingat sinyal mioelektrik yang dideteksi oleh elektroda adalah sinyal hasil superposisi dari berbagai sinyal yang terdapat pada otot (Fitriana, 2012) maka peletakan elektroda pada penelitian ini sangat memperhatikan letak otot. Sehingga peletakan elektroda harus berada pada otot yang memberikan superposisi sinyal yang paling besar serta mencakup berbagai otot yang berkontribusi pada gerakan penggenggaman. Selain itu, dengan mengacu pada penelitian Jamal (2012) peletakan elektroda sebaiknya berada pada daerah Belly of Muscle (otot belly) seperti pada gambar (3.3). Gambar 3.3 Peletakan Elektroda Pada Otot Belly Sumber: Jamal (2012) commit to user III-5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan penjabaran mengenai instrumentasi penangkap sinyal dan kompleksitas otot tangan manusia maka peneliti memutuskan untuk meletakan elektroda positif pada sekitar bagian otot flexor carpi radialis (Gambar 3.4). Hal ini dilakukan mengingat otot tersebut berdekatan dengan flexor carpi ulnaris serta dibawah otot flexor carpi radialis terdapat otot flexor digitorium superficialis dan policis longus. Sementara itu, elektroda negatif diletakan pada sekitar bagian otot extensor digitorum (Gambar 3.5). hal ini dilakukan mengingat otot tersebut berdekatan dengan otot extensor carpi ulnaris dan branchioradialis. Peletakan pada kedua otot tersebut diperkirakan dapat memberikan perbedaan yang cukup besar. Gambar 3.4 Peletakan Elektroda Negatif Gambar 3.5 Peletakan Elektroda Postif 2. Penguat Diferensial Penguat diferensial adalah suatu penguat sinyal yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya. Penguat diferensial memiliki dua input sebagai pendeteksi sinyal. Dalam kondisi ideal, jika terdapat perbedaan diantara kedua sinyal tersebut maka perbedaan tersebut akan diperkuat, sedangkan apabila kedua masukan identic maka sinyal tersebut tidak akan keluar sebagai output (Vod=0). Instrumentasi penangkap sinyal yang dibangun menggunakan AD620 yang diproduksi oleh analog device sebagai penguat diferensial yang dipasangkan pada sebuah papan sirkuit (Gambar 3.6) serta dilengkapi dengan potensiometer yang bertindak sebagai resistor dengan kapasitas hambatan 1-10.000Ω (Gambar 3.7). spesifiki kasi motor yang dipilih pada penelitian Putranto dkk (2014) adalah motor DC standar dari Mabuchi Motor Co., Ltd dengan tipe FA-130RA-18100 yang membutuhkan input commit to user III-6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebesar 1-3 V, sedangkan menurut Jamal (2012) sinyal mioelektrik memiliki kuat sinyal antara 1-10 mV, sehingga untuk mencapai kuat sinyal 1-3 V dari sinyal mioelektrik yang berada pada 1-10 mV dibutuhkan perbesaran 100 kali. Agar diperoleh perbesaran sebesar 100 kali maka nilai potensio meter diset sebesar 499 Ohm. Daya penguat diferensial analog device AD620 disuplai oleh dua baterai (-3V-netral-+3V) yang dirangkai secara seri (Gambar3.8). Gambar 3.6 AD620 dan Papan Sirkuit Gambar 3.7 Potensiometer Gambar 3.8 Set Baterai Analog device AD620 memiliki delapan bagian atau delapan kaki dengan urutan berbentuk leter U dan masing-masing sisi terdapat empat kaki (Gambar 3.9). Setiap kaki memiliki fungsi masing-masing. Kaki 1 dan kaki ke-8 berfungsi sebagai penghubung dengan amplifier yang mengatur perbesarannya dengan cara mengatur hambatan. Kaki ke-2 dan kaki ke-3 berfungsi sebagai input sinyal myoelektrik yang berhasil ditangkap dari elektroda. Kaki ke-2 menerima input dari elektroda negative dan kaki ke-3 menerima input dari elektroda positif. Kaki ke-4 dan ke-7 berfungsi sebagai tempat masuknya sumber tenaga yaitu baterai. Kaki ke-4 pada ujung negative dan kaki ke-7 pada ujung positif. Sedangkan kaki ke-5 berfungsi sebagai ground dan kaki ke-6 berfungsi sebagai output sinyal myoelektrik yang ditangkap. commit to user III-7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 3.9 AD620 3. Kabel Input dan Kabel Output Instrumen penangkap sinyal juga dilengkapi oleh kabel input dan juga kabel output. Kabel input berfungsi untuk menghubungkan antara elektroda dan penguat diferensial. Kabel input ini telah dibungkus oleh alumunium foil untuk menghindari noise (Gambar 3.10). Sedangkan kabel output berfungsi sebagai penghubung antara penguat diferensial dengan laptop melalui sambungan audiojack 2.0. Gambar 3.10 Kabel Input 4. Function Generator dan Osiloskop Osiloskop (Gambar 3.12) dan function generator (Gambar 3.11) juga dipersiapkan sebagai alat untuk melakukan kalibrasi instrumentasi. Software DFFS real time digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis parameter sinyal serta menampilkan parameter frekuensi sinyal mioelektrik. Gambar 3.11 Function Generator commit to user III-8 Gambar 3.12 Osiloskop perpustakaan.uns.ac.id 3.2.1 digilib.uns.ac.id Merangkai Instrumentasi Penangkap Sinyal Mioelektrik Komponen elektroda yang telah dihubungkan dengan kabel input, penguat diferensial AD620, potensiometer, suplai daya selanjutnya dirankai pada sebuah sirkuit agar membentuk instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik surface electrode AD620 (Gambar 3.13 dan Gambar 3.14). Gambar 3.13 Diagram Blok Alat Penangkap Sinyal Mioelektrik Gambar 3.14 Instrumentasi Penangkap Sinyal Mioelektrik 3.2.3 Kalibrasi Instrumentasi Penangkap Sinyal Tahap kalibrasi instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik dilakukan dengan tujuan untuk memasktikan bahwa instrumentasi penangkap sinyal yang dibangun telah dapat bekerja dengan baik Proses kalibrasi instrumentasi dilakukan 3 tahap. commit to user III-9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Kalibrasi Tahap 1 Pada proses kalibrasi tahap 1, sinyal input untuk instrumentasi dibangkitkan melalui function generator dan output sinyal yang keluar dari rangkaian instrumentasi dicek dengan menggunakan osiloskop (Gambar 3.15). Parameter bahwa instrumentasi alat penangkap sinyal telah dapat bekerja dengan baik adalah ketika sinyal yang keluar dari output instrumentasi telah mengalami perbesaran sebesar 100 kali dan sinyal tidak tidak terkontaminasi noise yang berlebihan. Gambar 3.15 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 1 Sinyal input yang dibangkitkan melalui function generator adalah sinyal sinyal sinus dengan karakteristik memiliki besar sinyal 10mV dan 70Hz, untuk memperoleh perbesaran 100 kali maka besaran hambatan pada potensiometer disetting menjadi ±500Ω. Untuk menghindari noise, peletakan rangkaian penangkap sinyal sebisa mungkin diletakan sejauh mungkin dari sumber noise. Output sinyal yang berasal dari penangkap sinyal kemudian dicek dengan commitdisetting to user agar menampilkan sinyal dengan menggunakan osiloskop. Osiloskop III-10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id skala 0,1V/Div dan puncak bawah dari sinyal sinus yang ditimbulkan dilelatakan tepat pada sumbu x osiloskop. Jika rangkaian instrumentasi sudah bekerja dengan baik maka nilai output yang terbaca oleh osiloskop adalah sinyal dengan kuat sinyal sebesar 1V dan 70Hz. Hal tersebut dapat diketahui dengan terbacanya sinyal pada rentang 0-5 bar pada osliloskop. 2. Kalibrasi Tahap 2 Kalibrasi instrumentasi tahap 2 dilakukan dengan rangkaian instrumentasi yang sama dengan rangkaian instrumentasi pada kalibrasi tahap 1 dan pengecekan sinyal dilakukan dengan osiloskop. Tetapi input dari rangkaian dirubah dengan sinyal mioelektrik yang ditangkap pada lengan bawah (Gambar 3.16) Gambar 3.16 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 2 Elektorda permukaan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis, elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor dan kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna commit to user III-11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id cara melilitkan kabel netral tersebut. Osiloskop disetting untuk menampilkan sinyal pada sekala 0,1V/Div. pada kondisi relaksasi sinyal yang ditangkap diletakan tepat pada sumbu x osliloskop dengan mengubahan vertical position. Parameter keberhasilan dari kalibrasi tahap 2 adalah terjadinya fluktuasi sinyal yang terbaca pada osiloskop ketika responden melakukan penggenggaman. 3. Kalibrasi Tahap 3 Pada proses kalibrasi tahap 3 dilakukan kalibrasi instrumentasi penangkap sinyal yang telah melalui proses kalibrasi tahap 2. Pada tahap ini input instrumentasi berasal dari lengan bawah dan output dicek dengan menggunakan software DFSS3 Real Time Analyzer (Gambar 3.17) Gambar 3.17 Blok Diagram Proses Kalibrasi Tahap 3 Elektorda permukaan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis, elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor dan kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna cara melilitkan kabel netral tersebut. Output sinyal yang berasal dari rangkaian to user penangkap sinyal dihubungkancommit ke laptop dengan kabel audiojack 2.0. Laptop III-12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dioperasikan pada battery mode untuk meminimalisir noise. Pada tahap ini dilakukan pula penyesuaian parameter software DFSS3 Real Time Analyzer dengan menseting range kuat sinyal yang ditangkap pada 0 hingga -80 dB dan range frekuensi pada 0 hingga 40 KHz. Parameter keberhasilan pada proses kalibrasi tahap 3 ini adalah terlihatnya fluktuasi sinyal ketika responden melakukan gerakan penggenggaman tangan. 3.2.4 Tahap Persiapan Penangkapan dan Pengolahan Sinyal Tahap persiapan penangkapan dan pengolahan sinyal adalah tahap terakhir yang dilakukan sebelum tahap penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan. Pada tahap ini dilakukan pengaturan ruangan tempat penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan, pengecekan otot lengan bawah responden, dan persiapan kulit responden,. Tahap persiapan penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa tidak terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak terkontrol yang dapat membuat hasil dari sinyal yang ditangkap tidak valid. Penangkapan dan pengolahan sinyal dilakukan di Laboratorium Perencangaan dan Perancangan Produk Program Studi Teknik Industri Univeristas Sebelas Maret. Pengaturan ruangan dilakukan dengan mematikan komponen-komponen elektronika yang berada pada sekitar penangkapan sinyal dilakukan seperti mematikan AC dan mematikan computer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir noise, serta laptop yang digunakan untuk menjalankan software DFSS3 Real Time Analyzer dinyalakan dengan mode battery. Pengecekan otot responden juga dilakukan pada tahapan ini, pengecekan otot ini dilakukan untuk memastikan tidak terdapat gangguan otot yang diakibatkan oleh penyakit atau kecelakaan, serta pengecekan otot dilakukan untuk memastikan letak elektroda pada tangan responden. Persiapan kulit responden dilakukan pada permukaan kulit yang menjadi target penempatan elektroda, area tersebut dibersihkan dengan menggunakan alkohol (Gambar 3.2) sebelum elektroda dipasangkan. Serta apabila terdapat rambut tangan yang cukup tebal pada permukaan kulit responden maka perlu dilakukan pencukuran commit to user untuk merubah aliran ionic yang terlebih dahulu. Keberadaan elektroda berfungsi III-13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadi pada otot ketika berkonstraksi dan berelaksasi menjadi aliran electron sehingga dapat dimanipulasi oleh instrumentasi penangkap sinyal mioelektrik yang dibangun dan dapat disimpan dalam bentuk analog atau digital dalam bentuk tegangan potensial (voltage potential) (Day, 2002). Performansi elektroda dalam menangkap aliran ionic yang berada pada otot sangat dipengaruhi oleh hambatan yang terdapat wilayah kontak kulit-elektroda. Jika pada lapisan kulit terluar banyak terdapat ganguan yang dapat menghalangi elektroda dalam mengintepretasikan sinyal mioelektrik dari dalam otot maka sinyal mioelektrik hasil intepretasi elektroda tidak merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. Gangguan tersebut dapat berupa kulit yang sudah mati, keringat dan minyak yang dihasilkan oleh kulit (Day, 2002). Hal inilah yang mendasari persiapan kulit penting untuk dilakukan (Gambar 3.18 dan 3.19) Gambar 3.18 Permukaan Tangan yang Telah Dibersihkan 3.2.5 Gambar 3.19 Alkohol 70% Penangkapan dan Pengolahan Sinyal Mioelektrik dengan Instrumentasi Tahap penangkapan dan pengolahan sinyal mioelektrik dilakukan ketika tahap persiapan responden dan kalibrasi instrumentasi selesai dilakukan. Elektorda permukaan yang telah dipersiapkan dipasangkan pada lengan bawah responden, untuk elektroda permukaan positif diletakan pada sekitaran otot flextor carpi radialis, elektroda permukaan negative diletakan pada sekitaran otot digitorium extensor dan kabel netral sebagai ground pasangkan pada tendon siku lengan bawah dengna cara melilitkan kabel netral tersebut. Sebelum dilakukan pemasangan terlebih dahulu dilakukan persiapan kulit responden dan pengecekan otot responden. Lebih lanjut persiapan ruangan juga dilakukan. commit to user III-14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Setelah itu dilakukan persipan instrumentasi penangkap sinyal yang telah dikalibrasi. Kabel input instrumentasi dihubungkan pada elektroda permukaan, perbesaran potensiometer diset sebesar 100 kali dengan mengubah hambatan potensiometer menjadi ±500Ω, kabel utput instrumentasi sinyal berupa kabel audiojack 2.0 yang telah dibungkus oleh alumunium foil dihubungkan ke laptop yang dinyalakan dengan battry mode. Software DFSS3 Real Time Analyzer diaktifkan dan dilakukan perubahan terhadap parameter-parameternya seperti merubah resolusi frekuensi diset pada nilai 1/24 oktaf, rentang amplitude diset pada nilai -80dB hingga -10dB, rentang frekuensi diset pada nilai 1 Hz hingga 20 KHz dan mengaktifkan toolbar peak hold. Selanjutnya reponden diberi arahan untuk mencoba tipe penggenggaman beberapa kali agar terbiasa, Pada tipe genggaman cylindrical responden diarahkan untuk meraih, menggenggam serta melepaskan benda silinder dengan diameter 30 mm dan panjang 100 mm, Untuk tipe genggaman lateral responden diarahkan untuk meraih, meggenggam dan melepaskan benda berbentuk balok pipih (kartu) dengan dimensi 85x50x1 mm. Gambar 3.20 Gerakan cylindrical (Kiri) dan gerakan lateral (kanan) Sumber Fukuya dkk., 2001 Responden diminta untuk melakukan gerakan lateral sebanyak 20 kali lalu lateral sebanyak 20 kali dengan masing-masing gerakan berdurasi 2 detik. Responden diberi waktu untuk istirahat selama 10 menit ketika pergantian jenis gerakan dilakukan. Data yang didumentasikan melalui software DFSS real time analyzer adalah frekuensi dan besar kuat sinyal dalam dB (decibel). Setelah semua parameter sinyal mioelektrik dari semua gerakan yang dilakukan oleh responden selesai diidentifikasikan dan didokumentasikan, tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis terhadap hasil dokumentasi tersebut. commit to user III-15 perpustakaan.uns.ac.id 3.3 digilib.uns.ac.id Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel dengan menggunakan data yang telah diambil sebelumnya. Pengolahan data yang dilakukan adalah menentukan Mean Frequency (MNF), Median Frequency (MDF), Peak Frequency (PKF), Mean Power (MNP), Total Power (TTP), Spectral Moment (SM) dan Frequency Spectral Pattern (FSP) serta uji signifikansi dengan menggunakan uji T berpasangan. Uji normalitas dilakukan pada data parameter sinyal mioelektrik MNF, MDF, PKF, MNP, TTP, SM1, SM2 dan SM3. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Metode uji kenormalan data pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov pada software SPSS 17. Uji kenormalan dilakukan dengan menggunakan nilai alpha sebesar 5% (0,05). Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jika nilai signifikansi uji normalitas memberikan nilai lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara data yang diuji normalitasnya dengan data acuan yang telah berdistribusi normal baku. Uji T dilakukan untuk membandingkan parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi antara gerakan penggenggaman cylindrical dan lateral. Pembandingan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai parameter sinyal mioelektrik berbasis frekuensi tersebut. Parameter yang baik untuk digunakan sebagai pembeda tipe gerakan penggenggaman adalah parameter yang datanya berbeda secara signifikan. Uji T dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0 dengan besar derajat signifikansi 95% atau dengan nilai alpha (α) sebesar 0,05. Keputusan yang akan diambil akan didasari pada perbandingan antara nilai alpha (α) dengan nilai P-value. commitlebih to user Jika nilai P-value, memiliki nilai yang kecil dari pada nilai alpha (α) maka III-16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keputusan yang diambil adalah menolak H0 atau data yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan jika nilai P-value lebih besar dari pada 0,05 maka masuk dalam penerimaan H0 yakni data yang diuji tidak memiliki perbedaan yang signifikan. 3.4 Analisis dan Intepretasi Hasil Pada tahap ini dilakukan analisis dan intepretasi terhadap hasil penolahan data dan validasi parameter. Analisis dan intepretasi dilakukan secara menyeluruh dan detail untuk memudahkan penarikan kesimpulan dan pemberian saran pada tahap hasil. 3.5 Hasil Tahap hasil dilakukan setelah tahap analisis dan intepretasi hasil selesai dilakukan. Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian saran atau masukan untuk penelitian selanjutnya dan beberapa kekurangan pada penelitian yang dilakukan jika ada. commit to user III-17