Uploaded by Dewi Matondang's

178407876-REAKSI-OKSIDASI

advertisement
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang digunakan untuk membedakan antara alkohol primer,
sekunder, dan tersier. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam
karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol
tersier menolak terjadinya reaksi oksidasi (Fessenden, 1997). Oksidasi terhadap alkohol
menggunakan bahan pengoskidasi (oksidator) kuat, yang dalam praktikum ini digunakan kalium
dikromat (K2Cr2O7) dengan bilangan oksidasi Cr adalah +6, dengan warna larutan orange. Untuk
menstabilkan kalium dikromat yang digunakan sebagai oksidator dalam praktikum ini, maka
terlebih dahulu larutan kalium dikromat diasamkan dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4)
pekat. Hal ini dilakukan karena kalium dikromat (K2Cr2O7) lebih stabil dalam suasana asam
dibandingkan dalam suasana basa. Selain itu, natrium atau kalium dikromat dalam suasana asam
merupakan oksidator yang kuat. Reaksi yang terjadi antara kalium dikromat (K2Cr2O7) dan
H2SO4 adalah sebagai berikut.
K2Cr2O7 + H2SO4 → K2SO4 + H2Cr2O7
Pada praktikum ini, alkohol yang akan dioksidasi adalah sikloheksanol (C6H11OH).
Sikloheksanol merupakan alkohol sekunder (20) yang dapat dioksidasi menjadi keton
(sikloheksanon). Pada praktium ini, sikloheksanol dioksidasi oleh kalium dikromat menjadi
sikloheksanon. Reaksi oksidasi sikloheksanol menjadi sikloheksanon adalah sebagai berikut.
O
OH
Na2Cr 2O7 + H2SO4
+ H2O
Mekanisme reaksi oksidasi sikloheksanol menjadi sikloheksanon adalah sebagai berikut.
H
:O
O
O
H
+ H2O
Untuk mengoptimalkan hasil reaksi, maka suhu dijaga tetap pada suhu 550C. Pada
pencampuran sikloheksanol dengan larutan kalium dikromat dalam suasana asam, larutan
berubah warna dari berwarna orange menjadi berwarna hijau. Warna hijau yang terbentuk ini
disebabkan oleh ion Cr6+ pada K2Cr2O7 yang mengalami reduksi menjadi Cr3+ yang berwarna
hijau. Reaksi reduksi ion Cr6+ pada K2Cr2O7 menadi ion Cr3+ adalah sebagai berikut.
Cr2O72-(aq) + 14H+ + 6e → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
(orange)
(hijau)
Untuk mereduksi kelebihan dikromat pada reaksi, ditambahkan larutan oksalat ke dalam
campuran. Kemudian, campuran dicuci dengan menggunakan air sehingga terbentuk dua lapisan
dimana lapisan atas adalah sikloheksanon yang belum murni dengan berat jenis 0,95 dan lapisan
bawah adalah air dengan berat jenis 1,0. Setelah dicuci dengan menggunakan air, kemudian
lapisan atas yang berisi sikloheksanon ditampung dan diekstraksi sebanyak 3 kali dengan
menggunakan eter.
Ekstraksi bertingkat (berkali-kali) bertujuan untuk memperoleh ekstrak sikloheksanon
yang lebih banyak. Sedangkan, tujuan penggunaan eter sebagai bahan pengekstrak sikloheksanon
adalah karena eter merupakan pelarut organic yang dapat melarutkan bahan organic seperti
sikloheksanon, sehingga terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas adalah sikloheksanon yang
terlarut dalam eter (bening dengan sedikit pengotor) dengan berat jenis 0,71 dan lapisan bawah
adalah air dengan berat jenis 1,0.
Untuk menghilangkan pengotor yang ada pada sikloheksanon yang terlarut dalam eter,
larutan dicuci dengan larutan natrium bikarbonat. Pada penambahan larutan natrium bikarbonat,
kembali terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas adalah sikloheksanon yang larut dalam eter,
dan lapisan bawah adalah larutan natrium bikarbonat. Lapisan yang digunakan untuk langkah
selanjutnya adalah lapisan atas, dimana lapisan atas adalah larutan bening yang sudah bersih
tanpa pengotor.
Untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung di dalam sikloheksanon, maka air
diserap menggunakan zat anhidrat yaitu CuSO4. Penggunaan CuSO4 sebagai penyerap air
dikarenakan CuSO4 yang berwarna putih bila menyerap air akan berubah warna menjadi biru.
Setelah air dalam larutan habis, maka CuSO4 tidak mengalami perubahan warna menjadi biru
lagi (tetap putih). Dengan kata lain, penggunaan CuSO4 sebagai penyerap air dikarenakan
kemudahan dalam mengamati telah habisnya air, yang ditandai dengan tidak berubahnya warna
CuSO4 saat dimasukkan ke dalam larutan sikloheksanon dalam eter.
Setelah kandungan air sudah habis, untuk menghilangkan pelarut (eter) yang digunakan
dilakukan proses destilasi. Destilasi adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan titik didih antara dua buah zat yang bercampur tersebut. Titik didih eter adalah
berkisar antara 34-350C, sehingga eter dapat dipisahkan pada suhu tersebut. Sedangkan, titik
didih sikloheksanon adalah berkisar antara 152-1550C, sehingga sikloheksanon murni akan
diperoleh pada suhu tersebut. Dalam destilasi, destilat pertama kali menetes pada suhu 340C,
yang menandakan bahwa destilat tersebut adalah eter, karena titik didih eter adalah 34 0C.
kemudian, destilat pada suhu 340 ini ditampung, sampai sisa larutan pada labu dasar bulat tinggal
tersisa beberapa mL lagi. Suhu kemudian naik secara perlahan, sampai pada suhu 1610C,
terdapat tetesan destilat pada penampung, yang menandakan bahwa destilat tersebut adalah
sikloheksanon. Destilat yang dihasilkan ini ditampung dan diukur volumenya. Volume
sikloheksason yang diperoleh adalah 4,6 mL. Berdasarkan data ini, maka rendemen dapat
dihitung dengan :
Sikloheksanol (ῥ = 0,94 g/mL) :
- Massa sikloheksanol
= vol. Sikloheksanol x 
= 6,926 mL x 0,94 g/mL = 6,5104 g
- Mol sikloseksanol
=
massa sikloheksa nol
Mr
=
6,5104 g
= 0,065 mol
100,16 g/mol
Reaksi yang terjadi:
C6H11OH + Cr2O72- → C6H11O + Cr3+ + H2O
Berdasarkan reaksi di atas, mol sikloheksanon = mol sikloheksanol = 0,065 mol
Sikloheksanon :
- Massa sikloheksanon secara teoriris
= mol sikloheksanon x Mr
= 0,065 mol x 99 g/mol
= 6,435 g
- Volume sikloheksanol (0,95 g/mL) yang dihasilkan adalah 4,6 mL
- Massa sikloheksanon
= volume sikloheksanon x 
=mL x 0,95 g/mL
= 4,37 g
- Rendemen hasil praktikum =
=
massa sikloheksa non yang diperoleh
 100%
massa sikloheksa non secara teoritis
4,370 g
 100%
6,435 g
= 67,91%
Untuk memastikan kemurnian sikloheksanon yang dihasilkan pada praktikum ini, maka
dilakukan uji indeks bias. Indeks bias sikloheksanon pada praktikum ini adalah 1,4500,
sedangkan indeks bias sikloheksanon teoritis adalah 1,4507. Tingginya indeks bias
sikloheksanon yang terukur disebabkan karena suhu kamar saat praktikum lebih dari 250C. Suhu
mempengaruhi indeks bias dari suati zat semakin tinggi suhu maka indeks biasnya semakin besar
pula. Hal ini disebabkan pada suhu yang besar jarak antara molekul semakin meregang. Tekanan
juga mempengaruhi indeks bias semakin rendah tekanan maka indeks bias semakin meningkat.
Dari data tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikloheksanon yang dihasilkan pada
praktikum ini adalah murni.
Download