ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS LANJUT “Gerakan Sayang Ibu” Dosen Pembimbing : Ns. Jasmawati, S.Kep., M.Kes Disusun oleh : 1. Afifatul Mardiah P07224317002 2. Anisa Wahyu Lestari P07224317003 3. Apriliana Larasati P07224317004 4. Ariska Sri Rahayu P07224317005 5. Asfi Tsalist Adha Karomah P07224317006 6. Asti Yunita Rahmasari P07224317007 7. Aulia Prameswari P07224317008 8. Ayu Diah Lestari P07224317009 9. Cindy Elfira P07224317010 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR 2020 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Gerakan Sayang Ibu” ini dengan tepat waktu. Selanjutnya, kami berterima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Ns. Jasmawati, S.Kep,. M.Kes yang telah membimbing kami selama mengerjakan makalah. Dan berterima kasih juga kepada tim penyusun makalah yang sudah bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini menjadi manfaat tersendiri bagi penulis maupun pembaca . Amin ya Rabbal Alamin. Samarinda, Januari 2020 Penyusun ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 1.2 RUMUSAN MASALAH 2 1.3 TUJUAN 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 DASAR – DASAR PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU 3 2.2 PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU 3 2.3 MODEL ASUHAN KEBIDANAN 5 BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 9 3.2 SARAN 9 DAFTAR PUSTAKA 10 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Terinspirasi dari diperingatinya Hari Ibuyang jatuh pada 22 Desember lalu, maka salah satu gerakan perdamaian yang diberinama Gerakan Sayang Ibu ini dirasa perlu untuk diangkat dalam tulisan ini. Istilah Gerakan Sayang Ibu mungkin cukup asing bahkan terdengar aneh di telinga, karenamemang tidak banyak yang tahu, dan eksistensinya pun masih sangat minim. Namun,Gerakan Sayang Ibu (GSI) ini benar adanya.Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan denganperbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Dinegara miskin sekitar 25 – 50 % kematian wanita usia subur ( WUS ) disebabkanhal yang berkaitan dengan kehamilan dan puncaknya pada saat melahirkan (Manuaba, 1999 ). WHO ( 2009 ) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnyameninggal saat hamil atau bersalin. Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik – buruknyakeadaan pelayanan kebidanan ( maternity care ) dalam suatu Negara atau daerah ialah maternal ( maternal mortality ). Menurut definisi WHO “ kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnyakehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yangdilakukan untuk mengakhiri kehamilan“. Sebab – sebab kematian ini dapat di bagidalam 2 golongan, yakni yang berlangsung disebabkan oleh komplikasi – komlikasikehamilan, persalinan dan nifas dan sebab – sebab yang lain seperti penyakit jantung,kanker dan sebagainya ( associated causes ). Angka kematian maternal ( maternalmortality rate ) ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1000 atau10.000 kelahitan hidup, kini di beberapa Negara terhadap 100.000 kelahiran hidup. Dari pelaksanaan MPS target “ Indonesia Sehat Tahun 2010 “ adalah : angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayimenjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Sesungguhnya tragedy kematian ibu tidak perluterjadi karena lebih dari 80 % kematian ibu sebernarnya dapat di cegah melaluikegiatan yang efektif, seperti : pemeriksaan kehamilan dan 4 pemberian gizi yangmemadai.Penyebab langsung kematian ibu seperti halnya di Negara lain : pendarahan30,5 %, infeksi 22,5 %, eklampsia 17,5 % dan anastesia 2,0 %. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain anemia, kurang energi kronis ( KEK ) dan keadaan “ 4terlalu “ ( terlalu muda / tua, sering dan banyak ). 1.2 RUMUSAN MASALAH A. Apa dasar – dasar pelaksanaan gerakan sayang ibu ? B. Bagaimana pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu ? C. bagaimana model asuhan kebidanan ? 1.3 TUJUAN A. Untuk mengerti dan memahami dasar – dasar pelaksanaan gerakan sayang ibu B. Untuk mengerti dan memahami pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu C. Untuk mengerti dan memahami model asuhan kebidanan 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. DASAR – DASAR PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU a) Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1984, tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; b) Kesepakatan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Menteri Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada tanggal 12 Maret 2002; c) Menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan Satgas GSI tentang berbagai program Gerakan Sayang Ibu (GSI) dari stake holder terkait. d) Menyegarkan dan meningkatkanpengetahuan Satgas Gerakan Sayang Ibu (GS) tentang peran stake holder terkait dalam Gerakan Sayang Ibu. 2.2. PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU 1. Unsur Opersional a. Kegiatan advokasi dan KIE b. Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI c. Pemberdayaan dalam keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan d. Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu 2. Unsur Pendukung a. Orientasi dan penelitian b. Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi c. Pengembangan tata cara rujukan d. Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan e. Peningkatan peran bidan 6 Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi : 1. Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin. 2. Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah tersebut. 3. Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai bayi di masyarakat. 4. Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan. 5. Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di informasikan ke bidan puskesmas. 6. Membantu merujuk. Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI) Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan pelaksanaan GSI antara lain : a) Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional b) Setiap persalinan ditolong oleh tenakes c) Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik d) Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya : Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang membutuhkan Tersedianya biaya untuk rujukan Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan, persalinan dan nifas 7 2.3. MODEL ASUHAN KEBIDANAN Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan model perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut : 1) Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis 2) Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi 3) Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu 4) Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu) 5) Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu 6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional 7) Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup 8) Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan 9) Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka 10)Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak 11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit 8 Penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan selama kehamilan, persalinan, atau postpartum secara “rutin”, dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu dan bayinya. Contoh-contoh semacam itu yang sudah memperlihatkan tidak adanya bukti-bukti manfaatnya seperti episiotomi, enema dan penghisapan bagi semua bayi secara rutin. Bidn yang sudah terampil perlu mengetahui kapan untuk tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa kehamilan, kelahiran dan postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus didasarkan bukti-bukti ilmiah. “JANGAN MENYAKITI” artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa indikasi-indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk tidak melakukan tindakan apapun. Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat. Sebagai bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan persalinan Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan asuhan yang bersifat “Sayang Ibu”. Diseluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendapatkannya. Hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa pelayanannya secara tradisional. Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain. Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelhiran serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan kelurganya dan memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan 9 sebagai alternative untuk penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi. Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa “model asuhan kebidanan ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan”. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar supaya bisa mendapatkan predikat “sayang ibu”. Sebagaimana dikutip dari bahan CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah : 1) Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya dan mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan. 2) Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk intervensi-intervensi dan hasil asuhannya. 3) Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat yang dianut ibu. 4) Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak kemanapun ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil posisi lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian). 5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan, misalnya konseling pemberian ASI/keluarga berencana. 6) Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada 10 Pencukuran, Enema, IV (Intravena), Menunda kebutuhan gizi, Merobek selaput ketuban secara dini, Pemantauan janin secara elektronik, membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar dengan menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut. 7) Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa penggunaan obat-obatan. 8) Mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat mungkin. 9) Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. 10) Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni “Sepuluh Langkah Sayang Bayi Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberia ASI yang baik. 11 BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Gerakan Sayang Ibu (Safe Motherhood Program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional diMesir, Kairo tahun 1994. Presiden Soeharto meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yang tujuannya mempercepat penurunan AKI. Sebelumnya, pada 19-21 Juni 1996, diadakanLokakarya Penurunan Angka Kematian Ibu di Jakarta. GSI merupakan gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat, untuk lebih meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam upayainteraktif dan sinergis. 3.2 SARAN Dengan hadirnya GSI ini diharapkan SDM yang berkualitas yang ditentukan dari janin dalam kandungan karena perkembangan otak terjadi selama hamil sampai dengan 5 tahun; kesehatan ibu dan anak faktor paling strategis untuk meningkatkannya. Karena angka kematian ibu (AKI) karena hamil, bresalin dan nifas di Indonesia tergolong tinggi di antara negara-negara ASEAN. Maka kita mesti mengetahuinya melalui program GSI yang digalakkan oleh pemerintah. 12 DAFTAR PUSTAKA Siwi walyani elisabeth. 2014. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Pustakabarupress Dewi pudiastusi ratna. 2011. Buku Ajaran Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika Syafrudin, dkk. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 13