Uploaded by nelvampus30

Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Susu Kedelai Tanpa Merek Di Bekasi (NELVA)

advertisement
Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Susu Kedelai
Tanpa Merek Di Bekasi
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Oleh :
NELVA PUSPITASARI
1010171039
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2019
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang
mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi
makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan benda asing yang dapat
mengganggu,merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan
tercemar adalah pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau
yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia;
pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal
yang ditetapkan; pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan
dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang mengandung bahan
yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani
yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak
layak dikonsumsi manusia; pangan yang sudah kedaluwarsa. Cemaran kimia
adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari unsur atau senyawa kimia
yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Cemaran
mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari mikroba yang
dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah
Indonesia. Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun
iv
2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia
dalam Makanan.
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penghasil protein nabati
yang sangat penting menjadikan makanan-makanan hasil olahan kedelai
sebagai konsumsi utama untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga
(Fatmalia & Crystin, 2017). Salah satu diantaranya adalah susu kedelai. Susu
kedelai merupakan susu nabati yang kaya provitamin A, Vitamin B kompleks,
mineral, karbohidrat, posfor dan zat besi. Selain itu, susu kedelai juga
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh seperti esitin dan asam linolenat
serta bebas laktosa. Oleh karena itu, susu kedelai juga dapat digunakan
sebagai pengganti susu sapi terkait nilai gizi yang dikandung hampir sama
(Singh & Singh, 2009; Widodo, 2016). Beberapa komoditi kacang-kacangan
di Indonesia telah digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat susu yang
dikenal sebagai susu nabati.
Susu nabati yang umum ditemukan dipasaran adalah susu kedelai, baik
dalam kemasan bermerek maupun yang tidak bermerek. Dimana kemasan
yang tidak bermerek tersebut tidak mencantumkan surat izin produksinya
sehingga sebagian masyarakat masih meragukan keamanannya untuk
dikonsumsi (Santri, Nuryanti, & Naid, 2015). Susu kedelai tidak bermerek
sebagian besar pengolahannya masih dilakukan secara tradisional. Akibatnya,
produk olahan kedelai rentan mengalami kontaminasi bakteri Coliform.
Bakteri Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan
v
sebagai indikator adanya kontaminan yang berasal dari kotoran (Fatmalia &
Bayyinah, 2018). Bakteri Coliform, yang terdiri dari Serratia, Hafnia,
Citrobacter, Enterobacter, Klebssiella, dan Escherichia Coli merupakan
kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas air, makanan
maupun produk susu yang tercemar (Chaudhari, Patel, Tandel, & Vibhuti,
2017). Bakteri Coliform dengan jumlah berlebih pada susu kedelai jika
dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan kesehatan (gastroenteritis)
(Pratiwi, 2015). Hal tersebut dikarenakan peralatan yang digunakan tidak
steril dan proses perebusan yang tidak maksimal (<100°C)(Buckle, 2009).
Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan dan penyimpanan air susu
kedelai merupakan sumber kontaminasi karena alat-alat tersebut tidak
dijamin kebersihannya sehingga menyebabkan susu kedelai mengandung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, dan juga penggunaan
air yang merupakan salah satu bahan pengolahan susu kedelai dapat
menyebabkan timbulnya mikroorganisme. (Dwidjoseputro, 2005).
Higiene dan sanitasi tempat pengelolaan makanan, pencemaran
makanan oleh mikroba dan zat kimia, peralatan pengelolaan makanan,
penjamah makanan, keracunan pangan merupakan faktor-faktor yang
menjadi permasalahan pangan. Oleh sebab itu prinsip hygine dan sanitasi
pengolahan pangan perlu dipahami karena sangat berpengaruh terhadap
kualitas makanan dan minuman (Yunus, 2015).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06.8-7388-2009
persyaratan cemaran mikroba pada produk kedelai yaitu mengandung angka
vi
lempeng total bakteri maksimal 5x104 koloni/mL, nilai MPN bakteri
Coliform<3/mL, Salmonella sp negatif/25 mL, Staphylococcus aureus 1x102
koloni/mL, Bacillus cereus 1x103 koloni/mL dan kapang 5x101 koloni/mL.
Beradasarkan latar belakang diatas, dilakukan pengujian cemaran bakteri
Coliform pada susu kedelai tanpa merek yang ada di bekasi berdasarkan
Angka Lempeng Total (ALT).
1.2 Identifikasi Masalah
a. Hygiene yang masih belum baik, dapat menjadi sumber cemaran
bakteri.
b. Tidak ada pengawasan pada bahan,air, dan peralatan yang digunakan.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis hanya membatasi masalah untuk
mengetahui cemaran bakteri Coliform berdasarkan penentuan Angka Lempeng
Total (ALT) sesuai dengan prosedur uji cemaran mikroba SNI No. 06.8-73882009, yang mengacu pada persyaratan produk kedelai yaitu total bakteri
maksimal 5x10⁴ koloni/mL. Penentuan status cemaran bakteri Coliform
mengacu pada SNI No. 06.8-7388-2009 terkait persyaratan cemaran bakteri
Coliform pada produk kedelai yaitu <3/mL.
vii
1.4 Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas susu kedelai tanpa merek yang ada di bekasi ?

Apakah terdapat bakteri Coliform pada susu kedelai tanpa merek di
bekasi ?
1.5 Tujuan Penelitian

Mengetahui ada atau tidaknya cemaran bakteri Coliform pada susu
kedelai.

Mengetahui jumlah cemaran pada susu kedelai.
1.6 Manfaat Penelitian
 Penulis dapat mengetahui jumlah cemaran pada susu kedelai tanpa
merek di bekasi.
 Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih memperhatikan
kualitas susu saat membeli.
 Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Susu Kedelai
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi, dikarenakan kedelai merupakan bahan pangan
yang mempunyai kandungan protein lebih besar dibandingkan dengan beras,
jagung, tepung singkong dan yang lainnya serta mempunyai sifat mudah rusak
dan membusuk, sehingga mutu atau kualitasnya mudah menurun. Kondisi ini
yang mendorong produsen kedelai untuk menciptakan produk yang
menggunakan bahan baku kedelai, salah satunya adalah susu kedelai (Nuning,
2011).
Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
(1). Kedelai putih, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning, atau putih
atau juga hijau apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning
pada irisan kepingnya. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan susu atau
bubuk kedelai,
(2). Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang
apabila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan
kepingnya,
ix
(3). Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam. Kedelai inilah
yang biasanya dijadikan kecap,
(4). Kedelai cokelat, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat.
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa
untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam
jumlah yang kecil. Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan
memiliki mutu yang lebih baik, biji kedelai tidak dapat dimakan langsung
karena mengandung tripsin inhibitor dan melalui proses pemasakan tripsine
inhibitor dapat dinetralkan, selain anti tripsine, senyawa antigizi lain yang
terkandung dalam kedelai antara lain hemaglutinin, asam fitat, dan
oligosakarida penyebabm flatulensi, yaitu timbulnya gas dalam perut sehingga
perut menjadi kembung (Cahyadi, 2007).
Standar mutu biji kedelai, baik untuk jenis kuning, hitam, dan hijau maupun
campuran ditetapkan dalam SNI 01-3922-1995 yang mengklasifikasikan
mutu kedelai dalam empat tingkatan, yakni mutu I, II, III, dan IV :
x
Tabel 1. Persyaratan mutu biji kedelai menurut SNI 01-3922-1995.
Jenis uji
Satuan
Persyaratan mutu
I
II
III
IV
Kadar air(maksimum)
%
13
14
14
16
Butir belah(maksimum)
%
1
2
3
5
Butir rusak(maksimum)
%
1
2
3
5
Butir warna lain(maksimum)
%
1
3
5
10
Butir keriput(maksimum)
%
0
1
3
5
Kotoran(maksimum)
%
0
1
2
3
Adapun menurut Arsanta (2017) manfaat susu kedelai bagi kesehatan adalah
sebagai berikut
a. Kesehatan jantung
Susu kedelai memiliki efek yang baik untuk tekanan darah. Sehingga,
konsumsi susu kedelai sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung.
b. Mengurai gejala post-menopause
Susu kedelai dapat mengurai masalah kesehatan pada wanita setelah
menopause karena kandungan isoflavone pada susu kedelai dapat membantu
menguatkan daya tahan tubuh pada wanita periode ini.
c. Mencegah Osteoporosis
xi
Susu kedelai memiliki manfaat menegurangi kemungkinan terjadinya
osteoporosis pada wanita post-menopause karena kurangnya kalsium.
d. karsinogenik
Konsumsi susu kedelai memiliki keuntungan menurunkan resiko terjadinya
kanker prostat pada pria dan kanker payudara.
e. Anti oksidan
Efek anti oksidan yang dimiliki isoflavone pada susu kedelai memiliki
keuntungan untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit kronis.
f. Mencegah obesitas dan menurunkan kolestrol
Kandungan Isoflavone pada susu kedelai memiliki efek hormonal yang dapat
menghambat adipogenesis yang dapat menurunkan pelebaran jaringan lemak
dan menurunkan kadar LDL kolestrol dalam darah.
g. Melancarkan pencernaan
Kandungan Isoflavone pada susu kedelai memiliki manfaat dalam
meningkatkan absorpsi pada usus sehingga pencernaan menjadi lancar.
2.2 Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator
xii
keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme
yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi
sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh
patogen atau tidak. Bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu bakteri pembusuk ini juga memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih didalam tubuh. Bakteri
coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding
lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri coliform dapat digunakan
sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat
pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus,
protozoa dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang
lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.
Bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan
sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri
coliform adalah Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform
adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform artinya
kualitas air semakin baik Pada umumnya bakteri-bakteri yang ditemukan oleh
Theodor Escherichia ini, dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan
manusia seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Semua
xiii
organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini
disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk
hidup. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan
tanpa adanya air. Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.
Tetapi seringkali terjadi pengotoran dan pencemaran air dengan kotorankotoran dan sampah. Oleh karena itu air dapat menjadi sumber atau perantara
berbagai penyakit seperti tipus, desentri, dan kolera.
Contoh bakteri coliform antara lain Escherichia coli, Salmonella, Citrobacter,
Enterobacter dan Klebsiella dan dapat menyebabkan penyakit (Widiyanti dan
Ristanti 2004).
2.3 Angka lempeng total (ALT)
Menurut WHO pada tahun 2011, Angka Lempeng Total (ALT) disebut
juga angka lempeng heterotropik (heterotrofic plate count/HCP) merupakan
indicator keberadaan mikroba heterotropik termasuk bakteri dan kapang yang
sensitive terhadap proses desinfektan seperti bakteri Colifor, mikroba resisten
desinfektan seperti pembentuk spora dan mikroba yang dapat berkembang
cepat pada air olahan tanpa residu desinfektan. Meski telah mengalami proses
desinfektan yang berbeda, umum bagi mikroba tumbu selama perlakuan
(treatment) dan distribusi dengan konsentrasi berkisar 10⁴-10⁵sel/ml. Nilai
ALT bevariasi tergantung berbagai factor diantaranya kualitas sumber air;
jenis perlakuan, konsentrasi residu desinfektan, lokasi samping,suhu air
xiv
mentah, waktu pngujian, metode uji meliputi suhu dan waktu inkubasi
(Martoyo,Hariyadi dan Rahayu,2014).
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan ALT. Uji Angka Lempeng Total
yang lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan
media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual
berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Prinsip metode
Analisis Mirobiologi (MA PPOMN) nomot 96/mik/00) yaitu pertumbuhan
koloni aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng
agar dengan metode pour plate dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada
pengujian ALT menggunakan media PCA ( Plate Count Agar ) sebagai media
padatnya. Digunakan pula pereaksi Triphenly Tetrazolium Chloride 0,5% (
TTC ) (BPOM RI,2008).
Pemeriksaan penentuan Angka Lempeng Total (ALT) menggunakan
medium Natrium Agar (NA) melalui pengenceran sampel secara bertingkat
10ᴵ-10⁴. Kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Untuk
pengujian bakteri Coliform meliputi :
a.
Presumtive Test ( test pendugaan )
Pada test pendugaan digunakan media Mac Conkey Broth (MCB) dan
memerlulakan waktu inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37°C. Jika dalam
waktu tersebut terbentuk gas dalam tabung durham maka test dinyatakan
positif dan dilanjutkan pada tes berikutnya yaitu Convirmatife test.
b.
Convirmatife Test ( tes penegasan )
xv
Pada tes penegasan digunakan medium Brilliant Green Lactosa Bille
(BGLB) . Convirmatife test membutuhkan waktu 2x24 jam dengan suhu
37°C. Jika terbentuk gas dalam tabung durham dalam media BGLB
memperkuat adanya bakteri Coliform. Jumlah bakteri Coliform didapatkan
dari tabel Most Probable Number (MPN), yang memberikan nilai duga
terdekat dengan kombinasi tabung yang positif dan tabung yang negatif pada
uji konfirmasi. Penentuan status cemaran bakteri Coliform mengacu pada SNI
No. 06.8-7388-2009 terkait persyaratan cemaran bakteri Coliform pada
produk kedelai yaitu <3/mL.
NILAI MPN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN 95%
JIKA MENGGUNAKAN 3 TABUNG
Tabel 2. Nilai MPN Metode 3 Tabung
Banyak nya tabung yg
Tingkat kepercayaan 95%
positif
Nilai MPN per 100 gr
atau ml
1:10
1:100
limit
limit
terendah
tertinggi
1:1000
0
0
0
<3
0
0
1
3
< 0,5
9
0
1
0
3
< 0,5
13
1
0
0
4
< 0,5
20
1
0
1
7
1
21
1
1
0
7
1
23
xvi
1
1
1
11
3
36
1
2
0
11
3
36
2
0
0
9
1
36
2
0
1
14
3
37
2
1
0
15
3
44
2
1
1
20
7
89
2
2
0
21
4
47
2
2
1
28
10
150
3
0
0
23
4
120
3
0
1
39
7
130
3
0
2
64
15
380
3
1
0
43
7
210
3
1
1
75
14
230
3
1
2
120
30
380
3
2
0
93
15
380
3
2
1
150
30
440
3
2
2
210
35
470
3
3
0
240
36
1.300
3
3
1
460
71
2.400
3
3
2
1.100
150
4.800
3
3
3
> 2.400
xvii
Sumber : REFA, Manuals of Food Quality Control, Book 4. Microbiological analysis,
Food and Agriculture Organization of the United Nation, Rome, 1978, P:D-5
Berdasakan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kualitas bakteriologis
sampel susu dapat digolongkan kedalam kualitas bakteriologis sebagai berikut (untuk
susu) :
Tabel 3. Kualitas Kelas Coloiform total
Kelas Kualitas
Coliform total
A (baik)
< 50
B (kurang baik)
51 – 100
C (jelek)
101 – 1.000
D (amat jelek)
1.001 – 2.400
E (amat sangat jelek)
> 2.400
xviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas di dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan
beberapa variabel yang digunakan di dalam penelitian seperti yang terdapat pada
table di bawah ini :
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel
Definifi
Terikat
Operasional
Kuaitas bakteri Diihat
pada
kedelai
Cara Ukur
dari Pemeriksa
susu pemeriksaan
an
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Angka
a. Memenuhi syarat
Nomnal
Lempeng
bakteri yaitu laboratoriu Total
total
menurut SNI No. 06.87388-2009.
b. Tidak memenuhi syarat
m
Coliform
menurut SNI No. 06.8-
yaitu<3/mL.
7388-2009.
xix
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta, yang dilaksanakan 29-30 Juli 2019.
3.3Populasi dan Sampel
Pada pnellitian ini penulis menggunakan 10 sampel susu kedelai tanpa merek di
Bekasi.
3.4 Instrumen Penelitian
Sampel : Susu Kedelai
Tabel 5. Instrumen Peneliian Uji kualitas Susu Kedelai
NO
ALAT
MEDIA
1
Pipet ukur 10 ml
NA
2
Pipet ukur 1 ml
MCB
3
Tabung reaksi
BGLB
4
Rak tabung
Aquadest
5
Lampu spirtus
6
Erlenmeyer 250 ml
7
Incubator
8
korek
9
Label
10
Cawan petri
xx
3.5Prosedur Kerja
Angka Lempeng Total :
1) Bersihkan meja kerja dari debu.
2) kemudian sterilkan dengan alkohol 70%.
3) Siapkan 4 buah tabung reaksi steril, kemudian isikan masing –masing
dengan 9 ml aquades steril dengan menggunakan pipet ukur 10 ml
yang juga steril, kemudia beri label 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, (pengenceran
disesuaikan dengan kekeruhan sampel susu).
4) Ambil sampel sebanyak 1 ml dengan pipet ukur 1 ml yang telah steril
dan masukkan ke dalam tabung pertama, sedot sepul sebanyak lebih
kurang 3 kali, kemudian pindahkan dari tabung ini sebanyak 1 ml ke
dalam tabung kedua, dan 1 ml ke dalam cawan petri 1a dan 1 ml ke
dalam cawan petri 1b.
5) Ambil 1 pipet ukur 1 ml steril yang baru dan lakukan sedot sepul pada
tabung kedua, kemudia pindahkan 1 ml kedalam tabung ketiga, 1 ml
kedalam cawan petri 2a dan 1 ml ke dalam cawan petri 2b. Demikian
seterusnya hingga tabung kelima dan cawan petri ke 4a dan 4b. Dan
beri label petri sesuai dengan label pengenceran.
xxi
6) Siapkan 2 buah cawan petri untuk blanko, pada blanko aquadest
masukan 1 ml aquadest yang digunakan untuk pengenceran,
sedangkan untuk blanko agar hanya berisi agar saja.
7) Siapkan NA yang telah cair dan tuangkan lebih kurang 20 ml kedalam
12 buah cawan petri tadi secara aseptis, tunggu hingga agar
membeku,kemudian inkubasi kedalam inkubator suhu 37oC selam 24
jam.
Hitunglah jumlah koloni yang tumbuh, diseluruh zona agar dengan
menggunakan koloni counter atau mata meter, yang masuk perhitungan
adalah jumlah koloni dengan kisaran 30 – 300.
xxii
SKEMA KERJA ALT
sampel
aquades
t
1: 101
9 ml
Aquadest steril :
Sampel Air
1 ml Aquadest
+
PCA
Kontrol
Aquadest
Kontrol
PCA
1: 102
1: 103
1: 104
9 ml
9 ml
9 ml
+
+
+
+
1 ml
(sampel)
1 ml
(sampel)
1 ml
(sampel)
1 ml
(sampel)
1 ml
+
PCA
A
A
A
A
1 ml
+
PCA
B
B
B
:
Inkubasi
37oC
Selama
24 jam
B
Tahapan tes perkiraan (presumtive test) :
1)
Siapkan buah tabung berisi media Mac Conkey Broth.
2)
Ambil masing –masing 10 ml sampel masukkan kedalam media.Pekerjaan ini
dilakukan secara aseptis.
xxiii
Inkubasi tabung ke dalam inkubator suhu 37⁰C selama 24 – 48 jam.
3)
Tahapan tes pasti (Convirmatife test) :
1)
Disiapkan media BGLB dengan jumlah tabung sesuai dengan hasil positif dari
tes perkiraan.
2)
Ambil sebanyak 1 ose dari media MCB yang positif dengan ditandai
terjadinya kekeruhan dan adanya gas pada tabung durham dan kemudian tanamkan
kedalam media BGLB. Inkubasi media tersebut pada inkubator suhu 37⁰C.
SKEMA KERJA ALT
101
Inkubasi 37oC
s/d 24 – 48 jam
102
103
11
12
@ 1 ose
@ 1 ose
CONFIRMATIVE
TEST
3.6 Pembuatan Media
a. Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
xxiv
13
0,11
0,12
@ 1 ose
0,13
Larutan 40 gram media dalam 1 liter akuades. Tuang kedalam tabung reaksi
yang sudah berisi tabung durham posisi terbalik. Sterilisasi dengan autoklaf
suhu 121℃ selama 15 menit. pH media 7,2 ± 0,2 pada suhu 25℃ .
b. Mac Conkey Broth (MCB)
Timbang 50 gram bubuk media mac conkey larutkan dengan aquades
sebanyak 1 liter. Panaskan sampai mendidih untuk melarutkan media.
Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit tunggu suhu
sampai hangat-hangat kuku(45-50°C). Homogenkan dan tuang kedalam
cawan petri.
c. Nutrient Agar (NA)
Timbang 11,5 gram bubuk media NA, larutkan dengan aquadest 500 ml.
panaskan dan aduk hingga homogen. Sterilkan dalam autoclave pada suhu
121⁰C selama 15 menit.
xxv
Daftar pustaka
Arsanta, M.D. 2017. 7 Manfaat Susu Kedelai bagi
Kesehatan.(online).http://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/hidupsehat/nutrisi/manfaatsusu-kedelai-bagi-kesehatan/amp/ diakses 19 Desember 2017.
Cahyadi (2007). Jenis kedelai.
Chaudhari, V. J., Patel, N. K., Tandel, B. M., & Vibhuti, C. (2017). Effect of Foliar
Spray Of Micronutrients on Yield Of Cauliflower (Brassica Oleracea L. Var.
Botrytis). International Journal of Chemical Studies, 5(4), 2110–2112.
Dwidjoseputro, D. (2005). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Singh, J., &Singh, R. (2009). Optimization and Formulation of Orodiversible Tablets
of Meloxicam. Tropical Journal Of Pharmacetical Research, 8(2), 153–159.
Fatmalia, N., & Crystin, C. N. (2017). Pengaruh Lama Penyimpanan Susu Kedelai
pada Suhu Kulkas terhadap Cemaran Bakteri Coliformdengan Menggunakan Metode
MPN. Jurnal Sains, 7(14), 23–29.
Fatmalia, N., & Bayyinah, R. (2018). Deteksi Cemaran Bakteri Coliformpada Sampel
Cincau Hitam dengan Variasi Lama Waktu Penyimpanan. Jurnal Sains, 8(16), 22–
27.
Nuning. 2011. Analisis Sikap Dan Perilaku Pembaca Surat Kabar Terhadap Iklan
Susu Kedelai. Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian.
xxvi
Pratiwi, R. H. (2015). Distribusi Bakteri Colifom di Situ Cilodong Depok Jawa Barat.
Faktor Exacta, 6(4), 290–297.
Santri, Nuryanti, S., & Naid, T. (2015). Analisis Mikrobiologi Beberapa Susu Kedelai
Tanpa Merek,7(2), 130–138.
Widiyanti, N.L.P.M., Ristanti, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada
Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal ekologi kesehatan 3 (1):
64-73.
Widodo, S. (2016). Bakteri yang Sering Mencermari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 29(3), 96–100.
Yunus, M. (2015). Higiene sanitasi pangan. Ka.Subdit higiene sanitasi Pangan,
Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemneterian Kesehatan Republik Indonesia.
.
xxvii
xxviii
Download