Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Susu Kedelai Tanpa Merek Di Bekasi KARYA TULIS ILMIAH Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Analis Kesehatan Oleh : NELVA PUSPITASARI 1010171039 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA 2019 i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan benda asing yang dapat mengganggu,merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia; pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia; pangan yang sudah kedaluwarsa. Cemaran kimia adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari unsur atau senyawa kimia yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Cemaran mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari mikroba yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah Indonesia. Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun iv 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penghasil protein nabati yang sangat penting menjadikan makanan-makanan hasil olahan kedelai sebagai konsumsi utama untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga (Fatmalia & Crystin, 2017). Salah satu diantaranya adalah susu kedelai. Susu kedelai merupakan susu nabati yang kaya provitamin A, Vitamin B kompleks, mineral, karbohidrat, posfor dan zat besi. Selain itu, susu kedelai juga memiliki kandungan asam lemak tak jenuh seperti esitin dan asam linolenat serta bebas laktosa. Oleh karena itu, susu kedelai juga dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi terkait nilai gizi yang dikandung hampir sama (Singh & Singh, 2009; Widodo, 2016). Beberapa komoditi kacang-kacangan di Indonesia telah digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat susu yang dikenal sebagai susu nabati. Susu nabati yang umum ditemukan dipasaran adalah susu kedelai, baik dalam kemasan bermerek maupun yang tidak bermerek. Dimana kemasan yang tidak bermerek tersebut tidak mencantumkan surat izin produksinya sehingga sebagian masyarakat masih meragukan keamanannya untuk dikonsumsi (Santri, Nuryanti, & Naid, 2015). Susu kedelai tidak bermerek sebagian besar pengolahannya masih dilakukan secara tradisional. Akibatnya, produk olahan kedelai rentan mengalami kontaminasi bakteri Coliform. Bakteri Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan v sebagai indikator adanya kontaminan yang berasal dari kotoran (Fatmalia & Bayyinah, 2018). Bakteri Coliform, yang terdiri dari Serratia, Hafnia, Citrobacter, Enterobacter, Klebssiella, dan Escherichia Coli merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas air, makanan maupun produk susu yang tercemar (Chaudhari, Patel, Tandel, & Vibhuti, 2017). Bakteri Coliform dengan jumlah berlebih pada susu kedelai jika dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan kesehatan (gastroenteritis) (Pratiwi, 2015). Hal tersebut dikarenakan peralatan yang digunakan tidak steril dan proses perebusan yang tidak maksimal (<100°C)(Buckle, 2009). Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan dan penyimpanan air susu kedelai merupakan sumber kontaminasi karena alat-alat tersebut tidak dijamin kebersihannya sehingga menyebabkan susu kedelai mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, dan juga penggunaan air yang merupakan salah satu bahan pengolahan susu kedelai dapat menyebabkan timbulnya mikroorganisme. (Dwidjoseputro, 2005). Higiene dan sanitasi tempat pengelolaan makanan, pencemaran makanan oleh mikroba dan zat kimia, peralatan pengelolaan makanan, penjamah makanan, keracunan pangan merupakan faktor-faktor yang menjadi permasalahan pangan. Oleh sebab itu prinsip hygine dan sanitasi pengolahan pangan perlu dipahami karena sangat berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman (Yunus, 2015). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06.8-7388-2009 persyaratan cemaran mikroba pada produk kedelai yaitu mengandung angka vi lempeng total bakteri maksimal 5x104 koloni/mL, nilai MPN bakteri Coliform<3/mL, Salmonella sp negatif/25 mL, Staphylococcus aureus 1x102 koloni/mL, Bacillus cereus 1x103 koloni/mL dan kapang 5x101 koloni/mL. Beradasarkan latar belakang diatas, dilakukan pengujian cemaran bakteri Coliform pada susu kedelai tanpa merek yang ada di bekasi berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT). 1.2 Identifikasi Masalah a. Hygiene yang masih belum baik, dapat menjadi sumber cemaran bakteri. b. Tidak ada pengawasan pada bahan,air, dan peralatan yang digunakan. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pembahasan diatas, penulis hanya membatasi masalah untuk mengetahui cemaran bakteri Coliform berdasarkan penentuan Angka Lempeng Total (ALT) sesuai dengan prosedur uji cemaran mikroba SNI No. 06.8-73882009, yang mengacu pada persyaratan produk kedelai yaitu total bakteri maksimal 5x10⁴ koloni/mL. Penentuan status cemaran bakteri Coliform mengacu pada SNI No. 06.8-7388-2009 terkait persyaratan cemaran bakteri Coliform pada produk kedelai yaitu <3/mL. vii 1.4 Rumusan Masalah Bagaimana kualitas susu kedelai tanpa merek yang ada di bekasi ? Apakah terdapat bakteri Coliform pada susu kedelai tanpa merek di bekasi ? 1.5 Tujuan Penelitian Mengetahui ada atau tidaknya cemaran bakteri Coliform pada susu kedelai. Mengetahui jumlah cemaran pada susu kedelai. 1.6 Manfaat Penelitian Penulis dapat mengetahui jumlah cemaran pada susu kedelai tanpa merek di bekasi. Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kualitas susu saat membeli. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis. viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Susu Kedelai Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dikarenakan kedelai merupakan bahan pangan yang mempunyai kandungan protein lebih besar dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong dan yang lainnya serta mempunyai sifat mudah rusak dan membusuk, sehingga mutu atau kualitasnya mudah menurun. Kondisi ini yang mendorong produsen kedelai untuk menciptakan produk yang menggunakan bahan baku kedelai, salah satunya adalah susu kedelai (Nuning, 2011). Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : (1). Kedelai putih, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning, atau putih atau juga hijau apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan kepingnya. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan susu atau bubuk kedelai, (2). Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang apabila dipotong melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan kepingnya, ix (3). Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam. Kedelai inilah yang biasanya dijadikan kecap, (4). Kedelai cokelat, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil. Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan memiliki mutu yang lebih baik, biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsin inhibitor dan melalui proses pemasakan tripsine inhibitor dapat dinetralkan, selain anti tripsine, senyawa antigizi lain yang terkandung dalam kedelai antara lain hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebabm flatulensi, yaitu timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung (Cahyadi, 2007). Standar mutu biji kedelai, baik untuk jenis kuning, hitam, dan hijau maupun campuran ditetapkan dalam SNI 01-3922-1995 yang mengklasifikasikan mutu kedelai dalam empat tingkatan, yakni mutu I, II, III, dan IV : x Tabel 1. Persyaratan mutu biji kedelai menurut SNI 01-3922-1995. Jenis uji Satuan Persyaratan mutu I II III IV Kadar air(maksimum) % 13 14 14 16 Butir belah(maksimum) % 1 2 3 5 Butir rusak(maksimum) % 1 2 3 5 Butir warna lain(maksimum) % 1 3 5 10 Butir keriput(maksimum) % 0 1 3 5 Kotoran(maksimum) % 0 1 2 3 Adapun menurut Arsanta (2017) manfaat susu kedelai bagi kesehatan adalah sebagai berikut a. Kesehatan jantung Susu kedelai memiliki efek yang baik untuk tekanan darah. Sehingga, konsumsi susu kedelai sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung. b. Mengurai gejala post-menopause Susu kedelai dapat mengurai masalah kesehatan pada wanita setelah menopause karena kandungan isoflavone pada susu kedelai dapat membantu menguatkan daya tahan tubuh pada wanita periode ini. c. Mencegah Osteoporosis xi Susu kedelai memiliki manfaat menegurangi kemungkinan terjadinya osteoporosis pada wanita post-menopause karena kurangnya kalsium. d. karsinogenik Konsumsi susu kedelai memiliki keuntungan menurunkan resiko terjadinya kanker prostat pada pria dan kanker payudara. e. Anti oksidan Efek anti oksidan yang dimiliki isoflavone pada susu kedelai memiliki keuntungan untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit kronis. f. Mencegah obesitas dan menurunkan kolestrol Kandungan Isoflavone pada susu kedelai memiliki efek hormonal yang dapat menghambat adipogenesis yang dapat menurunkan pelebaran jaringan lemak dan menurunkan kadar LDL kolestrol dalam darah. g. Melancarkan pencernaan Kandungan Isoflavone pada susu kedelai memiliki manfaat dalam meningkatkan absorpsi pada usus sehingga pencernaan menjadi lancar. 2.2 Coliform Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator xii keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih didalam tubuh. Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform artinya kualitas air semakin baik Pada umumnya bakteri-bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherichia ini, dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Semua xiii organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi seringkali terjadi pengotoran dan pencemaran air dengan kotorankotoran dan sampah. Oleh karena itu air dapat menjadi sumber atau perantara berbagai penyakit seperti tipus, desentri, dan kolera. Contoh bakteri coliform antara lain Escherichia coli, Salmonella, Citrobacter, Enterobacter dan Klebsiella dan dapat menyebabkan penyakit (Widiyanti dan Ristanti 2004). 2.3 Angka lempeng total (ALT) Menurut WHO pada tahun 2011, Angka Lempeng Total (ALT) disebut juga angka lempeng heterotropik (heterotrofic plate count/HCP) merupakan indicator keberadaan mikroba heterotropik termasuk bakteri dan kapang yang sensitive terhadap proses desinfektan seperti bakteri Colifor, mikroba resisten desinfektan seperti pembentuk spora dan mikroba yang dapat berkembang cepat pada air olahan tanpa residu desinfektan. Meski telah mengalami proses desinfektan yang berbeda, umum bagi mikroba tumbu selama perlakuan (treatment) dan distribusi dengan konsentrasi berkisar 10⁴-10⁵sel/ml. Nilai ALT bevariasi tergantung berbagai factor diantaranya kualitas sumber air; jenis perlakuan, konsentrasi residu desinfektan, lokasi samping,suhu air xiv mentah, waktu pngujian, metode uji meliputi suhu dan waktu inkubasi (Martoyo,Hariyadi dan Rahayu,2014). Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan ALT. Uji Angka Lempeng Total yang lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Prinsip metode Analisis Mirobiologi (MA PPOMN) nomot 96/mik/00) yaitu pertumbuhan koloni aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan metode pour plate dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian ALT menggunakan media PCA ( Plate Count Agar ) sebagai media padatnya. Digunakan pula pereaksi Triphenly Tetrazolium Chloride 0,5% ( TTC ) (BPOM RI,2008). Pemeriksaan penentuan Angka Lempeng Total (ALT) menggunakan medium Natrium Agar (NA) melalui pengenceran sampel secara bertingkat 10ᴵ-10⁴. Kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Untuk pengujian bakteri Coliform meliputi : a. Presumtive Test ( test pendugaan ) Pada test pendugaan digunakan media Mac Conkey Broth (MCB) dan memerlulakan waktu inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37°C. Jika dalam waktu tersebut terbentuk gas dalam tabung durham maka test dinyatakan positif dan dilanjutkan pada tes berikutnya yaitu Convirmatife test. b. Convirmatife Test ( tes penegasan ) xv Pada tes penegasan digunakan medium Brilliant Green Lactosa Bille (BGLB) . Convirmatife test membutuhkan waktu 2x24 jam dengan suhu 37°C. Jika terbentuk gas dalam tabung durham dalam media BGLB memperkuat adanya bakteri Coliform. Jumlah bakteri Coliform didapatkan dari tabel Most Probable Number (MPN), yang memberikan nilai duga terdekat dengan kombinasi tabung yang positif dan tabung yang negatif pada uji konfirmasi. Penentuan status cemaran bakteri Coliform mengacu pada SNI No. 06.8-7388-2009 terkait persyaratan cemaran bakteri Coliform pada produk kedelai yaitu <3/mL. NILAI MPN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN 95% JIKA MENGGUNAKAN 3 TABUNG Tabel 2. Nilai MPN Metode 3 Tabung Banyak nya tabung yg Tingkat kepercayaan 95% positif Nilai MPN per 100 gr atau ml 1:10 1:100 limit limit terendah tertinggi 1:1000 0 0 0 <3 0 0 1 3 < 0,5 9 0 1 0 3 < 0,5 13 1 0 0 4 < 0,5 20 1 0 1 7 1 21 1 1 0 7 1 23 xvi 1 1 1 11 3 36 1 2 0 11 3 36 2 0 0 9 1 36 2 0 1 14 3 37 2 1 0 15 3 44 2 1 1 20 7 89 2 2 0 21 4 47 2 2 1 28 10 150 3 0 0 23 4 120 3 0 1 39 7 130 3 0 2 64 15 380 3 1 0 43 7 210 3 1 1 75 14 230 3 1 2 120 30 380 3 2 0 93 15 380 3 2 1 150 30 440 3 2 2 210 35 470 3 3 0 240 36 1.300 3 3 1 460 71 2.400 3 3 2 1.100 150 4.800 3 3 3 > 2.400 xvii Sumber : REFA, Manuals of Food Quality Control, Book 4. Microbiological analysis, Food and Agriculture Organization of the United Nation, Rome, 1978, P:D-5 Berdasakan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kualitas bakteriologis sampel susu dapat digolongkan kedalam kualitas bakteriologis sebagai berikut (untuk susu) : Tabel 3. Kualitas Kelas Coloiform total Kelas Kualitas Coliform total A (baik) < 50 B (kurang baik) 51 – 100 C (jelek) 101 – 1.000 D (amat jelek) 1.001 – 2.400 E (amat sangat jelek) > 2.400 xviii BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Definisi Operasional Variabel Untuk memperjelas di dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan beberapa variabel yang digunakan di dalam penelitian seperti yang terdapat pada table di bawah ini : Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Definifi Terikat Operasional Kuaitas bakteri Diihat pada kedelai Cara Ukur dari Pemeriksa susu pemeriksaan an Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Angka a. Memenuhi syarat Nomnal Lempeng bakteri yaitu laboratoriu Total total menurut SNI No. 06.87388-2009. b. Tidak memenuhi syarat m Coliform menurut SNI No. 06.8- yaitu<3/mL. 7388-2009. xix 3.2Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta, yang dilaksanakan 29-30 Juli 2019. 3.3Populasi dan Sampel Pada pnellitian ini penulis menggunakan 10 sampel susu kedelai tanpa merek di Bekasi. 3.4 Instrumen Penelitian Sampel : Susu Kedelai Tabel 5. Instrumen Peneliian Uji kualitas Susu Kedelai NO ALAT MEDIA 1 Pipet ukur 10 ml NA 2 Pipet ukur 1 ml MCB 3 Tabung reaksi BGLB 4 Rak tabung Aquadest 5 Lampu spirtus 6 Erlenmeyer 250 ml 7 Incubator 8 korek 9 Label 10 Cawan petri xx 3.5Prosedur Kerja Angka Lempeng Total : 1) Bersihkan meja kerja dari debu. 2) kemudian sterilkan dengan alkohol 70%. 3) Siapkan 4 buah tabung reaksi steril, kemudian isikan masing –masing dengan 9 ml aquades steril dengan menggunakan pipet ukur 10 ml yang juga steril, kemudia beri label 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, (pengenceran disesuaikan dengan kekeruhan sampel susu). 4) Ambil sampel sebanyak 1 ml dengan pipet ukur 1 ml yang telah steril dan masukkan ke dalam tabung pertama, sedot sepul sebanyak lebih kurang 3 kali, kemudian pindahkan dari tabung ini sebanyak 1 ml ke dalam tabung kedua, dan 1 ml ke dalam cawan petri 1a dan 1 ml ke dalam cawan petri 1b. 5) Ambil 1 pipet ukur 1 ml steril yang baru dan lakukan sedot sepul pada tabung kedua, kemudia pindahkan 1 ml kedalam tabung ketiga, 1 ml kedalam cawan petri 2a dan 1 ml ke dalam cawan petri 2b. Demikian seterusnya hingga tabung kelima dan cawan petri ke 4a dan 4b. Dan beri label petri sesuai dengan label pengenceran. xxi 6) Siapkan 2 buah cawan petri untuk blanko, pada blanko aquadest masukan 1 ml aquadest yang digunakan untuk pengenceran, sedangkan untuk blanko agar hanya berisi agar saja. 7) Siapkan NA yang telah cair dan tuangkan lebih kurang 20 ml kedalam 12 buah cawan petri tadi secara aseptis, tunggu hingga agar membeku,kemudian inkubasi kedalam inkubator suhu 37oC selam 24 jam. Hitunglah jumlah koloni yang tumbuh, diseluruh zona agar dengan menggunakan koloni counter atau mata meter, yang masuk perhitungan adalah jumlah koloni dengan kisaran 30 – 300. xxii SKEMA KERJA ALT sampel aquades t 1: 101 9 ml Aquadest steril : Sampel Air 1 ml Aquadest + PCA Kontrol Aquadest Kontrol PCA 1: 102 1: 103 1: 104 9 ml 9 ml 9 ml + + + + 1 ml (sampel) 1 ml (sampel) 1 ml (sampel) 1 ml (sampel) 1 ml + PCA A A A A 1 ml + PCA B B B : Inkubasi 37oC Selama 24 jam B Tahapan tes perkiraan (presumtive test) : 1) Siapkan buah tabung berisi media Mac Conkey Broth. 2) Ambil masing –masing 10 ml sampel masukkan kedalam media.Pekerjaan ini dilakukan secara aseptis. xxiii Inkubasi tabung ke dalam inkubator suhu 37⁰C selama 24 – 48 jam. 3) Tahapan tes pasti (Convirmatife test) : 1) Disiapkan media BGLB dengan jumlah tabung sesuai dengan hasil positif dari tes perkiraan. 2) Ambil sebanyak 1 ose dari media MCB yang positif dengan ditandai terjadinya kekeruhan dan adanya gas pada tabung durham dan kemudian tanamkan kedalam media BGLB. Inkubasi media tersebut pada inkubator suhu 37⁰C. SKEMA KERJA ALT 101 Inkubasi 37oC s/d 24 – 48 jam 102 103 11 12 @ 1 ose @ 1 ose CONFIRMATIVE TEST 3.6 Pembuatan Media a. Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) xxiv 13 0,11 0,12 @ 1 ose 0,13 Larutan 40 gram media dalam 1 liter akuades. Tuang kedalam tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham posisi terbalik. Sterilisasi dengan autoklaf suhu 121℃ selama 15 menit. pH media 7,2 ± 0,2 pada suhu 25℃ . b. Mac Conkey Broth (MCB) Timbang 50 gram bubuk media mac conkey larutkan dengan aquades sebanyak 1 liter. Panaskan sampai mendidih untuk melarutkan media. Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit tunggu suhu sampai hangat-hangat kuku(45-50°C). Homogenkan dan tuang kedalam cawan petri. c. Nutrient Agar (NA) Timbang 11,5 gram bubuk media NA, larutkan dengan aquadest 500 ml. panaskan dan aduk hingga homogen. Sterilkan dalam autoclave pada suhu 121⁰C selama 15 menit. xxv Daftar pustaka Arsanta, M.D. 2017. 7 Manfaat Susu Kedelai bagi Kesehatan.(online).http://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/hidupsehat/nutrisi/manfaatsusu-kedelai-bagi-kesehatan/amp/ diakses 19 Desember 2017. Cahyadi (2007). Jenis kedelai. Chaudhari, V. J., Patel, N. K., Tandel, B. M., & Vibhuti, C. (2017). Effect of Foliar Spray Of Micronutrients on Yield Of Cauliflower (Brassica Oleracea L. Var. Botrytis). International Journal of Chemical Studies, 5(4), 2110–2112. Dwidjoseputro, D. (2005). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Singh, J., &Singh, R. (2009). Optimization and Formulation of Orodiversible Tablets of Meloxicam. Tropical Journal Of Pharmacetical Research, 8(2), 153–159. Fatmalia, N., & Crystin, C. N. (2017). Pengaruh Lama Penyimpanan Susu Kedelai pada Suhu Kulkas terhadap Cemaran Bakteri Coliformdengan Menggunakan Metode MPN. Jurnal Sains, 7(14), 23–29. Fatmalia, N., & Bayyinah, R. (2018). Deteksi Cemaran Bakteri Coliformpada Sampel Cincau Hitam dengan Variasi Lama Waktu Penyimpanan. Jurnal Sains, 8(16), 22– 27. Nuning. 2011. Analisis Sikap Dan Perilaku Pembaca Surat Kabar Terhadap Iklan Susu Kedelai. Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian. xxvi Pratiwi, R. H. (2015). Distribusi Bakteri Colifom di Situ Cilodong Depok Jawa Barat. Faktor Exacta, 6(4), 290–297. Santri, Nuryanti, S., & Naid, T. (2015). Analisis Mikrobiologi Beberapa Susu Kedelai Tanpa Merek,7(2), 130–138. Widiyanti, N.L.P.M., Ristanti, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal ekologi kesehatan 3 (1): 64-73. Widodo, S. (2016). Bakteri yang Sering Mencermari Susu: Deteksi, Patogenesis, Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 29(3), 96–100. Yunus, M. (2015). Higiene sanitasi pangan. Ka.Subdit higiene sanitasi Pangan, Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemneterian Kesehatan Republik Indonesia. . xxvii xxviii