Uploaded by User44686

5190 98% CAMBAH SAY

advertisement
“CAMBAH SAY” Cairan Limbah Sayur Untuk Menangani Kutu Cabai di Desa
Tegalweru
Praktikum Penyuluhan 2019
Disusun Oleh:
Kelompok G2
Mei Rika Novia Sari
Khusnul Teguh Pangestu
Muhammad Nadhif Atthariq
Andriawan Soni Hantoro
Firdaus Febrian Kresna
175050100111047
175050100111080
175050100111081
175050100111083
175050100111098
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Panyayang,
kami mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
praktikum penyuluhan 2019 dengan judul “CAMBAH SAY - Cairan Limbah Sayur Untuk
Menangani Kutu Cabai di Desa Tegalweru” dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kelompok kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kelompok kami sangat menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Malang, 26 Januari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan ..................................................................... 3
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran ...................................................................... 3
BAB III METODE PELAKANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan ................................................................................................... 5
3.2 Materi Penyuluhan ..................................................................................................... 5
3.3 Media Penyuluhan ...................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang yang mana sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai petani. Petani di Indonesia masih menggantungkan penggunaan bahan kimia dalam
pengendalian penyakit tanaman serta pemupukan tanaman. Penggunaan pestisida dan pupuk
kimia secara terus menerus dapat mencemari lingkungan juga menimbulkan efek yang
merugikan. Dampak lain dari penggunaan bahan kimia pertanian adalah mengurangi populasi
mikroorganisme yang berperan dalam daur biogeokimia tanah, serta mengurangi ketersediaan
unsur hara dalam jangka waktu yang lebih lama. Pengembangan biokontrol perlu dilakukan
dan pupuk berbasis mikrooganisme yang dapat menggantikan bahan kimia pertanian.
Sektor Pertanian di Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan
sektor utama yang menghasilkan komoditi sayuran cabai, kol, dan tomat. Tanaman cabai yang
merupakan sektor utama setelah 80 – 100 hari dapat dipanen sebanyak 12 kali, namun dalam
perawatan tanaman cabai membutuhkan biaya yang cukup besar juga yang digunakan untuk
membeli pestisida sehingga tanaman cabai bebas dari hama. Petani cabai di desa Tegalweru
Kecamatan Dau Kabupaten Malang selama 3 tahun ini mengalami kerugian dikarenakan
hama menyerang yang menyebabkan tanaman cabai rusak dan menurun produktivitasnya.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para petani, terutama petani sayuran adalah
serangan hama yang dapat menggagalkan panen. Kardinan, (2011) menyatakan bahwa
masalah utama yang sering dihadapi dalam kegiatan pertanian organik adalah adanya
organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama di daerah tropis karena kondisi iklim tropis
akan sangat mendukung perkembangan OPT. Petani pada umumnya menggunakan pestisida
kimia untuk membasmi hama tersebut karena pestisida kimia banyak dijual di pasaran dan
sangat efektif dalam membasmi hama. Tetapi masyarakat Desa Tegalweru belum menyadari
akan dampak dari penggunaan pestisida tersebut. Tingginya frekuensi aplikasi pestisida pada
pertanaman cabai dipicu oleh beratnya tingkat serangan hama dan penyakit. Hama terpenting
pada tanaman sayuran dataran rendah adalah kutu daun cabai (Aphis gossypii Glover)
(Herlinda, dkk, 2009). Sebagian besar para petani belum mengetahui adanya pestisida organik
yang jauh lebih murah dan tidak berbahaya dimana proses pembuatannya sangat mudah. Perlu
dilakukan sosialisasi dan pemberian keterampilan pembuatan pestisida organik yang ramah
lingkungan untuk mengatasi serangan hama pada tanaman sayur agar masyarakat tahu
mengenai pestisida organik tersebut. Menurut Al-Samarrai, et al, (2012) botani terdegradasi
lebih cepat daripada kebanyakan pestisida kimia, dan karenanya dianggap ramah lingkungan
dan kecil kemungkinannya untuk membunuh hama menguntungkan daripada pestisida sintetis
dengan retensi lingkungan yang lebih lama.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menawarkan serta mengembangkan program
“CAMBAH SAY” yang memanfaatkan ekstrak cairan limbah sayuran dapat digunakan
sebagai pestisida alami dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik ini
mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan dari “CAMBAH SAY” yang pertama, lebih
ramah terhadap lingkungan karena sifat material organik mudah terurai menjadi bentuk lain,
sehingga dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam bebas. Kedua,
residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang disemprot
lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi penggunaan pestisida organik
1
memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Penulis mengangkat judul dengan
nama produk “CAMBAH SAY” - Cairan Limbah Sayur Untuk Menangani Kutu Cabai di
Desa Tegalweru.
1.2 Rumusan Masalah
Petani cabai di Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang dalam kurun waktu
3 tahun mengalami gagal panen yang disebabkan oleh penyakit dan hama yang menyerang
tanaman cabai, gagal panen ini dapat menyebabkan turunnya perekonomian masyarakat desa
Tegalweru.
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk menginformasikan cara pembuatan
pestisida alami berbahan limbah sayuran, cara kerja dan dosis yang berguna bagi masyarakat
Desa Tegalweru untuk mengatasi hama pada cabai.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini adalah masyarakat di desa tegal dapat
membuat dan menggunakan “ CAMBAH SAY” untuk mengatasi hama dan meningkatkan
produktivitas tanaman cabai di Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki daerah-daerah pertanian dan
peternakan yang menyebar di penjuru daerah. Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten
Malang, Jawa Timur merupakan Desa yang matapencaharian penduduknya adalah petani.
Penduduk di Desa ini banyak yang bercocok tanam sayur dan buah seperti cabai, tomat, kol,
jeruk, dan lain-lain. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir ini para petani cabai merasa
kewalahan dalam menangani hama kutu daun yang menyerang tanaman cabai, faktanya cabai
yang akan berbuah pada bagian pucuknya justru mengkerut dan enggan untuk berbuah.
Menurut Herlinda, dkk, (2009) kutu daun cabai ini merupakan vektor penyakit virus keriting.
Kerugian yang diakibatkan oleh kutu daun sebagai hama berkisar antara 6-25% dan sebagai
vektor dapat mencapai kerugian lebih dari 90%. Petani di Desa Tegalweru mengalami
kemerosotan panen sehingga mengalami kerugian karena hama ini.
Penyemprotan dengan pestisida pun sudah dilakukan dari dosis rendah sampai dosis
tinggi, akan tetapi hama kutu daun ini malah semakin kebal dengan pestisida yang diberikan.
Selain itu dampak dari penggunaan pestisida yang berlebihan pun sudah mulai dirasakan oleh
penduduk sekitar, dengan bau pestisida yang sangat menyengat tentunya sangat mengganggu
dan mencemari lingkungan. Adanya berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida
kimia pada tanaman cabai merah, sehingga diperlukan langkah-langkah penerapan teknologi
PHT untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia dan mengedepankan pengendalian hama
yang ramah lingkungan (Nugroho, dkk, 2013).
Kegiatan penyuluhan tentang pemberantasan hama dengan pestisida yang ramah
lingkungan atau pestisida berbahan dasar organik, bisa dari limbah sayuran perlu
diselenggarakan. Pertama yang dilakukan penyuluh adalah memohon izin kepada perangkat
desa di kantor kelurahan, lalu penyuluh bersama dengan perangkat desa memilih tempat untuk
diadakan penyuluhan dan akhirnya penyuluhan dilaksananakan. Penyuluh pertanian harus
dapat mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi klien (petani), membangun
dan memelihara hubungan dengan sistem klien (petani), memantapkan adopsi, serta
mencegah penghentian (Indraningsih, 2011).
Program yang kami tawarkan adalah “CAMBAH SAY” (Cairan Limbah Sayur Untuk
Menangani Kutu Cabai di Desa Tegalweru) yang mana kami akan menerapkan pemanfaatan
limbah sayur yang ada di Desa Tegalweru sebagai pemberantas hama berbahan organik yang
tentunya sangat ramah lingkungan.
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Di Kabupaten Malang Kecamatan Dau khususnya Desa Tegalweru sekitar 80%
masyarakatnya bekerja sebagai petani. Salah satu masalah yang sedang dihadapi para petani
yaitu masalah hama. Hama sangat erat hubungannya dengan tingkat keberhasilan panen para
petani cabai di Desa tersebut. Menurut Soetiarso dan Setiawati, (2010) bahwa kurangnya
pengetahuan/penguasaan teknologi di tingkat petani, rendahnya tingkat adopsi teknologi,
terbatasnya kepemilikan modal, dan risiko kegagalan panen akibat serangan hama penyakit.
Pemberantasan menggunakan pestisida sudah dilaksanakan akan tetapi hama tersebut tak
3
kunjung menurun populasinya, justru semakin menjadi. Penggunaan pestisida yang berlarutlarut menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Menurut Kardinan (2011)
pestisida yang masuk ke Indonesia saat itu adalah jenis organoklorin, yaitu DDT, BHC,
heptaklor, aldrin, dan dieldrin. Selama beberapa tahun penggunaan pestisida tersebut cukup
sukses dan OPT dapat dikendalikan dengan baik. Penggunaan satu jenis pestisida secara terusmenerus atau lebih dari 10 tahun dapat menimbulkan resistensi pada hama sasaran dan
mencemari lingkungan.
Pengendalian hama kutu kebul yang umum dilakukan yaitu pertama, penggunaan
tanaman yang toleran/resisten; kedua, tumpangsari antara tanaman utama dengan tanaman
sela; dan ketiga, pengendalian secara kimia dengan penyemprotan insektisida. Dalam batasbatas tertentu, penggunaan insektisida mungkin praktis meskipun relatif mahal. Namun yang
sangat dikhawatirkan adalah bahaya residu bahan beracun bagi konsumen cabai merah
(Setiawati, dkk, 2008). Seharusnya pemerintah setempat memberi perhatian lebih terhadap
masalah seperti ini khususnya kepada para petani Desa Tegalweru, akan tetapi campur tangan
dari pemerintah pun masih dibilang nihil.
4
BAB III
METODE PENYULUHAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan program “CAMBAH SAY” - Cairan Limbah Sayuran Untuk
Menangani Kutu Cabai di Desa Tegalweru) ini melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
3.1.1 Perijinan
Perijinan penyuluhan program ini diawali dengan meminta stampel untuk surat ijin
kunjungan dari program studi sosial ekonomi di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Tim penyuluh selanjutnya mendatangi Kantor Kelurahan Tegalweru, dengan menunjukkan
surat ijin untuk melaksanakan program penyuluhan.
3.1.2 Pengambilan Data
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pengambilan data adalah dengan observasi,
dimana dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung di Kelurahan Tegalweru. Wawancara
dilakukan untuk menggali segala informasi yang ada di Kelurahan Tegalweru.
3.1.3 Pelaksanan Kegiatan
Kami melakukan perijinan kepada pihak yang bersangkutan sebelum melakukan
penyuluhan. Setelah itu kami melakukan kegiatan wawancara dengan pihak yang
bersangkutan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat. Setelah mendapat data dan
informasi kami mengetahui permasalahan yang sedang di hadapi para petani Desa Tegalweru
dan sampai akhirnya kami menemukan sebuah inovasi untuk masalah tersebut. Inovasi yang
kami berikan yaitu tentang cara pemberantasan hama kutu daun pada tanaman cabai
menggunakan pestisida organik yakni dengan program “CAMBAH SAY” (Cairan Limbah
Sayur Untuk Menangani Kutu Cabai di Desa Tegalweru).
3.1.4 Monitoring
Monitoring yang dilakukan adalah memantau perkembangannya dan melakukan
pengumpulan data secara rutin. Monitoring dilakukan setiap dua minggu sekali setelah
pelaksanaan program dimulai.
3.2 Materi Penyuluhan
“CAMBAH SAY” adalah suatu program yang akan kami berikan sebagai inovasi
kepada masyarakat Desa Tegalweru untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang
sedang dialami para petani cabai. Limbah sayur petani Desa Tegalweru dimanfaatkan sebagai
pemberantas hama secara organik dan tentunya sangat ramah lingkungan. Berikut adalah cara
pembuatan produk CAMBAH SAY yaitu:
Bahan:
- Daun nimba 4 kg
- 1 bola bawang putih
- helai daun tembakau
- Batang brotowali 50 cm
- Air 5 liter
- 1 sendok teh sabun cair
Alat:
-
Alat penumbuk
Saringan
Sendok
Botol semprot
5
Cara membuat:
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dilakukan penumbukan pada semua bahan dan di campur dengan 5 liter air
c. Setelah 2 x 24 jam diambil 1 sendok teh sabun cair serta 1 liter air.
d. Lalu disaring dan semprotkan 2 kali sehari sampe muncul pucuk daun yang baru.
Kandungan pada setiap bahan:
1. Daun nimba
Kandungan zat aktif dalam tanaman nimba adalah azadirachtin, salanin, meliantriol,
dan nimbin yang terutama terdapat dalam biji dan daun tanaman. Zat azadirachtin diyakini
memiliki daya bunuh terhadap serangga hama. Daun dan biji nimba mengandung berbagai
macam senyawa kimia, misalnya fenol, quinon, alkaloid dan substansi nitrogen lain dan
asam-asam. Senyawa yang diyakini sebagai bioaktif pestisida nabati adalah nimbin,
thionemon, meliantriol, azadirachtin, dan salannin (Rukmana dan Oesman, 2006).
2. Bawang putih
Umbi bawang putih A. sativum mengandung zat-zat yang bersifat racun bagi
serangga hama antara lain, alisin, aliin, minyak atsiri, saltivine, silenium, scordinin, dan
metilalin trisulfida. Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga
serta efektif untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman pangan (Hasnah dan
Abubakar, 2007).
3. Tembakau
Tanaman tembakau dapat dijadikan sebagai pestisida organik karena kandungan
nikotinnya yang tinggi mampu mengusir hama pada tanaman (Emiliani, dkk, 2017).
4. Batang brotowali
Tumbuhan brotowali mengandung senyawa alkaloid, damar lunak, dan terpenoid.
Senyawa terpenoid memiliki fungsi sebagai zat antimakan karena rasanya yang pahit sehingga
serangga menolak untuk makan. Alkaloid juga berperan sebagai racun anti hama (Adria, dkk,
2015).
5. Sabun cair
Cara kerja sabun untuk membasmi kutu daun dengan memcah lapisan lilin rangka luar
tubuh kutu yang menjadikan terjadinya dehidrasi sehingga membuat kutu ini mati.
Menurut Pasetriyani , (2011) cara kerja pestisida nabati yaitu merusak perkembangan
telur, larva, pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi serangga,
menyebabkan serangga menolak makanan, mengusir serangga, dan menghambat
perkembangan patogen. Kelemahan pestisida nabati adalah daya kerja relatif lambat, tidak
membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, dan tidak dapat
disimpan lama jadi harus sering disemprotkan berulang-ulang.
6
Rangkaian kegiatan program penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program Penyuluhan
WAKTU
No.
KEGIATAN
BULAN KE-1 BULAN KE-2 BULAN KE-3
1
1.
Perijinan
2.
Pengambilan Data
3.
Pelaksanaan
Kegiatan
Monitoring
4.
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
3.3 Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam penyuluhan program ini adalah sebagai berikut:
a. Blog
Media ini digunakan untuk menjelaskan suatu inovasi yang akan diberikan melalui
media sosial. Harapannya banyak masyarakat yang membacanya dan terbuka pikiran akan
pentingnya inovasi tersebut.
b. Power Point
Media ini digunakan untuk menjelaskan penyuluhan yang akan diberikan kepada
masyarakat desa Tegalweru. Power point ini akan menjadi gambaran secara langsung kepada
masyarakat tentang inovasi yang diberikan pada saat presentasi.
c. Poster
Media ini digunakan untuk memaparkan atau mempublikasikan tentang penyuluhan
yang akan diberikan kepada masyarakat berupa lembaran-lembaran/edaran.
d. Youtube
Media ini digunakan untuk mempublikasikan video tentang proses penyuluhan yang
kami berikan kepada petani Tegalweru. Keunggulan dari media youtube sendiri adalah
dengan video yang di tampilkan di youtube petani merasa lebih tertarik dan lebih mudah
memahami pesan yang di sampaikan, dapat dilihat berulang-ulang serta dapat diputar kembali
sesuai yang diinginkan, sangat praktis dan menyenangkan, dan pemakaian tidak terikat waktu.
7
DAFTAR PUSTAKA
Adria, N., I. Wahidi, dan F. Yanti. 2015. Pengaruh Ekstrak batang Brotowali (Tinospora
crispa L.) Terhadap Aktivitas Makan dan Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera
litura F.). E Jurnal, vol. 1, no. 1. 1-7.
Al-Samarrai, G., H. Singh and M Syarhabil. 2012. Evaluating eco-friendly botanicals (natural
plant extracts) as alternatives to synthetic fungicides. Annals of Agricultural and
Environmental Medicine, vol. 19, no. 4. 673-676.
Emiliani, N., Djufri, dan M. Ali S. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Tanaman Tembakau
(Nicotinae tobacum L.) sebagai Pestisida Organik untuk Pengendalian Hama
Keong Mas (Pomaceae canaliculara L.) di Kawasan Persawahan Gampong
Tungkop, Aceh Besar. Jurnal ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah,vol. 2, no. 2. 58-71.
Hasnah dan I. Abubakar. 2007. Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.)
Untuk Mengendalikan Hama Crocidolomia pavonana F. Pada Tanaman Sawi.
Agrista, vol 11, no. 2.108-113.
Herlinda, S., T. Irwanto, T. Adam, dan C. Irsan. 2009. Perkembangan Populasi Aphis
Gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) Dan Kumbang Lembing Pada Tanaman
Cabai Merah Dan Rawit Di Inderalaya. Seminar Nasional Perlindungan
Tanaman. Universitas Sriwijaya, 1.
Indraningsih, K.S. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Keputusan Petani Dalam Adopsi
Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu. Jurnal Agro Ekonomi, vol. 29, no. 1. 1-24.
Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian. vol. 4, no. 4. 262-278.
Nugroho, Y., G. Mudjiono, dan R. D. Puspitarini. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dan Non PHT terhadap Tingkat Populasi dan Intensitas Serangan
Aphid (Homoptera: Aphididae) pada Tanaman Cabai Merah. Jurnal HPT, vol. 13,
no. 3. 85-95.
Pasetriyani, ET. 2011. Pengendalian Hama Tanaman Sayuran dengan Cara Murah, Mudah,
Efektif dan Ramah Lingkungan.Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah,
vol. 2, no. 1. 34-42.
Rukmana, R. dan Y.Y. Oesman. 2006. Nimba tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius,
Yogyakarta.
Setiawati, W., B.K. Udiarto, dan T.A. Soetiarso. 2008. Pengaruh Varietas dan Sistem Tanam
Cabai Merah terhadap Penekanan Populasi Hama Kutu Kebul. J. Hort, vol. 18,
no. 1. 55-61.
8
Soetiarso, T. A. dan W. Setiawati. 2010. Kajian Teknis dan Ekonomis Sistem Tanam Dua
Varietas Cabai Merah di Dataran Tinggi. J. Hort, vol. 20, no.3. 284-298.
9
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kelurahan
Peta Kelurahan Dau
Peta Desa Tegalweru
10
Lampiran 2. Foto Kelompok
Lampiran 3. Produk
11
1
Download