JENIS-JENIS OBAT, PENGGOLONGANNYA DAN EFEK SAMPING OBAT UNTUK GANGGUAN PENYAKIT JANTUNG DAN SALURAN NAFAS Dosen Pengampu : Dra.Setianti,Apt, M Farm Disusun Oleh Tingkat 1: Fatimah Wanda (P17120119014) Meitania Rusdiana (P17120119026) Nadhira Aprilia (P17120119028) Rizki Amalia Wati (P17120119032) Visca Aridayanto (P17120119037) PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I JAKARTA, 2020 KATA PENGANTAR Assalammualaikum wr.wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.tanpa pertolongan-Nya kita semua tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami membahas makalah yang berjudul “ Jenis-jenis Obat, Penggolongannya dan Efek Samping Obat untuk Gangguan Penyakit Jantung dan Saluran Pernafasan ”. Dalam menyelesaikan karya tulis ini kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kerja keras kami dalam mengerjakan, akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah yang kami buat. Kelompok kami berharap makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan pemahaman dalam berfikir kritis dalam keperawatan. Jakarta, 28 Januari 2020 Penyusun DAFTAR ISI Contents DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3 BAB I ......................................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 4 1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5 1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................................................... 5 1.4 Sistimatika Penulisan ..................................................................................................................... 5 BAB II ....................................................................................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 6 2.1 Jenis-Jenis obat jantung ................................................................................................................ 6 2.2 Jenis-jenis obat sistem pernafasan.............................................................................................. 14 BAB III ........................................................................................................................................ 17 PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 17 BAB IV .................................................................................................................................................... 18 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung sendiri terjadi merupakan suatu penyakit yang tidak menular. setiap tahunnya lebih dari 9 juta kematian , sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian “dini” tersebut terjadi di Negara berpenghasilan rendah. Secara global penyakit tidak menular (PTM) nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardovaskuler merupakan penyakit gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti : penyakit jantung coroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung, hipertensi dan stroke. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di Negara berpenghasilan tinggi sampai denga 42% terjadi dinegara berpenghasilan rendah. Setiap tahunnya hari Jantung Dunia diperingati setiap tanggal 29 september. Diadakannya hari jantung sedunia bertujuan untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler bagi individu, keluarga dan orang sekitar. Dalam mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya pencegahan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengenali gejala dan risiko penyakit kardiovaskuler sehingga dapat menentukan langkah-langkah pencegahan yang tepat. Penderita penyakit jantung dan gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter maupun diagnoisi/gejala diperkirakan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke banyak ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun. Namun, berdasarkan diagnosis/gejala, penyakit jantung korener, gagal jantung dan stroke cukup banyak pula ditemukan pada penduduk kelompok umur 15-24 tahun.(Kemenkes RI, 2014) 1.2 Tujuan Penulisan a. Tujuan umum : Untuk menganalisis obat untuk penyakit jantung dan saluran nafas b. Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui jenis jenis obat untuk penyakit jantung dan saluran nafas 2. Untuk mengetahui penggolongan obat untuk penyakit jantung dan saluran nafas 3. Untuk mengetahui efek samping dari obat untuk penyakit jantung dan saluran nafas 1.3 Manfaat Penulisan Mampu menjelaskan jenis jenis obat, penggolongannya dan efek samping obat untuk gangguan penyakit jantung dan saluran nafas 1.4 Sistimatika Penulisan Kata Pengantar , Daftar Isi , Bab I Pendahuluan , Latar Belakang , Tujuan Penulisan , Tujuan Khusus , Manfaat Penulisan , Sistematika Penulisan , Bab II Tinjauan Pustaka Jenis Jenis Obat Obat Untuk Penyakit Jantung Dan Saluran Nafas , Penggolongan Obat Untuk Penyakit Jantung Dan Saluran Nafas , Efek Samping Obat Untuk Penyakit Jantung Dan Saluran Nafas , Bab III Pembahasan , Bab IV Penutup ,Kesimpulan , Saran , Daftar Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis obat jantung 1. Hipertensi Obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi (Arif, Mirdhatillah, et All, 2014) : a. Klonidin 1. Kerja pada jantung : mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui. 2. Indikasi : digunkanan untuk hipertensi ringan sampai sedang , yang tidak memerlihatkan respon pada hanya pengguna diuretik . 3. Efek samping : kemerahan kulit, mengantuk, mulut kering, konstipasi, sakit Kepala dan gangguan ejakulasi. Dapat meningkatkan tekanan dihentikan seketika. Untuk mengurangi efek toksik, obat darah dimulai bila dengan dosis rendah dan ditingkatkan bertahap. 4. Interaksi obat : pemberian Bersama antidepresan trisiklik akan menurunkan efek antihipertensi. Alkohol, barbiturate dan obat golongan sedatif akan memburuk depresi susunan saraf pusat. 5. Farmakokinetik : per oral secara diabsorbsi, bio availabilitas 75%, ekskresi sebagian besar dalam bentuk utuh melalui ginjal. Pada pasien gagal ginjal dosis obat harus disesuaikan. 2. Gagal jantung Obat yang digunakan untuk mengobati gagal jantung yaitu : a. Penghambat sistem renin angiotensin : Penghambat ACE ( Captopril, Enalapril, Fosinopril, lisinopril, quinapril, ramipril) (A.Harvey & Champe, 2013) 1. Kerja pada jantung : penghambat ACE menurunkan resistensi vaskuler, tonus vena, dan tekanan darah, menyebabkan peningkatan curah jantung. Penghambat ACE yang lazim pada epinefrin dan aldosterone yang terlihat pada HF. Penghambat ACE memperbaiki tanda dan gejala klinis pada pasien yang juga mendapatkan tiazid/loop diuretic dan atau digoxin.Penggunaan penghambat ACE dalam terapi HFtelah menurunkan morbiditas dan mortalitas secara bermakna. 2. Indikasi : Penghambat ACE dapat dipertimbangkan sebagai terapi agen tanggal pada pasien yang datang dengan dispnea ringan saat beraktivitas dan tidak memperlihatkan tanda dan gejala kelebihan beban volume. Penghambat ACE berguna dalam menurunkan HF pada pasien asimtomatik dengan fraksi ejeksi kurang dari 35% (disfungsi ventrikel kiri). 3. Farmakokinetik : Semua penghambat ACE diabsorbsi secara adekuat, tapi tak lengkap pada pemberian oral. Keberadaan makanan dapat menurunkan absorpsi sehingga obat ini harus dikonsumsi saat perut kosong. Kecuali captopril. Eliminasi ginjal pada bagian yang aktif adalah penting bagi sebagian besar penghamban ACE kecuali fosinopril.waktu paruh senyawa aktif dalan plasma bervariasi dari 2-12 jam, meskipun penghambat ACE dapat jauh lebih Panjang. Dosis sekali sehari hanya diperlukan untuk senyawa seperti ramipril dan fosinopril. 4. Efek samping : Hipotensi postural, insufisiensi ginjal, hiperkalemia, angioedema, dan batuk kering persisten. 5. Kontraindikasi : Tidak boleh digunakan pada wanita hamil karena penghambat ACE bersifat fetotoksik. Penghambat reseptor angiotensin (candesartan, losartan, telmisartan, valsartan) (A.Harvey & Champe, 2013) 1. Kerja pada sistem kardiovaskuler : semua ARB disetujui untuk terapi hipertensi berdasarkan manfaat klinisnya dalam menurunkan tekanan darah serta morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. 2. Farmakokinetik : semua obat hanya perlu dosis sekali sehari. Obat ini mengalami metabolisme hepatic lintas-pertama yang luas juga konversi menjadi metabolic aktif. Eliminasi metabolit dan senyawa induk melalui urine dan feses proporsinya tergantung pada masing-masing obat. 3. Efek samping : ARB punya efek samping serupa dengan ACE namun tidak menyebabkan batuk. 4. Kontraindikasi : pada kehamilan. b. Penghambat β ( Atenolol, Carvedilol, Metoprolol ) 1. Indikasi : 2. Farmakokinetik : sebagian besar obat didalam kelompok ini diabsorbsi dengan baik setelah diminum , konsentrasi puncak 1-3jam setelah ditelan. Preparat-preparat lepas lambat dari propranolol dan metropol juga tersedia (Bertram G Katzung, 2001). 3. Efek samping : 4. Kontraindikasi : 3. Antiangina Obat-obatan utama yang digunakan pada angina : a. Nitran organik 1. Farmakokinetik : golongan nitrat organic yang sering nigunakan yaitu nitro gliserin dan isosorbitdinitrat, diberikan melalui jalur sublingual. Karena tidak mengalami metabolisme lintas Pertama dihati sehingga bioavailabilitas tidak menurun dan kadar terapi obat dan plasma dapat dicapai dengan cepat yaitu ±4 menit. Hati mengandung nitrat organik reductase yang mampu menginaktifkan obat ini. Pemberian obat ini tidak boleh berlebihan. 2. Farmakodinamik : nitrat organik bekerja melalui dua cara yaitu 1. nitrat organik bentuk pro drug aktif setelah mengalami biotransformasi oleh glutation S-transferase. 2. nitrat organik pemicu penglepasan prostasiklin endotelium yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi mempunyai efek pada organ seluruh otot polos vascular akan mengalami relaksasi termasuk arteri dan vena dilatasi vena terjadi pada dosis yang kecil , sedangkan dilatasi arteri terjadi pada dosis yang lebih tinggi. Adanya dilatasi serta pulsasi aretriol tempural dan meningeal dapat menyebabkan nyeri Kepala berdenyut, ynag merupakan efek samping yang paling sering timbul pada penggunaan nitrogliserin dan isosorbitdinitrat . indikasinya angina pectoris stabil , tidak stabil ,dan varian. Penggunaan nitrat organik intravena dibatasi hanya pada angina pectoris tidak stabil. b. Penyekat kanal kalsium 1. Indikasi : Angina pectoris stabil , tidak stabil , dan varian. Dapat digunakan untuk arithmia dan hipertensi. 2. Efek samping : sakit Kepala ,hipotensi ,takikardi , flushing , dan pusing. Penggunaan verapamil berhubungan dengan efek samping berupa konstipasi. 3. Farmakokinetik : penyekat kanal kalsium diabsorbsi dengan baik secara oral mengalami metabolisme lintas Pertama yang ekstensif di hati ,dan terikat kuat pada protein plasma. 4. Farmakodinamik : penyekat kanal kalsium terikat kepada kanal di membrane. Ikatan yang ditimbulkan oleh depolarisasi menurunkan frekuenis Pembukaan kanal yang menyebabkan penurunan aliran kalsium transmembran. Golongan dihidropiridin bersifat vaskuloselektif , yaitu memiliki efek lebih besar terhadap pembuluh darah sedangkan golongan venilakilamin dan benzotiazepin bersifat kardioselektif yaitu memiliki efek lebih besar terhadap jantung. c. Beta-Bloker 1. Indikasi : pasien yang baru mengalami infark miokard ,penggunaan jangka Panjang pada pengobatan angina pectoris. 2. Kontraindikasi : asma ,bradikardi berat , tidak boleh digunakan bersama verapamil 4. Antiaritmia Obat-obat yang digunakan pada penyakit aritmia dibagi atas beberapa kelas: a. Kelas 1a Kuinidin 1. Kerja pada jantung: Mendepresi otomatisitas focus ektopik. Memperlambat kecepatan konduksi di atrium dan sel His-Purkinya. 2. Indikasi : Takikaria atrium multifokus, depolarisasi atrium premature, depolarisasi ventrikel premature, fibrilasi atrium dan takikardia ventrikel. 3. Efek samping : Aritmia temporer kambuhan, meningkatkan respon ventrikel terhadap takiaritma atrium, mual, muntah dan diare, hipersensitifitas, sinkonisme, trombositopenia, purpura. 4. Farmakokinetik : sebaiknya diberi peroral, suntikan IM menimbulkan rasa sakit sedangkan IV menyebabkan hipotensi. 90% terikat protein plasma. Metabolisme terutama di hati dan eksresi melalui ginjal. Dosis harus disesuaikan dengan kadar plasma. Prokainamid 1. mekanisme kerja sama seperti kuinidin. 2. Indikasi : depolarisasi atrium prematur, fibrilasi atrium, Wolf Parkinson-White, takikardia ventrikular, flutter atrium, depolarize atrium prematur. 3. Efek samping : terhadap saluran cerna sedikit, efek antikolinergikringan dibanding kuinidin, tetapi toksisitas terhadap jantung sama.Reaksi alergi antara sindrom seperti lupus. Perubahan EKG, sama seperti kuinidin. 4. Farmakokinetik : dapat diberikan per oral, IM dan IV. Ikatanprotein rendah dibanding kuinidin, sedangkan lainnya sama. Metabolitnya, N-asetil prokainamid (NAPA) masih aktif dan toksik . Kadar NAPA harus di monitor. Tidak ada interaksi dengan digoksin atau warfarin. Disopiramid 1. mekanisme kerja sama seperti kuinidin. 2. Indikasi : depolarisasi atrium prematur, fibrilasi atrium, takikardia ventrikel.Perubahan EKG sama seperti kuinidin. 3. Farmakokinetik : per oral, 50% dimetabolime di hati dan 59% diekskresi dalam bentuk utuh. Kadar serum harus dimonitor Tidak menimbulkan interaksi dengan digoksin b. Kelas 1b Lidokain 1. Mekanisme kerja: mendepresi otomatisitas fokus ektopik,meningkatkan kecepatan konduksi nodus A-V dan His-Purkinye. 2. Indikasi : Wolff-Parkinson White, takikardia ventrikel, depolarisasiventrikel prematur, fibrilasi ventrikel. 3. Efek samping Terhadap susunan saraf pusat timbul parestesia, mengantuk, bingung, gelisah, (pada dosis rendah). Pada dosistinggi kejang atau disorientasi. Depresi jantung bila diberikan IV cepat dan aritmia. Pada EKG terlihat interval QT memendek. 4. Farmakokinetik : biasanya diberikan IV jarang IM. Dimetabolismedengan cepat di hati, 2 metabolitnya masih aktif, dan ekskresi melalui ginjal. Fenitoin 1. mekanisme kerja nya sama seperti lidokain. 2. Indikasi : bukan merupakan obat lini pertama. 3. Efek samping : nistagmus, ataksia, mengantuk, mual dan aritmia.Terhadap EKG: dapat memperdendek interval PR dan QT. 4. Farmakokinetik : diberikan IV,IM, PO, absorpsi melalui saluran cerna bervariasi, tidak mempunyai metabolit aktif. Mexiletine 1. Mekanisme kerja : mendepresi otomatisitas nodus AV dan focus aktopik. Memperpanjang periode refrakter His-Purkinye dan ventrikel. 2. Indikasi : depolarisasi ventrikel prematur, takikardia ventricular (yang merupakan aritmia ventrikel yang dapat berakibat fatal). 3. Efek samping: dapat memperburuk aritmia, hepatotoksik, sangat jarang kejang. Perubahan EKG tidak jelas. 4. Farmakokinetik : per oral, dosis penunjang < 1,2 g /hari untuk mengurangi risiko toksisitas. Metabolisme secara ekstensif terjadi di hati. Tokainid 1. Mekanisme :menurunkan otomatisitas nodus AV dan fokus ektopik. Memperpendek periode refrakter di atrium, nodus AV dan ventrikel. Memperpanjang periode refrakter di accessory pathway 2. Indikasi: sama seperti mexiletine. 3. Efek samping : sakit kepala, tremor, parestesia, mual, muntah fibrosis paru dan supresi sumsum tulang. Gambaran EKG, interval QT memendek. 4. Farmakokinetik : per oral, absorpsi hampir sempurna. Setengahnya dimetabolisme di hati dan setengahnya diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal. c. Kelas Ic Enkainid 1. Kerja : menurunkan otomatisitas nodus SA dan fokus ektopik serta menurunkan kecepatan konduksi. Memperpanjang periode refrakter di His-Purkinje, ventrikel dan accessory pathway. 2. Indikasi : terapi kronik takikardia ventrikel. 3. Efek samping dapat memperburuk aritmia. Jarang menginduksi blok AV pada pasien dengan konduksi AV terlambat. Perubahan EKG: memperpanjang PR, QRS dan QT. 4. Farmakokinetik : per oral / IV, absorpsi melalui saluran cerna bervariasi antar pasien. Metabolisme pada 10% populasi sangat lambat (4 kali lebih lambat dari yang 90% lainnya). Flecainide 1. Kerja sama seperti enkainid, indikasi, efek samping dan perubahan EKG sama seperti enkainid. 2. Farmakokinetik : per oral, IV, absorpsi baik dan metabolisme ekstensif di hati Interaksi dapat meningkatkan kadar plasma digoksin dan propranolol. Propafenon 1. Kerja : memperlambat konduksi dan memperpanjang perioderefrakter atrium dan ventrikel, bersifat B adrenergik lemah dan mempunyai efek menghambat masuknya kalsium. 2. Indikasi : sama seperti enkainid. 3. Efek samping mual, sakit kepala, konstipasi mempengaruhi rasa kecap. Memperburuk gagal jantung atau aritmia. EKG : memeprpanjang interval PR dan QRS. 4. Farmakokinetik : per oral, 10% populasi memetabolisme obat dengan lambat, sehingga waktu paruhnya memanjang, lakukan titrasi dosis dengan hati-hati. Kelas II Propranolol 1. Kerja : antagonis reseptor B-adrenergik, menurunkan denyut jantung, kontraktilitas dan otomatisitas. Memperpanjang waktu konduksi dan refrakter AV. 2. Indikasi : takikardia sinus, flutter atrium, fibrilasi atrium, reentry AV, WolffParkinson-White. 3. Efek samping : gagal jantung, depresi konduksi A-V, bronkospasme dan hipotensi EKG: memperlambat denyut jantung, memperpanjang interval PR dan QT. 4. Farmakokinetik : per oral, IV. 90% terikat protein, metabolisme di hati dan ekskresi melalui ginjal. Esmolol 1. Kerja: antagonis reseptor β-adrenergik, kerjanya mirip propranolol. 2. Indikasi: sama seperti propranolol. 3. Efek samping: bronkospasme yang timbul lebih ringan dari akibat propranolol, sedangkan efek samping lainnya sama. 4. Farmakokinetik : per oral, dimetabolisme oleh esterase dalam eritrosit, metabolitnya diekskresi melalui ginjal. Kadar serum tidak dipengaruhi keadaan ginjal maupun hati. Kelas III Bretylium 1. Kerja: memperpanjang periode refrakter dan potensial aksi di His-Purkinje dan ventrikel. 2. Indikasi : takikardia ventrikel. 3. Efek samping : hipotensi, mual dan muntah (bila infus terlalu cepat), pengeluaran epinefrin awal akan meningkatkan denyut jantung EKG, tidak terlihat adanya perubahan. 4. Farmakokinetik: IV, kadar serum tidak berkaitan dengan efikasi terikat kuat di jantung). Ekskresi dalam bentuk utuh melalu ginjal. Amiodaron dan sotalol sotalol terutama digunakan untuk pengobatan dan profilaksis aritmia ventricular dan supra ventrikel. Amiodaron efektif terhadap berbagai takiaritmia. 1. Mekanisme kerja: amiodaron mengurangi otomatisitas nodus SA dan fokus ektopik. Menurunkan kecepatan konduksi dan meningkatkan periode refrakter. 2. Indikasi : karena toksik jarang digunakan. Penghambat efektif pada fibrilasi ventrikel, takikardia ventrikel dan Wolff-Parkinson White. 3. Efek samping : gangguan kornea yang reversibel, hipo atau hipertiroid karena strukturnya mirip tiroksin (T4). Fotosensitivitas, fibrosis paru, bradikardia. EKG:memperpanjang PR, QRS, QT. 4. Farmakokinetik : per oral atau IV, respons maksimal mungkin baru terlihat setelah beberapa minggu. Kelas VI Verapamil 1. mekanisme kerjanya menurunkan : (1). Masuknya Laluum ke sel miokard, (2) otomatisitas nodus SA dan focus ektopik, (3) konduksi dan meningkatkan periode refrakter nodus AV. 2. Indikasi : takikardia atrium multifokus, flutter atrium, fibrilasi atrium, re-entry AV, Wolff-Parkinson-White. 3. Efek samping : bradikardia sinus, blok AV, hipotensi, gangguan saluran cerna, konstipasi. Bila diberi infus cepat pada lanjut usia dapat menyebabkan gagal ventrikel kanan. EKG memperlambat denyut jantung, memperpanjang interval AV. 4. Farmakokinetik : per oral atau IV. Absorpsi melalui saluran cernabaik, 80% dimetabolisme pada lintas pertama. Waktu paruh meningkatan sampai 4 kali pada penderita sirosis, metabolitnya masih aktif. Digoxin 1. mekanisme kerjanya merupakan obat yang meningkatkan otomatisitas pacemaker ektopik, memperlambat kecepatan konduksi. Kerjanya kompleks terhadap periode refrakter. 2. Indikasi: fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia atrium paroksismal. 3. Efek samping : lihat digitalis pada payah jantung. EKG: mengurangi denyut, memperpanjang interval PR, memperpendek interval QT, menghilangkan amplitudo gelombang T. 4. Farmakokinetik: per oral atau IV, waktu paruh 36 jam, ekskresi dalam bentuk utuh melalui urin, 25% terikat protein. 2.2 Jenis-jenis obat sistem pernafasan 1. Obat asma Penggolongan Obat — Obat Asma Berdasarkan (Tim MGMP Pati, 2015) mekanismenya, kerja obat—obat asma dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: A. Antialergika Adalah zat—zat yang bekerja menstabilkan rnastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. ß-2 adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatornida juga memiliki efek ini. B. Bronchodilator Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalam • Adrenergika Khususnya ß-2 simpatomimetika (ß-2 mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor ß-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor ß-l (stimulasi jantung). Kelompok ß-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol. Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor ß-2 dan ß-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin. Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.) Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistern adrenergik dan kolinergik. Bila reseptor ß-2 sistem adrenergic terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi. Efek samping: tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi. • Derivat xantin (Teofilin, Arninofilin dan Kolinteofinilat) Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase. S elain 1W. Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profïlaksis. Kombinasi dengan Efedrin raktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan. C. Antihistaininikci (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Depiropin, ctm) Obat ini memblokir reseptor histarnin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. D. kortikosteroida/anti inflamasi (Hidrokortison, Predn¡son, Deksametason, Betametason) Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor ß-2, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efek sampingnya, yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi. E. Ekspekto ransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein) Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan. Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lender berkurang. 2. Obat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Jenis-jenis obat PPOK (Arif et al., 2014) A. Albuterol agonis reseptor 𝛽2 yang menyebabkan bronkodilatasi. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala asma akut dan mencegah eksaserbasi asma. 1. Efek samping, walaupun dikatakan agonis 𝛽2 selektif, efek samping takikardia, vasodilatasi dan perangsangan SSP dapat terjadi. Sediaan inhalasi memperlihatkan efek samping yang lebih jarang. 2. Farmakokinetik, pada pemberian inhalasi, mula kerja timbul 15 menit dengan lama kerja 3-4 jam. Pada pemberian oral mula kerja timbul 30 menit dengan lama kerja 4-8 jam. 3. Perhatian: dapat timbul bronkodilatasi berat pada pasien hipoksia dan pasien dengan asidosis. Harus konsultasi dengan dokter bila memerlukan peningkatan pemberian obat untuk mengatasi gejala. B. Epinefrin agonis adrenergik yang menimbulkan bronkodilatasi terikat reseptor 𝛽2 dan juga ada efek vasokonstriksi karena juga terikat reseptor 𝛼1 dan menurunkan sekresi karena terikat 𝛼1 (lihat juga SSO). Digunakan pada kegawatan bronkokonstriksi berat, dan pada reaksi anafilaksis. 1. Efek samping, takikardia, gangguan saluran cerna dan metabolisme. perangsangan SSP Diberikan SK untuk mendapatkan efek cepat. atau inhalasi. Lama kerja epinefrin singkat. Kontraindikasi pada pasien hipertensi, hipertiroid, insufisiensi serebrovaskular, dan glaukoma sudut sempit. BAB III PEMBAHASAN Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan secara aman dan rasional sebagai hasil kolaborasi dengan dokter kepada pasien. Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diperkirakan akan. Agar dapat memberikan obat secara rasional dan aman, perawat tidak hanya perlu memahami tentang penggolongan obat saja, akan tetapi mereka juga perlu mengetahui efek samping, serta bahaya penggunaan obat—obatan (siti lestari, 2016). Berdasarkan hasil penelitian jurnal (Sumarni & Utami, 2014) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat tentang pemberian obat terhadap pendokumentasian keperawatan, diketahui bahwa paling banyak pengetahuan responden tentang pemberian obat terhadap tindakan pendokumentasian adalah tinggi sebanyak 44 orang (75,9%). Mayoritas sikap perawat tentang pemberian obat terhadap tindakan pendokumentasian adalah positif sebanyak 31 orang (53,4%). PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG (Rahayu Aliya safitri, 2019) farmakologi : 1.Medis Terapi Farmakologi : PADA PASIEN GAGAL a.Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilakan: peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah, peningkatan diuresis, dan mengurangi edema. b.Terapi diuretik Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia. c.Terapi vasodilator Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi perawat untuk mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan, karena secara hukum mereka bertanggung jawab penuh atas pemberian obat tersebut. Perawat juga harus mengetahui efek samping serta bahaya dari obat yang diberikan agar dapat mempertanggung jawabkan efek obat tersebut kepada pasien. SARAN Penulis berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan refrensi untuk pembaca. Penulis juga berharap agar pembaca dapat manambah wawasan mengenai proses keperawatan dengan lebih jelas menggunakan refrensi yang lain bukan hanya makalah ini. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca. DAFTAR PUSTAKA A.Harvey, R., & Champe, P. c. (2013). farmakologi (4th ed.; A. Tjayanto & C. Salim, Eds.). Jakarta: buku kedokteran EGC. Arif, A., Mirdhatillah, S., & All, E. (2014). cara mudah belajar farmakologi. Jakarta: badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia. Bertram G Katzung. (2001). farmakologi dasar dan klinik (1st ed.). Jakarta. Kemenkes RI. (2014). Situasi kesehatan jantung. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 3. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Rahayu Aliya safitri. (2019). PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN. siti lestari. (2016). Farmakologi dalam keperawatan. Sumarni, E., & Utami, G. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Pemberian Obat Terhadap Tindakan Pendokumentasian Keperawatan. … Mahasiswa Bidang Ilmu Keperawatan. Retrieved from http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/2054 Tim MGMP Pati. (2015). Farmakologi Jilid III (1st ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=2NWRDwAAQBAJ&pg=PA73&dq=farmakologi+si stem+pernafasan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwip_sic_KrnAhUFiOYKHYjTAXkQ6AEI PjAC#v=onepage&q=farmakologi sistem pernafasan&f=false