Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana S-2 Program Studi Magister Tata Kelola Seni Disusun Oleh Putri Fistyaning Army 142 0065 422 Magister Tata Kelola Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2016 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun. Tesis ini merupakan hasil pengkajian/penelitian yang didukung berbagai referensi, dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis dan dipublikasikan kecuali yang secara tertulis diacu dan disebutkan dalam kepustakaan. Saya bertanggungjawab atas keaslian tesis ini, dan saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini. Yogyakarta, 1 Juli 2016 Yang membuat pernyataan, Putri Fistyaning Army 142 0065 422 iii Tempaan mengindahkan berlian, Orang-orang terkasih, Karya ini untuk kalian iv STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG DOLANAN DUSUN PANDES PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL Pertanggungjawaban Tertulis Program Magister Tata Kelola Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2016 Oleh Putri Fistyaning Army INTISARI Pengembangan desa wisata membutuhkan keterlibatan dari masyarakat lokal di setiap aspek pengelolaannya. Akan tetapi faktanya keterlibatan masyarakat sering tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan formulasi strategi pengembangan yang mengedepankan masyarakat lokal di dalam pengelolaanya. Penelitian dalam tulisan ini dilakukan di Kampung Dolanan, Dusun Pandes Panggungharjo, Sewon Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, wawancara, serta observasi partisipatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis SWOT deskriptif kualitatif. Berdasar analisis faktor internal dan eksternal, strategi pengembangan wisata berbasis masyarakat yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan adalah efisiensi, diversifikasi konsentrik, dan joint venture. Kata Kunci : Strategi Pengembangan, CBT, SWOT. v COMMUNITY BASED TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY KAMPUNG DOLANAN DUSUN PANDES PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL Written accountability Master of Arts Program Governance Postgraduate Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2016 By Putri Fistyaning Army ABSTRACT Rural tourism development requires the involvement of local communities in every aspect of management. But the fact that community involvement is often not optimal. This study aims to formulate a strategy that emphasizes the development of local communities in its management. The research in this paper do in Kampung Dolanan, Hamlet Pandes Panggungharjo, Sewon Bantul. The data collection is done with literature studies, interviews, and participant observation. The analytical method used is descriptive qualitative SWOT analysis. Based on the analysis of internal and external factors, community-based tourism development strategy that should be applied Kampung Dolanan is efficiency, concentric diversification, and joint ventures. Keywords: Development Strategy, CBT, SWOT vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir Tesis Magister Tata Kelola Seni ini dengan baik. Tesis Magister Tata Kelola Seni ini merupakan tugas akhir melalui sebuah penelitian suatu objek wisata budaya yang disusun sebagai salah satu syarat guna mencapai derajad Magister dalam bidang seni, dengan minat utama Manajemen Budaya Pariwisata. Hasil penelitian yang dihasilkan adalah sebuah gagasan dan paparan sesuai dengan kaidah bidang yang dipelajari dan ditempuh, yang secara sistematik dalam bentuk tulisan. Adapun judul dari tesis ini adalah, “Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat di Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul” yang disusun pada semester genap tahun ajaran 2016. Tak lupa dalam proses penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran tesis ini. Sebagai ungkapan terima kasih penulis tujukan kepada : vii 1. Prof. Dr. Djohan, M.Si., selaku Direktur Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 2. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.d., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mendukung, dan banyak memberikan masukan pada penulis. 3. Halim HD, selaku Penguji Ahli yang telah memberikan saran dan masukan pada penulis. 4. Komunitas Pojok Budaya, Pak Wahyudi, Mas Bimo, Mba Sekar, Mbahmbah perajin, serta teman-teman volunteer atas kerjasamanya dalam memperoleh data. 5. Mama dan Papa tercinta yang sudah memberikan segala bentuk dukungannya sampai detik ini, bahkan ketika ku lengah, cinta kasih mereka sungguh tiada berujung. Dan Dio, adiku tersayang, thank’s for your support. 6. Teman-teman Kos Aurelia, vera boll, blonde, vio tokek, Ida, Mba Kaka Arum dan Alit Ninja yang menjadi tempat refreshing ku ketika penat mengetik, Namuri sahabat ninja yang selalu solid membantu, dan Dek Dessy yang telah banyak membantu untuk jadi editor tulisan, menyemangatiku untuk jangan pernah menyerah, dan thank you kebaya nya. viii 7. Teman-teman MTS 2014 yang selalu mendukung dan menjadi sharing partner dalam penelitian ini. Terutama para SWOT rangers. 8. Mas Markus dan Tahdi yang sudah memberikan banyak masukan serta pengetahuannya terhadap penulis. 9. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunanTesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan tesis ini, terutama pada penelitian-penelitian yang selanjutnya. Terima Kasih. Yogyakarta, Juli 2016 Penulis ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv INTISARI ........................................................................................................ v .................................................................................................... vi ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .................................................................................... vii ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6 D. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Pikir ............................................................................ 7 ............................................................................... 17 x BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ............................................................................... 18 B. Lingkup Penelitian ............................................................................... 18 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 19 D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 19 ............................................................................. 29 E. Batasan Penelitian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kampung Dolanan .................................................. 30 B. Analisis Data ........................................................................................ 39 C. Pembahasan 63 ......................................................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 71 B. Saran 72 .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu ......................................................... Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal Kampung Dolanan 14 ......................... 22 ..................... 22 Tabel 4. Matrik EFE ................................................................................ 25 Tabel 5. Matrik IFE ................................................................................ 25 Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Kampung Dolanan Tabel 6. Matrik IE (Internal dan Eksternal) ............................................... 27 Tabel 7. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) ......... 28 Tabel 8. Daftar Paket Outbond Kampung Dolanan .................................... 34 .......................................... 44 Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) .......... 49 Tabel 11. Pemberian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) .......... 50 Tabel 12. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi .................... 51 Tabel 13. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi ................... 52 Tabel 14. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi ....................... 53 Tabel 15. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi ...................... 54 Tabel 16. Hasil Analisis Matrik IFE .......................................................... 55 Tabel 17. Hasil Analisis Matrik EFE .......................................................... 56 Tabel 9. Daftar Jumlah Penduduk Pandes 2015 Tabel 18. Matriks IE Tata Kelola Kampung Dolanan Tabel 19. Matriks SWOT ................................. 57 ......................................................................... 59 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Pojok Budaya ............................................ Gambar 2. Ibu-ibu warga Pandes anggota gejog lesung ................................ 36 ............................................ 42 ............................................................... 58 Gambar 3. Bahan Mainan Tidak Ramah Anak Gambar 4. Kuadran Analisis SWOT 32 Gambar 5. The 7-s framework Mc. Kinsey ...................................................... 66 xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Dusun Pandes sebagai kawasan penghasil mainan anak-anak telah ada sejak jaman Sultan Hamengku Buwono VIII, hal ini karena jati diri sebagian besar masyarakat dusun Pandes berprofesi sebagai perajin mainan, perkembangan jaman saat ini membuat masyarakat tidak lagi tertarik dengan profesi sebagai perajin mainan anak, pengrajin yang tersisa saat ini hanyalah empat orang pengrajin yang berusia lanjut, anak-anak lebih tertarik untuk memainkan mainan yang lebih modern seperti play station atau permainan virtual yang terdapat di gadget daripada memainkan permainan tradisional, berdasarkan wawancara dengan kordinator II Pojok Budaya, Tity Sekar, kondisi tersebut membuat masyarakat Dusun Pandes beranggapan profesi sebagai pengrajin tidak lagi memberikan jaminan bagi kesejahteraan hidup. Padahal menurut kajian yang dilakukan oleh Sukirman Dharmamulya (2008, hlm. 27) di dalam permainan tradisional Jawa terdapat nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat, permainan tradisional dikatakan mengandung nilai-nilai budaya yang nantinya akan dapat melatih anak melakukan hal-hal penting di kehidupan masyarakat seperti melatih cakap hitung-menghitung, melatih kecakapan berpikir, melatih keberanian, kejujuran, sopan santun dan sikap sportif. Contohnya adalah CublakCublak Suweng, permainan ini mendidik anak untuk menjadi berani, aktif mengambil prakarsa dan mudah bergaul. Pariwisata dapat menjadi salah satu cara 1 untuk melestarikan keberadaan mainan tradisional anak (dolanan : Jawa) dan nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalamnya . (Weiler dan Hall : 1992) dalam (Damanik : 2013, hlm. 65) menjelaskan bahwa wisatawan bisa diedukasi untuk mengapresiasi produk- produk wisata, bukan mengorbankan integritas produk demi memuaskan keinginan konsumen. Sebuah daerah wisata penting untuk merumuskan dan mengidentifikasi ciri khas kekuatan masyarakat lokalnya sendiri. Bermula dari kesadaran dalam melestarikan citra Dusun Pandes tersebut , pada tahun 2007 dibentuklah komunitas Pojok Budaya yang bertujuan untuk mengelola potensi wisata yang ada pada Kampung Dolanan. Berdasarkan observasi awal, potensi wisata yang terdapat di Kampung Dolanan antara lain keunikan budaya dan daya tarik wisata yang dimiliki Kampung Dolanan Dusun Pandes seperti nilai historisnya yang pernah menjadi kawasan bermain Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, tradisi upacara tedhak siten, dan tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan, semua potensi wisata ini mempunyai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). Pada hakekatnya pembangunan kepariwisataan tidak bisa lepas dari sumber daya dan keunikan komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non- fisik (tradisi dan budaya) yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai kegiatan yang berbasis pada komunitas setempat (Murphy: 1988) dalam (Sunaryo: 2013, hlm. 218). Prinsip dari CBT antara lain terarah pada tujuan bersama, 2 kemitraan, keterpaduan, distribusi yang merata, berorientasi lokal, berorientasi jangka panjang, hak asasi manusia, komitmen, dan pemantauan (WTO: 2004), yang di dalamnya melibatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat. UU No 10/2009 tentang ruang lingkup organisasi kepariwisataan salah satunya adalah organisasi masyarakat, masyarakat yang mengorganisir, bertempat tinggal di dalam wilayah destinasi pariwisata dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan kegiatan pariwisata di tempat tersebut. Pakar pariwisata seperti Larry Dwyer, Peter Forsyth dan Wayne Dwyer (2010) dalam (Sunaryo:2013,hlm.219) yang rata-rata memandang bahwa pengembangan kepariwisataan merupakan suatu “kegiatan yang berbasis pada komunitas” dengan sumber daya dan keunikan komunitas tersebut harus merupakan unsur penggerak utama dari kegiatan pariwisata itu sendiri. Pentingnya masyarakat dalam pengembangan wisata juga dikemukakan oleh Wearing (2001, hlm. 75) yang menegaskan bahwa sukses atau keberhasilan jangka panjang suatu industri pariwisata sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari masyarakat. Pengembangan wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism telah banyak diterapkan pada desa wisata, seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ni Made Ernawati dalam penelitiannya yang berjudul “Tingkat Kesiapan Desa Tihingan-Klungkung, Bali sebagai tempat wisata berbasis masyarakat”, hasil temuan dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat tiga kategori kesiapan yang baik antara lain pemahaman tentang pariwisata, pengelola wisata, dan dukungan dari otoritas desa. Guzman, borges, 3 dan Cerezo dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Community-based tourism and local socio-economic development: A Case Study in Cape Verde” menghasilkan temuan bahwa kajian mengenai CBT ini mendukung kualitas sumber daya pariwisata yang disediakan oleh bisnis lokal dan menyoroti keramahan masyarakat yang merupakan elemen pengembangan jenis pariwisata berbasis masyarakat. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut menganalisis CBT melalui tingkat kesiapan penerapannya dan hubungannya dengan pengembangan sosial-ekonomi masyarakatnya. Namun penelitian mengenai strategi pengembangan CBT berdasarkan dari sudut pandang faktor internal dan eksternal belum pernah dilakukan, dan berdasarkan observasi awal, sebenarnya CBT sudah diterapkan dalam Kampung Dolanan, namun penerapannya belum optimal. Disamping itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena CBT dapat bermanfaat di berbagai dimensi (Suansri : 2003, hlm. 22). Pada dimensi ekonomi dengan indikator adanya dana bagi pengembangan komunitas masyarakat, terciptanya lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan masyarakat lokal, pada dimensi sosial dengan indikator peningkatan kualitas hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian gender yang adil antara laki-laki dan perempuan, tua dan muda serta memperkuat organisasi masyarakat. Pada dimensi budaya dengan indikator mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya akulturasi budaya setempat, pada dimensi lingkungan dengan indikator terjaganya daya dukung lingkungan seperti sistem pengelolaan sampah yang baik serta meningkatnya konservasi dan preservasi lingkungan. Dimensi politik dengan indikator 4 meningkatkan partisipasi penduduk lokal, memperluas kekuasaan komunitas dan adanya jaminan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan SDM. Alasan inilah yang mendorong peneliti untuk mengidentifikasi faktor- faktor internal dan eksternal CBT di Kampung Dolanan Desa Pandes ini sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan berbasis masyarakat di Kampung Dolanan Dusun Pandes. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang diangkat tentang analisis yang digunakan untuk merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di Kampung Dolanan yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan CBT di kawasan tersebut, maka pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah : 1. Bagaimanakah faktor internal dan eksternal di Kampung Dolanan yang berpengaruh terhadap penetapan strategi pengembangan CBT? 2. Bagaimanakah formulasi strategi pengembangan CBT di Dusun Pandes sebagai Kampung Dolanan ? 5 C. 1. Manfaat Penelitian Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap konsep dan wawasan mengenai strategi pengembangan desa wisata berbasis masyarakat 2. Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu diterapkan dalam masyarakat di Dusun Pandes dalam rangka mengembangkan desa wisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. D. Sistematika Penulisan BAB I : Berisi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan BAB II : Berisi kajian pustaka yang dipakai dalam penelitian ini, mencakup teori, penelitian terdahulu, definisi operasional, serta kerangka berpikir BAB III : Berisi metode penelitian, lingkup penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : Berisi tentang hasil penelitian, hasil analisis dan pembahasan BAB V : Berisi kesimpulan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pariwisata WTO dalam pertemuan The International Conference on Travel and Tourism Statistic salah satu resolusi yang dihasilkan adalah definisi pariwisata, yaitu aktivitas seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat di luar lingkungan biasanya untuk kurang dari spesifik waktu dan tujuan umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk mendapatkan penghasilan ditempat yang dikunjunginya” . (www.world-tourism.org), sementara dalam dimensi sosial budaya, titik berat pemahaman (MacCannel:1999) dalam (Damanik:2013,hlm.25) pariwisata didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak hanya mempersoalkan kegiatan komersial, tapi juga mempunyai pemahaman sejarah, lingkungan, dan tradisi. Suatu cakupan yang mempunyai daya menggabungkan antara lingkungan dan kebudayaan sesuai dengan kebutuhannya. Definisi Pariwisata secara luas dikenal dengan kepariwisataan, sesuai UU No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. 7 2. Strategi Pengembangan Menurut Fred R. David (2015, hlm. 2) strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Wheelan dan Hunger dalam Strategic and Business Policy (2014, hlm.15) strategi merupakan program perencanaan untuk mencapai tujuan dengan memaksimalkan keunggulan bersaing dan meminimasi kelemahan. Porter dalam Rangkuti (2015, hlm. 3) mengungkapkan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Chandler dalam Rangkuti (2015, hlm. 2) juga menyatakan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan program tindak lanjut sumber daya. Dari tinjauan konsep strategi di atas, dapat disimpulkan pengertian dari strategi yang dipakai adalah suatu konsep kesatuan dari perencanaan program program yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Mengenai Pengembangan, Paturusi (2007, hlm.18) mengungapkan bahwa pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Prinsip dari pengembangan pariwisata dituntut untuk mengaplikasikan tiga paradigma yaitu : 8 a) Economically Viable yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b) Social Acceptable, melestarikan serta yaitu mampu memperkokoh mewujudkan jati diri, keadilan kemadiriran sosial, bangsa, memperkaya kepribadian, mempertahankan nilai-nilai agama, serta berfungsi sebagai media menciptakan ketertiban dan kedamainan dunia (objek wisata yang potensial jika dilakukan dengan baik akan menyedot minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung, berkumpul, saling mengenal dan menjalin persahabatan antar sesama. c) Environmentally sustainable, yaitu harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkesinambungan, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menjadi pedoman oleh para penentu dan pelaksana pengembangan pariwisata. Sementara Baiquni (2011, hlm. 98) mempunyai tahapan yang dapat dijadikan prinsip perencanaan pengembangan, antara lain : a) Mendefinisikan visi atau menentukan pernyataan visi dan misi, proses mengklarifikasi maksud suatu organisasi b) Menetapkan sasaran strategi melalui analisis situasi SWOT c) Merumuskan strategi untuk mencapai sasaran, menjelaskan cara mencapainya, dan mempertimbangkan semua informasi yang relevan. d) Mengimplementasikan rencana yang telah disusun, meliputi pengalokasian sumberdaya, pengembangan program, pengembangan proyek untuk 9 menggerakkan organisasi, pengutaraan kebijakan, pengembangan prosedur, dan pengembangan aturan secara jelas yang dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan skala jangka pendek. e) Menilai hasil strategi, melalui informasi yang dikumpulkan lewat sistem pengendalian untuk meyakinkan rencana yang dirumuskan dapat berjalan seperti yang diharapkan 3. Community Based Tourism CBT pada hakekatnya merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal, baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak, dalam bentuk pemberian akses pada manajemen dan sistem pembangunan kepariwisataan yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis. (Hausler : 2007) dalam (Sunaryo : 2013, hlm. 139). APEC mempunyai definisi tersendiri untuk CBT : “CBT may enchance social sustainibility by empowering local communities to manage their own resources, provide meaningful employment and assist with capacity building and cultural preservation. Environmental benefits include income generation for communities to actively protect their land from degradation and could enchance conservation efforts to attract tourist especially with regard to eco-tourism initiatives.” 10 (Murphy : 1988) dalam (Baiquni : 2011, hlm. 45) batasan pengertian CBT mencakup : a) Wujud tata kelola kepariwisataan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat aktif dalam manajemen dan pembangunan kepariwisataan yang ada. b) Wujud tata kelola kepariwisataan yang dapat memberikan kesempatan pada masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha kepariwisataan yang ada. c) Bentuk kepariwisataan yang menuntut pemberdayaan secara sistematik dan demokratis serta distribusi keuntungan yang adil kepada masyarakat yang ada di destinasi. Prinsip dasar dari CBT yaitu mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek tahapan pengembangan kepariwisataan, mengembangkan kebanggaan komunitas, mengembangkan kualitas hidup komunitas, menjamin kelestarian lingkungan kepariwisataan, mempertahankan keunikan karakter dan budaya di destinasi wisata, membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas setempat, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia di lingkungan destinasi, mendistribusikan keuntungan kepariwisataan secara adil pada nggota komunitas di destinasi, berperan aktif dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian pendapatan yang adil) dari setiap kegiatan kepariwisataan yang 11 terkait dengan komunitas setempat. Yaman & Mohd (2000, hlm.144) juga telah menekankan adanya beberapa kunci penting yang bisa digunakan dalam pengelolaan pengembangan kepariwisataan yang menggunakan pendekatan CBT yaitu: a) Adanya dukungan fasilitasi dari pemerintah yang berfungsi sebagai fasilitator, koordinator maupun badan regulasi pengelolaan SDM dan penguatan kelembagaan. b) Adanya partisipasi aktif para stakeholder, karena CBT secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri kepariwisataan yang tumbuh dari masyarakat. Oleh karena itu keseluruhan anggota masyarakat dengan kemampuan kewirausahaannya dapat menentukan/membuat kontak bisnis dengan tour operator, travel agent untuk memulai bisnis baru. c) Pembagian keuntungan yang adil, baik keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata maupun keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak memiliki usaha kepariwisataan. Keuntungan tidak langsung yang diterima masyarakat dari kegiatan ekowisata ini antara lain dapat berupa proyek pembangunan yang dibiayai dari hasil penerimaan kepariwisataan yang ada. 12 Dalam pelaksanaan CBT komponen yang utama adalah keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini terdiri dari beberapa tingkatan menurut Baiquni (2011, hlm.93) : a) Tingkat I Pemberitahuan (informing): hasil yang diputuskan oleh orang luar (pakar, pejabat) diberitahukan kepada masyarakat. Komunikasi terjadi satu arah dari luar ke masyarakat setempat/lokal. b) Tingkat II Pengumpulan informasi (information gathering): masyarakat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang luar. Komunikasi searah dari masyarakat ke luar. c) Tingkat III Perundingan (consultation): pihak luar berkonsultasi dan berunding dengan masyarakat melalui pertemuan atau public hearing. Komunikasi dua arah,tetapi masyarakat tidak ikut serta dalam menganalisis atau mengambil keputusan. d) Tingkat IV Plakasi/konsiliasi : masyarakat ikut dalam proses pengambilan keputusan yang biasanya sudah diputusakn sebelumnya oleh pihak luar, terutama menyangkut hal-hal penting. Dalam tingkatan ini biasanya masyarakat sering terbuai insentif berupa uang, barang, atau yang lainnya. e) Tingkat V Kemitraan (partnership): masyarakat mengikuti seluruh proses pengambilan keputusan bersama dengan pihak luar, seperti studi kelayakan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi 13 f) Tingkat VI Mobilisasi dengan kemauan sendiri (self- mobilization): masyarakat mengambil inisiatif sendiri, jika perlu dengan bimbingan dan bantuan pihak luar. Mereka memegang kontrol atas keputusan dan pemanfaatan sumber daya, pihak luar hanya memfasilitasi. 4. Penelitian Terdahulu Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu Peneliti, Tahun, Judul I Putu Sudana, UNUD, 2013. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Variabel 1. Atraksi Wisata 2. Jarak Tempuh 3. Besaran Desa 4. Sistem Kepercayaan dan Kemasyarakatan 5. Ketersediaan Infrastruktur 6. PEST (Politik, Ekonomi, Sosial , Teknologi) Metode Analisis Analisis SWOT, EFAS, IFAS Tomas Lopez Guzman, Sandra Sanchez Canizares, Victor Pavon. Community Based Tourism in Developing Countries: A Case Study.2011 (an international multidisciplinary journal oftourism Vol.6 Sajad Ebrahimi, Zaqinab Khalifah. Community Supporting Attitude toward Community Based Tourism Development:NonParticipants Perspective.2014(Asian Social Science vol.10) CommunityBased Tourism, Local Development Quantitative approach 1. Qualitative Participation Approach 2. Community Participation Community Support Local Temuan 1. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan faktor internal adalah keindahan Danau dan Gunung Batur 2. Faktor yang menjadi peluang adalah kondusifnya situasi keamanan Bali menjelang/pasca Pemilu 3. Analisis IE, posisi Kawasan Kintamani sebagai daya tarik wisata minat khusus adalah ada pada sel I yaitu grow and build strategy Bahwa Pengembangan turisme dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan meskipun harus melalui pelatihan dari lembaga swasta maupun pemerintah untuk memenuhi tujuan ini. Mengindikasikan adanya jarak antar faktor melingkupi partisipasi, waktu, pendapatan, agama, dan kepekaan budaya. Semua itu mempengaruhi partisipasi lokal dalam pelaksanaan CBT. 14 Cerezo, Borges, Guzman. Community Based Tourism and Local Socioeconomic Development: A case study in Cape Verde. 2011 Hospitality, Public Service, Accomodation, Cultural Activities Pendekatan kuantitatif Investigasi mendukung kualitas layanan yang ditawarkan kepada turis oleh bisnis lokal Afrika dan juga dapat menyoroti layanan pariwisata. Ho Ching Goh. Nature and Community Based Tourism (CBT) for poverty Alleviation case study of Lower Kinabatangan. 2015 (Malaysian Journal of Society and Space vol.11) I Made Darma Oka, 2010. POLTEK Negeri Bali. Potemsi Pengembangan Pariwisata Minat Khusus (Trekking) di Desa Pejaten-Tabanan Community Based Tourism, Holistic Approach, Local Participation, Poverty Alleviation Exemplary case study approach CBT tidak hanya untuk pengentasan kemiskinan, namun juga menjaga keaslian lingkungannya 1. Potensi pengembangan pariwisata alam dan budaya (Kekuatan, Kelemahan,Peluang,dan Ancaman) Persepsi masyarakat Analisis kualitatifinterpretatif yang diarahkan pada unsur paradigma budaya dan analisis kuantitatif dengan menggunakan skala likert , SWOT. 1. Pengembangan wisata minat khusus (trekking) di Desa Pejaten memiliki potensi dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 2. Pembangunan fasilitas untuk pengembangan wisata minat khusus (trekking) melalui pembuatan jalur trekking, merupakan jenis wisata yang berkaitan dengan wisata alam dan budaya. 3. Pembangunan fasilitas untuk keperluan wisatawan seperti restoran, areal parkir, pusat eksibisi keramik (gerabah lokal) sebagai tempat memajang hasil souvenirs kerajinan masyarakat. Christy Widyawati, 2013. Analisis Pengaruh Heritage Tourismism Terhadap Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus : Kampung Buaya Kapasan, Surabaya 1. 2. Pemahaman Masyarakat Manfaat Wisata Heritage bagi masyarakat Tingkat Partisipasi Masyarakat Penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian rasionalistik deduktif 1. Masyarakat telah mengetahui adanya kunjungan wisata di Kampung Buaya Kapasan. 2. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Kampung Buaya Kapasan ini didominasi oleh masyarakat dengan usia produktif dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta, wirausaha, dan ibu rumah tangga 2. 3. 15 Ni Made Ernawati , 2010. Tingkat Kesiapan Desa Tihingan-klungkung, Bali Sebagai Tempat Wisata Berbasis Masyarakat kesiapan fasilitas infrastruktur , suprastruktur, atraksi wisata, pelayanan kepariwisataan, keramahtamahan masyarakat (hospitality) kuesioner, selanjutnya ditabulasi kemudian dilakukan analisa frekuensi Dari segi atraksi, keterbukaan masyarakat dan jasa yang dibutuhkan oleh wiatawan yang mana hal ini disuplai oleh masyarakat secara perseorangan sudah menunjukan tingkat kesiapan yang baik. Namun kondisi infrastruktur memiliki tingkat kesiapan yang rendah, infrastruktur memerlukan investasi yang tinggi dan adalah merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah di berbagai tingkat baik provinsi, kabupaten, maupun desa untuk menyiapkannya. Made Heny Urmila Dewi, Chafid Fandeli, M. Baiquni. Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. 2013 (jurnal kawistara,vol.3) Pengembangan Desa Wisata, Partisipasi Masyarakat Lokal Analisis Deskriptif Pengembangan Desa Wisata Jatiluwuh belum melibatkan masyarakat lokal. Pemerintah masih terlihat dominan Noegroho, Chusmeru Agung. 2010. Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10. Potensi Ketenger sebagai Desa Wisata di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto Pengembangan desa wisata, wisata pendidikan Pendekatan deskriptif kualitatif Banyak lokasi yang masih alami pedesaan dan pengunjung dapat berinteraksi serta belajar mengenai banyak hal tentang kehidupan masyarakat pedesaan. Konsep Grumbul Pucungan sebagai Kampung Budaya Desa Wisata Ketenger telah sesuai dengan arti atau makna dari desa wisata itu sendiri. I Ketut Antara, 2011. Strategi Pengembangan Pariwisata Alternatif Di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung Attraction (atraksi wisata), Accessibility (akses untuk mencapai daerah wisata), Amenity (fasilitas dan jasa wisata), dan Ancillary (kelembagaan dan sumber daya manusia deskriptif kualitatif dan analisis SWOT DTW Desa Pelaga memiliki berbagai potensi wisata yang layak untuk dikembangkan dan telah memenuhi empat (4) komponen penting dalam industri pariwisata yang dikenal dengan istilah empat A, yaitu Attraction (atraksi wisata), Accessibility (akses untuk mencapai daerah wisata), Amenity (fasilitas dan jasa wisata), dan Ancillary (kelembagaan dan sumber daya manusia pendukung kepariwisataan). Pengembangan daaerah tujuan wisata Desa Pelaga kedepan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa strategi SWOT seperti strategi SO, ST, WO, dan strategi WT. 16 B. Kerangka Pikir Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul Fakta Lapangan Analisis SWOT Strategi Pengembangan CBT Implementasi Strategi Ditetapkan sebagai kawasan Desa Wisata Kabupaten Bantul Gambar 1 : Kerangka Berpikir 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis atau cara kuantifikasi, Jane Richie dalam Moleong (2013, hlm.6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Metode ini berguna untuk menganalisis dan memahami persepsi stakeholders Kampung Dolanan sehingga dapat dirumuskan variabel-variabel internal dan eksternal dari Kampung Dolanan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis SWOT, pendekatan ini digunakan untuk membantu menganalisis variabel internal dan eksternal di dalam pengelolaan Kampung Dolanan sehingga dapat dirumuskan formulasi strategi pengembangan. 18 B. 1. Lingkup Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Pandes, Panggungharjo Sewon Bantul, tepatnya di sebelah utara kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pengambilan lokasi ini dikarenakan Dusun Pandes merupakan sekretariat dari komunitas Pojok Budaya yang merupakan pengelola Kampung Dolanan itu sendiri. 2. Objek Penelitian Objek Penelitian ini adalah Kampung Dolanan Dusun Pandes 3. Subjek Penelitian Subjek Penelitian yang dipilih merupakan key person atau orang yang dianggap ahli dan berwenang dalam pengelolaan kawasan tersebut yang terdiri dari pendiri sekaligus ketua kordinator Pojok Budaya, kordinator I Pojok Budaya, dan kordinator II Pojok Budaya. C. 1. Teknik Pengumpulan Data Observasi Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka, subjek dalam penelitian ini mengetahui bahwa peneliti sedang mengamati peristiwa yang terjadi. Peranan peneliti dalam penelitian ini yaitu pemeranserta sebagai pengamat, dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi 19 melakukan fungsi pengamatan, tidak melebur sesungguhnya. (Moleong : 2013, hlm.174). Observasi dilakukan untuk melihat kondisi nyata mengenai faktor internal dan eksternal Kampung Dolanan Dusun Pandes. 2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk menjaring data tentang faktor internal dan eksterna. Wawancara dilakukan terhadap Wahyudi Anggoro Hadi selaku pendiri dan ketua kordinator Pojok Budaya, Hosni Bimo Wicaksono selaku kordinator I Pojok Budaya, dan Tity Sekar selaku kordinator II Pojok Budaya. 3. Dokumentasi Dokumen-dokumen terkait seperti data monografi dusun Pandes, brosur program outbond, foto-foto kegiatan outbond dikumpulkan untuk mendukung proses penelitian. D. 1. Teknik Analisis Data Tahap Identifikasi SWOT identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi Kampung Dolanan. Analisis ini didasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan Kampung Dolanan. (Rangkuti:2015,hlm.24). 20 Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kampung Dolanan. Analisis ini akan disajikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Analisis eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Kampung Dolanan. Secara ringkas disajikan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Adapun tahap-tahap dalam penyusunan matiks EFE dan IFE adalah : a) Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kampung Dolanan Dalam tahap pengidentifikasian faktor internal dan eksternal dilakukan dengan mendaftarkan seluruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kampung Dolanan serta peluang dan ancaman yang dihadapi Kampung Dolanan. Dalam penyajian matrik, faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman). b) Pemberian Bobot Faktor Pada analisis internal dan eksternal, penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada pihak manajemen atau ahli strategi dengan menggunakan metode “paired comparison”. Bobot menunjukkan tingkat kepentingan relatif suatu faktor terhadap keberhasilan Kampung Dolanan dalam perkembangannya. 21 Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1,2,3. Penilaian untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Internal Kampung Dolanan Faktor A B C ... Total Internal A B C ... Total Sumber : (David:2015 ) Tabel 3. Tabel Penilaian Bobot Faktor Eksternal Kampung Dolanan Faktor Eksternal A B C ... Total A B C ... Total Sumber : (David: 2015) 22 Bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan berada pada kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar pada Kampung Dolanan diberikan bobot yang tinggi. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor harus sama dengan 1,0. Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : ai = Xi ∑ Xi Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = ke 1,2,3,… c) Pemberian Rating (Peringkat) Menurut David (2015: 131), rating (peringkat) menggambarkan seberapa besar efektif strategi Kampung Dolanan saat ini dalam merespon faktor strategis yang ada. Penilaian rating untuk lingkungan eksternal diberikan dalam skala dengan pembagian sebagai berikut : 23 Lingkungan Eksternal Aspek Peluang : Aspek Ancaman rating 4= respon sangat superior, rating 4 = respon di bawah rata-rata, rating 3 = respon di atas rata-rata, rating 3 = respon rata-rata, rating 2 = respon rata-rata rating 2 = respon di atas rata-rata rating 1 = respon di bawah rata-rata rating 1 = respon sangat superior Lingkungan Internal: Aspek Kekuatan : Aspek Kelemahan: rating 4 = sangat kuat, rating 4 = sangat lemah, rating 3 = kuat, rating 3 = lemah, rating 2 = lemah rating 2 = kuat rating 1 = sangat lemah rating 1 = sangat kuat d) Perkalian Bobot dan Peringkat Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tertimbang tiap faktor yang diperoleh dari perkalian bobot dengan rating (peringkat) setiap faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang bagi organisasi (David : 2015, hlm.57). 24 Tabel 4. Matrik EFE Faktor Eksternal Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Peluang: Ancaman: Total Sumber : (David:2015) Tabel 5. Matrik IFE Faktor Internal Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Kekuatan: Kelemahan: Total - Sumber : (David:2015) Total nilai tertimbang pada matriks EFE dan IFE akan berada pada kisaran 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi nilai total tertimbang Kampung Dolanan pada matriks EFE dan IFE mengindikasikan Kampung Dolanan merespon peluang dan ancaman (faktor eksternal) atau kekuatan dan kelemahan (faktor internal) dengan sangat baik pula, begitu pula sebaliknya. 25 2. Tahap Pencocokan Tahap pencocokan merupakan tahap untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan informasi yang didapatkan pada tahap input. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk tahap pencocokan adalah matriks IE (Internal-External) dan matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT). a) Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) Tahap ini merupakan tahap pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan matriks EFE dan IFE kedalam matriks IE. Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama, yaitu (David:2015): (1) Growth and Build (tumbuh dan bina) berada dalam sel I, II, dan IV. Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal). (2) Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dilakukan untuk sel III, V, dan VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 26 (3) Harvest or Divest ( panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI, VIII, dan IX. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. Matriks IE dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 6. Matrik IE (Internal dan Eksternal) Total Skor IFE Total Skor EFE 4.0 3.0 3.0 2.0 1.0 I II III IV V VI VII VIII IX 2.0 1.0 Sumber: (David :2015) b) Matriks SWOT Matriks SWOT diperoleh dengan memasangkan faktor-faktor eksternal dengan faktor-faktor internal. Dalam matriks SWOT diperlihatkan kesesuaian antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti terlihat pada tabel berikut. 27 Tabel 7. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) Internal Strength (S) Weakness (W) *Faktor Kekuatan *Faktor Kelemahan Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO *Faktor Peluang Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan meminimkan kelemahan Eksternal kekuatan Threaths (T) Strategi TO Strategi TW *Faktor Ancaman Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan meminimkan kelemahan kekuatan Sumber : (David : 2015) 3. Tahap Keputusan Pada tahap ini, pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan hasil strategi-strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT yang disesuaikan dengan kondisi Kampung Dolanan berdasarkan Matriks IE dan Grafik SWOT. 28 E. Batasan Penelitian Pariwisata berbasis masyarakat mempunyai tiga tahap pelaksanaan yaitu tahap perencanaan, implementasi, dan tahap nilai manfaat atau sharing benefit bagi masyarakat. Batasan Penelitian ini sampai pada tahap perencanaan dan perancangan strategi dari pelaksanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Tahap perencanaan dalam pariwisata berbasis masyarakat berkaitan dengan identifikasi masalah atau persoalan yang terdapat dalam pengelolaan Kampung Dolanan, identifikasi potensi pengembangan alternatif dan formulasi strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Kampung Dolanan Sejak jaman Sultan Hamengku Buwono VIII, Pandes dikenal sebagai daerah yang kaya akan potensi seni tradisi, terdapat pengrajin keramik dan batu, kesenian ketoprak, gejog lesung, dan yang paling dikenal adalah mainan tradisional asli dari dusun Pandes ini. Pangeran Dorodjatun (Hamengku Buwono IX) sewaktu kecil sering menyempatkan diri ke Pandes untuk menunggu perajin menggunting wayang (Nuryani : 2014. hlm.5). Secara geografis, Kampung ini memiliki luas wilayah 564,54.Ha, terletak di sebelah utara kampus ISI Sewon Bantul Yogyakarta dengan batas dukuh barat adalah dusun Bangunharjo, utara adalah Pelemsewu, dan selatan adalah dukuh Glondong. Akses menuju lokasi ini terdapat dua jalur yaitu melalui jalan Parangtritis yang melewati gerbang pedukuhan Pandes, atau melalui jalan Bantul yang melewati pedukuhan Dongkelan. Kawasan di sekitar Kampung Dolanan dihiasi oleh beberapa miniatur anakanak dari gabah yang sedang memainkan permainan tradisional, fasilitas yang diberikan jika berkunjung di Kampung ini antara lain dua buah toilet yang terdapat di sebelah barat pendopo Kampung Dolanan, lahan parkir di sebelah timur Kampung Dolanan. Bagi pengunjung yang mengikuti outbond, fasilitas yang didapatkan antara lain makanan ringan, makan siang, pemandu, serta mainan hasil pelatihan yang dapat dib awa pulang. 30 Selain fasilitas yang didapatkan, berdasarkan pengamatan lapangan, Kampung dolanan memiliki sistem Pengelolaan kunjungan wisatawan antara lain : 1) Menggunakan peralatan promosi seperti brosur dan leaflet yang didistribusikan langsung pada calon pengunjung yang akan mengadakan outbond. 2) Menggunakan media sosial seperti Facebook yang selama ini mempromosikan Kampung Dolanan sebagai destinasi wisata budaya penghasil mainan tradisional. Namun mayoritas pengunjung Kampung Dolanan mendapatkan informasi terkait dengan daya tarik wisata Kampung Dolanan melalui berbagai media televisi yang banyak meliput Kampung Dolanan seperti Peppy The Explorer dari Trans, Masak Bareng Farah Quinn dari Trans, Kick Andy dari Metro TV, Bahkan Eagle Award 2014 dari Metro TV. Berdasarkan wawancara dengan Tity Sekar, selama ini dalam mendatangkan pengunjung, Kampung Dolanan hanya mengandalkan metode pemesanan, pengunjung harus memesan terlebih dahulu paket yang tersedia di Kampung Dolanan, jika hanya datang tanpa memesan terlebih dahulu, tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan atau dipertunjukan di Kampung Dolanan. Metode seperti itu dipilih karena kurangnya tenaga pengelola, pengelola yang ada pun mempunyai kegiatan masing-masing di luar Kampung Dolanan. Tenaga pengelola yang minim dapat dilihat dari struktur organisasi Pojok Budaya. 31 1. Struktur organisasi Pojok Budaya Gambar 1. Struktur Organisasi Pojok Budaya Struktur organisasi di atas menjelaskan bahwa kampung dolanan berada di bawah pengelolaan komunitas Pojok Budaya, untuk kegiatan pendidikan terdapat PAUD Among Siwi yang dalam sistem pengajarannya terdapat nilai-nilai kearifan lokal dari dolanan, kemudian untuk kegiatan wisata, Kampung Dolanan memiliki dua kordinator yang keduanya mengelola volunteer untuk kegiatan outbond, namun fakta di lapangan, pembagian kerja antar jabatan masih belum jelas, terkadang kordinator 1 merangkap bendahara, kordinator 2 merangkap sekretaris. 32 2. Visi dan Misi Kampung Dolanan Visi dari Kampung Dolanan antara lain menjadi Kampung Pelestari mainan dan mengembangkan mainan tradisional, mengeluarkan kembali nilainilai yang terkandung dalam permainan tradisional, serta menjadi sentra budaya permainan tradisional dan menjadi desa wisata terbaik. Untuk mendukung visinya, misi dari mengembangkan Kampung mainan dolanan tradisional, antara lain menguatkan melestarikan nilai-nilai dan permainan tradisional, dan membangun desa wisata budaya. a) Program- program yang menunjang visi Kampung Dolanan : (1) Regenerasi pembuatan mainan. Program ini dilaksanakan dengan cara mewariskan keahlian pada anak-anak, para pemuda desa dan pada guru TK dan PAUD . Setiap sorenya anak-anak di lingkungan desa Pandes datang untuk bermain di Pendopo Kampung Dolanan tanpa dipungut biaya, kemudian terdapat kegiatan rutin gejog lesung, ketoprak, dan pelatihan pemandu outbond. Kegiatan ini dikembangkan oleh pengurus untuk disosialisasikan pada pengrajin. (2) Festival Kampung Dolanan Pandes yang diadakan satu tahun sekali, menampilkan seluruh potensi yang dimiliki kampung dolanan seperti irama gejog lesung, gunungan dolanan, karnaval prajurit dusun Pandes dengan melibatkan seluruh masyarakat Pandes. (3) Festival Budaya. Kampung Dolanan rutin mengikuti pagelaran festival budaya yang ada di Yogyakarta. Contohnya seperti Festival Dolanan Anak yang diadakan di bantul Ekspo 2013. 33 (4) Outbond dan kunjungan dari berbagai instansi. Kampung Dolanan biasanya menerima kunjungan untuk outbond maupun yang datang hanya untuk berkunjung dari insatnsi pemerintahan, institusi pendidikan maupun sekolah. Tabel 8. Daftar Paket Outbond Kampung Dolanan Paket A Rp 75.000/anak (kuota 40 orang) 1. Gejog Lesung 2. Permainan Tradisional 3. Workshop membuat dolanan (2 buah) 4. Kunjungan ke pengrajin (4 tempat 5. Tangkap lele di sawah Paket B Rp 55.000/anak (kuota 40 orang) 1. Gejog lesung 2. Permainan Tradisional 3. Workshop membuat dolanan 4. Souvenir dolanan 5. Kunjungan ke pengrajin (4 tempat) Paket C Rp 45.000/anak (kuota 40 orang) 1. Permainan tradisional 2. Workshop membuat dolanan 3. Cinderamata dolanan 4. Kunjungan ke pengrajin ( 4 tempat) Paket D Rp 55.000/anak (kuota 100 orang) 1. Gejog Lesung 2. Permainan Tradisional 3. Workshop membuat dolanan 4. Souvenir dolanan (2 buah) 5. Kunjungan ke Pengrajin (5 tempat) 6. Tangkap lele di sawah Sumber : Brosur Kampung Dolanan Berdasarkan wawancara dengan Tity Sekar, harga yang ditetapkan untuk program outbond cukup terjangkau dibandingkan dengan outbond lainnya, dan pengunjung outbond pun dapat memilih paket yag tersedia, per bulannya terdapat minimal dua grup outbond dengan mayoritas paket yang dipilih adalah paket C. 34 3. Keterlibatan Masyarakat Keterlibatan masyarakat terbentuk saat Kampung Dolanan diangkat sebagai salah satu objek untuk nominasi dokumenter Eagle Award pada tahun 2014, timbulah kebanggaan masyarakat Pandes terhadap potensi yang dimiliki dusunnya. Komunitas Pojok Budaya mulanya beranggotakan pemuda-pemudi Pandes, namun saat ini banyak sukarelawan dari luar dusun Pandes yang ikut terlibat, beberapa mahasiswa seperti dari ISI, UGM, UNY, UMY, UIN, dan institusi pendidikan, namun untuk jabatan inti pengelolaan Kampung Dolanan masih dipegang oleh warga dusun Pandes, ini sesuai dengan salah satu teori (Murphy : 1988) dalam (Baiquni : 2011, hlm. 45) bahwa wujud tata kelola CBT memberikan kesempatan pada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat aktif dalam manajemen dan pembangunan kepariwisataan yang ada. Temuan peneliti adalah keterlibatan masyarakat Pandes memang masih kurang dalam kegiatan memproduksi dolanan, namun setelah terdapat kegiatan yang dilakukan secara bersama, contohnya saat kegiatan festival Kampung Dolanan ataupun outbond, masyarakat turut ambil bagian di dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan berpartisipasi menjadi panitia outbond pada tanggal 16 April 2016, beberapa ibu-ibu dan mbah-mbah memainkan gejog lesung sambil bernyanyi saat penyambutan pengunjung outbond. Salah satu penyanyi gejog lesung, Mba Ajeng mengaku senang jika diajak berpartisipasi pada setiap acara outbond, begitu juga anggota Gejog Lesung lainnya yang juga merupakan warga dusun Pandes seperti Bu Giyem, Mbok Kasan, Yu Sosro, Yu Umbok, Mbok Bibit, dan Mbok Mi. 35 Gambar 2. Ibu-ibu warga Pandes anggota gejog lesung (Foto: Putri, 2016) Selain anggota gejog lesung, warga dusun Pandes yang ikut terlibat dalam kegiatan outbond adalah para pengrajin Kampung Dolanan. Saat ini pengrajin yang masih aktif membuat dolanan hanya ada empat orang, antara lain Mbah Atemo, Mbah Buang, Mbah Wiyar, dan Mbah Joyo. Saat outbond berlangsung, para pengrajin menunggu kedatangan rombongan di rumahnya masing-masing, ketika rombongan datang, setiap pengrajin memperlihatkan cara membuat dolanan, karena para pengrajin hanya dapat berbahasa Jawa, pemandu bertugas untuk menjelaskan tata cara pembuatan dolanan beserta filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalam produk dolanan tersebut. 36 4. Produk Dolanan Produk-produk dolanan yang terdapat di Kampung Dolanan bukan hanya sekedar komoditas yang diperjualbelikan, namun di dalamnya terdapat filosofi yang menyimpan berbagai kearifan lokal, ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dharmamulya (2008, hlm. 27) bahwa, “Permainan tradisional anak-anak di Jawa mengandung nilai-nilai budaya tertentu, serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka nantinya di tengah masyarakat, seperti melatih cakap berhitung, berpikir, melatih bandel (tidak cengeng), melatih keberanian, sikap jujur dan sportif. “ Berdasarkan pengamatan dan wawancara produk-produk mainan yang terdapat di Kampung Dolanan antara lain : a) Wayang Kertas Wayang Kertas ini dibuat tanpa pola, mengajarkan untuk berpikir jernih, apabila pikiran jernih, segala yang tergambar dipikiran akan terwujud dengan sendirinya. Dari segi ilmu sains membuat wayang kertas ini mempelajari tentang gerak rotasi yang menjadi dasar kerja persendian tulang manusia dan juga gerak rotasi planet terhadap matahari. b) Angkrek Gerakan angkrek merupaka dan replika gerakan tarian suku Badui yang merupakan wujud ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari segi ilmu sains sama seperti wayang, angkrek juga mengajarkan tentang sistem kerja persendian manusia 37 c) Manukan Selama jiwa atau sukma manusia yang dilambangkan sebagai burung lilin tersebut masih terdapat dalam sangkar, maka mainan akan terlihat indah, namun jika burung tersebut rusak atau hilang maka mainan tersebut tidak lagi indah, seperti manusia yang suatu saat akan hilang jiwanya (mati). d) Kithiran Memberikan gambaran roda hidup manusia yang terus berputar. Begitu juga aneka warna yang terdapat di Kithiran yang menandakan warnawarni kehidupan manusia. e) Othok-Othok Mainan ini terbuat dari bambu yang disebut bumbung dan dilapisi dengan clumpring, yakni daun semu yang telah kering. Bumbung dilapisi dengan clumpring, apabila dipukul dengan potongan yang dihubungkan dengan tuas berputar akan menghasilkan bunyi othok-othok. Bunyi Othok-othok merefleksikan suara alam yang alami dan harmonis. Mempelajari elastisitas karet, pada saat tekanan dari putaran roda berhenti, elastisitas karet akan berubah menjadi energi gerak yang menggerakan kayu untuk memukul tabung sehingga menimbulkan bunyi. f) Klunthungan Menggambarkan irama kehidupan yang harmonis. Penutup yang berwarna merah dan kuning menandakan kehidupan yang dinamis.dapat mempelajari rotasi gerakan melingkar tanah liat di ujung benang terhadap pusat rotasi 38 g) Payungan Seperti payung, payung ini terbuat dari bahan kertas dan bambu. Dilambangkan sebagai pengayoman, bahwa kehidupan dan kematian manusia tidaklah terlepas dari pengayoman h) Gamelan Mini Terbuat dari kayu dan logam kuningan, ilmu yang dapat dipelajari dari gamelan ini adalah gerak pantul yang dapat menghasilkan bunyi. B. Analisis Data Selanjutnya data yang diperoleh melalui tahapan analisis, yaitu analisis deskriptif (menjabarkan pokok-pokok hasil penelitian dan analisis tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan yaitu analisis lingkungan eksternal dan unternal (EFE dan IFE), tahap pencocokan yaitu analisis IE dan analisis SWOT, serta tahap keputusan dengan menggunakan hasil analisis SWOT. 1. Analisis Deskriptif Faktor Internal dan Eksternal Faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan Kampung Dolanan serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. 39 a) Kekuatan Kekuatan Kampung Dolanan menurut Pak Wahyudi dalam pembuatan mainan terdapat kecerdasan majemuk bagi anak, ketika anak ikut membuat mainan terdapat manfaat seperti kecerdasan irama yang didapatkan saat anak memainkan gamelan mini, kinestetis saat anak memainkan mainan tersebut, dan kecerdasan rasa saat pembuatannya yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Setelah melakukan pengamatan lapangan langsung terhadap teknik pembuatan mainan ke salah satu pengrajin yaitu Mbah Atemo, Mbah Atemo dapat membuat berbagai karakter wayang tanpa menggunakan pola, ini mengindikasikan bahwa terdapat kecerdasan kinestetis dan rasa yang tinggi dalam pembuatannya, begitu juga dengan Pak Buang, pengrajin gamelan mini yang memiliki kecerdasan irama, Pak Buang menghasilkan nada pentatonik melalui potongan-potongan kuningan tanpa harus memiliki latar belakang musik . Tradisi membuat dolanan oleh para pengrajin ini memang masih dipertahankan hingga sekarang, menurut Pak Wahyudi tradisi membuat dolanan yang masih dipertahankan dapat menjaga nilai-nilai budaya lokal agar tidak hilang. Tradisi membuat dolanan sudah ada sejak jaman sultan Hamengku Buwono IX, di Yogyakarta, Kampung Dolanan adalah pelopor pembuat mainan tradisional, ini dapat menjadi kekuatan dalam mempromosikan wisata Kampung Dolanan, harga yang ditawarkan dalam paket wisata yang ada termasuk terjangkau, untuk paket wisata outbond adalah Rp.75.000,- dengan durasi kegiatan selama dua jam, sudah termasuk snack dan makan siang. 40 Walaupun belum terjadi secara berkelanjutan, pemerintah Kabupaten bantul mendukung dengan meresmikan kegiatan wisata Kampung Dolanan sebagai Kampung Pintar. Ini dapat memperkuat kepercayaan masyarakat dan pengunjung terhadap Kampung Dolanan. b) Kelemahan Kelemahan diindikasikan sebagai hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan Kampung Dolanan. Hosni Bimo Wicaksono menyatakan bahwa Kampung Dolanan akan memproduksi leaflet dan brosur apabila terdapat even tahunan Kampung Dolanan, belum pernah diadakan promosi besar terhadap produknya. Promosi yang dilakukan Pojok Budaya terhadap Kampung Dolanan masih tergolong pasif, cenderung menunggu pengunjung untuk mendatangi baru terdapat pergerakan promosi seperti membagikan brosur, spanduk dan banner pun menunggu adanya even. Satu-satunya media sosial yang ada untuk mempromosikan Kampung Dolanan adalah Facebook, itupun sudah tidak ada informasi yang diperbaharui lagi. Berdasarkan pengamatan dan keikutsertaan peneliti dalam acara outbond TK Boyolali pada tanggal 16 April 2016, persiapan dilakukan saat itu juga, tidak ada perencanaan yang matang tentang susunan kegiatan yang akan dilakukan, rapat untuk membahas pembagian tugas kepanitiaan dilakukan tepat satu jam sebelum acara outbond dimulai, penyelenggaraan outbond disiapkan dengan tiba-tiba tanpa ada persiapan yang matang dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan di Kampung Dolanan masih dilakukan secara sederhana, tanpa pengalaman dan wawasan tata kelola 41 yang baik. Pada saat kegiatan outbond, warga Pandes yang terlibat hanya sedikit, hanya ada Mbak Sekar dan Mas Joko yang terlibat dalam kegiatan, keterlibatan masyarakat Pandes yang masih kurang. Pengelolaan yang kurang profesional akhirnya menyebabkan kendalakendala lain seperti tidak adanya inovasi terhadap produk dan program wisata, dan sedikit masyarakat yang mengetahui Kampung Dolanan. Kendala lain Kampung Dolanan adalah bahan baku pembuatan mainan tidak termasuk produk ramah anak yang sudah termasuk Standar Nasional Indonesia. Pewarna yang digunakan dalam pembuatan Kithiran, blimbingan, dan Kipas adalah pewarna tekstil Naptol, pewarna ini berbahaya bagi kesehatan anak, kemudian serat bambu dan paku yang digunakan dalam membuat mainan dapat melukai anak. Gambar 3. Bahan Mainan Tidak Ramah Anak (Foto: Putri, 2016) 42 c) Peluang Peluang diindikasikan sebagai kemungkinan keuntungan yang bisa dicapai oleh Kampung Dolanan. Dari hasil pengamatan lingkungan luar yang dapat menunjang Kampung Dolanan yaitu pemasaran online (e-commerce), kegiatan masyarakat saat ini yang bergantung dengan teknologi internet dapat dimanfaatkan Kampung Dolanan untuk menjual produk-produk maupun program wisata outbond nya di internet. Peluang lain yang dapat dicapai adalah semakin banyaknya kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta, terkait pengembangan produk dan pengelolaan wisata. Hingga saat ini, institusi pendidikan yang bekerja sama dengan Kampung Dolanan adalah Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dalam hal pemasaran produk mainan, pihak swasta yang bekerja sama dengan Kampung Dolanan adalah komunitas Difabel Yogyakarta dalam kaitannya dengan trauma healing. Selain itu semakin banyaknya dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bantul serta Pertumbuhan pariwisata Kabupaten Bantul yang semakin pesat dapat juga dimanfaatkan sebagai peluang bagi Kampung Dolanan untuk meningkatkan jumlah pengunjung maupun sekolah-sekolah yang mengikuti pelatihan. Meskipun belum terdapat pendataan jumlah wisatawan tahun 2015 dan 2016, jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul tahun 2014 saja telah mencapai 2.298.000 orang dengan kontribusi Pendapatan Rp.9.7676.144.025 jauh dibandingkan tahun 2011 Asli Daerah sebesar dengan jumlah wisatawan sebanyak 1.740.417 orang dengan PAD sebesar Rp 5.289.407.718,00. (www.disbudpar.bps.kab.bantul ) 43 d) Ancaman Ancaman diindikasikan sebagai hal-hal yang akan merugikan Kampung Dolanan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan Wahyudi, tidak ada yang dapat memaksakan dominasi dan munculnya mainan modern sehingga masyarakat Pandes tidak lagi memilih profesi perajin sebagai profesi yang menjanjikan, sebagian besar penduduk Pandes lebih memilih berprofesi sebagai buruh. Dari data kependudukan masyarakat Pandes, jumlah warga yang berprofesi sebagai buruh berjumlah 197 orang, dengan presentase sebanyak 22 %. Tabel 9. Daftar Jumlah Penduduk Pandes 2015 No. Pekerjaan Jumlah 1 Buruh 197 2 Karyawan 81 3 Wiraswasta 108 4 Tidak Bekerja 113 5 Pelajar/mahasiswa 130 6 PNS 47 7 TNI/POLRI 9 8 Perangkat Desa 3 9 Guru 2 10 Dokter 2 11 Bidan 1 12 Wartawan 2 13 Pensiunan 14 Sumber : Monografi Dusun Pandes 2015 44 Dengan beralihnya profesi warga, tradisi dan nilai-nilai tradisi dalam membuat dolanan yang semakin ditinggalkan dapat menjadi ancaman terhadap Kampung Dolanan. Kemudian, dengan semakin besarnya pertumbuhan pariwisata Bantul, akan semakin banyak destinasi wisata yang lebih menarik, persaingan dalam pasar pariwisata akan semakin besar, terlebih lagi Kampung Dolanan berada di kawasan objek wisata yang memiliki daya tarik tinggi terhadap minat pengunjung yaitu Pantai Parangtritis, Pasar Seni Gabusan, dan desa wisata Tembi. Hal ini akan menjadi ancaman apabila Kampung Dolanan tidak memiliki daya saing yang tinggi terhadap munculnya objek wisata yang lebih menarik lainnya. Hal berikutnya yang dapat menjadi ancaman Kampung Dolanan adalah penurunan kualitas pelayanan terhadap pengunjung yang datang ke Kampung Dolanan. Berdasarkan pengamatan, di lokasi Kampung Dolanan masih belum terdapat sekretariat dengan petugas yang selalu siap menyambut pengunjung yang datang, tidak terdapat kegiatan wisata apapun di Kampung Dolanan kecuali jika ada pemesanan paket outbond dan pelatihan, selebihnya Kampung Dolanan terlihat sepi dari kunjungan wisata. Jika ini berlangsung terus menerus, permintaan terhadap produk dolanan maupun program wisata Kampung Dolanan akan semakin menurun. e) Analisis Internal dan Eksternal Kampung Dolanan Analisis internal dan eksternal Kampung Dolanan dilakukan dengan cara mengamati dan mengidentifikasi terlebih dahulu pengelolaan yang ada di Kampung Dolanan, kemudian wawancara terhadap pengelola, pengrajin, 45 pengunjung, dan warga Pandes juga dilakukan untuk memperoleh gambaran indikator faktor internal dan eksternal Kampung Dolanan, melalui tahapan tersebut, didapatkan hasil berupa indikator faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengelolaan Kampung Dolanan. Hasil analisis dari lingkungan internal Kampung Dolanan menghasilkan faktor kekuatan yang terdiri dari indikator antara lain memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan, harga paket wisata terjangkau, pelopor pembuat mainan tradisional, dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa), dukungan pemerintah Kabupaten Bantul. Hasil analisis dari lingkungan internal Kampung Dolanan menghasilkan faktor kelemahan yang terdiri dari indikator antara lain promosi yang belum optimal, pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional, bahan tidak ramah anak, tidak ada inovasi produk, sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan, sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan Kampung Dolanan. Hasil analisis dari lingkungan eksternal Kampung Dolanan menghasilkan faktor peluang yang terdiri dari indikator pemasaran online (e-commerce), dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul, pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat, lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan, semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta. Hasil analisis dari lingkungan eksternal Kampung Dolanan menghasilkan faktor ancaman yang terdiri dari indikator tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak, semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi, penurunan kualitas 46 pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan, semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik, semakin banyak mainan modern yang diminati. Melalui data hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat diperoleh beberapa gambaran penting yang terkait dengan Tatakelola Kampung Dolanan yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal terdiri dari : 1. Kekuatan a. Memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan b. Harga paket wisata terjangkau c. Pelopor pembuat mainan tradisional d. Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) e. 2. Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul Kelemahan a. Promosi belum optimal b. Pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional c. Bahan tidak ramah anak d. Tidak ada inovasi produk e. Sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan f. Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan Kampung Dolanan 47 Faktor Eksternal terdiri dari : 1. Peluang a. Pemasaran Online (e-commerce) b. Dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul c. Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat d. Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan e. Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta 2. Ancaman a. Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak b. Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi c. Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan d. Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik e. Semakin banyak mainan modern yang diminati 2. Analisis SWOT a) Tahap Masukan (1) Pemberian Bobot Melalui alat bantu kuesioner yang diberikan pada tiga key person yaitu Wahyudi Anggoro Hadi, Hosni Bimo Wicaksono, dan Tity Sekar diperoleh data pemberian bobot yang disajikan melalui beberapa tabel berikut : 48 Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor Internal Wahyudi Anggoro Hadi Hosni Bimo Wicaksosno Sekar Mirah Satriani Rata-rata A 0,064 0,071 0,068 0,068 B 0,118 0,071 0,073 0,087 C 0,068 0,080 0,073 0,074 D 0,050 0,080 0,077 0,069 E 0,095 0,103 0,114 0,104 F 0,127 0,116 0,123 0,122 G 0,077 0,116 0,118 0,104 H 0,105 0,094 0,095 0,098 I 0,081 0,103 0,105 0,096 J 0,123 0,085 0,073 0,094 K 0,091 0,080 0,082 0,084 TOTAL RATA-RATA 1,000 Keterangan Faktor Internal : A = Memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan B = Harga paket wisata terjangkau C = Pelopor pembuat mainan tradisional D= Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) E = Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul F = Promosi belum optimal G = Pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional H = Bahan tidak ramah anak I = Tidak ada inovasi produk J = Sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan K= Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan Kampung Dolanan 49 Pada tabel 10 menunjukkan, bahwa faktor internal Tatakelola Kampung Dolanan, yang memiliki bobot tertinggi adalah “F” yaitu promosi yang belum optimal dan bobot yang terendah adalah “A” yaitu memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan. Tabel 11. Pemberian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Faktor Eksternal A Wahyudi Anggoro Hadi 0,150 Hosni Bimo Wicaksono 0,111 Sekar Mirah Satriani 0,094 B 0,139 0,133 0,144 0,139 C 0,083 0,111 0,128 0,107 D 0,050 0,100 0,117 0,089 E 0,089 0,089 0,089 0,089 F 0,122 0,100 0,089 0,104 G 0,061 0,089 0,089 0,080 H 0,094 0,100 0,111 0,102 I 0,089 0,094 0,067 0,083 J 0,122 0,072 0,072 0,089 TOTAL RATA-RATA Rata-rata 0,118 1,000 Keterangan Faktor Eksternal: A = Pemasaran Online (e-commerce) B = Dukungan yang lebih banyak dari pemerintah Kabupaten Bantul C = Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat D = Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan E = Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta F = Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak G = Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi H = Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan I = Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik J = Semakin banyak mainan modern yang diminati 50 Pada tabel 11 menunjukkan, bahwa faktor eksternal Tatakelola Kampung Dolanan, yang memiliki bobot tertinggi adalah “B” yaitu dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul, dan bobot yang terendah adalah “G” yaitu semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi. (2) Pemberian Peringkat Berikut adalah pemberian peringkat dalam tata kelola Kampung Dolanan. Key person dalam pemberian peringkat ini adalah Wahyudi Anggoro Hadi, Hosni Bimo Wicaksono, dan Tity Sekar. Tabel 12. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi No Kekuatan Wahyudi Bimo Sekar Rata-rata 4 4 4 4 3 4 4 3,667 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 1,667 Memiliki tradisi membuat 1 dolanan yang masih dipertahankan 2 3 Harga paket terjangkau Pelopor pembuat mainan tradisional Dalam pembuatannya 4 terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa 5 Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul 51 Berdasarkan tabel 12, peringkat terhadap kekuatan organisasi yang tertinggi adalah “memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan”, “pelopor pembuat mainan tradisional”, dan dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak”. Sedangkan faktor kekuatan lainnya memiliki peringkat yang relatif sama (setara). Tabel 13. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi No 1 2 3 4 5 6 Kelemahan Wahyudi Promosi belum 3 optimal Pengelolaan Kampung Dolanan kurang 4 profesional Bahan tidak ramah 4 anak Tidak ada inovasi 4 produk Sedikit masyarakat yang mengetahui 2 Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat 2 dalam pengembangan Kampung Dolanan Bimo Sekar Rata-rata 3 2 2,667 3 2 3 3 2 3 3 3 3,333 2 1 1,667 3 1 2 Berdasarkan tabel 13, peringkat terhadap kelemahan organisasi yang terendah adalah “sedikit masyarakat Pandes yang terlibat dalam pengembangan Kampung Dolanan”. Sedangkan “tidak ada inovasi produk” menempati peringkat tertinggi. 52 Tabel 14. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi No. Peluang Wahyudi Bimo Sekar Rata-rata 3 2 2 2,333 3 1 3 2,333 3 1 3 2,333 4 2 1 2,333 4 3 1 2,667 Pemasaran Online (e1 commerce Dukungan yang lebih 2 banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata 3 Bantul yang lebih pesat Lebih banyak sekolah yang 4 mengikuti pelatihan Semakin banyak kerjasama 5 dengan institusi pendidikan maupun swasta Berdasarkan tabel 14, peringkat terhadap peluang organisasi yang tertinggi adalah “semakin banyak kerja sama dengan institusi pendidikan dan swasta” Sedangkan faktor peluang lainnya memiliki peringkat yang relatif sama (setara). 53 Tabel 15. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi No. Ancaman Wahyudi Bimo Sekar Rata-rata 3 3 2 2,667 1 3 2 2 1 3 4 2,667 3 2 1 2 3 3 2 2,667 Tidak ada jaminan 1 keberlangsungan bisnis dolanan anak 2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi Penurunan kualitas 3 pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan Semakin munculnya 4 destinasi wisata yang lebih menarik Semakin banyak 5 mainan modern yang diminati Berdasarkan tabel 15, peringkat terhadap ancaman organisasi yang terendah adalah semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi dan semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik. Sedangkan faktor ancaman lainnya memiliki peringkat yang relatif sama (setara). 54 (3) Hasil Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Tabel 16. Hasil Analisis Matrik IFE No Faktor Internal Kekuatan Memiliki tradisi membuat dolanan 1 tradisional yang masih dipertahankan 2 Harga paket wisata terjangkau 3 Pelopor pembuat mainan tradisional Dalam pembuatannya terdapat 4 kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) Dukungan pemerintah Kabupaten 5 Bantul Bobot Peringkat Nilai 0,068 4 0,272 0,087 0,074 3,667 4 0,319 0,296 0,069 4 0,276 0,104 1,667 0,173 Total Nilai Kekuatan 1,336 Kelemahan 1 Promosi belum optimal Pengelolaan Kampung Dolanan 2 kurang profesional 3 Bahan tidak ramah anak 4 Tidak ada inovasi produk Sedikit masyarakat umum yang 5 mengetahui Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang 6 terlibat di dalam pengembangan Kampung Dolanan 0,122 2,667 0,325 0,104 3 0,312 0,098 0,096 3 3,333 0,294 0,319 0,094 1,667 0,156 0,084 2 0,168 Total Nilai Kelemahan 1,574 Total Kekuatan dan Kelemahan 1,000 33,001 2,910 Pada tabel 16, hasil analisis matrik IFE yaitu nilai tertinggi adalah “promosi yang belum optimal” yaitu sebesar 0,325 sedangkan yang terendah adalah “sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan” sebesar 0,156. 55 (4) Hasil Matrik External Factor Evaluation (EFE) Tabel 17. Hasil Analisis Matrik EFE No Faktor Eksternal Peluang 1 Pemasaran Online (e-commerce) Dukungan yang lebih banyak dari 2 Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata Bantul yang 3 lebih pesat Lebih banyak sekolah yang mengikuti 4 workshop Semakin banyak kerjasama dengan 5 institusi pendidikan maupun swasta Bobot Peringkat Nilai 0,118 2,333 0,275 0,139 2,333 0,324 0,107 2,333 0,250 0,089 2,333 0,208 0,089 2,667 0,237 Total Nilai Peluang 1,294 Ancaman Tidak ada jaminan keberlangsungan 6 bisnis dolanan anak 7 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi Penurunan kualitas pelayanan yang 8 berdampak pada permintaan dolanan Semakin munculnya destinasi wisata 9 yang lebih menarik Semakin banyak mainan modern yang 10 diminati Total Peluang dan Ancaman 0,104 2,667 0,277 0,080 2 0,160 0,102 2,667 0,272 0,083 2 0,166 0,089 2,667 0,237 Total Nilai Ancaman 1,000 24 1,112 2,406 Hasil analisis matrik EFE pada tabel 17, nilai tertinggi adalah “dukungan yang lebih banyak dari pemerintah Kabupaten Bantul” sebesar 0,324 . Sedangkan bobot skor terendah adalah “semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi” yaitu sebesar 0,160. 56 b) Tahapan Pencocokan (1) Analisis Matriks IE (Internal-External) .Posisi Tatakelola Kampung Dolanan oleh Pojok Budaya melalui Matriks IE diambil dari hasil pembobotan dan peringkat pada tabel analisis IFE dan EFE, IFE sebesar 2,910 dan EFE sebesar 2,406, tata kelola Kampung Dolanan menunjukkan posisi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) karena berada pada posisi V. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tabel 18. Matriks IE Tata Kelola Kampung Dolanan Skor Total EFE 4,0 (2) Tinggi 3,0 Menengah 2,0 Rendah 1,0 Kuat 3,0 Skor Total IFE Rata-rata 2,0 Lemah 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Kuadran Analisis SWOT Tahap selanjutnya juga dilakukan pencocokan melalui Kuadran Analisis SWOT, untuk itu diperlukan nilai faktor internal dan eksternal untuk dijadikan koordinat sumbu x dan sumbu y. Nilai faktor internal diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi total nilai kelemahan, sedangkan nilai faktor eksternal diperoleh dari total nilai peluang dikurangi total nilai ancaman. 57 Nilai Faktor Internal = Kekuatan – Kelemahan = 1,336- 1,574 = -0,238 Nilai Faktor Eksternal = Peluang – Ancaman = 1,294 - 1,112 = 0,182 Gambar 4. Kuadran Analisis SWOT Sumber : (David :2015, hlm. 181) Kuadran analisis SWOT Kampung Dolanan menunjukkan posisinya berada pada kuadran III Stability, sehingga diperlukan pemilihan strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk mencapai peluang. Selanjutnya adalah perumusan strategi melalui matrik SWOT yang diperoleh dengan memasangkan faktor internal dan eksternal serta penyesuaian antara kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. 58 Tabel 19. Matriks SWOT Strong (S) Faktor Internal 1. Memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan 2. Harga paket wisata terjangkau 3. Pelopor pembuat mainan tradisional 4. Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk 5. Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul Faktor Eksternal Oportunity (O) 1. 2. 3. 4. 5. Pemasaran Online (e-commerce) Dukungan yang lebih banyak dari Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih pesat Lebih banyak sekolah yang mengikuti pelatihan Semakin banyak kerjasama dengan institusi pendidikan maupun swasta 2. 3. 4. 5. Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik Semaakin banyak mainan modern yang diminati 1. 2. 3. 4. 5. 6. SO 1. Memanfaatkan dukungan pemerintah kabupaten Bantul (S1, S3, S5, O2, O3) 2. Daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (e-commerce) (S4, O1) 3. Menambah manfaat dari dolanan tidak hanya bagi anak.(S2, S4, O4, O5) Threat (T) 1. Weakness (W) WO 1. 2. Menggalang sponsorship (W1, O3) Membuat program yang lebih atraktif dan inovatif (W1, W4, O3, O4) Membuat media informasi (W1, W5,O1, O3) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat setempat seperti Lurah untuk mengajak masyarakat terlibat (W6, O2) Mengadakan pendampingan pada masyarakat untuk ikut mengelola Kampung Dolanan. (W2, W3, W6, O2, O5) 3. 4. 5. ST 1. Meningkatkan kualitas pelayanan 2. terhadap pengunjung. (S1, S2, S4, T2, T3, T5) Mengadakan penggabngan program dengan destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata (S3, S5, T1, T4) Promosi belum optimal Pengelolaan Kampung Dolanan kurang profesional Bahan tidak ramah anak Tidak ada inovasi produk Sedikit masyarakat umum yang mengetahui Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat di dalam pengembangan Kampung Dolanan WT 1. 2. Mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi (W3, W4, T1, T2, T4, T5) Mendiskusikan manfaat yang diperoleh masyarakat (Sharing Benefit) (W1, W2, W5, T3) 59 c) Tahap Keputusan Hasil matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi, yaitu: (1) Strategi SO (a) : Memanfaatkan dukungan pemerintah Kabupaten Bantul untuk membantu promosi Kampung Dolanan menanggapi pertumbuhan pariwisata Bantul yang semakin pesat. (b) Membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (e-commerce) (c) Menambah manfaat dari dolanan tidak hanya bagi anak, tetapi juga untuk segala usia dengan membuat program ataupun produk yang lebih inovatif. (2) Strategi WO : (a) Menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produkproduk yang terdapat di Kampung Dolanan. (b) Membuat program yang lebih atraktif dan inovatif sehingga banyak wisatawan yang tertarik dan Kampung Dolanan lebih banyak dikenal. (c) Membuat media informasi seperti spanduk, banner Kampung Dolanan di gerbang masuk dusun Pandes. 60 (d) Meminta bantuan dari tokoh masyarakat setempat seperti Lurah untuk mengajak masyarakat terlibat dalam pengembangan Kampung Dolanan. (e) Mengadakan pendampingan pada masyarakat untuk ikut mengelola Kampung Dolanan. (3) Strategi ST (a) : Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung, perlu pusat informasi di lokasi Kampung Dolanan, keramahtamahan dan kemudahan terhadap pengunjung dalam memperoleh fasilitas di kampung dolanan. (b) Mengadakan penggabungan program dengan destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata agar tercipta simbiosis mutualisme antar destinasi desa wisata. (4) Strategi WT (a) : Mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi. (b) Mendiskusikan manfaat yang diperoleh masyarakat (Sharing Benefit) 61 d) Tahap keputusan berdasarkan matriks IE Posisi Kampung Dolanan pada matriks IE menunjukan Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) di kuadran ke-V matriks IE, strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, sehingga strategi yang dipilih adalah penetrasi pasar dengan menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan, membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (ecommerce) dan pengembangan produk dengan membuat program yang lebih atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi. e) Tahap keputusan berdasarkan kuadran analisis SWOT Kuadran analisis SWOT Kampung Dolanan menunjukkan posisinya berada pada kuadran III Stability sehingga diperlukan pemilihan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mencapai peluang. Posisi tersebut mengarah pada strategi WO yaitu : (1) Menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produkproduk yang terdapat di Kampung Dolanan. (2) Membuat program yang lebih atraktif dan inovatif sehingga banyak wisatawan yang tertarik sehingga Kampung Dolanan lebih banyak dikenal. (3) Membuat media informasi seperti spanduk, banner Kampung Dolanan di gerbang masuk dusun Pandes. 62 (4) Meminta bantuan dari tokoh masyarakat setempat seperti Lurah untuk mengajak masyarakat terlibat dalam pengembangan Kampung Dolanan. (5) Mengadakan pendampingan pada masyarakat untuk ikut mengelola Kampung Dolanan C. 1. Pembahasan Strategi generik dan variasi strategi saat ini Strategi generik yang saat ini diterapkan oleh Kampung Dolanan adalah Focus, yaitu menghindari konfrontasi langsung dengan para pesaingnya (konsentrasi pada pangsa pasar kecil atau niches), penerapannya adalah dengan melakukan overall cost leadership atau fokus ke pesaing daripada kepada pelanggan, indikasinya adalah harga jual yang murah, hal tersebut dapat terlihat dari harga paket wisata Kampung Dolanan yang terjangkau, selain overall cost leadership, diterapkan juga differentiation, yaitu melayani pangsa pasar yang kecil sehingga lebih baik dari para pesaing, ini terbukti dari tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan, bahkan para pengrajin membuatnya dengan tidak disertai pola menjadikan dolanan tradisional memiliki niches market nya tersendiri. Variasi strategi yang telah diterapkan Kampung Dolanan saat ini adalah diversifikasi konsentrik yaitu menambah produk baru yang saling berhubungan dengan pasar yang sama. Produk dolanan anak memiliki program outbond yang di dalamnya masih menunjang produk dolanan dengan adanya workshop pembuatan dolanan. 63 2. Strategi dan variasi strategi yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan saat ini. Berdasarkan kuadran analisis SWOT posisi tata kelola Kampung Dolanan berada di posisi kuadran III yaitu stabilitas, Menurut David (2015, hlm.136) pada posisi ini strategi yang diperlukan adalah efisiensi. Efisiensi dilakukan dengan menekankan tidak bertambahnya produk dolanan dan fungsi-fungsi usaha seperti perekrutan volunteer yang terlalu banyak dalam satu kegiatan outbond, kemudian untuk meningkatkan daya saing Kampung Dolanan, variasi strategi joint venture perlu dipertimbangkan untuk diterapkan. Penerapan joint venture dapat dilakukan dengan penggabungan program destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata dolanan agar tercipta sinergi antar desa wisata. Desa wisata dengan tema Kampung Dolanan seperti Kampung Dolanan Nusantara yang terdapat di Magelang dan Dolan Ndeso yang terdapat di Kulon Progro, dan Kampung Dolanan di Jepara dapat dijadikan alternatif desa wisata dolanan yang akan dijadikan target penggabungan. Penerapan pariwisata berbasis masyarakat dari Kampung Dolanan Nusantara Magelang, Dolan Ndeso, dan Kampung Dolanan Jepara termasuk sukses karena berhasil melibatkan masyarakat dan menghadirkan manfaat pariwisata bagi masyarakat. joint venture juga dapat dilakukan dengan penggabungan desa wisata yang ada di Bantul seperti desa wisata Tembi. 64 3. Strategi dan variasi strategi yang diterapkan Kampung Dolanan tiga sampai lima tahun yang akan datang Sangat penting untuk mengetahui perkembangan Kampung Dolanan dua tahun ke depan melalui monitoring dan evaluation jika ingin mengetahui strategi yang diterapkan tiga sampai lima tahun yang akan datang, apabila strategi berdasarkan analisis SWOT diterapkan dan berjalan dengan baik, strategi generik selanjutnya yang dapat diterapkan adalah differentiation dengan fokus pada pelanggan dan menciptakan produk yang bersifat value for money, jika strategi saat ini diterapkan dengan baik dan menghasilkan produk yang inovatif, tiga sampai lima tahun akan datang, Kampung Dolanan dapat fokus pada hubungannya dengan pelanggan. Variasi strategi yang dapat diterapkan untuk tiga sampai lima tahun yang akan datang berdasarkan strategi generik differentiation dengan fokus pada pelanggan adalah integrasi ke depan (forward integration) dengan memiliki kontrol atas tour operator dan travel agent yang terdapat di Yogyakarta, serta pengembangan produk dengan meningkatkan kualitas produk dolanan. Tahap selanjutnya jika strategi generik dan variasinya telah dirumuskan adalah merancang implementasi strategi. 65 4. a) Implementasi Strategi Tahapan implementasi strategi 7-S framework-MC. Kinsey Gambar 5. The 7-s framework Mc. Kinsey Keterangan : (1) Strategi merupakan rencana yang dirancang oleh organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkesinambungan di masa depan (2) Keterampilan atau skill berhubungan dengan kapabilitas dan kompetensi khusus yang ada di dalam organisasi (3) Nilai bersama (shared values) adalah konsep dan prinsip yang dijadikan pedoman oleh organisasi, seperti ide-ide dasar di sekitar bisnis yang dibangun, hal-hal yang mempengaruhi kelompok bekerja sama untuk tujuan bersama 66 (4) Staff adalah sumber manusia organisasi, mengacu pada cara merekrut, mengembangkan, melatih, mensosialisasikan, mengintegrasikan, memotivasi, dan mengelola karir. (5) Gaya merupakan pendekatan kepemimpinan dan pendekatan operasional keseluruhan organisasi. (6) Struktur merupakan kerangka kegiatan anggota-anggota organisasi dikordinasikan. Kemampuan organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan dipengaruhi oleh ketujuh elemen di atas. Perubahan pada satu elemen tidak akan efektif, karena setiap elemen saling berkaitan, hal tersebut digambarkan melalui garis yang menghubungkan elemen satu dengan yang lain. Tujuan dari implementasi strategi adalah mencapai keinginan organisasi yang ingin dicapai dalam rentang waktu yang telah ditentukan yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Setelah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai, selanjutnya merumuskan alternatif strategi-strategi untuk mencapai tujuan tersebut. b) Tujuan Jangka Pendek Menjalani kesepakatan dengan institusi pendidikan yaitu Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk inovasi produk yang dimulai dalam waktu satu bulan ke depan, dan membangun kawasan outbond baru dalam waktu tiga bulan ke depan. 67 c) Tujuan Jangka Panjang Ditetapkan sebagai desa wisata kabupaten Bantul dalam waktu tiga hingga lima tahun yang akan datang. d) Alternatif Strategi (1) Diversifikasi Konsentrik yaitu menambah produk baru yang saling berhubungan untuk pasar yang sama (2) Penetrasi Pasar dengan menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan, membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (e-commerce). (3) Pengembangan Produk dengan membuat program yang lebih atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi. (4) Joint Venture Penggabungan program destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata dolanan dan penggabungan desa wisata yang ada di Bantul seperti desa wisata Tembi. (5) Efisiensi Menekan jumlah volunteer demi meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung 68 e) Tahapan implementasi. Setelah didapatkan alternatif-alternatif strategi di atas maka dapat dirumuskan ke dalam tahapan implementasi strategi sebagai berikut. (1) Strategi Diversifikasi konsentrik, penetrasi pasar, pengembangan produk, Joint Venture, dan Efisiensi seperti yang telah dijelaskan pada alternatif strategi di atas. Dalam tahapan ini perlu juga untuk ditetapkan bagian pengelola dan stakeholders yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan strategi tersebut. (2) Tujuan jangka pendek dan jangka panjang Menjalani kesepakatan dengan institusi pendidikan yaitu Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk inovasi produk dan ditetapkan sebagai desa wisata kabupaten Bantul. (3) Skill Diperlukan kompetensi dalam komunikasi dengan masyarakat untuk menjalankan strategi ini, kompetensi ini dapat membantu untuk memahami masyarakat seperti menjalin komunikasi yang efektif dengan pendekatan personal dan berpikiran terbuka terhadap masyarakat sesuai dengan pedoman CBT dari APEC effective CBT : A Best Practice Manual (2010, hlm.42). (4) Nilai bersama Nilai bersama dapat dijadikan mendukung kesadaran kolektif masyarakat, nilai bersama yang dijalankan adalah melestarikan tradisi 69 pembuatan dolanan dan menanamkan nilai tradisinya pada generasi masa depan. (5) Staff Masyarakat merupakan aset utama dalam CBT, menempatkan masyarakat sebagai tim dalam posisi utama pengelolaannya adalah konsep inti dari CBT. Pendampingan oleh pihak pemerintah dan ahli CBT diperlukan untuk mendampingi masyarakat dan menjadikannya sumber daya manusia yang berkompeten. (6) Gaya Masyarakat merupakan aset utama dalam CBT, karena itu Gaya manajemen yang harus dilakukan adalah gaya manajemen The Team Manager yaitu berorientasi pada keseimbangan dan kesuksesan tim. (7) Sistem Kampung Dolanan belum memiliki sistem pengelolaan yang optimal, untuk itu Pojok Budaya perlu membuat Standart Operating Procedure untuk dijadikan pedoman dalam mengelola. (8) Struktur Struktur organisasi Kampung Dolanan termasuk struktur organisasi sederhana yaitu tidak memiliki bermacam-macam kegiatan, hanya terdiri dari ketua kordinator, kordinator, dan volunteer, untuk mencapai stratgei ini sebaiknya menerapkan struktur organisasi fungsional agar pembagian kerja antar bagian dapat diperjelas seperti bagian pemasaran, keuangan, dan produksi. 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal, posisi kuadran berada di posisi V yaitu Stability. Posisi tersebut mengindikasikan formulasi strategi pengembangan CBT yang semestinya diterapkan Kampung Dolanan adalah diversifikasi Konsentrik yaitu menambah produk baru yang saling berhubungan untuk pasar yang sama, penetrasi pasar dengan menggalang sponsorship untuk mendukung program dan produk-produk yang terdapat di Kampung Dolanan, membuat daftar program dan produk yang ada di Kampung Dolanan untuk pemasaran online (e-commerce), pengembangan produk dengan membuat program yang lebih atraktif dan inovatif serta mengadakan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk menghadirkan inovasi, Joint Venture, penggabungan program destinasi wisata khususnya yang bertema desa wisata dolanan dan penggabungan desa wisata yang ada di Bantul seperti desa wisata Tembi, serta efisiensi dengan menekan jumlah volunteer demi meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengunjung. 71 B. Saran Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal juga mengindikasikan Kampung ini memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan, contoh program yang dapat disarankan di luar program outbond berdasar potensi tradisi yang dimiliki Kampung Dolanan adalah program live in. Program ini telah banyak diterapkan dalam program efektif pariwisata berbasis masyarakat pada program APEC Tourism Working Group. Program ini sesuai visi Kampung Dolanan yang ingin mengajak masyarakat untuk mengenal dan memahami nilai-nilai tradisi yang ada di Kampung Dolanan, program ini tidak akan mengubah keaslian budaya masyarakat, justru memperkuatnya, pengunjung yang datang akan menginap di rumah mbah-mbah pengrajin dan mengikuti keseharian mereka setiap harinya, termasuk membuat dolanan anak dan filosofi yang terkandung di dalamnya, Selain program live in, Kampung Dolanan juga dapat merealisasikan program pelatihan terhadap masyarakat dengan pengajuan untuk memanfaatkan anggaran pendampingan desa wisata. 72 DAFTAR PUSTAKA Antara, I Ketut. (2011). Strategi pengembangan pariwisata alternatif di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10. Baiquni & Wardiyanto. (2011). Perencanaa dan pengembangan pariwisata. Bandung : Lubuk Agung. Cerezo, Borges, & Guzman. (2011). Community-based tourism and local socioeconomic development: A case study in Cape Verde. African Journal of Business Management Vol.5 Darma Oka, I Made. (2010). Potensi pengembangan pariwisata minat khusus (trekking) di Desa Pejaten-Tabanan. POLTEK Negeri Bali. Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10. David, Fred . R. (2015). Strategic management: concepts and case. Francis Marion University: Prentice Hall. Denman, R. (2001). Guidelines for community-based ecotourism development. Ledburry: The Tourism Company/Geneva: WWF-international. Dewi, Fandeli, & Baiquni.(2013). Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal di Desa Wisata Jatiluwih. Jurnal Kawistara Vol.3. Dharmamulya, Sukirman, dkk. (2008). Permainan tradisional Jawa. Yogyakarta : Kepel Press. . Ebrahimi, Khalifah. (2014). Community supporting attitude toward community based tourism development; non-participants perspective. Asian Social Science Journal Vol.10. Ernawati, Ni Made. (2010). Tingkat kesiapan desa sebagai tempat wisata berbasis masyarakat. Bali : Politeknik Negeri Bali. Jurnal Analiss Pariwisata Vol.10 Goh, Hong Ching. (2015). Nature and community based tourism (CBT) for poverty alleviation: a case study of lower Kinabatangan. Malaysian Journal of Society and Space Vol.11 Guzman, Canizares, Pavon. (2011). Community Based Tourism in Developing Countries: A Case Study. An International Multidisciplinary Journal of Tourism Vol. 6 Moleong, Lexy, J. (2013) Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: ROSDA. Noegroho, Chusmeru Agung. (2010). Potensi Ketenger sebagai desa wisata di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Jurnal Analisis Pariwisata Vol.10. Paturusi, Syamsul Alam. (2007). Pengembangan Kawsan Pariwisata. Denpasar : Press UNUD. Rangkuti.(2015). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia. Suansri, P. (2003). Community based tourism handbook. Bangkok: Responsible Ecological Social Tours (REST) Sudana, I Putu.(2013). Strategi pengembangan desa wisata ekologis di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Bali: Universitas Udayana. Sunaryo, Bambang.(2013). Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata konsep dan aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava media. Widyawati, Christy.(2013). Analisis pengaruh heritage tourism terhadap pengembangan pariwisata berbasis masyarakat studi kasus : Kampung Buaya Kapasan Surabaya. Laporan Tugas Akhir. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. . Wheelen, T.L., Hunger, J.D., Hoffman A.N., Bamford C.E. (2014). Strategic management and business policy. Pearson Education. Wearing, S. (2001). Volunteer tourism: Experience that makes a difference, Wallingford : CABI. Nuryani, A. (2014). Pariwisata Berbasis Masyarakat di dalam pelestarian dolanan tradisional di Kampung Dolanan Pandes, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan tugas akhir. Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Sumber Internet www.disbudpar.bps.kab.bantul, diakses pada 27 Maret 2016 pukul 20.05 www.jogja.antaranews.com, diakses pada 15 Mei 2016 pukul 14.34 www.world-tourism.org, diakses pada 15 Mei 2016 pukul 15.01 LAMPIRAN 1. Nama :Wahyudi Anggoro Hadi Jabatan : Pendiri dan Ketua Kordinator Pojok Budaya Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) Internal A B C D E F G H I J K A 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 B 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 C 1 3 1 3 3 3 3 3 3 2 D 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Total E 1 3 1 1 3 2 2 2 3 1 F 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 G 2 2 1 1 2 3 3 3 3 3 H 1 3 1 1 2 3 1 1 3 1 I 2 3 1 1 2 3 1 3 3 3 J 1 3 1 1 1 2 1 1 1 K 1 3 2 1 3 2 1 3 1 3 1 Total 14 26 15 11 21 28 17 23 18 27 20 220 Bobot 0,064 0,118 0,068 0,050 0,095 0,127 0,077 0,105 0,081 0,123 0,091 1,000 Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan, dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman. Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) Eksternal A B C D E F G H I J A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 B 3 1 1 1 1 1 1 1 1 C 3 3 D 3 3 3 1 2 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 Total E 3 3 2 1 3 1 1 3 3 F 3 3 1 1 1 1 1 1 2 G 3 3 3 1 3 3 3 3 3 H 3 3 1 1 3 3 1 1 3 I 3 3 2 1 1 3 1 3 3 J 3 3 1 1 1 2 1 1 1 Total 27 25 15 9 16 22 11 17 16 22 180 Bobot 0,150 0,139 0,083 0,050 0,089 0,122 0,061 0,094 0,089 0,122 1,000 Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi (Kekuatan & Kelemahan) A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi No 1 2 3 4 5 Kekuatan Memiliki tradisi membuat dolanan tradisional yang masih dipertahankan Harga paket wisata terjangkau Pelopor pembuat mainan tradisional Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi No Kelemahan Promosi belum Optimal 1 Pengelolaan Kampung Dolanan kurang 2 profesional Bahan tidak ramah anak 3 Tidak ada inovasi produk 4 Sedikit masyarakat umum yang 5 mengetahui Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat 6 dalam pengembangan Kampung Dolanan 1 2 3 4 √ √ √ √ √ 1 Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi (Peluang dan Ancaman) C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi No Peluang 1 2 1 Pemasaran online (e-commerce) Dukungan yang lebih banyak dari 2 Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih 3 pesat Lebih banyak sekolah yang mengikuti 4 workshop Semakin banyak kerjasama dengan 5 institusi pendidikan maupun swasta 2 3 4 √ √ √ √ √ √ 3 4 √ √ √ √ √ D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi No Ancaman 1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak 2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi 3 Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan 4 5 Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik Semakin banyak mainan modern yang diminati 1 2 3 √ √ √ √ √ 4 2. Nama : Hosni Bimo Wicaksosno Jabatan : Kordinator I Pojok Budaya Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) Internal A B C D E F G H I J K A 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 B C D E F G H I J K 1 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 1 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 1 1 3 3 1 2 2 3 1 1 1 1 Total Total 16 16 18 18 23 26 26 21 23 19 18 224 Bobot 0,071 0,071 0,080 0,080 0,103 0,116 0,116 0,094 0,103 0,085 0,080 1,000 Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan, dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman. Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) Eksternal A B C D E F G H I J A 3 1 2 2 3 2 2 1 1 B C 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 3 1 1 1 2 Total D E F G H I J 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 Total 20 24 20 18 16 18 16 18 17 13 180 Bobot 0,111 0,133 0,111 0,100 0,089 0,100 0,089 0,100 0,094 0,072 1,000 Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi (Kekuatan & Kelemahan) A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi No Kekuatan 1 Memiliki tradisi membuat dolanan 1 tradisional yang masih dipertahankan Harga paket wisata terjangkau 2 Pelopor pembuat mainan tradisional 3 Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan 4 majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul 5 √ B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi No Kelemahan Promosi belum Optimal 1 Pengelolaan Kampung Dolanan kurang 2 profesional Bahan tidak ramah anak 3 Tidak ada inovasi produk 4 Sedikit masyarakat umum yang 5 mengetahui Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat 6 dalam pengembangan Kampung Dolanan 1 Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi (Peluang dan Ancaman) C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi No Peluang 1 2 1 Pemasaran online (e-commerce) √ Dukungan yang lebih banyak dari 2 √ Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih 3 √ pesat Lebih banyak sekolah yang mengikuti 4 √ workshop Semakin banyak kerjasama dengan 5 institusi pendidikan maupun swasta 2 3 4 √ √ √ √ 2 3 4 √ √ √ √ √ √ 3 √ 4 D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi No Ancaman 1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak 2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi 3 Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan 4 5 Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik Semakin banyak mainan modern yang diminati 1 2 3 √ √ √ √ √ 4 3. Nama : Sekar Mirah Satriani Jabatan : Kordinator II Pojok Budaya Penilaian Bobot Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) Internal A B C D E F G H I J K A 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 B C D E F G H I J K 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 Total Total 15 16 16 17 25 27 26 21 23 16 18 220 Bobot 0,068 0,073 0,073 0,077 0,114 0,123 0,118 0,095 0,105 0,073 0,082 1,000 Keterangan : Pada Faktor Internal, huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator kekuatan, dan “F” hingga “K” adalah indikator kelemahan. Pada Faktor Eksternal huruf kapital “A” hingga “E” adalah indikator Peluang, sedangkan “F” hingga “J” adalah indikator ancaman. Penilaian Bobot Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) Eksternal A B C D E F G H I J A 3 3 2 2 3 2 2 1 1 B C 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 Total D E F G H I J 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 1 2 2 3 3 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 Total 17 26 23 21 16 16 16 20 12 13 180 Bobot 0,094 0,144 0,128 0,117 0,089 0,089 0,089 0,111 0,067 0,072 1,000 Pemberian Peringkat terhadap faktor Internal Organisasi (Kekuatan & Kelemahan) A. Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Organisasi No Kekuatan 1 Memiliki tradisi membuat dolanan 1 tradisional yang masih dipertahankan Harga paket wisata terjangkau 2 Pelopor pembuat mainan tradisional 3 Dalam pembuatannya terdapat kecerdasan 4 majemuk bagi anak (irama, kinestetis, dan rasa) Dukungan pemerintah Kabupaten Bantul 5 √ B. Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Organisasi No Kelemahan Promosi belum Optimal 1 Pengelolaan Kampung Dolanan kurang 2 profesional Bahan tidak ramah anak 3 Tidak ada inovasi produk 4 Sedikit masyarakat umum yang 5 mengetahui Kampung Dolanan Sedikit masyarakat Pandes yang terlibat 6 dalam pengembangan Kampung Dolanan 2 3 4 √ √ √ √ 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Organisasi (Peluang dan Ancaman) C. Pemberian Peringkat terhadap Peluang Organisasi No Peluang 1 2 1 Pemasaran online (e-commerce) √ Dukungan yang lebih banyak dari 2 Pemerintah Kabupaten Bantul Pertumbuhan pariwisata Bantul yang lebih 3 pesat Lebih banyak sekolah yang mengikuti 4 √ workshop Semakin banyak kerjasama dengan 5 √ institusi pendidikan maupun swasta 3 √ √ 4 D. Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Organisasi No Ancaman 1 Tidak ada jaminan keberlangsungan bisnis dolanan anak 2 Semakin ditinggalnya nilai-nilai tradisi 3 Penurunan kualitas pelayanan yang berdampak pada permintaan dolanan 4 5 Semakin munculnya destinasi wisata yang lebih menarik Semakin banyak mainan modern yang diminati 1 2 3 4 √ √ √ √ √