TUGAS KELOMPOK 6 PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. Yohara G.M.Tambunan Alfiyanti Yuni Prastiwi Putri Fatimah Azzahra Tuharea Timothy Wowor Siswandi Techi Punica Grantiani (201611216) (201611221) (201611238) (201611278) (201611287) KELAS F JURUSAN S1 TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN JAKARTA 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Koordinasi Relay OCR dan GFR” ini dengan baik tepat pada waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen yang telah memberikan banyak materi serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan. Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan laporan ini, namun kami menyadari bahwa di dalam laporan yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya laporan lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar laporan ini bisa memberikan banyak manfaat. Jakarta, 8 November 2019 TIM PENYUSUN i DAFTAR ISI Hal HALAMAN COVER KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ..ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Tujuan .............................................................................................................2 1.3 Ruang Lingkup Materi……………………………………………………….2 BAB II DASAR TEORI/LANDASAN TEORI 2.1 Energi Terbarukan ........................................................................................... 2 2.1.1 Pengertian Energi ……………………………………………………..2 2.1.2 Pengertian Energi Terbarukan ………………………………………...2 2.1.3 Sumber Energi Terbarukan ....................................................................3 2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Energi Terbarukan ……………………..5 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Teknologi Energi Terbarukan .........................................................................7 3.1.1 Energi Panas Bumi ................................................................................7 3.1.2 Energi Surya ....................................................................................... ...8 3.1.3 Tenaga Air…………………………………………………………….10 3.1.4 Tenaga Angin...................................................................................... ..10 3.1.5 Biomassa ..……………………………………………………….........11 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………13 4.2 Usul dan Saran...............................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………1 ii BAB I PENDAHULUAN I.I. LATAR BELAKANG Pada tahap awal perkembangan industri tenaga listrik, suatu system tenaga terdiri dari sebuah generator kecil yang digunakan untuk memasok kebutuhan listrik didaerah setempat. System demikian belum dilengkapi dengan system proteksi dan biasanya diawasi langsung oleh operator. Pada waktu itu operator yang bertindak untuk membuka pemutus daya apabila melihat ada kelainan atau gangguan sehingga generator tersebut terhindar dari kerusakan. Namun seiring dengan perkembangan jaringan system tenaga yang dari waktu ke waktu semakin besar maka cara-cara demikian tidak lagi dipertahankan dan harus ada cara-cara yang lebih efektif yang bisa di gunakan untuk memproteksi system dari gangguan. System proteksi pertama yang dilakukan untuk mengamankan system adalah dengan menggunakan sekering. Kemudian disusul dengan menggunakan rele beban lebih ataupun tegangan kurang yang kemudian diikuti oleh berkembangnya system proteksi dengan rele arus lebih. Sebelum teknologi jenis- jenis rele lain berkembang, rele arus lebih inilah rele proteksi yang pertama dan paling sederhana yang banyak digunakan untuk memproteksi jaringan system tenaga listrik. Dalam perkembangan waktu rele proteksi ini kemudian berkembang mulai dari penerapan sederhana menggunakan satu rele hingga beberapa rele yang diatur secara bertingkat berdasarkan besarnya arus gangguan yang berbeda-beda sesuai letak gangguan. Proteksi arus bertingkat ini dimaksudkan agar rele-rele tersebut bisa mengatasi gangguan secara diskriminatif sesuai dengan letak gangguan. Disamping itu factor lain yang perlu di perhatikan agar sebuah rele arus lebih dapat bekerja secara tepat dan stabil maka perbedaan antara arus hubung singkat minimum dengan arus beban maksimum harus cukup besar. Hal tersebut diperlukan agar rele arus lebih tersebut tidak boleh bekerja terhadap arus beban lebih maksimum. Pada dasarnya rele arus lebih dapat diklasifikasikan atas dua kategori, yaitu rele arus lebih biasa atau non-direksional dan rele arus lebih yang dilengkapi dengan elemen arah. Untuk memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik,kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu 1 dari bagian lain yang masih dalam keadaan normalserta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) adalah relay pengaman arus lebih yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang padaJaringan Tegangan Tinggi, Tegangan menengah juga pada pengamanTransformator tenaga. Relay ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrikakibat adanya gangguan phasa-phasa untuk OCR dan gangguan phasa-tanah untuk GFR.OCR dan GFR adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melewatinya. Fungsi OCR dan GFR adalah untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar phasa, hubung singkat satu phasa ketanah dan dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih. OCR dan GFR digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi, pengaman cadangangenerator, transformator daya dan saluran transmisi. I.2. TUJUAN Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik OCR dan GFR 2. Mengetahui prinip kerja OCR dan GFR 3. Mengetahui perhitungan relay arus lebih pada system tenaga listrik 1.3 RUANG LINGKUP MATERI Relay arus lebih (over current relay) adalah relay yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu. Fungsi utama dari relay arus lebih ini adalah untuk merasakan adanya arus lebih kemudian memberikan perintah kepada pemutus beban (PMT) untuk membuka. Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (Iset) atau relay arus lebihmeruapakan pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah juga pada pengaman transformator tenaga.Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting. 2 BAB II DASAR TEORI/LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM PROTEKSI Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah alat perlindungan atau isolasi pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguanyang telah terjadi dan melokalisirnya dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanyadengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagianyang lain. Sistem proteksi ini mendeteksi konsdisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik dengan mengukur besaranbesaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik, yaitu: A. Sensitifitas (kepekaan) Sensitifitas adalah kepekaan relay proteksi terhadap segala macamgangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. Sensitifitas suatu proteksi ditentukan oleh nilai terkecildari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroprasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah yang dilindunginya. B. Selektifitas dan diskriminatif Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian system yang harus diisolir apabila relay proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampumembedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal, ataupun membedakan apakan kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau diluar daerah proteksinya C. Kecepatan Kriteria dalam pemasangan suatu sistem proteksi tenaga listrik dalam suatu rangkaian system tenaga listrik ini perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan stabilitas operasi. Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan. 3 D. Keandalan Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana yang di harapkan. Sistem proteksi tersebut dikatakan tidakandal bila gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja. Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pda peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relay proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik. E. Ekonomis Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu relay proteksi yang digunakanhendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya. 2.2 Perangkat Sistem Proteksi Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut : 1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT). 2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik primer dari sistem yang diamankan ke relai (besaran listrik sekunder). 3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu. 4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk bekerjanya relai, peralatan bantu triping. 5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram, dibawah ini : Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut : 4 1. Elemen pengindera. Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding. 2. Elemen pembanding. Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay. 3. Elemen pengukur/penentu. Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal. Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay.Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energi penggerak adalah sumber arus searah atau batere. 2.3 Tipe Proteksi Ada dua kategori yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection) dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama adalah pertahanan utama dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin.mengingat keandalan 100% tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus,trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila relay utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih lama dari pada relay utamanya. 5 Gambar 2.1 Konsep Diagram Sebuah Relay 2. 4 Jenis-jenis Proteksi Transformator Daya Relay yang biasa digunakan pada sebuah transformator daya sebagai pengaman pada saat terjadi gangguan adalah: 1. Relay Buchollz Relay buchollz dipasang pada pipa main tank ke konservator ataupundari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah dikedua pipatersebut dipasang relay buchollz. Relay buchollz berfungsi untuk mendeteksidan mengamankan gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas.Selama transformator beroperasi normal, relay akan terisi penuh denganminyak. Pelampung akan berada pada posisi awal. Bila terjadi gangguan yang terkecil didalam tangki transformator,misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas. Gasyang terbentuk akan berkumpul dalam relay pada saat perjalanan menujutangki konservator, sehingga level minyak dalam relay turun dan akanmengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level minyaktransformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyaktersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip.Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan minyak akan terjadi dengan cepatdan timbul surja tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa menuju ke relay buchollz. 6 Gambar 2.3 Relay Buchollz 2. Relay Jansen Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupunvariasi tegangan pada sistem masuknya (input). Tap changer umumnyadipasang pada ruang terpisah pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempatkumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur denganminyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabilaterjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasadisebut relay jansen (buchollz-nya tap changer).Relay buchollz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan beserta isinya dari diverter switch. Relay jansen bekerja apabila ada desakantekanan yang terjadi akibat flash over antar bagian bertegangan atau baguan bertegangan dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan eksternal. Gambar 2.3 Relay Jansen Prinsip kerja dari relay jansen adalah adanya aliran minyak yang deras,ada tekanan minyak sehingga minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak yang 7 cukup besar dan semua itu menyebabkan katup akan berayun danmengerjakan kontak triping dan akhirnya akan melepas gangguan. 3. Relay Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay) Relay tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relay buchollz yaitumengamankan transformator dari gangguan insternal. Bedanya relay ini hanya bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh hubung singkat. Gambar 2.4 Relay Tekanan Lebih 4. Relay Arus Lebih (Over Current Relay) Relay arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktuyang telah diterapkan. Relay arus lebih akan pick up jika besar arus melebihinilai setting yang telah ditentukan. Pada proteksi transformator daya, relay arus lebih digunakan sebagai tambahan bagi relay differensial untukmemberikan tanggapan terhadap gangguan luar. Relay ini digunakan untukmengamankan peralatan terhadap gangguan dan beberapa hal dapat digunakansebagai pengaman beban lebih. Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain : • Sederhana dan murah • Mudah penyetelannya • Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan cadangan • Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan dalam beberapa hal digunakan untuk proteksi beban lebih (overload). • Pengaman utama pada jaringan distribusi dan substransmisi • Pengaman cadangan untuk generator, trafo, dan saluran transmisi. 8 Gambar 2.5 Relay Arus Lebih 5. Relay Differensial Relay differensial berfungsi untuk mengamankan transformatorterhadap gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengamantransformator. Relay ini merupakan pengaman utama (main protection) yangsangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relay laindan tidak memerlukan time delay. Gambar 2.6 Relay Differensial Prinsip dari relay ini yaitu membandingkan arus yang masuk keperalatan dengan arus yang keluar dari peralatan tersebutramah lingkungan karna mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan disbanding energy non- terbarukan. Energy terbarukan masih perlu meningkatkan daya saing, karna sumber energy terbarukan masih membutuhkan subsidi untuk tetap kompetitif dengan bahan bakar fosil dalam hal biaya, meskipun harus juga disebut kan bahwa perkembangan teknologi pada nergi terbarukan terus menurunkan harganya dan hanya 9 masalah waktu energy terbarukan akan memiliki harga yag kompetitif tanpa subsidi dibandingkan bahan bakar tradisional. 6. Relay Tangki Tanah Relay tangki tanah berfungsi untuk mengamankan trafo hubung singkat antara fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan. Relay tangki tanah yang terpasang, akan mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo ketanah, jika terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang mengalir ketanah akan dideteksi relay arus lebih melalui CT. relay akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali kesistem melalui pembumian trafo. 7. Relay HV/LV Winding Temperature dan HV/LV Oil Temperature Relay HV/LV temperature bekerja apabila suhun kumparan trafo melebihi setting dari pada relay HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan factor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan kerja relay suhu kumparan/winding ini dibagi 2 tahap: a. Mengerjakan alar (winding temperature alarm) b. Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip) Relay HV/LV Oil tempature bekerja apabila suhu minyak trafo melebihi setting dari pada relay HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan factor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan kerja relay suhu minyak/oil dibagi 2 tahap: 10 Mengerjakan alarm (oil temperature alarm) Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip) 8. Restricted Earth Fault (REF) Relay gangguan tanah terbatas atau restricted earth fault (REF) berfungsi untuk mengamankan tranformator bila ada gangguan satu fasa ke tanah didekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh relay differensial. Adapun jenis-jenisnya adalah sbb : No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Relay Relay jarak (distance relay) Fungsi Relay Untuk mendeteksi gangguan 2 fasa atau 3 fasa di muka generator sampai batas jangkauannya. Relay periksa sinkron Pengaman Bantu generator untuk mendeteksi persaratan sinkronisasi (parallel). Relay tegangan kurang (underMendeteksi turunnya tegangan sampai voltage relay) dibawah harga yang di izinkan (relay ini bekerja apabila sebelum rele loss of field bekerja) Relay daya balik (reverse power Untuk mendeteksi daya balik, sehingga relay) mencegah generator bekerja sebagai motor. Relay kehilangan medan penguat Untuk mendeteksi kehilangan medan penguat generator. Relay fasa urutan negatif Untuk mendeteksi arus urutan negatif yang disebabkan oleh beban tidak seimbang pada batas-batas yang tidak diizinkan Relay arus lebih seketika (over Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas yang ditentukan dalam current relay instanteneous) waktu seketika. 11 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Relay arus lebih dengan waktu tunda (time over current relay) Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas dalam waktu yang diizinkan. Relay penguat lebih (overUntuk mendeteksi penguat lebih pada excitation relay) generator. Relay tegangan lebih 1. bila terpasang di titik netral generator atau trafo tegangan yang di hubungkan segitiga terbuka untuk mendeteksi gangguan stator hubungan tanah. bila terpasang pada terminal generator untuk mendeteksi tegangan lebih. Relay keseimbangan tegangan Untuk mendeteksi hilangnya tegangan (voltage balanced relay) dari trafo tegangan pengatur tegtangan otomatis (AVR dan relay). Relay waktu (time delay) Untuk memperlambat waktu. Relay stator gangguan tanah (stator Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada ground fault relay) generator yang sudah paralel dengan sistem. Relay kehilangan sinkronisasi (out Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada of step relay) generator yang sudah paralel dengan sistem. Relay pengunci (lock out relay) Untuk menerima signal trip dari relayrelay proteksi dan kemudian meneruskan signal trip ke PMT, alarm dan peralatan lain serta mengunci. Relay frekuensi (frekuensi relay) Mendeteksi besaran frekuensi rendah/lebih di luar harga yang diizinkan. 2.5 Tujuan Pemasangan Relay Proteksi Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi proteksi adalah untuk mengamankan peralatan/sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara: 1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem 2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroprasi. 3. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada konsumen. 4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. 12 2.6 RELAI Relai merupakan suatu peralatan yang direncanakan untuk merasakan atau mendeteksi, mengukur adanya gangguan dan mulai merasakan adanya ketidaknormalan peralatan listrik dan segera secara otomatis membuka pemutus tenaga untuk memisahkan peralatan atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa bel atau lampu. Relai pada sistem tenaga listrik mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal. 2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu. 3. Mengurangi pengaruh gangguan bagian sistem yang lain yang tidak terganggu didalam sistem tersebut. Di samping itu mencegah meluasnya gangguan serta memperkecil bahaya bagi manusia. 2.7 Proteksi Utama dan Proteksi Cadangan Proteksi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu proteksi utama dan proteksi cadangan. Proteksi utama segera bekerja jika terjadi gangguan sedangkan proteksi cadangan akan bekerja jika proteksi utama gagal bekerja. Kegagalan pengaman dapat dikelompokkan sebagai berikut: • Kegagalan pada relainya sendiri. • Kegagalan suplai arus dan atau suplai tegangan ke relai. • Kegagalan sistem suplai arus searah untuk tripping pemutus beban. • Kegagalan pada pemutus tenaga. Hal ini dapat disebabkan karena kumparan trip tidak menerima suplai, kerusakan mekanis ataupun kegagalan pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan dari pemutus bebannya. 2.7.1 Zona Proteksi Zona Proteksi Koordinasi pengaman merupakan kinerja dua buah pengaman atau lebih pada jaringan listrik yang saling mendukung atau melengkapi dalam melakukan proses tugasnya. Koordinasi pengaman ini dapat berupa relay, recloser maupun pengaman lainnya. Pada dasarnya prinsip dasar koordinasi adalah: Peralatan pengaman pada sisi beban harus dapat menghilangkan gangguan menetap atau sementara yang terjadi pada saluran sebelum 13 peralatan pengaman di sisi sumber beroperasi memutuskan saluran sesaat atau membuka terus. Memadamkan gangguan sementara yang terjadi dan gangguan menetap harus dibatasi sampai pada seksi sekecil mungkin. 2.7.2 Grading time Relay Grading time merupakan tingkatan waktu yang terjadi antara waktu relay pertama dengan waktu relay berikutnya. 2.8 Relay Arus Lebih Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay ini akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I sett). Relay ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian membandingkan dengan nilai setting, apabila nilai arus setting terbaca oleh relay melebihi nilai setting, maka relay akan mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang diterapkan pada setting. Relay arus lebih OCR (Over Current Relay) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap gangguan fasa tanah digunakan relay arus lebih gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki 1 sensor arus (satu fasa). Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. 14 Gambar 3.1 Sambungan (Wiring) 2 OCR dan 1 GFR 2.9 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (Iset) atau relay arus lebih meruapakan pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah juga pada pengaman transformator tenaga. Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting. 2.10 Jenis-jenis Relay Arus Lebih Jenis-jenis pada relay arus lebih yaitu : Non-directional Directional Kontrol tegangan Penahan tegangan 15 2.11 Karakteristik Relay Arus Lebih 2.11.1 Rele Waktu Seketika (Instantaneous Relay) Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay) Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain. 2.11.2 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay) Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini. Gambar 2. Karakteristik Relay Waktu Tertentu (Defenite Time Relay) 16 2.11.3 Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Time Relay) Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok : 1. Standar invers 2. Very inverse 3. Extremely inverse Gambar 3. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time Relay) 2.11.4 Pengaman Pada Relay Arus Lebih Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda yaitu : 1. Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah). 2. Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan 17 komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral). Gambar 4. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR 2.11.5 Fungsi Dan Penggunaan Relay arus lebih tak berarah dan relay hubung tanah tak terarah atau cukup disebut relay arus lebih dan relay hubung tanah. Relay ini berfungsi sebagai pengaman terhadap gangguan arus hubung singkat fasa-fasa maupun fasa tanah dan dapat digunakan sebagai: Pengaman utama penyulang (jaringan tegangan menengah). Pengaman cadangan pada trafo, generator dan transmisi. Pengamanan utama untuk sistem tenaga listrik yang kecil dan radial. Pengamanan utama motor listrik yang kecil. 2.12 Perhitungan Koordinasi Rele Arus Lebih Pada tahap selanjutnya, hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, dipergunakan untuk nilai setelan arus lebih, terutama nilai setelan TMS (Time Multiple Setting) dari rele arus lebih dengan karakteristik jenis inverse. Disamping itu setelah nilai setelan rele diperoleh, nilai arus gangguan hubung singakat pada setiap lokasi gangguan yang diasumsikan, dipakai untuk memeriksa rele arus lebih itu, apakah masih dapat dinilai selektif atau nilai setelan harus dirubah kenilai lain yang memberikan kerja rele yang lebih selektif, atau didapatkan kerja selektifitas yang optimum (Rele bekerja tidak bekerja terlalu lama tetapi menghasilkan selektifitas yang baik). Sedangkan setelan arus dari rele arus lebih dihitung berdasarkan arus beban yang mengalir dipenyulang atau incoming feeder, artinya : 18 a. Untuk rele arus lebih yang terpasang dipenyulang keluar(Outgoing Feeder) dihitung berdasarkan arus beban maksimum (Beban Puncak) yang mengalir dipenyulang tersebut. b. Untuk rele arus lebih yang terpasang dipenyulang masuk (incoming feeder) dihitung berdasarkan arus nominal transformator tenaga. Sesuai british standard untuk : Rele inverse biasa disett sebesar 1,05 s/d 1,3 x IBeban, Sedangkan rele definite disett sebesar 1,2 s/d 1,3 x IBeban. Persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah penyetelan waktu minimum dari rele arus lebih (terutama di penyulang) tidak lebih kecil dari 0,3 detik. Pertimbangan ini diambil agar rele tidak sampai trip lagi akibat arus inrush dari trafo distribusi yang memang sudah tersambung dijaringan distribusi, sewaktu PMT penyulang tersebut dioperasikan. 2.12.1 Setelan Time Multiple Setting (TMS) Setelan TMS dan setelan waktu rele pada jaringan distribusi menggunakan standard inverse yang dihitung menggunakan rumus kurva waktu vs arus, dalam hal ini juga diambil persamaan kurva arus waktu dari standard british, Dimana : t = Waktu Trip (Detik) TMS = Time Multiple Setting (Tanpa Satuan) Ifault = Besarnya Arus Gangguan Hubung Singkat (Amp) Setelan OCR (Inverse) diambil arus gangguan hubung singkat terbesar. Setelan GFR (Inverse) diambil arus gangguan hubung singkat terkecil. Iset = Besarnya Arus Setting Sisi Primer (Amp) Setelan OCR (inverse) diambil (BS) 1,05 s/d 1,3 x IBeban 19 Setelan GFR (inverse) diambil 6% s/d 12% x Ifault hubung singkat 1 fasa terkecil. A,B = Konstanta. Table 1 : Faktor A dan B tergantung pada kurva arus vs waktu 2.13 Nama Kurva A B Standard Inverse 0,02 0,14 Very Inverse 1 13,2 Extremely Inverse 2 80 Long Inverse 1 120 Pengaman Pada Relay Arus Lebih Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengaman yang berbeda antara lain: Pengamanan hubung singkat fasa-fasa. Relay ini mendeteksi arus darifasafasa. Oleh karena itu disebut “Relay Fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besardari beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In =arus nominal peralatan terlemah). Pengamanan hubung fasa-tanah. Arus gangguan saru fasa ke tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karenagangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukuptinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yangtinggi, atau bahkan tidak ditanahkan. Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo daya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dariarus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral). 2.14 OCR dan GFR Relay arus lebih atau Over Current Relay (OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap gangguan fasa tanah digunakan relay Arus gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR 20 sama dengan OCR yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki 1 sensor arus (satu fasa). Waktu kerja relay OCR maupun GFR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya. Elemen tunda waktu pada rele ini pada 2, yaitu elemen low set dan elemen high set. Elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang relatif kecil, sedangkan elemen highset bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar. Relay OCR dan GFR dipasang sebagai alat proteksi motor, trafo, penghantar transmisi, dan penyulang. Disini penulis menulis tentang OCR dan GFR sebagai proteksi trafo dan penyulang. Relay harus di setting sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secepat mungkin dan meminimalkan bagian dari system yang harus padam. Hal ini diterapkan dengan cara mengatur waktu kerja relay agar bekerja lambat ketika terjadi arus gangguan kecil, dan bekerja semakin cepat apabila arus gangguan semakin besar, hal ini disebut karakteristik inverse. Sebagai alat proteksi maka penggunaa rele harus memenuhi persyaratan proteksi yaitu: cepat, selektif, serta handal. Prinsip kerja OCR yaitu ketika suatu trafo mengalami gangguan di feeder (penyulang), maka belum tentu trafo itu akan trip, ini disebakan karena OCR merupakan backup protection atau relay backup jadi bukan relai atau pengaman utama, tapi bisa juga trip jika arus gangguan itu terlampau besar lalu men-trip-kan PMT 20 Kv/tingkat xtrem sampai PMT 150 kV. Sedangkan OverLoad adalah beban yang berlebih maksudya suatu trafo memiliki kapasitas tersendiri atau kemampuan untuk memikul beban. Biasanya kasus Overload disertai dengan panasnya suhu trafo yang melebihi dari settingannya. Karena panas berlebih bisa mengurangi kekuatan isolasi(minyak) trafo, maka dibuatlah setingan nilai suhu, jika melebihi settingan tersebut maka ada level-levelnya, yaitu alarm1, alarm 2, yang paling fatal adalah TRIP. 2.15 Perhitungan Setelan Rele Arus Lebih Dan TMS 2.15.1 Setelan Arus Lebih Nilai Setelan Arus Rele Penyulang Keluar (Outgoing Feeder) Sebagai contoh dalam perhitungan ini dimisalkan arus beban penyulang adalah sebesar 280 A dan rasio arus adalah 300 I5-5 serta rele arus lebih yang digunakan adalah dengan karakteristik normal (standard) invers. Setelan arus lebih dapat dihitung sebagai berikut : 21 Iset (Primer) = 1,05 x Ibeban = 1,05 x 280 Amp = 294 Amp Nilai setelan ini adalah nilai primer, untuk memperoleh nilai setelan sekunder yang akan disetting pada rele arus lebih, maka harus dihitung dengan menggunakan data rasio trafo arus yang terpasang dipenyulang tersebut : Nilai Setelan Relai Penyulang Masuk (Incoming Feeder) Dari Trafo Untuk menentukan nilai setelan rele arus lebih disisi incoming feeder trafo tenaga, perlu dihitung terlebih dahulu arus nominal trafo tenaga tersebut. Sebagai berikut : Data Trafo : Kapasitas trafo = 60 MVA Tegangan trafo = 150/20 kV Impedansi trafo = 12% CT Ratio = 2000/5-5 (pada sisi Incoming Feeder) Maka arus nominal transformator tenaga pada sisi 20 kV : = 1732,1 Amp ISet (Sekunder) = 1,05×IBeban = 1,05×1732,1 Amp = 4,55 Amp 22 Nilai setelan diatas adalah nilai primer, untuk memperoleh nilai setelan sekunder yang dapt disetting pada rele arus lebih, maka harus dihitung dengan menggunakan dat rasio trafo arus yang terpasang di incoming 20KV tersebut. Yaitu sebagai berikut : 23 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Over Current Relay (OCR) Over current relay atau relai arus lebih bekerja ketika ada hubung singkat yang berdampak pada kenaikan arus, oleh karena itu disebut relai arus lebih. Relai arus lebih yang ada sekarang memiliki 2 kemampuan yaitu sebagai relai arus lebih (Over Current Relay, OCR) dan relai gangguan tanah (Ground Fault Relay, GFR). Relai arus lebih dapat dikoordinasikan dengan relai lain atau dengan GFR dengan memberikan tunda waktu yang sebenarnya merupakan inti dari setelan relai selain juga perhitungan setelan arus. 3.1.1 Standard Inverse Standard Inverse adalah jenis relai arus lebih yang sangat baik untuk dikoordinasikan karena selain memiliki tunda waktu yang statis dan juga memiliki setelan kurva arus dan waktu sehingga relai arus lebih jenis ini dapat memberikan tunda waktu tergantung dari arus yang terukur. Makin besar arus, maka semakin kecil waktu tundanya. Gambar 3.1 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik (Standard Inverse) Ketentuan rumus umum untuk standard inverse ; 24 Dengan : t = time setting relay tms = standar waktu setting relai K = konstanta standar inverse (0,14) α = konstanta standar inverse (0,02) 3.1.2 Prinsip Kerja OCR Prinsip kerja over current relay adalah berdasarkan adanya arus lebih yang dirasakan relai, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau overload (beban lebih) untuk kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai dengan karakteristik waktunya. Gambar 3.2 Rangkaian pengawatan OCR 3.1.3 Setting OCR Arus setting untuk relai OCR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder transformator tenaga adalah: Iset (prim) = 1,05 x Inom trafo Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada relay OCR, maka harus dihitung dengan menggunakan ratio trafo (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi sekunder transfomator tenaga. 25 3.2 Ground Fault Relay (GFR) Ground Fault Relay (GFR) pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama denga relai arus lebih (OCR) namun memiliki perbedaan dalam kegunaanya. GFR mendeteksi melalui binary input yang ada pada relai sehingga memerintahkan binary output agar memberikan perintah jika adanya hubungan singkat ke tanah. 3.2.1 Prinsip Kerja GFR Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan relai hubung tanah tidak di aliri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga relai hubung tanah akan bekerja. Gambar 3.3 Rangkaian pengawatan GFR 3.2.2 Setting GFR Arus setting untuk relai OCR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder transformator tenaga adalah: Iset (Prim) = 10% x Inominal trafo Untuk menghitung setting arus untuk sisi sekunder yaitu: 26 3.3 KARAKTERISTIK GARDU INDUK JABABEKA 3.3.1 Single Line Gardu Induk Jababeka Berikut adalah single line GI 20 kV Jababeka Gambar 3.4 Single line GI 20 kV Jababeka 3.4 Block Diagram Over Current Relay dan Ground Fault Relay Gambar 3.5 Blok diagram OCR dan GFR 27 3.5 HASIL ANALISIS 3.5.1 Arus Hubung Singkat Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam jaringan (sistem kelistrikan) ada 3, yaitu : Gangguan hubung singkat 3 fasa Gangguan hubung singkat 2 fasa Gangguan hubung singkat 1 fasa Perhitungan gangguan hubung singkat ini dihitung besarnya berdasarkan panjang penyulang, yaitu diasumsikan terjadi di 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang. 3.6 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Gambar 3.5 Kurva Arus Gangguan Hubung Singkat 28 Dari tabel diatas bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat dipengaruhi jarak titik gangguan, semakin jauh jarak titik gangguan maka semakin kecil arus gangguan hubung singkatnya dan sebaliknya. Selain itu dapat dilihat bahwa arus gangguan hubung singkat terbesar yaitu pada arus gangguan hubung singkat 3 fasa, apabila ditinjau dari gangguan terhadap fasa. 3.7 Hasil Perhitungan Pemeriksaan Waktu Kerja Relai 3.7.1 Pemeriksaan Waktu Kerja Relai 3 Fasa Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Waktu Kerja Relai 3 Fasa Gambar 3.6 Kurva Pemeriksaan Waktu Kerja Relai untuk Gangguan 3 Fasa 3.8 Pemeriksaan Waktu Kerja Relai 2 Fasa Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Waktu Kerja Relai 2 Fasa 29 Gambar 3.7 Kurva Pemeriksaan Waktu Kerja Relai untuk Gangguan 2 Fasa 3.8.1 Pemeriksaan Waktu Kerja Relai 3 Fasa Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Waktu Kerja Relai 1 Fasa Gambar 4.5 Kurva Pemeriksaan Waktu Kerja Relai untuk Gangguan 1 Fasa 3.9 Perbandingan Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Dengan Data di Lapangan Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Penyulang Rambutan 30 Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat Existing Penyulang Rambutan Dari tabel diatas terlihat adanya perbedaan antara hasil perhitungan dengan realisasi di lapangan hal ini dikarenakan adanya sistem perhitungan yang berbeda maka arus hubung singkat existing lebih kecil jika dibandingkan dengan arus hubung singkat hasil perhitungan, Hal ini disebabkan sistem perhitungan arus hubung singkat existing tidak memperhatikan hubungan trafo yang berada di GI dan hanya melihat belitannya saja. 3.10 Perbandingan Hasil Perhitungan Setting Time Relay Dengan Data di Lapangan Tabel 3.7 Perbandingan Hasil perhitungan Dengan Data Lapangan 31 Berdasarkan tabel 3.7 dapat di analisa bahwa hasil perhitungan dengan data yang ada di lapangan masih dalam kondisi yang sesuai dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan setting Overcurrent Relay dan Ground Fault Relay di sisi penyulang Rambutan, yang ada di lapangan sudah baik. Karena hasil dari perhitungan tersebut untuk di set kan ke relai Overcurrent Relay dan Ground Fault Relay maka harus disesuaikan dengan tap-tap yang ada pada relai yang bersangkutan. Sehingga hasilnya tidak akan persis sama dengan hasil perhitungan. Tetapi ada setting relay yang sudah tidak sesuai lagi, yaitu setting GFR disisi incoming, dimana t = 0,279 ,dengan kata lain jika terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, maka relai tersebut akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk bekerja. Jadi setting relai GFR sisi Incoming yang ada di lapangan harus di setting kembali untuk didapat nilai timing trip coil yang sesuai standartnya. 3.11Main Transfomer Main Transformer atau transformer utama adalah suatu peralatan yang sangat vital yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Pada trafo utama PT. Indonesia Power UP Saguling trafo mengubah tegangan dari 16,5 KV menjadi 500 KV yang nantinya akan di salurkan pada saluran transmisi dan selanjutnya tegangan diturunkan kembali untuk disalurkan ke saluran distribusi. PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki 2 buah Main Transformer (MTR), masing-masing 1 buah MTR digunakan untuk menopang 2 buah unit generator dan turbin. Pada laporan praktik kerja lapangan ini, penulis memfokuskan untuk membahas relay arus lebih pada MTR 2 pada PT. Indonesia Power UP Saguling. 32 Gambar Main Transformer 2 (MTR 2) PT. Indonesia Power UP Saguli Mengenai PLTA yang dikelola oleh UP Saguling Unit tertua dan termuda yaitu PLTA Plengan dengan kapasitas 6,87 MW yang terletak di daerah Bandung Selatan kirakira 33 km dari pusat kota Bandung. PLTA Plengan memanfaatkan energi air dari sungai Cipanunjang (yang mendapat suplesi dari sungai Cilaki), situ Cileunca (yang mendapat suplesi dari situ Cipanunjang, sungai Cilaki Beet dan Cibuniayu), sungai Cisangkuy dan Cisarua. PLTA Plengan pertama beroperasi pada tahun 1922 dengan daya terpasang 1,61 MW sebelumnya PLTA Plengan telah menambah pembangkit pada tahun 1950 dengan daya terpasang 2,02 MW. Namun untuk jumlah total daya terpasang yang paling besar yaitu PLTA Saguling dengan jumlah 4 pembangkiit dengan daya terpasang sebesar 175,18 memiliki total daya terpasang sebesar 700,72 MW. Peran teknis PLTA Saguling pada sistem Jawa-Bali, yaitu: 1. Pemikul beban puncak 2. Pengatur tegangan 3. Pengatur frekuensi 4. Pemasok awal daya listrik (bila terjadi black out) 33 3.12 Adapun spesifikasi Main Transformer 2 (MTR 2) pada PT. Indonesia Power UP Saguling adalah sebagai berikut: Type: SFFP-412200/500 Rated power: 412.2/206.1-206.1 MVA Rated voltage: 525/16.5-16.5 kV Vector group: YNd1d1 Frequency: 50 Hz No. of phase: 3 Type of cooling ODAF Sound pressure level: 80 dB(A) Insulation level: LI/LIC/SI/AC 1U 1V 1W 1550/1705/1300/680 kV N 95/105/-/38 kV 2U 2V 2W 3U 3V 3W 95/105/-/38 kV Temperature rise: Top oil 60 K Avg. winding 65 K Standard: IEC 60076 Installation site: Outdor, below 1000m Insulation oil: Manufacturer: NYNAS, Sweden Type: Libra 34 De-energized Tap Changer: Manufacturer MR Germany Type 3Xdui822-72.5 Tabel Spesifikasi MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling Gambar Spesifikasi MTR 2 PT. IP UP Saguling 3.12 Sistem Proteksi Main Transformator Pada PT. Indonesia Power UP Saguling Sistem proteksi pada PT. Indonesia Power UP Saguling merupakan kumpulan relay untuk mendeteksi adanya short circuit dan ground fault pada trafo utama. Kedua macam relay tersebut mempunyai skema, satu untuk trafo utama saja (T87A + T87FA), dan yang lainnya untuk trafo utama plus EHV branch bus (T87B + T87FB). Berikut ini adalah diagram dari dua skema protektif proteksi pada PT. Indonesia Power UP Saguling adalah sebagai berikut: Setting Range: LT ls = 0.4 x ln LT ls = 0.05 x ln Lokasi : Protection Panel Control Room 35 Gambar Skema Relay PT. Indonesia Power UP Saguling Proteksi Utama pada PT. Indonesia Power UP Saguling Device Number Type Specification T87A MTP-A131 50Hz, TAP 0.58~1.74A, DC110V T87B MTP-A141 50Hz, TAP 0.58~1.74A, DC 110V Device Number Type Specification T51-1 SOC3AA-R3S 50Hz, L-TAP 0.8~2.4A, H-TAP 4~16A, 0.5~ sec, DC12V T51-2 SOC3AA-R3S Ditto T51-N SOC1DA-R6S 50Hz, L-TAP 0.4~1.2A, H-TAP 2~8A sec, DC12V Back-up Proteksi pada PT. Indonesia Power UP Saguling Tabel Proteksi utama dan back-up proteksi pada PT. IP UP Saguling 36 3.13.1. Relay Arus Lebih Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay ini akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I sett). Relay ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian membandingkan dengan nilai setting, apabila nilai arus setting terbaca oleh relay melebihi nilai setting, maka relay akan mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang diterapkan pada setting. Relay arus lebih OCR (Over Current Relay) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap gangguan fasa tanah digunakan relay arus lebih gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki 1 sensor arus (satu fasa). Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Gambar Sambungan (Wiring) 2 OCR dan 1 GFR 3.14 Prinsip Kerja Relay Arus Lebih Pada MTR 2 PLTA Saguling Prinsip kerja relay arus lebih adalah berdasarkan pengukuran arus, yaitu relay akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. OCR dirancang sebagai pengaman cadangan trafo jika terjadi gangguan hubung singkat baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan eksternal (external fault). Oleh karena itu, setting arus OCR (T51-1 dan T51-2) pada MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling harus lebih besar dari kemampuan arus nominal trafo yang diamankan (110 – 120%) dari nominal, sehingga tidak bekerja pada saat trafo dibebani nominal, akan tetapi harus dipastikan bahwa setting arus relay masih tetap bekerja pada arus hubung singkat fasa-fasa minimum. 37 Prinsip kerja GFR (T51-N) pada MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling sama dengan OCR yaitu berdasarkan penguluran arus, dimana relay akan berkerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. GFR dirancang sebagai pengaman cadangan trafo jika terjadi gangguan hubung singkat fasa terhadap tanah, baik dalam trafo (internal fault) maupun gangguan eksternal (external fault). Setting arus GFR lebih kecil dari pada OCR, karena nilai arus hubung singkatnya pun lebih kecil dari pada arus hubung singkat fasa-fasa. Pada gangguan satu phasa ke tanah, misal phasa A mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada phasa A dan drop tegangan di phasa A (menjadi nol) sedangkan arus pada phasa yang lain menjadi nol yang diikuti dengan kenaikan tegangan phasa yang lain (phasa B dan phasa C tidak sama dengan nol sedangkan arus phasa B sama besarnya dengan phasa C yaitu nol ampere). Relay arus lebih (OCR dan GFR) pada PT. Indonesia Power UP Saguling merupakan relay 3 phasa dengan karakteristik definite relay yaitu jika relay dialiri arus lebih relay belum tentu akan trip. Jika arus yang berlebih masuk hanya dalam waktu yang singkat atau dibawah nilai arus setting maka relay tidak akan trip atau gangguan dapat dibiarkan. Tetapi jika relay dialiri oleh arus lebih melebihi waktu settingnya, maka relay akan trip dengan otomatis dan akan memberikan perintah kepada PMT untuk memutus jaringan. Jika sudah terputus maka langkah selanjutnya ialah mencari tahu penyebab sekaligus memperbaiki gangguan arus lebih pada trafo yang dapat menyebabkan relay trip. Biasanya pemeriksaan dan perbaikan ini dilakukan oleh bagian pemeliharaan listrik UP Saguling. Jika dirasa gangguan sudah dapat dihilangkan maka langkah selanjutnya ialah memberitahu bagian operator agar mereset relay sehingga relay dapat beroprasi secara normal kembali. Relay arus lebih pada PT. Indonesia Power UP Saguling merupakan back-up protection, dimana untuk main protectionnya adalah diferrential relay. Untuk tujuan keandalan dan keamanan terhadap mal-operasi, relay arus lebih (OCR dan GFR) PT. Indonesia Power UP Saguling dilengkapi dengan 2 sirkuit independent circuit sebagai sirkuit utama dan sebagai stopper masing-masing sirkuit dilengkapi dengan pengukuran terpisah. 38 Gambar Relay Arus Lebih T51-2 PT. Indonesia Power UP Saguling Adapun spesifikasi Relay OCR T51-1 dan T51-2 pada Main Transformer 2 (MTR2) di PLTA Saguling adalah sebagai berikut: Type : Mitsubishi / SOC 3AA – R3S Rating : 50 Hz,1A,48/12 VDC Setting Range: L = 1 H=4 LT = 5sec HT = 0.5 sec Lokasi : Protection Panel Room Adapun spesifikasi Relay GFR T-51 N pada Main Transformator 2 (MTR 2) di PLTA Saguling adalah sebagai berikut: Type : Mitsubishi / SOC 3AA – R3S Rating : 50Hz,5A,48/125 VDC 39 BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay iniakan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I sett). elay arus lebih OCR (Over Current Relay) memproteksi instalasi listrikterhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadapgangguan fasa tanah digunakan relay arus lebih gangguan tanah atau GroundFault Relay (GFR). Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat dipengaruhi oleh jarak titik gangguan. Ketika titik jarangan gangguan semakin jauh, maka arus gangguan hubung singkatnya semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Waktu kerja relai pada penyulang lebih cepat jika dibandingkan dengan waktu kerja pada sisi incoming dengan selisih waktu rata-rata sebesar 0,4 detik untuk sisi gangguan satu fasa. Namun untuk sisi gangguan tiga fasa dan dua fasa, waktu kerja relai memiliki selisih waktu 0,4 detik dan berangsur meningkat dengan rata-rata kenaikan 0,1 detik ketika panjang kabel semakin jauh (ditinjau pada jarak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%). Hasil perhitungan dengan data existing di lapangan masih dalam kondisi yang sesuai dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan setting pada Overcurrent Relay (OCR) – Ground Fault Relay (GFR) yang ada di lapangan dalam kondisi baik. 4.2 USUL DAN SARAN Bagi mahasiswa ataupun para peminat agar pada saat melakukan penyettingan relay harus betul-betul memahami bagaimana cara perhitungan dan koordinasi relay dan system proteksi lainnya, sehingga tidak terjadi kegagalan operasi pada relay tersebut. Karena akan sangat fatal jika relay mengalami kegagalan operasi. 40 DARTAR PUSTAKA [1] IEEE Std.242-2001, Recommended Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power Systems.RIT Libraries [2] Afandi, Irfan. 2009. Analisa Setting relai Arus Lebih Dan Relai gangguan Tanah Pada Penyulang Sadewa Di GI Cawang. Depok :Universitas Indonesia [3] Budi Utomo, Heri. Ir. 2004. Modul Perkuliahan : Proteksi Penyulang Tegangan Menengah. Bandung : Politeknik Negeri Bandung [4] Gonen, Turan. 1986. Electrical Power Distribution System Engineering. New York : McGraw-Hill Book Company [5] T. S. Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan : Er 41