LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. P USIA 25 TAHUN P1A0 POSTPARTUM SPONTAN DI RSUD WATES Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas, Menyusui, dan Neonatus ANIS FADHYLAH NIM. P07124519038 Pembimbing Akademik: Ana Kurniati, M.Keb PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA TAHUN 2019 HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.P USIA 25 TAHUN P1A0 POSTPARTUM SPONTAN DI RSUD WATES Disusun Oleh : ANIS FADHYLAH NIM. P07124519038 Telah di seminarkan di depan pembimbing pada tanggal : .................................. Yogyakarta, November 2019 Mahasiswa Anis Fadhylah Mengesahkan, Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Ana Kurniati, S.SiT., M.Keb Sri Mujiastuti, SST Mengetahui, Kaprodi Hesty Widyasih, SST., M.Keb NIP. 19790072005012004 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan ini. Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakartayang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik, 2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakartayang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik, 3. Hesty Widyasih, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik. 4. Ana Kurniati, SsiT.,M.Keb selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan saran serta masukan kepada penulis. 5. Sri Mujiastuti, SST selaku pembimbing klinik yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis 6. Seluruh bidan di RSUD Wates yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis 7. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan baik material dan moral dalam penulisan laporan ini, 8. Sahabat yang telah memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu sangat diharapkan masukan dari pembaca baik berupa kritik maupun saran. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Yogyakarta, November 2019 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan penggunaan KB yang bertujuan untuk memberikan pelayanan berkualitas untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan anak. Peran bidan dalam asuhan komprehensif adalah mendampingi wanita selama masa siklus hidup dimulai dari memberikan pelayanan antenatal care yang berkualitas untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu hamil, memberikan pelayanan asuhan persalinan normal yang aman yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kematian ibu, memberikan perawatan BBL untuk mencegah terjadinya kematian bayi maupun komplikasi yang terjadi pada bayi, memberikan asuhan masa nifas untuk mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan, memberikan konseling tentang keluarga berencana dan pelayanan untuk penggunaan alat kontrasepsi untuk meningkatkan keluarga yang sejahtera.1 Masa nifas merupakan rentang waktu yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian sebab pada masa tersebut ibu akan mengalami berbagai perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Masa ini berlangsung sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 42 hari (6 minggu). Selama periode tersebut ibu nifas harus mendapatkan pemantauan penuh sampai dengan 42 hari supaya tidak terjadi komplikasikomplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada ibu. Untuk menangani hal-hal diatas, maka diperlukan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu nifas. Dengan melakukan kunjungan sebanyak 4 kali yaitu pada 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan selama masa nifas. Dalam setiap kunjungan Bidan akan melakukan pemeriksaan keadaan ibu dan bayi serta memberikan pengetahuan sesuai kebutuhan selama masa nifas untuk menangani masalah yang terjadi. Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama.2. Kematian ibu atau maternal death menurut batasan dari Tenth Revision of The International Classification of Disease (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. AKI dapat menjadi tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian ibu (AKI) mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus sebesar 14.623 kasus. Penyebab terbanyak kematian Ibu disebabkan oleh Pre Eklamsia dan perdarahan. (Kemenkes RI, 2017). Angka kematian ibu (AKI) termasuk di dalam target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) nomor lima. MDGs menargetkan bahwa setiap negara yang telah menyepakati MDGs harus berhasil mengurangi ¾ resiko jumlah kematian ibu. Oleh karena itu, Indonesia harus berhasil menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta 2018 menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat signifikan hingga menjadi sebesar 29 kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus dan kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017, namun naik lagi di tahun 2018 menjadi 36. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul (14 kasus) dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3 kasus). Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah karena perdarahan (11), hipertensi dalam kehamilan (6), TBC (4), jantung (4), kanker (3), hipertiroid(2), sepsis, asma, syok, emboli, aspirasi, dan gagal ginjal masing-masing 1 kasus.3 Dari data profil kesehatan tersebut didapatkan penyebab kematian ibu di Indonesia dikarenakan oleh pendarahan pervaginam. Semua itu dapat terjadi, jika ibu postpartum tidak mengetahui tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang masalah informasi yang diperoleh ibu nifas kurang. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, persentase wanita yang memperoleh perawatan masa nifas dalam kurun waktu 2 hari pertama setelah persalinan meningkat dari 80 persen pada SDKI 2012 menjadi 87 persen pada SDKI 2017.4 Berdasarkan Profil Kesehatan Kulonprogo tahun 2019 menunjukkan cakupan pelayanan ibu nifas pada Tahun 2018 sebesar 97,4% dan selama 5 tahun terakhir selalu melebihi target nasional (90%).5 Data ibu nifas di RSUD Wates pada bulan November 2019 sebanyak 126 kasus. Sehingga, penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. P Usia 25 Tahun P1a0 Postpartum Spontan Di Rsud Wates” B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.. d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan kebidanan yang berfokus pada asuhan kebidanan pada ibu nifas. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan yang akan diberikan pada ibu nifas. b. Bagi Bidan RSUD Wates Laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan bagi bidan pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas. c. Bagi WUS Laporan komprehensif ini diharapkan pasien atau keluarga dapat melakukan perawatan masa nifas sendiri dirumah untuk mencegah infeksi dan komplikasi selama nifas BAB II TINJAUAN KASUS DAN TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN KASUS Pasien baru pindahan dari Ruang Bersalin (RB) masuk ke Ruang Kenanga pada tanggal 23/11/2019 Jam 06.00 WIB. Pasien Ny. P usia 25 tahun P1A0 Postpartum spontan Hari ke 0. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23/11/2019 pukul 10.00 WIB. Pengkajian dimulai dengan mengkaji data subjektif pasien. Pasien mengatakan nyeri jahitan jalan lahir sejak persalinan tanggal 23/11/2019 pukul 04.05 WIB. Pasien menikah pertama usia 21 tahun, ini adalah pernikahan yang pertama dan lamanya kurang lebih 1 tahun. Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 12 tahun, dengan siklus haid 28 hari sekali dan jarang mengalami dysminore selama haid. HPHT 18/2/2019 dan HPL 25/11/2019. Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik dan menurun,begitu pula dengan keluarganya. Ini merupakan kehamilan pertama dan sebelum kehamilan ini pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun. Pasien bersalin di RSUD Wates pada usia kehamilan 40 minggu dengan jenis persalinan spontan. Lamanya persalinan kala I selama 4 jam, kala II 20 menit dan dilakukan episiotomi atas indikasi perineum kaku, dan kala III selama 10 menit dan plasenta lahir spontan lengkap. Setelah plasenta lahir, dilakukan pengecekan ada atau tidaknya laserasi perineum dan terdapat laserasi derajat dua yaitu pada selaput vagina hingga otot perineum. Bayi lahir pada tanggal 21/11/2019 jam 04.05 dengan masa gestasi 40 minggu. Berat badan lahir bayi 2810 gram dengan panjang badan 47,5 cm. Nilai APGAR bayi pada 1 menit pertama 7, pada 5 menit kemudian 9 dan 10 menit kemudian bernilai 10. Pasien dan bayinya dilakukan rawat gabung, karena tidak ada komplikasi setelah persalinan. Pola kebiasaan pasien setelah melahirkan meliputi nutrisi, istirahat, personal hygiene, eliminasi dan aktivitas. Pasien mengatakan sudah makan pagi pukul 08.30 WIB dengan nasi sayur dan lauk. Minum air putih kurang lebih 4 gelas sejak pagi. Pasien mengatakan setelah persalinan rasanya lelah dan ikut tidur setelah bayi menyusu. Pasien sudah mandi pagi dan sudah BAK 2x sejak pagi. Namun, ibu belum BAB sejak setelah bersalin. Saat ini pasien sudah bisa miring kanan-kiri, duduk dan berjalan ke kamar mandi secara perlahan. Pasien mengatakan kehamilan ini sangat dinantikan oleh keluarga dan sangat bersyukur ketika bayinya lahir. Pasien mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan masa nifas. Namun, pasien memiliki keluarga yang sudah mempersiapkan segala kebutuhan ibu selama masa nifas. Setelah dilakukan pengkajian subjektif, selanjutnya dilakukan pengkajian objektif. Pengkajian dimulai dengan pemeriksaan umum, hasilnya keadaan umum pasien baik dan kesadaran composmentis. Selanjutnya pemeriksaan antropometri tinggi badan (TB) 157 cm, berat badan sebelum melahirkan 64 kg dan berat badan sekarang 61 kg. IMT sebesar 25,1 kg/m2, LILA 28 cm diukur saat hamil. Pemeriksaan tandatanda vital, dimulai dengan tekan darah didapatkan 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 22x/menit dan suhu 367C. Pengkajian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik head to toe. Bagian kepala dan wajah dalam batas normal, pada mata konjungtiva merah muda dan sklera putih. Perabaan leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar dan vena jugularis. Payudara simetris, puting menonjol, aerola hiperpigmentasi, ASI sudah keluar dan tidak teraba bendungan ASI. Pada bagian abdomen tidak terdapat bekas operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik dan teraba keras. Pada pemeriksaan genitalia jahitan perineum masih basah, pengeluaran darah dalam batas normal, lochea rubra. Pemeriksaan ekstremitas tidak ada nyeri tekan pada betis. Kemudian, hasil dari pengkajian subjektif dan objektif dianalisa dan didapatkan diagnosa Ny. P usia 25 tahun P1A0 postpartum spontan hari ke 0. Masalah yang didapatkan dari pengkajian adalah keluhan pasien nyeri jahitan perineum dan pengetahuan masa nifas. Kebutuhan yang diperlukan adalah pemberian Konseling Informasi Edukasi (KIE) tentang keluhan yang dirasakan dan pengetahuan masa nifas. Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi memberitahu pasien tentang kondisinya, KIE rasa nyeri jahitan, KIE kebutuhan dasar masa nifas, KIE laktasi, KIE tanda bahaya masa nifas dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi oral yaitu vitamin A 200.000 IU 1x24 jam, asam mefenamat 3x500g/8 jam, tablet tambah darah 2x200g/12 jam, cefadroxile 2x500g/12 jam. Setelah pengkajian pertama dilakukan pengkajian kedua yaitu pada tanggal 25/11/2019 pada pukul 16.30 WIB. Pasien mengatakan nyeri jahitannya sudah berkurang. Keadaan umum pasien baik dan kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital pasien, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 89x/menit, suhu 367C, respirasi 20x/menit. Pada pemeriksaan fisik, bagian payudara tidak ada bendungan ASI, abdomen Tfu 2 jr dibawah pusat dengan kontaksi baik, jahitan perineum masih basah dengan pengeluaran darah lochea rubra dalam batas normal dan tidak ada nyeri tekan pada betis. Kemudian, didapatkan analisa Ny P usia 25 tahun P1A0 postpartum spontan hari ke 1. Penatalaksanaan yang dilakukan memberitahu pasien kondisinya, menganjurkan melakukan aktivitas rumah tangga secara bertahap, istirahat mengikuti pola tidur bayi, KIE persiapan pulang dan kolaborasi dokter rencana pulang ibu. B. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Puerperium/Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.6 Masa nifas atau puerperium adalah masa pemulihan kembali, dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 42 hari dimana pada masa itu terjadi pemulihan keadaan alat kandungan seperti pada saat sebelum terjadi kehamilan.2 Masa nifas adalah suatu periode dalam berminggu-minggu pertama setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut hanya sedikit menganggu ibu, walaupun komplikasi serius dapat terjadi.7 Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.8 2. Tahapan Masa Nifas a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu. b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB. d. Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.9 3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Dalam kebijakan program nasional masa nifas adalah melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi. Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain.10 a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia; jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat. b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari. c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan berdasarkan perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang diharapkan dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus harus diberikan pada seberapa baik wanita mengatasi perubahan ini dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini juga adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan memilih memulai hubungan seksual segera setelah lokhia ibu menghilang. d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan konseling untuk keluarga berencana secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tnda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi wanita untuk kembali ke kondisi pada saat tidak hamil. Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ini sering kali terdiri dari pemeriksaan riwayat lengkap, fisik, dan panggul. Selain itu, kunjungan meliputi penapisan adanya kontraindikasi terhadap setiap metode keluarga berencana. 4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:11 a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. h. Memberikan asuhan secara professional. 5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Dalam masa nifas ibu mengalami beberapa perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu: a. Tanda-Tanda Vital (TTV) Satu hari (24 jam) pada post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 38 °C) akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun berarti menandakan kemungkinan mengarah pada infeksi atau keadaan abnormal lainnya. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak berubah.Tekanan darah yang rendah kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan denyut nadi.12 b. Perubahan sistem reproduksi Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Dalam masa itu, tubuh ibu kembali ke ukuran sebelum melahirkan. Untuk menilai keadaan ibu, perlu dipahami perubahan yang normal terjadi pada masa nifas ini. 1.) Involusi Rahim Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari bawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari, uterus akan mengecil dengan cepat, pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu ukurannya kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada ibu yang telah mempunyai anak biasanya uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai anak. Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, karena sitoplasma nya yang berlebihan dibuang, involusi disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing, sehingga kadar nitrogen dalam air kencing sangat tinggi.6 Tabel 1. Proses Involusi Uterus Involosi Tinggi Fundus Uteri Bayi lahir Setinggi Pusat Plasenta lahir Dua jari bawah pusat Satu minggu Pertengahan pst-sym Dua minggu Tak teraba diatas sym Enam minggu Bertambah kecil Delapan minggu Sebesar normal Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 Ram 2.) Perubahan pembuluh darah Rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluhpembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. 3.) Perubahan pada serviks dan vagina Beberapa hari setelah persalinan,ostium extemum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan persalinan, Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian dari canalis cervikalis. 4.) Perubahan pada cairan vagina (lochia) Dari cavum uteri keluar cairan secret disebut Lochia. Jenis Lochia yakni: a.) Lochia Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir Rahim 6 dalam keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan. b.) Lochia Sanguinolenta : Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan. c.) Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d.) Lochia Alba : Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu. e.) Lochia Purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f.) Lochiotosis : Lochia tidak lancer keluarnya. Perubahan pada vagina dan perineum disebabkan hormon estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.13 c. Perubahan sistem pencernaan Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua samapai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Kebiasaan BAB teratur perlu diterapkan kembali setelah tonus otot kembali normal, perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.12 d. Sistem perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 dilalui, dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.6 e. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma Pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.1 f. Perubahan Sistem Hematologi Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum. g. Perubahan Sistem Endokrin Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum. h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia.1 6. Perubahan Psikologis Masa Nifas Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:6 a. Fase taking in Fase ini disebut juga periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. b. Fase taking hold Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang marah. c. Fase letting go Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. 7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Nutrisi dan cairan Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-800 kal/ hari. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul vitamin A (200.000 IU ) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.13 b. Ambulasi dini Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24–48 jam postpartum, tentunya ibu postpartum tidak dengan penyulit seperti anemia, penyakit jantung, demam, penyakit paruparu, dan sebagainya. Pada persalinan normal ibu dapat melakukan mobilisasi 2 jam postpartum . Pada persalinan dengan anestesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur setemgah duduk, turun dari tempat tidur setelah 24 jam. Adapun beberapa keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut: 1.) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. 2.) Faal usus dan kandung kemih lebih baik. 3.) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit 4.) Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, dan lain-lain.10,14 c. Istirahat 1.) Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar masa nifas yaitu dengan menganjurnya ibu untuk:6 2.) Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah 3.) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur 4.) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan 5.) Menyediakan watu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam, dan malam 7-8 jam. d. Eliminasi Kebutuh eliminasi selama masa nifas sebagai berikut:13 1.) Miksi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3 – 4 jam. Ibu diusahakan dapat BAK sendiri, apabila tidak lakukan tindakan seperti merangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien dan mengompres air hangat diatas simpisis. Jika tidak berhasil dengan cara tersebut maka lakukan katerisasi, namun katerisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum karena prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi. Dower kateter diganti setelah 48 jam. 2.) Defekasi Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga BAB maka diberikan larutan supositoria dan minum air hangat. Lakukan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat dan olah raga agar BAB dapat kembali teratur. 3.) Personal Hygiene Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ibu nifas dalam personal hygiene adalah sebagai berikut:13 e. Perawatan Perineum Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas dan merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihakan atau dicuci. Ibu post partum harus mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Untuk cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu harus memahami tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, saranakan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. f. Perawatan payudara Bagi ibu postpartum, melakukan perawatan payudara itu penting yaitu dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama pada bagian putting susu dengan menggunakan bra yang menyongkong payudara. Oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu sebelum dan setelah menyusukan. Apabila payudara terasa nyeri dapat diberikan parasetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam. 8. Komplikasi Masa Nifas a. Infeksi Nifas Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat baik untuk berkembangnya bakteri. Pada saat persalinan, bagian serviks, vulva, vagina, dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini merupakan tempat masuknya kuman patogen.10 Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu 38˚C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab-sebab ekstragenital. 1.) Beberapa faktor predisposisi infeksi masa nifas: a.) Kurang gizi atau malnutrisi b.) Anemia c.) Hygiene d.) Kelelahan e.) Proses persalinan bermasalah : (1) Partus lama/macet (2) Korioamnionitis (3) Persalinan traumatic (4) Kurang baiknya proses pencegahan infeksi (5) Manipulasi yang berlebihan (6) Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas. 2.) Patogen penyebab infeksi nifas, antara lain : a.) Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat). b.) Staphylococcus aureus. c.) Escherichia coli d.) Clotridium Welchii 3.) Cara terjadinya infeksi a.) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. b.) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker. c.) Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya). d.) Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya kecuali ketuban sudah pecah. 4.) Penanganan umum a.) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas. b.) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas. c.) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan. d.) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. e.) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. f.) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. g.) Berikan hidrasi oral/IV secukupnya. b. Perdarahan Perdarahan pervaginam atau perdarahan post partum atau post partum hemorargi adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.6 BAB III PEMBAHASAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan tanggal 25/11/2019 pukul 11.00 WIB. Pengkajian dimulai dengan pengkajian data subjektif yang mana didapatkan dari pernyataan pasien dan kemudian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik langsung. Pasien mengatakan nyeri jahitan perineum sejak setelah persalinan tanggal 25/11/2019 pukul 06.05 WIB. Keluhan yang disampaikan berupa kondisi yang dirasakan tidak nyaman, rasa sakit yang dialami oleh ibu saat ini, bahkan adanya kelainan serta keluhan baik secara fisik maupun psikologis, seperti kecemasan dan rasa takut. Ini merupakan pernikahan pertama dan lamanya sudah tahun. Hal ini dapat dijadikan gambaran tetang keadaan rumah tangga pasien. Riwayat menstruasi pasien menarche usia 12 tahun, siklus haid 28 hari sekali, dan jarang dysminore. HPHT 18/2/2019 dan HPL 25/11/2019. Riwayat menstruasi dapat dijadikan gambaran tentang keadaan dasar reproduksi pasien. HPHT dan HPL untuk memastikan usia gestasi saat persalinan apakah bayi cukup bulan atau kurang bukan. Pasien mengatakan dirinya dan keluarga tidak sedang atau pernah menderita penyakit sistemik dan menurun seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung,dan asma. Riwayat kesehatan diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini atau yang pernah diderita sebelumnya yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun, hal ini berhubungan dengan perilaku ibu pada masa nifas terhadap bayinya apakah kehamilan yang direncanakan atau tidak direncanakan. Ini merupakan kehamilan yang pertama, persalinan dilakukan di RSUD Wates tanggal 25/11/2019 pukul 06.05 dengan usia gestasi 40 minggu. Usia gestasi digunakan untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau kurang bulan. Lamanya waktu persalinan dari kala I-IV digunakan untuk memastikan apakah persalinan berjalan dengan normal atau tidak.2 Bayi lahir spontan dengan berat badan lahir 2810 gram dan panjang badan 47,5 cm. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 25004000 gram.8 Pola kebiasaan pasien setelah melahirkan dibutuhkan sebagai gambaran perkembangan pasien selama masa nifas. Seperti kebutuhan nutrisi diperlukan untuk memastikan bahwa pasien memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya dalam asupan yang cukup. Pola istirahat diperlukan untuk mengetahui kecukupan kebutuhan istirahat ibu selama nifas. Istirahat yang kurang akan mempengaruhi produksi ASI dan proses pemulihan masa nifas ke keadaan semula. Pola aktivitas seperti ambulasi dini untuk membantu proses penyembuhan masa nifas, pola eliminasi untuk mengetahui ada tidaknya gangguan sistem pencernaan setelah persalinan. Normal BAK spontan setiap 3 – 4 jam. Sedangkan untuk BAB biasanya 2 – 3 hari post partum.13 Setelah pengakajian data subjektif, kemudian dilanjutkan data objektif. Pemeriksaan yang dilakukan pertama adalah keadaan umum dan kesadaran pasien. Hal ini berhubungan dengan asuhan yang diberikan pada masa nifas, ibu dengan kesadaran yang tidak composmentis menunjukkan ada masalah yang harus ditangani.2 Selanjutnya pemeriksaan antropometri diperoleh tinggi badan pasien 158 cm dan berat badan 65 kg. Setelah dihitung hasil IMT sebesar 25,1 kg/m2. LILA pasien 29 cm, yang mana termasuk kategori non KEK. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Tekanan darah diperoleh sebesar 120/80 mmHg, batas normal tekanan darah antara 90/60 mmHg sampai 130/90 mmHg.15 Nadi 80x/menit, respirasi 22x/menit dan suhu 367C. Peningkatan suhu badan mencapai 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Suhu pada suhu 24 jam pertama setelah melahirkan 36,5-37,5 ºC, pada hari kedua atau ketiga dapat terjadi kenaikan suhu, namun tidak lebih dari 24 jam. Pada hari kedua atau ketiga dapat terjadi kenaikan suhu, karena adanya pembentukan ASI, namun tidak lebih dari 24 jam. Jika setelah 3 hari bila suhu tidak turun ada kemungkinan infeksi pada endometrium.16 Selanjutnya pemeriksaan fisik head to toe untuk mengetahui masalah kesehatan secara fisik pada pasien. Pada bagian kepala dan wajah tidak ditemukan adanya masalah. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar dan vena, abdomen teraba tfu 2 jr di bawah pusat dan kontraksi uterus baik. Pada genetalia tampak jahitan masih basah, dengan pengeluaran lochea rubra dan perdarahan dalam batas normal. Pada ektremitas, tidak ada nyeri tekan pada betis. B. Analisis Analisis diperoleh dari pengkajian subjektif dan objektif. Diagnosa kebidanan kasus ini adalah Ny. P usia 25 tahun P1A0 postpartum hari ke 0. P1A0 diperoleh dari data subjektif riwayat obstetri, postpartum hari ke 0 diperoleh dari data subjektif ibu bersalin pada tanggal 25/11/2019 pukul 06.05 dan pengkajian dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Masalah kebidanan diperoleh dari data subjektif keluhan dan riwayat psikososial yaitu nyeri jahitan perineum dan pengetahuan masa nifas. Kebutuhan pasien sesuai dengan masalah yang muncul dari data subjektif dan objektif. C. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi KIE kebutuhan dasar masa nifas, KIE laktasi, KIE tanda bahaya masa nifas dan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi obat pasien. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. P berjalan sesuai teori. Dari penatalaksanaan kasus ini kami dapat: 1. Asuhan kebidanan pada Ny. P dilakukan berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan bidan. 2. Asuhan kebidanan pada Ny P dapat diidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan yaitu postpartum hari ke 0. 3. Asuhan kebidanan pada Ny. P dapat menentukan diagnosa potensial yaitu tidak ada diagnosa potensial dari kasus ini. 4. Asuhan kebidanan Ny. P dapat menentukan kebutuhan segera yaitu dengan memberikan KIE nyeri jahitan perineum dan pengetahuan tentang nifas. 5. Asuhan kebidanan Ny. P dengan merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada ibu postpartum yaitu KIE kebutuhan dasar nifas, KIE laktasi, kolaborasi dengan dokter terapi obat. 6. Asuhan kebidanan Ny. P dengan melaksanakan tindakan untuk memberikan asuhan berupa vKIE kebutuhan dasar nifas, KIE laktasi, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat yaitu vitamin A 200.000 IU 1X24 jam, cefadroxil 2x500mg/12jam, tablet tambah darah 2x200 mgr/12jam dan asam mefenamat 3x500 mg/8jam. 7. Asuhan kebidanan Ny.P dengan melakukan evaluasi tindakan yang sudah diberikan. 8. Asuhan kebidanan Ny. P dengan melakukan pendokumentasian. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat belajar dan melatih keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas. 2. Bagi Bidan di RSUD Wates Diharapkan bidan dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas, baik nifas normal ataupun dengan komplikasi. 3. Bagi WUS Diharapkan pasien dapat menerapkan pengetahuannya tentang masa nifas untuk melakukan perawatan dirumah yang bertujuan mencegah komplikasi masa nifas. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. DAFTAR PUSTAKA Mansyur, N. 2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yogyakarta, D. I. Profil kesehatan d.i. yogyakarta tahun 2018. (2018). Kesehatan, D. 2017 Survei Demografi dan. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2019 i. (2019). Suherni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Nifas. Yogyakarta : Fitramaya. Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23. Jakarta: EGC. Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Elly Dwi Wahyuni,SST, M. K. Asuhan Kebidana Nifas dan Menyusui. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Saleha S. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta; 2014. Anggraeni, Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihanna,Yogyakarta. Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha Medika. Amritsar, S. International Journal of Health Sciences and Research. 7, 165– 171 (2017). Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarata : EGC. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. P USIA 25 TAHUN P1A0 POSTPARTUM SPONTAN DI RSUD WATES Tanggal : 25/11/2019 Tempat : Ruang Kenanga Oleh : Mahasiswa A. DATA SUBJEKTIF 1. Biodata Istri Suami Nama : Ny. P Nama : Tn. S Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun Pendidiksan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Agama : Islam Agama : Islam Alamat : Jl. Mangdung Wates, Kulonprogo 2. Keluhan Ibu mengatakan nyeri jahitan pada jalan lahir sejak persalinan tanggal 25/11/2019 pukul 06.05 WIB 3. Riwayat Perkawinan Usia menikah pertama 21 tahun, lama menikah ±1 tahun, pernikahan pertama. 4. Riwayat Haid Menarche usia 12 Tahun, siklus haid 28 hari sekali, lamanya haid 5-7 hari, ganti pembalut 3-4x sehari dan jarang mengalami dysminore. HPHT 18/2/2019 HPL 25/11/2019. 5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit diabetes melittus, hipertensi, jantung, TBC dan hepatitis. 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan keluarga dari ibu maupun suami tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit diabetes, hipertensi, jantung, TBC dan hepatitis. 7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama. 8. Riwayat Kontrasepsi Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. 9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir Usia Kehamilan : 40 minggu Tempat persalinan : RSUD Wates Jenis persalinan : spontan Komplikasi : tidak ada Plasenta : lengkap, lahir spontan. Perineum : episiotomi, ruptur derajat 2 dijahit dengan anesthesi. Perdarahan : kala III 250 cc, kala IV ± 100 cc Tindakan lain : tidak ada Lama persalinan : kala I 4 jam, kala II 20 menit, kala III 10 menit, Kala IV 2 jam postpartum. 10. Keadaan Bayi Baru Lahir Lahir tanggal : 2511/2019 jam 06.05 Masa gestasi : 40 minggu BB/PB lahir : 2910 gram/47,5 cm Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/10 menit/2 jam : 7/9/10 Cacat bawaan : Tidak ada cacat bawaan Rawat Gabung : ya dilakukan rawat gabung. 11. Pola Kebiasaan Setelah Melahirkan a. Nutrisi : Ibu sudah makan pagi jam 08.30 WIB, menu nasi sayur dan lauk. Minum air putih ± 4 gelas. b. Istirahat : Ibu mengatakan ikut tidur saat bayi tidur setelah menyusu. c. Personal Hygiene : Ibu mengatakan sudah mandi pagi ini. d. Eliminasi : Ibu mengatakan sudah BAK 2x sejak pagi dan belum BAB pagi ini. e. Aktivitas Ibu mengatakan sudah bisa berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan BAK. 12. Riwayat Psikososial dan spiritual a. Kelahiran ini merupakan kehamilan yang ditunggu dan sangat diinginkan oleh ibu dan suami. b. Ibu mengatakan menerima kelahiran bayinya. c. Ibu mengatakan belum begitu mengerti tentang masa nifas. d. Keluarga mengatakan sangat menantikan kelahiran bayi ibu dan sudah mempersiapkan segala sesuatunya. B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan Umum : Baik b. Kesadaran : Composmentis c. Antropometri TB : 158 cm BB sebelum melahirkan : 65 kg BB sekarang : 61 kg IMT : 25,1 kg/m2 LILA :298 cm d. TTV Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80x/m Respirasi : 22x/m : 367C Suhu 2. Pemeriksaan Fisik Kepala : kulit kepala bersih tidak ada ketombe Muka : tidak ada pembengkakan pada wajah Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda. Telinga : simetris, tidak ada sekret Hidung : simetris, tidak ada sekret Mulut : tidak ada sariawan, tidak ada carries gigi. Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Payudara : simetris, puting menonjol, aerola hiperpigmentasi, ASI (+), dan tidak ada bendungan ASI. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras. Genitalia : Terdapat jahitan perineum masih basah, pengeluaran lochea rubra. Ekstremitas : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan pada betis. C. ANALISA Diagnosa : Ny. p usia 25 Tahun P1A0 Postpartum Spontan Hari Ke 0 Masalah : 1. Ibu mengatakan nyeri jahitan perineum 2. Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas Kebutuhan : 1. KIE nyeri jahitan perineum 2. KIE masa nifas D. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan bahwa saat ini kondisi ibu dan bayi sehat. Evaluasi : Ibu tampak senang. 2. Memberi KIE ibu tentang rasa nyeri pada jahitan jalan lahir ibu dikarenakan bagian tubuh yang luka menjadi sensitif terhadap rasa nyeri. Rasa nyeri jahitan tersebut akan hilang bila digunakan aktivitas secara bertahap. Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 3. Memberi KIE ibu tentang kebersihan diri yaitu mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dan alas tidur serta lingkungan tempat tinggal, dan ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Evaluasi : Ibu mengerti. 4. Memberi KIE perawatan perineum yaitu mencuci daerah kemaluan dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci dari arah depan ke belakang, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh kemaluan, dan usahan untuk tidak menyentuh jahitan pada jalan lahir. Evaluasi : Ibu mengerti. 5. Memberi KIE istirahat dan tidur yaitu ibu membutuhkan tidur sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Selama masa ifas ibu harus cukup istirahat, apabila ibu kurang istirahat dapat mengurangi produksi ASI, memperlambat proses pemulihan sistim reproduksi. Evaluasi : ibu mengerti. 6. Memberikan KIE nutrisi selama nifas yaitu harus cukup seimbang karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Evaluasi : Ibu mengerti. 7. Menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin tanpa terjadwal, agar kecukupan nutrisi bayi tercukupi dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif yaitu hanya ASI saja sampai bayi usia 6 bulan. 8. Membimbing ibu teknik menyusui yang benar yaitu kepala dan badan bayi searah garis lurus, perut bayi menempel pada perut ibu. Tanda bayi menyusu dengan benar yaitu mulut bayi terbuka lebar, dagu menyentuh payudara ibu, bagian atas aerola terlihat lebih lebar dibandingkan bagian bawah. Evaluasi : Ibu melakukannya dengan benar. 9. Memberi KIE tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan banyak dari jalan lahir, pusing hebat, demam tinggi, perdarahan berbau busuk. Segera datang ke fasilitas kesehatan. Evaluasi : ibu mengerti. 10. Memberikan terapi oral kolaborasi dengan dokter yaitu vitamin A 200.000 IU 1x24jam, Cefadroxil 2x500gram/12jam, Tablet tambah darah 2x200gram/8jam dan asam mefenamat 3x500gram/8 jam. Evaluasi : ibu menerima terapi obat yang diberikan. CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal/jam : 26/11/2019 jam 14.30 WIB A. Subjektif : Ibu mengatakan nyeri jahitan sudah berkurang. B. Objektif : 1. Keadaan Umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Tanda-tanda Vital : a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg b. Nadi : 89x/menit c. Suhu : 367C d. Respirasi : 20 x/menit 4. Pemeriksaan fisik : a. Payudara : ASI (+) , tidak ada bendungan ASI b. Abdomen : TFU 2 jr dibawah pusat, kontraksi baik teraba keras. c. Genitalia : jahitan perienum masih basah, perdarahan dalam batas normal pengeluaran lochea rubra. d. Ektremitas C. Analisis : tidak teraba nyeri tekan pada betis. : Ny. p usia 25 tahun P2A0 Postpartum Spontan Hari ke 1 D. Penatalaksanaan : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan petugas bahwa kondisi ibu dan bayi sehat. E : Ibu tampak senang 2. Menganjurkan ibu melakukan aktivitas rumah tangga secara bertahap ketika sudah dirumah. E : Ibu mengatakan akan melakukan aktivitas rumah tangga secara bertahap. 3. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas, yaitu perdarahan pada jalan lahir yang banyak dan terus menerus, bau tidak sedap pada jalan lahir, payudara terasa panas, nyeri, kemerahan, demam dan pusing yang menetap, lemas, pandangan kabur. 4. Menganjurkan ibu mengikuti pola tidur bayi, ketika bayi tidur ibu bisa tidur untuk beristirahat. 5. Memberi KIE persiapan pulang meliputi menganjurkan ibu makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan, memenuhi kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari. Menjaga kebersihan diri , termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja selama 6 bulan. Perawatan bayi dirumah meliputi perawatan tali pusat bayi. Melakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama suami dan keluarga dan berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB setelah persalinan. E : Ibu mengerti. 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk rencana pulang pasien postpartum. E : Ibu diperbolehkan pulang hari selasa tanggal 26/11/2019.