Uploaded by User41326

LAPORAN KOMPREHENSIF NORMAL

advertisement
LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. P USIA 25 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM SPONTAN
DI RSUD WATES
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu
Nifas, Menyusui, dan Neonatus
ANIS FADHYLAH
NIM. P07124519038
Pembimbing Akademik:
Ana Kurniati, M.Keb
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.P USIA 25 TAHUN P1A0
POSTPARTUM SPONTAN DI RSUD WATES
Disusun Oleh :
ANIS FADHYLAH
NIM. P07124519038
Telah di seminarkan di depan pembimbing pada tanggal :
..................................
Yogyakarta,
November 2019
Mahasiswa
Anis Fadhylah
Mengesahkan,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
Ana Kurniati, S.SiT., M.Keb
Sri Mujiastuti, SST
Mengetahui,
Kaprodi
Hesty Widyasih, SST., M.Keb
NIP. 19790072005012004
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.
Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah pada
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis pada kesempatan ini
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakartayang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik,
2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakartayang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktik,
3. Hesty Widyasih, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik.
4. Ana Kurniati, SsiT.,M.Keb selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan saran serta masukan kepada penulis.
5. Sri Mujiastuti, SST selaku pembimbing klinik yang telah membimbing dan
memberikan saran kepada penulis
6. Seluruh bidan di RSUD Wates yang telah membimbing dan memberikan
saran kepada penulis
7. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan semangat dan
dukungan baik material dan moral dalam penulisan laporan ini,
8. Sahabat yang telah memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu sangat diharapkan
masukan dari pembaca baik berupa kritik maupun saran. Semoga laporan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Yogyakarta,
November 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan
dari mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan
penggunaan KB yang bertujuan untuk memberikan pelayanan berkualitas
untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan anak. Peran bidan dalam
asuhan komprehensif adalah mendampingi wanita selama masa siklus
hidup dimulai dari memberikan pelayanan antenatal care yang berkualitas
untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu hamil, memberikan
pelayanan asuhan persalinan normal yang aman yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya kematian ibu, memberikan perawatan BBL untuk
mencegah terjadinya kematian bayi maupun komplikasi yang terjadi pada
bayi, memberikan asuhan masa nifas untuk mencegah terjadinya
perdarahan setelah persalinan, memberikan konseling tentang keluarga
berencana dan pelayanan untuk penggunaan alat kontrasepsi untuk
meningkatkan keluarga yang sejahtera.1
Masa nifas merupakan rentang waktu yang sangat penting untuk
mendapatkan perhatian sebab pada masa tersebut ibu akan mengalami
berbagai perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Masa ini
berlangsung sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 42 hari
(6 minggu). Selama periode tersebut ibu nifas harus mendapatkan
pemantauan penuh sampai dengan 42 hari supaya tidak terjadi komplikasikomplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada ibu.
Untuk menangani hal-hal diatas, maka diperlukan asuhan kebidanan secara
komprehensif kepada ibu nifas. Dengan melakukan kunjungan sebanyak 4
kali yaitu pada 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2
minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan selama masa
nifas. Dalam setiap kunjungan Bidan akan melakukan pemeriksaan
keadaan ibu dan bayi serta memberikan pengetahuan sesuai kebutuhan
selama masa nifas untuk menangani masalah yang terjadi.
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan
masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa
60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi
dalam selang waktu 24 jam pertama.2. Kematian ibu atau maternal death
menurut batasan dari Tenth Revision of The International Classification of
Disease (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat
kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. AKI dapat
menjadi tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu
negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk,
sehingga memerlukan perbaikan. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian ibu (AKI)
mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus sebesar
14.623 kasus. Penyebab terbanyak kematian Ibu disebabkan oleh Pre
Eklamsia dan perdarahan. (Kemenkes RI, 2017). Angka kematian ibu
(AKI) termasuk di dalam target pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) nomor lima. MDGs menargetkan bahwa setiap negara yang telah
menyepakati MDGs harus berhasil mengurangi ¾ resiko jumlah kematian
ibu. Oleh karena itu, Indonesia harus berhasil menurunkan angka kematian
ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta 2018
menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40 ibu)
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada
tahun 2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat signifikan hingga
menjadi sebesar 29 kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam
menjadi 39 kasus dan kembali sedikit turun menjadi 34 pada tahun 2017,
namun naik lagi di tahun 2018 menjadi 36. Kasus terbanyak terjadi di
Kabupaten Bantul (14 kasus) dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3
kasus). Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY
adalah karena perdarahan (11), hipertensi dalam kehamilan (6), TBC (4),
jantung (4), kanker (3), hipertiroid(2), sepsis, asma, syok, emboli, aspirasi,
dan gagal ginjal masing-masing 1 kasus.3
Dari data profil kesehatan tersebut didapatkan penyebab kematian
ibu di Indonesia dikarenakan oleh pendarahan pervaginam. Semua itu
dapat terjadi, jika ibu postpartum tidak mengetahui tanda bahaya selama
masa nifas. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang
masalah informasi yang diperoleh ibu nifas kurang. Dalam kurun waktu 5
tahun terakhir, persentase wanita yang memperoleh perawatan masa nifas
dalam kurun waktu 2 hari pertama setelah persalinan meningkat dari 80
persen pada SDKI 2012 menjadi 87 persen pada SDKI 2017.4
Berdasarkan Profil Kesehatan Kulonprogo tahun 2019 menunjukkan
cakupan pelayanan ibu nifas pada Tahun 2018 sebesar 97,4% dan selama 5
tahun terakhir selalu melebihi target nasional (90%).5 Data ibu nifas di
RSUD Wates pada bulan November 2019 sebanyak 126 kasus. Sehingga,
penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan komprehensif dengan
judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. P Usia 25 Tahun P1a0
Postpartum Spontan Di Rsud Wates”
B. Tujuan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan persalinan dan bayi baru lahir menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2.
Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Ny. P
usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. P usia 25
Tahun P1A0 postpartum spontan.
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum
spontan..
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny.
P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada kasus Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus
Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus
Ny. P usia 25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus Ny. P usia
25 Tahun P1A0 postpartum spontan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada asuhan kebidanan pada ibu nifas.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan
asuhan yang akan diberikan pada ibu nifas.
b. Bagi Bidan RSUD Wates
Laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan
bagi bidan pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan pada
ibu nifas.
c. Bagi WUS
Laporan komprehensif ini diharapkan pasien atau keluarga dapat
melakukan perawatan masa nifas sendiri dirumah untuk mencegah
infeksi dan komplikasi selama nifas
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN KASUS
Pasien baru pindahan dari Ruang Bersalin (RB) masuk ke Ruang
Kenanga pada tanggal 23/11/2019 Jam 06.00 WIB. Pasien Ny. P usia 25
tahun P1A0 Postpartum spontan Hari ke 0. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 23/11/2019 pukul 10.00 WIB. Pengkajian dimulai dengan
mengkaji data subjektif pasien. Pasien mengatakan nyeri jahitan jalan lahir
sejak persalinan tanggal 23/11/2019 pukul 04.05 WIB. Pasien menikah
pertama usia 21 tahun, ini adalah pernikahan yang pertama dan lamanya
kurang lebih 1 tahun. Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 12
tahun, dengan siklus haid 28 hari sekali dan jarang mengalami dysminore
selama haid. HPHT 18/2/2019 dan HPL 25/11/2019.
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik dan
menurun,begitu pula dengan keluarganya. Ini merupakan kehamilan
pertama dan sebelum kehamilan ini pasien belum pernah menggunakan
kontrasepsi jenis apapun. Pasien bersalin di RSUD Wates pada usia
kehamilan 40 minggu dengan jenis persalinan spontan. Lamanya
persalinan kala I selama 4 jam, kala II 20 menit dan dilakukan episiotomi
atas indikasi perineum kaku, dan kala III selama 10 menit dan plasenta
lahir spontan lengkap. Setelah plasenta lahir, dilakukan pengecekan ada
atau tidaknya laserasi perineum dan terdapat laserasi derajat dua yaitu
pada selaput vagina hingga otot perineum. Bayi lahir pada tanggal
21/11/2019 jam 04.05 dengan masa gestasi 40 minggu. Berat badan lahir
bayi 2810 gram dengan panjang badan 47,5 cm. Nilai APGAR bayi pada 1
menit pertama 7, pada 5 menit kemudian 9 dan 10 menit kemudian bernilai
10. Pasien dan bayinya dilakukan rawat gabung, karena tidak ada
komplikasi setelah persalinan.
Pola kebiasaan pasien setelah melahirkan meliputi nutrisi, istirahat,
personal hygiene, eliminasi dan aktivitas. Pasien mengatakan sudah makan
pagi pukul 08.30 WIB dengan nasi sayur dan lauk. Minum air putih
kurang lebih 4 gelas sejak pagi. Pasien mengatakan setelah persalinan
rasanya lelah dan ikut tidur setelah bayi menyusu. Pasien sudah mandi
pagi dan sudah BAK 2x sejak pagi. Namun, ibu belum BAB sejak setelah
bersalin. Saat ini pasien sudah bisa miring kanan-kiri, duduk dan berjalan
ke kamar mandi secara perlahan. Pasien mengatakan kehamilan ini sangat
dinantikan oleh keluarga dan sangat bersyukur ketika bayinya lahir. Pasien
mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan masa nifas. Namun, pasien
memiliki keluarga yang sudah mempersiapkan segala kebutuhan ibu
selama masa nifas.
Setelah dilakukan pengkajian subjektif, selanjutnya
dilakukan
pengkajian objektif. Pengkajian dimulai dengan pemeriksaan umum,
hasilnya keadaan umum pasien baik dan kesadaran composmentis.
Selanjutnya pemeriksaan antropometri tinggi badan (TB) 157 cm, berat
badan sebelum melahirkan 64 kg dan berat badan sekarang 61 kg. IMT
sebesar 25,1 kg/m2, LILA 28 cm diukur saat hamil. Pemeriksaan tandatanda vital, dimulai dengan tekan darah didapatkan 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 22x/menit dan suhu 367C. Pengkajian dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik head to toe. Bagian kepala dan wajah dalam
batas normal, pada mata konjungtiva merah muda dan sklera putih.
Perabaan leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar dan vena
jugularis. Payudara simetris, puting menonjol, aerola hiperpigmentasi, ASI
sudah keluar dan tidak teraba bendungan ASI. Pada bagian abdomen tidak
terdapat bekas operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
dan teraba keras. Pada pemeriksaan genitalia jahitan perineum masih
basah, pengeluaran darah dalam batas normal, lochea rubra. Pemeriksaan
ekstremitas tidak ada nyeri tekan pada betis.
Kemudian, hasil dari pengkajian subjektif dan objektif dianalisa
dan didapatkan diagnosa Ny. P usia 25 tahun P1A0 postpartum spontan
hari ke 0. Masalah yang didapatkan dari pengkajian adalah keluhan pasien
nyeri jahitan perineum dan pengetahuan masa nifas. Kebutuhan yang
diperlukan adalah pemberian Konseling Informasi Edukasi (KIE) tentang
keluhan yang dirasakan dan pengetahuan masa nifas.
Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi memberitahu pasien
tentang kondisinya, KIE rasa nyeri jahitan, KIE kebutuhan dasar masa
nifas, KIE laktasi, KIE tanda bahaya masa nifas dan kolaborasi dengan
dokter pemberian terapi oral yaitu vitamin A 200.000 IU 1x24 jam, asam
mefenamat 3x500g/8 jam, tablet tambah darah 2x200g/12 jam, cefadroxile
2x500g/12 jam.
Setelah pengkajian pertama dilakukan pengkajian kedua yaitu pada
tanggal 25/11/2019 pada pukul 16.30 WIB. Pasien mengatakan nyeri
jahitannya sudah berkurang. Keadaan umum pasien baik dan kesadaran
composmentis. Tanda-tanda vital pasien, Tekanan darah 110/80 mmHg,
nadi 89x/menit, suhu 367C, respirasi 20x/menit. Pada pemeriksaan fisik,
bagian payudara tidak ada bendungan ASI, abdomen Tfu 2 jr dibawah
pusat dengan kontaksi baik, jahitan perineum masih basah dengan
pengeluaran darah lochea rubra dalam batas normal dan tidak ada nyeri
tekan pada betis. Kemudian, didapatkan analisa Ny P usia 25 tahun P1A0
postpartum spontan hari ke 1. Penatalaksanaan yang dilakukan
memberitahu pasien kondisinya, menganjurkan melakukan aktivitas rumah
tangga secara bertahap, istirahat mengikuti pola tidur bayi, KIE persiapan
pulang dan kolaborasi dokter rencana pulang ibu.
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Puerperium/Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang
berkaitan saat melahirkan.6 Masa nifas atau puerperium adalah masa
pemulihan kembali, dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai 42 hari dimana pada masa itu terjadi pemulihan keadaan alat
kandungan seperti pada saat sebelum terjadi kehamilan.2
Masa nifas adalah suatu periode dalam berminggu-minggu pertama
setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa yang
relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyaknya perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan
tersebut hanya sedikit menganggu ibu, walaupun komplikasi serius
dapat terjadi.7 Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.8
2. Tahapan Masa Nifas
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
d. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama
hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.9
3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Dalam kebijakan program nasional masa nifas adalah melakukan
kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi. Seorang
bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada
beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai
dengan tahapan perkembangannya antara lain.10
a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut;
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;
pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia; jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio
uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal; memastikan ibu
mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari.
c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan
berdasarkan perubahan fisik, fisiologis, dan psikologis yang
diharapkan dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus
harus diberikan pada seberapa baik wanita mengatasi perubahan ini
dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini
juga adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi
yang ada. Banyak pasangan memilih memulai hubungan seksual
segera setelah lokhia ibu menghilang.
d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada
ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan
konseling untuk keluarga berencana secara dini, imunisasi, senam
nifas, dan tanda-tnda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.
Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang
menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi
wanita untuk kembali ke kondisi pada saat tidak hamil.
Pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan ini sering kali terdiri
dari pemeriksaan riwayat lengkap, fisik, dan panggul. Selain itu,
kunjungan meliputi penapisan adanya kontraindikasi terhadap
setiap metode keluarga berencana.
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
postpartum.
Adapun
peran
dan
tanggung
jawab
dalam
masa nifas antara lain:11
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah
perdarahan,
mengenali
tanda-tanda
bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.
5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Dalam masa nifas ibu mengalami beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi, yaitu:
a. Tanda-Tanda Vital (TTV)
Satu hari (24 jam) pada post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5 – 38 °C) akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI dan payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak
turun berarti menandakan kemungkinan mengarah pada infeksi
atau keadaan abnormal lainnya. Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80x/menit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak berubah.Tekanan
darah yang rendah kemungkinan karena ada pendarahan,
sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum dapat
menandakan
terjadinya
preeklamsia
postpartum.Keadaan
pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan
denyut nadi.12
b. Perubahan sistem reproduksi
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks
menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya
mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu.
Dalam masa itu, tubuh ibu kembali ke ukuran sebelum melahirkan.
Untuk menilai keadaan ibu, perlu dipahami perubahan yang normal
terjadi pada masa nifas ini.
1.) Involusi Rahim
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari
bawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa
berkurang tetapi sesudah 2 hari, uterus akan mengecil dengan
cepat, pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6
minggu ukurannya kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada
ibu yang telah mempunyai anak biasanya uterusnya sedikit
lebih besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai anak.
Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil,
karena sitoplasma nya yang berlebihan dibuang, involusi
disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding
rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air
kencing, sehingga kadar nitrogen dalam air kencing sangat
tinggi.6
Tabel 1. Proses Involusi Uterus
Involosi
Tinggi Fundus Uteri
Bayi lahir
Setinggi Pusat
Plasenta lahir
Dua jari bawah
pusat
Satu minggu
Pertengahan pst-sym
Dua minggu
Tak teraba diatas
sym
Enam minggu
Bertambah kecil
Delapan minggu
Sebesar normal
Berat Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 Ram
2.) Perubahan pembuluh darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluhpembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan
tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri
harus mengecil lagi dalam nifas.
3.) Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan,ostium extemum dapat dilalui
oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak
karena robekan persalinan, Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian dari canalis cervikalis.
4.) Perubahan pada cairan vagina (lochia)
Dari cavum uteri keluar cairan secret disebut Lochia. Jenis
Lochia yakni:
a.) Lochia Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban , sel-sel desidua (desidua, yakni selaput
lendir Rahim 6 dalam keadaan hamil), verniks caseosa
(yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit
janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir),
dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban,
berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
b.) Lochia Sanguinolenta : Warnanya merah kuning berisi
darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c.) Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.) Lochia Alba : Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah
2 minggu.
e.) Lochia Purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
f.) Lochiotosis : Lochia tidak lancer keluarnya.
Perubahan pada vagina dan perineum disebabkan hormon estrogen
pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama
6-8 minggu setelah bayi lahir.13
c. Perubahan sistem pencernaan
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua samapai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Kebiasaan BAB teratur
perlu diterapkan kembali setelah tonus otot kembali normal, perlu
dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.12
d. Sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,
tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus
kala 2 dilalui, dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada
saat persalinan.6
e. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma
Pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.1
f. Perubahan Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah
pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal
dalam 4-5 minggu postpartum.
g. Perubahan Sistem Endokrin
Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat
menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia.1
6. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:6
a. Fase taking in
Fase ini disebut juga periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri.
Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan
tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang marah.
c. Fase letting go
Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses
laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori
500-800
kal/
hari.
Makan
dengan
diet
seimbang
untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum
sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk menambah
zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul
vitamin A (200.000 IU ) agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.13
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu
postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24–48 jam postpartum, tentunya ibu postpartum tidak dengan
penyulit seperti anemia, penyakit jantung, demam, penyakit paruparu, dan sebagainya. Pada persalinan normal ibu dapat melakukan
mobilisasi 2 jam postpartum . Pada persalinan dengan anestesi
miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur setemgah duduk,
turun dari tempat tidur setelah 24 jam.
Adapun beberapa keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut:
1.) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2.) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3.) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit
4.) Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomi atau luka di perut, dan lain-lain.10,14
c. Istirahat
1.) Istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar masa nifas
yaitu dengan menganjurnya ibu untuk:6
2.) Istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa lelah
3.) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
4.) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
5.) Menyediakan watu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam,
dan malam 7-8 jam.
d. Eliminasi
Kebutuh eliminasi selama masa nifas sebagai berikut:13
1.) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap
3 – 4 jam. Ibu diusahakan dapat BAK sendiri, apabila tidak
lakukan tindakan seperti merangsang dengan mengalirkan air
kran di dekat klien dan mengompres air hangat diatas simpisis.
Jika tidak berhasil dengan cara tersebut maka lakukan
katerisasi, namun katerisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6
jam postpartum karena prosedur kateterisasi membuat klien
tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi. Dower
kateter diganti setelah 48 jam.
2.) Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika
klien pada hari ketiga belum juga BAB maka diberikan larutan
supositoria dan minum air hangat. Lakukan diit teratur,
pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat dan olah
raga agar BAB dapat kembali teratur.
3.) Personal Hygiene
Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
ibu nifas dalam personal hygiene adalah sebagai berikut:13
e. Perawatan Perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada
kemungkinan jahitannya akan lepas dan merasa sakit sehingga
perineum tidak dibersihakan atau dicuci. Ibu post partum harus
mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu
dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
buang air kecil atau besar. Untuk cara mengganti pembalut yaitu
bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut
yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari.
Ibu harus memahami tentang jumlah, warna, dan bau lochea
sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi, saranakan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
f. Perawatan payudara
Bagi ibu postpartum, melakukan perawatan payudara itu penting
yaitu dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama
pada bagian putting susu dengan menggunakan bra yang
menyongkong payudara. Oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu sebelum dan setelah menyusukan. Apabila
payudara terasa nyeri dapat diberikan parasetamol 1 tablet setiap 4
– 6 jam.
8. Komplikasi Masa Nifas
a. Infeksi Nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan
tempat baik untuk berkembangnya bakteri. Pada saat persalinan,
bagian serviks, vulva, vagina, dan perineum yang sering
mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini merupakan
tempat masuknya kuman patogen.10
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 38˚C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam
masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan
sebab-sebab ekstragenital.
1.) Beberapa faktor predisposisi infeksi masa nifas:
a.) Kurang gizi atau malnutrisi
b.) Anemia
c.) Hygiene
d.) Kelelahan
e.) Proses persalinan bermasalah :
(1) Partus lama/macet
(2) Korioamnionitis
(3) Persalinan traumatic
(4) Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
(5) Manipulasi yang berlebihan
(6) Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
2.) Patogen penyebab infeksi nifas, antara lain :
a.) Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi
yang berat).
b.) Staphylococcus aureus.
c.) Escherichia coli
d.) Clotridium Welchii
3.) Cara terjadinya infeksi
a.) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri
yang
sudah
ada
dalam
vagina
ke
dalam
uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat
yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
b.) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan
masker.
c.) Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit
banyak
sekali
kuman-kuman
patogen
berasal
dari
penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman
ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah
sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain
lainnya).
d.) Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu
berbahaya kecuali ketuban sudah pecah.
4.) Penanganan umum
a.) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah
dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi
penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
b.) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang
mengalami infeksi nifas.
c.) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun
persalinan.
d.) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum
terlampaui.
e.) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di
rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera.
f.) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi
baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat
persalinan.
g.) Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
b. Perdarahan
Perdarahan pervaginam atau perdarahan post partum atau post
partum hemorargi adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau
lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 25/11/2019 pukul 11.00 WIB.
Pengkajian dimulai dengan pengkajian data subjektif yang mana
didapatkan dari pernyataan pasien dan kemudian data objektif yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik langsung. Pasien mengatakan nyeri
jahitan perineum sejak setelah persalinan tanggal 25/11/2019 pukul 06.05
WIB. Keluhan yang disampaikan berupa kondisi yang dirasakan tidak
nyaman, rasa sakit yang dialami oleh ibu saat ini, bahkan adanya kelainan
serta keluhan baik secara fisik maupun psikologis, seperti kecemasan dan
rasa takut. Ini merupakan pernikahan pertama dan lamanya sudah tahun.
Hal ini dapat dijadikan gambaran tetang keadaan rumah tangga pasien.
Riwayat menstruasi pasien menarche usia 12 tahun, siklus haid 28 hari
sekali, dan jarang dysminore. HPHT 18/2/2019 dan HPL 25/11/2019.
Riwayat menstruasi dapat dijadikan gambaran tentang keadaan dasar
reproduksi pasien. HPHT dan HPL untuk memastikan usia gestasi saat
persalinan apakah bayi cukup bulan atau kurang bukan.
Pasien mengatakan dirinya dan keluarga tidak sedang atau pernah
menderita penyakit sistemik dan menurun seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung,dan asma. Riwayat kesehatan diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini atau
yang pernah diderita sebelumnya yang ada hubungannya dengan masa
nifas dan bayinya. Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun, hal ini berhubungan dengan perilaku ibu pada
masa nifas terhadap bayinya apakah kehamilan yang direncanakan atau
tidak direncanakan. Ini merupakan kehamilan yang pertama, persalinan
dilakukan di RSUD Wates tanggal 25/11/2019 pukul 06.05 dengan usia
gestasi 40 minggu. Usia gestasi digunakan untuk mengetahui apakah bayi
lahir cukup bulan atau kurang bulan. Lamanya waktu persalinan dari kala
I-IV digunakan untuk memastikan apakah persalinan berjalan dengan
normal atau tidak.2 Bayi lahir spontan dengan berat badan lahir 2810 gram
dan panjang badan 47,5 cm. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir
dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 25004000 gram.8
Pola kebiasaan pasien setelah melahirkan dibutuhkan sebagai
gambaran perkembangan pasien selama masa nifas. Seperti kebutuhan
nutrisi diperlukan untuk memastikan bahwa pasien memenuhi kebutuhan
nutrisi hariannya dalam asupan yang cukup. Pola istirahat diperlukan
untuk mengetahui kecukupan kebutuhan istirahat ibu selama nifas.
Istirahat yang kurang akan mempengaruhi produksi ASI dan proses
pemulihan masa nifas ke keadaan semula. Pola aktivitas seperti ambulasi
dini untuk membantu proses penyembuhan masa nifas, pola eliminasi
untuk mengetahui ada tidaknya gangguan sistem pencernaan setelah
persalinan. Normal BAK spontan setiap 3 – 4 jam. Sedangkan untuk BAB
biasanya 2 – 3 hari post partum.13
Setelah pengakajian data subjektif, kemudian dilanjutkan data
objektif. Pemeriksaan yang dilakukan pertama adalah keadaan umum dan
kesadaran pasien. Hal ini berhubungan dengan asuhan yang diberikan pada
masa nifas, ibu dengan kesadaran yang tidak composmentis menunjukkan
ada masalah yang harus ditangani.2 Selanjutnya pemeriksaan antropometri
diperoleh tinggi badan pasien 158 cm dan berat badan 65 kg. Setelah
dihitung hasil IMT sebesar 25,1 kg/m2. LILA pasien 29 cm, yang mana
termasuk kategori non KEK. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Tekanan darah diperoleh sebesar
120/80 mmHg, batas normal tekanan darah antara 90/60 mmHg sampai
130/90 mmHg.15 Nadi 80x/menit, respirasi 22x/menit dan suhu 367C.
Peningkatan suhu badan mencapai 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya
cairan pada waktu melahirkan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal. Suhu pada suhu 24 jam pertama
setelah melahirkan 36,5-37,5 ºC, pada hari kedua atau ketiga dapat terjadi
kenaikan suhu, namun tidak lebih dari 24 jam. Pada hari kedua atau ketiga
dapat terjadi kenaikan suhu, karena adanya pembentukan ASI, namun
tidak lebih dari 24 jam. Jika setelah 3 hari bila suhu tidak turun ada
kemungkinan infeksi pada endometrium.16
Selanjutnya pemeriksaan fisik head to toe untuk mengetahui
masalah kesehatan secara fisik pada pasien. Pada bagian kepala dan wajah
tidak ditemukan adanya masalah. Pada leher tidak ada pembesaran
kelenjar dan vena, abdomen teraba tfu 2 jr di bawah pusat dan kontraksi
uterus baik. Pada genetalia tampak jahitan masih basah, dengan
pengeluaran lochea rubra dan perdarahan dalam batas normal. Pada
ektremitas, tidak ada nyeri tekan pada betis.
B. Analisis
Analisis diperoleh dari pengkajian subjektif dan objektif. Diagnosa
kebidanan kasus ini adalah Ny. P usia 25 tahun P1A0 postpartum hari ke 0.
P1A0 diperoleh dari data subjektif riwayat obstetri, postpartum hari ke 0
diperoleh dari data subjektif ibu bersalin pada tanggal 25/11/2019 pukul
06.05 dan pengkajian dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Masalah
kebidanan diperoleh dari data subjektif keluhan dan riwayat psikososial
yaitu nyeri jahitan perineum dan pengetahuan masa nifas. Kebutuhan
pasien sesuai dengan masalah yang muncul dari data subjektif dan
objektif.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Penatalaksanaan yang diberikan meliputi KIE kebutuhan dasar masa nifas,
KIE laktasi, KIE tanda bahaya masa nifas dan kolaborasi dengan dokter
obsgyn untuk pemberian terapi obat pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. P berjalan sesuai teori. Dari
penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1.
Asuhan kebidanan pada Ny. P dilakukan berdasarkan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
2.
Asuhan kebidanan pada Ny P dapat diidentifikasi diagnosa/masalah
kebidanan yaitu postpartum hari ke 0.
3.
Asuhan kebidanan pada Ny. P dapat menentukan diagnosa potensial
yaitu tidak ada diagnosa potensial dari kasus ini.
4.
Asuhan kebidanan Ny. P dapat menentukan kebutuhan segera yaitu
dengan memberikan KIE nyeri jahitan perineum dan pengetahuan
tentang nifas.
5.
Asuhan kebidanan Ny. P dengan merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada ibu postpartum yaitu KIE kebutuhan dasar nifas, KIE
laktasi, kolaborasi dengan dokter terapi obat.
6.
Asuhan kebidanan Ny. P dengan melaksanakan tindakan untuk
memberikan asuhan berupa vKIE kebutuhan dasar nifas, KIE laktasi,
dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat yaitu
vitamin A 200.000 IU 1X24 jam,
cefadroxil 2x500mg/12jam,
tablet tambah darah 2x200 mgr/12jam dan
asam mefenamat 3x500 mg/8jam.
7.
Asuhan kebidanan Ny.P dengan melakukan evaluasi tindakan yang
sudah diberikan.
8.
Asuhan kebidanan Ny. P dengan melakukan pendokumentasian.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat belajar dan melatih keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Bagi Bidan di RSUD Wates
Diharapkan bidan dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas,
baik nifas normal ataupun dengan komplikasi.
3. Bagi WUS
Diharapkan pasien dapat menerapkan pengetahuannya tentang masa
nifas untuk melakukan perawatan dirumah yang bertujuan mencegah
komplikasi masa nifas.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, N. 2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang :
Selaksa Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yogyakarta, D. I. Profil kesehatan d.i. yogyakarta tahun 2018. (2018).
Kesehatan, D. 2017 Survei Demografi dan. (2017).
Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2019 i. (2019).
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi
23. Jakarta: EGC.
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Elly Dwi Wahyuni,SST, M. K. Asuhan Kebidana Nifas dan Menyusui.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Saleha S. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta; 2014.
Anggraeni, Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka
Rihanna,Yogyakarta.
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha
Medika.
Amritsar, S. International Journal of Health Sciences and Research. 7, 165–
171 (2017).
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009.
Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarata :
EGC.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. P USIA 25 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM SPONTAN
DI RSUD WATES
Tanggal
: 25/11/2019
Tempat
: Ruang Kenanga
Oleh
: Mahasiswa
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Istri
Suami
Nama
: Ny. P
Nama
: Tn. S
Umur
: 25 Tahun
Umur
: 30 Tahun
Pendidiksan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Mangdung Wates, Kulonprogo
2. Keluhan
Ibu mengatakan nyeri jahitan pada jalan lahir sejak persalinan tanggal
25/11/2019 pukul 06.05 WIB
3. Riwayat Perkawinan
Usia menikah pertama 21 tahun, lama menikah ±1 tahun, pernikahan
pertama.
4. Riwayat Haid
Menarche usia 12 Tahun, siklus haid 28 hari sekali, lamanya haid 5-7
hari, ganti pembalut 3-4x sehari dan jarang mengalami dysminore.
HPHT 18/2/2019 HPL 25/11/2019.
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit diabetes melittus,
hipertensi, jantung, TBC dan hepatitis.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga dari ibu maupun suami tidak ada yang
pernah atau sedang menderita penyakit diabetes, hipertensi, jantung,
TBC dan hepatitis.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir
Usia Kehamilan
: 40 minggu
Tempat persalinan : RSUD Wates
Jenis persalinan
: spontan
Komplikasi
: tidak ada
Plasenta
: lengkap, lahir spontan.
Perineum
: episiotomi, ruptur derajat 2 dijahit dengan
anesthesi.
Perdarahan
: kala III 250 cc, kala IV ± 100 cc
Tindakan lain
: tidak ada
Lama persalinan : kala I 4 jam, kala II 20 menit, kala III 10 menit,
Kala IV 2 jam postpartum.
10. Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal
: 2511/2019 jam 06.05
Masa gestasi
: 40 minggu
BB/PB lahir
: 2910 gram/47,5 cm
Nilai APGAR
: 1 menit/5 menit/10 menit/2 jam : 7/9/10
Cacat bawaan
: Tidak ada cacat bawaan
Rawat Gabung
: ya dilakukan rawat gabung.
11. Pola Kebiasaan Setelah Melahirkan
a. Nutrisi
:
Ibu sudah makan pagi jam 08.30 WIB, menu nasi sayur dan lauk.
Minum air putih ± 4 gelas.
b. Istirahat
:
Ibu mengatakan ikut tidur saat bayi tidur setelah menyusu.
c. Personal Hygiene :
Ibu mengatakan sudah mandi pagi ini.
d. Eliminasi
:
Ibu mengatakan sudah BAK 2x sejak pagi dan belum BAB pagi
ini.
e. Aktivitas
Ibu mengatakan sudah bisa berjalan ke kamar mandi untuk mandi
dan BAK.
12. Riwayat Psikososial dan spiritual
a. Kelahiran ini merupakan kehamilan yang ditunggu dan sangat
diinginkan oleh ibu dan suami.
b. Ibu mengatakan menerima kelahiran bayinya.
c. Ibu mengatakan belum begitu mengerti tentang masa nifas.
d. Keluarga mengatakan sangat menantikan kelahiran bayi ibu dan
sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Antropometri
TB
: 158 cm
BB sebelum melahirkan : 65 kg
BB sekarang : 61 kg
IMT
: 25,1 kg/m2
LILA :298 cm
d. TTV
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/m
Respirasi
: 22x/m
: 367C
Suhu
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: kulit kepala bersih tidak ada ketombe
Muka
: tidak ada pembengkakan pada wajah
Mata
: sklera putih, konjungtiva merah muda.
Telinga
: simetris, tidak ada sekret
Hidung
: simetris, tidak ada sekret
Mulut
: tidak ada sariawan, tidak ada carries gigi.
Leher
: tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis.
Payudara
: simetris, puting menonjol, aerola hiperpigmentasi,
ASI (+), dan tidak ada bendungan ASI.
Abdomen
: Tidak ada bekas operasi, TFU 2 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus baik teraba keras.
Genitalia
: Terdapat jahitan perineum masih basah,
pengeluaran lochea rubra.
Ekstremitas
: tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
pada betis.
C. ANALISA
Diagnosa
:
Ny. p usia 25 Tahun P1A0 Postpartum Spontan Hari Ke 0
Masalah
:
1. Ibu mengatakan nyeri jahitan perineum
2. Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas
Kebutuhan
:
1. KIE nyeri jahitan perineum
2. KIE masa nifas
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan bahwa
saat ini kondisi ibu dan bayi sehat.
Evaluasi
: Ibu tampak senang.
2. Memberi KIE ibu tentang rasa nyeri pada jahitan jalan lahir ibu
dikarenakan bagian tubuh yang luka menjadi sensitif terhadap rasa
nyeri. Rasa nyeri jahitan tersebut akan hilang bila digunakan aktivitas
secara bertahap.
Evaluasi
: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Memberi KIE ibu tentang kebersihan diri yaitu mandi dua kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tidur serta lingkungan tempat tinggal, dan
ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.
Evaluasi
: Ibu mengerti.
4. Memberi KIE perawatan perineum yaitu mencuci daerah kemaluan
dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan
mencuci dari arah depan ke belakang, mengganti pembalut minimal 2
kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
kemaluan, dan usahan untuk tidak menyentuh jahitan pada jalan lahir.
Evaluasi
: Ibu mengerti.
5. Memberi KIE istirahat dan tidur yaitu ibu membutuhkan tidur sekitar 8
jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Selama masa ifas ibu
harus cukup istirahat, apabila ibu kurang istirahat dapat mengurangi
produksi ASI, memperlambat proses pemulihan sistim reproduksi.
Evaluasi
: ibu mengerti.
6. Memberikan KIE nutrisi selama nifas yaitu harus cukup seimbang
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin.
Evaluasi
: Ibu mengerti.
7. Menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin tanpa terjadwal, agar
kecukupan nutrisi bayi tercukupi dan memotivasi ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif yaitu hanya ASI saja sampai bayi usia 6
bulan.
8. Membimbing ibu teknik menyusui yang benar yaitu kepala dan badan
bayi searah garis lurus, perut bayi menempel pada perut ibu. Tanda
bayi menyusu dengan benar yaitu mulut bayi terbuka lebar, dagu
menyentuh payudara ibu, bagian atas aerola terlihat lebih lebar
dibandingkan bagian bawah.
Evaluasi
: Ibu melakukannya dengan benar.
9. Memberi KIE tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan banyak dari
jalan lahir, pusing hebat, demam tinggi, perdarahan berbau busuk.
Segera datang ke fasilitas kesehatan.
Evaluasi
: ibu mengerti.
10. Memberikan terapi oral kolaborasi dengan dokter yaitu vitamin A
200.000 IU 1x24jam, Cefadroxil 2x500gram/12jam, Tablet tambah
darah 2x200gram/8jam dan asam mefenamat 3x500gram/8 jam.
Evaluasi
: ibu menerima terapi obat yang diberikan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/jam : 26/11/2019 jam 14.30 WIB
A. Subjektif
:
Ibu mengatakan nyeri jahitan sudah berkurang.
B. Objektif
:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
b. Nadi
: 89x/menit
c. Suhu
: 367C
d. Respirasi
: 20 x/menit
4. Pemeriksaan fisik :
a. Payudara
: ASI (+) , tidak ada bendungan ASI
b. Abdomen
: TFU 2 jr dibawah pusat, kontraksi baik teraba
keras.
c. Genitalia
: jahitan perienum masih basah, perdarahan dalam
batas normal pengeluaran lochea rubra.
d. Ektremitas
C. Analisis
: tidak teraba nyeri tekan pada betis.
:
Ny. p usia 25 tahun P2A0 Postpartum Spontan Hari ke 1
D. Penatalaksanaan
:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan petugas bahwa kondisi ibu dan
bayi sehat.
E
: Ibu tampak senang
2. Menganjurkan ibu melakukan aktivitas rumah tangga secara bertahap
ketika sudah dirumah.
E : Ibu mengatakan akan melakukan aktivitas rumah tangga secara
bertahap.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas, yaitu perdarahan pada jalan
lahir yang banyak dan terus menerus, bau tidak sedap pada jalan lahir,
payudara terasa panas, nyeri, kemerahan, demam dan pusing yang
menetap, lemas, pandangan kabur.
4. Menganjurkan ibu mengikuti pola tidur bayi, ketika bayi tidur ibu bisa
tidur untuk beristirahat.
5. Memberi KIE persiapan pulang meliputi menganjurkan ibu makan
makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan, memenuhi kebutuhan
air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas
sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari. Menjaga
kebersihan diri , termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti pembalut
sesering mungkin. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat. Cara
menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja selama 6 bulan.
Perawatan bayi dirumah meliputi perawatan tali pusat bayi. Melakukan
stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama suami dan
keluarga dan berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan
KB setelah persalinan.
E : Ibu mengerti.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk rencana pulang pasien
postpartum.
E : Ibu diperbolehkan pulang hari selasa tanggal 26/11/2019.
Download