Kebutuhan obat di Indonesia diperkirakan akan berkembang pesat, berdasarkan pada hasil analisis Departemen Kesehatan pertumbuhan industri farmasi berkembang antara 10-14% per tahunnya (Permenkes Nomor 87 Tahun 2013). Hal ini akan mendorong diperlukannya sumbersumber bahan sediaan obat baik kimiawi maupun alami. Produk obat herbal berdasarkan pada data Badan POM Republik Indonesia, jumlah obat herbal yang terdaftar hingga tahun 2015 telah 8.921 produk (BPOM 2015). Hal ini menunjukkan bahwa produk obat herbal sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Salah satu penyebab meningkatnya penggunaan obat herbal adalah rendahnya potensi resiko yang ditimbulkan (Patra et al. 2010), bahkan WHO telah merekomendasikan penggunaan ekstrak tanaman obat sebagai obat herbal karena mudah didapatkan dan harganya murah (Chaudhury dan Rafei 2002; Raina 2003) Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber antioksidan.Untuk menjadikan simplisia daun gedi harus memenuhi standarisasi ekstrak tanaman obat berdasarkan pada Kepmenkes No.261/MENKES/SK/IV/2009. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot L.) agar memiliki identitas sebelum digunakan sebagai bahan sediaan obat herbal dan mengetahui mutu dan kualitas dari bahan sediaaan obat yang akan dibuat STANDARISASI SIMPLISIA DAUN GEDI Kadar air Kadar abu, Kadar abu larut air dan larut asam Kadar sari larut air dan larut etanol 2. STANDARISASI EKSTRAK DAUN GEDI Spesifik : kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, pola kromatogram, kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan Non spesifik : kadar air, kadar sisa pelarut, kadar abu, abu larut air, abu larut etanol, susut pengeringan, bobot jenis, jumlah 1. Kadar air Cawan dikeringkan (105ᵒC 15 menit) Dinginkan didalam deksikator lalu timbang 5 gram sampel dimasukkan kecawan Dikeringkan pada suhu 105ᵒC selama 6 jam Didinginkan dideksikator, dilakukan hingga berat konstan Hitung persen kadar air = berat awal- berat akhir : berat awal x 100 % Kadar abu 1 2 3 4 • Ditimbang sampel 2-3 gram, digerus • Dimasukan kedalam krus silika yang telah dipijar dan ditera • Dipijarkan perlahan-lahan dah suhu dinaikkan bertahap hingga 600 ± 250ᵒC hingga bebas karbon • Didinginkan kedalam deksikator dan ditimbang berat abu. Kadar abu total dihitung dalam persen berat awal.dilakukan 3 kali replikasi Kadar abu tidak larut asam Abu yang diperoleh didihkan dengan 25 ml asam sulfat encer sekama 5 menit Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan dengan menyaring dengan kertas saring Dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobot tetap lalu ditimbang Kadar abu tidak larut asam dihitung dalam persn berat sampel awal. Perlakuan di lakukan 3 kali replikasi Kadar sari larut air 1 2 3 4 • Maserasi sampel 5 gram selama 2 jam dengan 100 ml air kloroform dilabu tersumbat • Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama lalu dibiarkan selama 18jam • Disaring lalu diuapkan 20ml filtrat hingga kering dalam cawan • panaskan residu pada suhu105ᵒC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen terhadapsampel awal. Replikasi 3 kali Kadar sari larut etanol 1 2 3 4 • Maserasi sampel 5 gram selama 2 jam dengan 100 ml etanol 95% dilabu tersumbat • Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama lalu dibiarkan selama 18jam • Disaring lalu diuapkan 20ml filtrat hingga kering dalam cawan • panaskan residu pada suhu105ᵒC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol 95%. Replikasi 3 kali Susut pengeringan ekstrak daun gedi Ditimbang ekstrak 1-2 g dimasukan botol tertutup yang telah dipanaskan pada suhu 105ᵒC selama 30 menit dan telah ditara Ratakan ekstrak dengan digoyangkan hingga lapisan setebal 5mm- 10mm lalu timbang Buka tutup botol, keringkan suhu 105ᵒC hingga bobot tetap. Tutup botol dimasukan di eksikator dikeringkan. Jika ekstrak sulit kering dan mencair pada pemanasan, diambah 1 g silika pada saat panas keringkan kembali hingga bobot tetap Bobot jenis ekstrak daun gedi Ditetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan 25ᵒC Atur suhu ekstrak lebih kurang 20ᵒC, dimasukan ke dalam piknometer Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga 25ᵒC, lalu ditimbang Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi ekstrak dengan bobot air dalam piknometer 25ᵒC Penentuan jumlah cemaran jamur pada ekstrak Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml (Air Suling Agar) ASA. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung ASA pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2, dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-g. Dari masingmasing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko. Ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan dibiarkan memadat. Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan pengencer, kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 2025°C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari. Koloni ragi dibedakan karena bentuknya bulat kecil-kecil putih hampir menyerupai bakteri. Lempeng Agar yang diamati adalah lempeng dimana terdapat 40 - 60 koloni Kapang/Khamir Penentuan flavonoid total ekstrak daun gedi Penentuan kadar flavonoid total dengan menggunakan metode yang digunakan oleh Wan et al. (2014) dengan sedikit modifikasi. 0,5 mL larutan ekstrak daun gedi yang mengandung flavonoid, dicampur dengan 0,5 mL NaNO2 5% (b/b) dan dibiarkan selama 6 menit. Larutan kemudian ditambahkan 0,5 mL AlCl3 10% (b/b), setelah 6 menit hasil dari larutan yang telah dicampur tersebut ditambahkan 5 mL NaOH 1 mol/L. Setelah 15 menit lautan di ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer UV/Vis dengan panjang gelombang 510 nm. Kisaran kurva kalibrasi dengan menggunakan standar kuersetin adalah sebesar 5,00-50,00 mg dengan fungsi y= 0,0125x -0,01613 (R=0,9993) (Lampiran 1) dimana y adalah nilai dari absorbansi dan x adalah nilai kuersetin (mg/mL) Penentuan nilai flavonoid akhir dilakukan berdasarkan formula yang dikembangkan oleh Pan et al. (2012) yaitu: UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN GEDI Aktivitas antioksidan ekstrak daun gedi ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Locatelliet al. (2004) dengan sedikit modifikasi. Ekstrak daun gedi dibuat larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda berkisar antara 200-800 ppm dengan pelarut metanol. Quercetin digunakan sebagai pembanding dengan konsentrasi 2-8 ppm. Larutan DPPH yang akan digunakan, dibuat dengan melarutkan DPPH dalam pelarut methanol dengan konsentrasi 1mM. sebanyak 4,5 ml larutan uji atau pembanding direaksikan dengan 500µl larutan DPPH 1mM dalam tabung reaksi. Campuran larutan di aduk dan diinkubasi pada suhu 37oC dalam kondisi gelas selama 30 menit.Serapan kemudian diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm Aktivitas antioksidan dari setiap sampel dan kuersetin dinyatakan dalam persen inhibisi, dan dihitung dengan rumus : • PARAMETER STANDARISASI SIMPLISIA DAUN GEDI Kadar air simplisia serbuk daun gedi yang dihasilkan adalah sebesar 7,45 ± 0,28, hal ini menunjukkan bahwa kadar air simplisia serbuk daun gedi masih berada dibawah standar yang telah ditentukan oleh MMI. Kadar abu total dan kadar abu total larut asam merupakan senyawa anorganik yang tidak diinginkan dalam proses pengobatan (Gupta dan Rao 2012). Standart yang ditetapkan dalam MMI adalah ≤ 10% untuk kadar abu total dan ≤ 2,60 % untuk kadar abu tidak larut asam. Dalam penelitian ini simplisia daun gedi memiliki nilai kadar abu total sebesar 10,46 ± 0,33 %, sedangkan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,96 ± 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu simplisia daun gedi berada diatas batas maksimal yang diperbolehkan oleh MMI sedangkan kadar abu tidak larut asam berada dibawah standar MMISimplisia daun gedi memiliki kadar sari larut air sebesar 12,80 ± 0,20 % dan kadar sari larut etanol sebesar 17,44 ± 0,16 %, sehingga simplisia ini telah memenuhi standar sesuai dengan MMI yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK DAUN GEDI 1. SPESIFIK Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% dan 96% memiliki kecenderungan bersifat polar. Hal ini ditunjukkan dengan kelarutan dalam air relatif kecil yaitu sebesar 7,46 ± 0,02 untuk pelarut etanol 70% dan 6,35 ± 0,65 untuk pelarut etanol 96%. Tingkat kepolaran hasil ekstraksi dapat digunakan untuk mengestimasi senyawa spesifik yang terdapat didalam bahan (Gupta dan Rao 2012; Thomas et al. 2008; Kumar et al. 2011). 2. NONSPESIFIK Berdasarkan pada hasil penelitian, kadar air ekstrak etanol 96% memiliki kadar air yang lebih rendah (5,60 ± 0,37 % b/b) jika dibandingkan dengan kadar air ekstrak etanol 70% (7,35 ± 0,86 % b/b), namun kedua ekstrak tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang diperbolehkan dalam bahan ekstrak yaitu sebesar 10% (PerKa BPOM No. 12 Tahun 2014). Total cemaran bakteri pada kedua jenis pelarut memiliki nilai yang berada dibawah standar yang ditetapkan untuk ekstrak sediaan obat, dimana nilai dari total cemaran bakteri adalah sebesar 2,36 x 103 koloni/g untuk pelarut etanol 70% dan 2,16 x 103 koloni/gram untuk pelarut etanol 96%, sementara standar yang ditetapkan oleh BPOM melalui Perka BPOM No 12. Tahun 2014 sebesar < 104 koloni/g. Sedangkan untuk total cemaran kapang, masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM, hal ini disebabkan karena kedua ekstrak etanol tersebut berada lebih besar dari 103 koloni/g. GOLONGAN SENYAWA EKSTRAK ETANOL DAUN GEDI TOTAL FLAVONOID DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Pelarut etanol 96% memiliki polaritas yang lebih baik untuk mengekstrak senyawa flavonoid, dimana total flavonoid yang didapatkan sebesar 37,19 ± 0,40 mg/g. Hasil penelitian menunjukkan pelarut etanol 96% memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dengan nilai IC50 sebesar 512,41 ± 3,44 ppm dibandingkan dengan pelarut etanol 70% (IC50 = 625,14 ± 2,65 ppm). Hasil uji t menunjukkan bahwa keduanya adalah berbeda nyata (Lampiran 6 dan 7). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor konsentrasi mempengaruhi nilai kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Qian et al. (2004) bahwa peningkatan konsentrasi etanol akan meningkatka kadar flavonoid dan Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan sebagian besar parameter simplisia daun gedi telah memenuhi standar MMI namun untuk kadar abu dan kadar sari larut air berada dibawah standar MMI. Ekstrak etanol daun gedi juga telah memenuhi standar Perka BPOM No 12. Tahun 2014 tentang persyaratan mutu sediaan obat, dimana ekstrak etanol yang dihasilkan memiliki kadar air 5,60 ± 0,37 %b/b, kadar abu total 12, 82 ± 0,44 % b/b, kadar abu tidak larut asam 0,24 ± 0,05 %b/b, bobot jenis ekstrak pada pengenceran 5% 0, 83 ± 0,01, bobot jenis ekstrak pada pengenceran 10% 0,85 ± 0,02, total cemaran bakteri 2,1 x 103 koloni/g, total cemaran kapang 3,6 x 103 koloni/g, dan kadar timbal sebesar 4,67 ± 0,03. Konsentrasi pelarut yang paling baik untuk mengekstrak flavonoid dari daun gedi adalah pelarut etanol dengan konsentrasi sebesar 96% dengan flavonoid total yang didapat sebesar 37,29 ± 0,40 mg/g dengan aktivitas antioksidan IC50 512,41 ± 3,44. TERIMAKASIH