RUTINITAS PIJAT BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 3-12 BULAN Hermina Humune* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan : Masa bayi merupakan fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya. Hasil studi pendahuluan pada 10 bayi di BPM Ny. Kisworo Surabaya tahun 2014 ditemukan bahwa masih kurangnya kemampuan perkembangan bayi yang tidak sesuai dengan tahapannya dan terdapat bayi yang mengalami kegagalan dalam peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan dan perkembangan bayi usia 3-12 bulan di BPM Ny. Kisworo Surabaya tahun 2014. Metode : Penelitian ini menggunakan analitik korelasional, dengan populasi semua bayi usia 3-12 bulan sebanyak 40 bayi. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling, instrumen yang digunakan Kartu Pijat Bayi, Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kuisioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Analisa statistik menggunakan uji Spearman Rank.. Hasil : Hasil penelitian yaitu sebagian besar responden rutin melakukan pijat bayi sebanyak 26 bayi (65 %), peningkatan berat badan bayi setengahnya adalah meningkat sebanyak 20 bayi (50 %), perkembangan bayi hampir seluruhnya adalah sesuai sebanyak 29 bayi (72,5 %). Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan dan nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan perkembangan Diskusi :. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang manfaat pemijatan yang teratur sehingga terbentuk sikap positif untuk melakukan pemijatan secara rutin. Kata Kunci : Rutinitas Pijat Bayi, Peningkatan Berat Badan, Perkembangan PENDAHULUAN Perkembangan pada manusia tidak hanya dimulai saat dilahirkan, tetapi perlu diyakini bahwa perkembangan manusia sudah terjadi sejak masa konsepsi. Proses konsepsi menjadi dasar untuk setiap perkembangan pada manusia dan fase perkembangan akan berakhir pada saat manusia meninggal. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan proses yang teramat penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik, mental maupun perubahan fisik dan peningkatan ukuran bagian tubuh dari seorang individu yang berbeda, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya setiap kemampuan, keterampilan, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dari kemandirian yang dimiliki individu utuk beradaptasi dengan lingkungannya (Potter & Perry, 2005). Menurut WHO (2012), diperkirakan 101 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh Dunia mengalami masalah berat badan kurang, prevalensi berat badan kurang pada anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%). Meskipun prevalensi berat badan kurang pada anak usia di bawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, namun jutaan anak masih termasuk dalam kategori beresiko. Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Masalah gizi yang terjadi dapat berdampak pada penurunan berat badan ataupun sebaliknya. Penurunan berat badan pun merupakan indikator menurunnya gizi anak dan perlu diwaspadai masalah pertumbuhannya. Sekitar 10-20% bayi mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Pada tahun 1990, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. 51 Berdasarkan data Riskesdas (2010), prevalensi gizi lebih pada balita sebesar 14,0%, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2%. Setiap tahunnya tidak kurang dari satu juta anak di Indonesia mengalami status gizi yang buruk. Masalah perkembangan anak di Amerika Serikat berkisar 12-16 %, Thailand 24 %, Argentina 22 %, dan di Indonesia antara 13-8 % (Hidayat, 2011). Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia cakupan pelayanan kesehatan balita dalam deteksi tumbuh kembang balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang anak di Indonesia sebesar 45,7% (Depkes RI, 2010). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan untuk perkembangan normal sesuai dengan usia 53%, meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan perkembangan sebanyak 34% (10% motorik kasar, 30% motorik halus, 44% bicara dan bahasa, 16% sosialisasi kemandirian). Sedangkan data yang didapatkan berdasarkan catatan Dinkes Propinsi Jawa Timur untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur ditetapkan 80% tetapi cakupan periksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 14% (Depkes Jatim, 2009). Berdasarkan survey awal yang dilakukan di BPS Kisworo daerah Kemlaten, Surabaya pada 10 bayi usia 3-12 bulan didapatkan 3 bayi mengalami peningkatan berat badan 500 gr, 4 bayi tidak mengalami peningkatan berat badan atau tetap, 3 bayi mengalami penurunan berat badan. Sedangkan untuk perkembangannya diukur menggunakan KPSP pada 10 bayi yang sama usia 3-12 bulan didapatkan hasil 3 bayi mengalami perkembangan sesuai dengan tahapannya, 6 bayi mengalami perkembangan tidak sesuai dengan tahapannya pada motorik kasar dan motorik halus, sedangkan 1 bayi mengalami keterlambatan perkembangannya. Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa masih kurangnya kemampuan perkembangan pada bayi yang tidak sesuai dengan tahapannya dan masih terdapat bayi yang mengalami kegagalan dalam peningkatan berat badan di BPS Kisworo Surabaya tahun 2014. Masalah pertumbuhan dan perkembangan pada bayi merupakan masalah yang harus diperhatikan pada masa bayi karena dapat mempengaruhi kehidupan atau tahap selanjutnya. Perubahan berat badan pada bayi merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan bayi sehingga ketika timbul masalah kita harus segera mencari solusinya agar tidak mengalami pertumbuhan yang gagal. Penyebab dari keterlambatan perkembangan bayi salah satunya adalah kurang aktifnya perilaku orang tua dalam memberikan stimulasi kepada bayi dan ketidaktahuan orang tua terhadap pentingnya stimulasi perkembangan. Kurangnya rangsangan yang diberikan pada bayi akan memperparah keterlambatan perkembangan pada bayi. banyak riset menunjukan bahwa bayi membutuhkan rangsangan dini (Pratiwi, 2013). Jika keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangan tidak segera ditangani maka akab berdampak luas dimana dari keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi akan mempengaruhi terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa yang berkaitan erat dengan kualita SDM yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini (Farida, 2013). Oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu maupun keluarga untuk memberikan rangsangan/stimulasi berupa pijatan secara teratur untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sehingga sesuai dengan tahapannya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan dan perkembangan bayi usia 3-12 bulan di BPSNy. Kisworo Surabaya METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian induktif karena penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan berat badan dan perkembangan bayi. Penelitian ini dilakukan pengambilan data data bulan April 2014 bertempat di BPS Ny.Kisworo Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 3-12 bulan yang melakukan pijat di BPS Ny. Kisworo Surabaya sebanyak 40 orang bulan April tahun 2014 . 52 HASIL DAN PENELITIAN Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Melakukan Pijat Bayi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu yang Melakukan Pijat Bayi di BPS Ny. Kisworo Kota Surabaya Tahun 2014 Pendidikan Frekuensi (f) Dasar Menengah Tinggi Total 5 11 24 40 Prosentase (%) 12,5 27,5 60 100 Sumber : Data Primer Penelitian, 2014 Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan ibu yang melakukan pijat bayi sebagian besar adalah pendidikan tinggi sebanyak 24 orang (60 %). Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang melakukan Pijat Bayi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Melakukan Pijat Bayi di BPM Ny. Kisworo Kota Surabaya Tahun 2014 Pekerjaan Prosentase (%) IRT Wiraswasta Swasta Frekuensi (f) 8 13 9 PNS Total 10 40 25 100 20 32,5 22,5 Sumber : Data Primer Penelitian, 2014 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diinterpretasikan bahwa pekerjaan ibu yang melakukan pijat bayi hampir setengahnya adalah wiraswasta sebanyak 13 orang (32,5 %). Karateristik Responden Berdasarkan Rutinitas Pijat Bayi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Rutinitas Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Rutinitas Pijat Bayi Rutin Tidak Rutin Total Frekuensi (f) 26 14 40 Prosentase (%) 65 35 100 Sumber : Data Sekunder Penelitian, 2014 Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden rutin melakukan pijat bayi sebanyak 26 bayi (65 %). Karateristik Responden Berdasarkan Peningkatan Berat Badan Bayi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-12 Bulan di BPM Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Peningkatan Berat Badan Meningkat Tetap Turun Frekuensi (f) 20 14 6 Presentase (%) 50 35 15 Total 40 100 Sumber : Data Sekunder Penelitian, 2014 Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan berat badan bayi setengahnya adalah meningkat sebanyak 20 bayi (50 %). Karateristik Responden Berdasarkan Perkembangan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Perkembangan Bayi Usia 3-12 Bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Perkembangan Sesuai Meragukan Menyimpang Total Frekuensi (f) 29 7 4 40 Prosentase (%) 72,5 17,5 10 100 Sumber : Data Primer Penelitian, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan bayi hampir seluruhnya adalah sesuai sebanyak 29 bayi (72,5 %) Hubungan Rutinitas Pijat Bayi dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Tabel 6 Distribusi Tabulasi Silang Rutinitas Pijat Bayi Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-12 Bulan Di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Rutinitas Pijat Bayi Rutin Tidak Rutin Total r: 0,788 Peningkatan Berat Badan Meningkat Tetap Turun ∑ % ∑ % ∑ % 20 50 6 15 0 0 0 0 8 20 6 15 20 50 14 35 p-value: 0, 000 Total ∑ 26 14 6 15 40 a: 0,05 % 65 35 100 Sumber : Hasil uji SPSS Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diinterpretasikan bahwa bayi yang rutin mendapat pijat bayi setengahnya mengalami peningkatan berat badan sebanyak 20 bayi (50 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank diperoleh hasil nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan pada bayi usia 3-12 bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya tahun 2014. Selain itu 53 didapatkan nilai correlation coefficient (r) jika semakin rutin pijat bayi dilakukan maka sebesar 0,788 yang menunjukan hubungan berat badan bayi akan semakin meningkat. antara rutinitas pijat bayi dengan penigkatan Hubungan Rutinitas Pijat Bayi dengan berat badan bayi mempunyai korelasi yang kuat Perkembangan Bayi dan arah hubungannya positif (+) yang artinya Tabel 7 Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Rutinitas Pijat Bayi Dengan Perkembangan Bayi Usia 3-12 Bulan Di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Rutinitas Pijat Bayi Rutin Tidak Rutin Total r: 0,829 ∑ 26 3 29 Sesuai % 65 7,5 72,5 Perkembangan Meragukan ∑ % 0 0 7 17,5 7 17,5 p-value: 0, 000 Total Menyimpang ∑ % 0 0 4 10 4 10 a: 0,05 ∑ 26 14 40 % 65 35 100 Sumber : Hasil uji SPSS Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diinterpretasikan bahwa bayi yang rutin mendapat pijat bayi sebagian besar mengalami perkembanganyang sesuaiyaitu sebanyak 26 bayi (65 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank diperoleh hasil nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan perkembanganpada bayi usia 3-12 bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya tahun 2014. Selain itu didapatkan nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,829 yang menunjukan hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan perkembangan bayi mempunyai korelasi yang sangat kuat dan arah hubungannya positif (+) yang artinya jika semakin rutin pijat bayi dilakukan maka perkembangan bayi akan semakin baik sesuai dengan usianya. PEMBAHASAN Rutinitas Pijat Bayi usia 3-12 Bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden rutin melakukan pijat bayi. Rutinitas berasal dari kata rutin yang artinya prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah dalam melaksanankan suatu kegiatan (Ebta, 2010). Jadi pengertian rutinitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan teratur untuk mencapai hasil yang maksimal. Rutinitas pijat bayi merupakan terapi sentuhan pada bayi yang dilakukan secara rutin dengan frekuensi 2 minggu 1 kali dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan. Rutinitas pijat bayi sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Menurut Riksani (2013), pijat bayi merupakan salah satu bentuk stimulasi yang merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak. Seorang anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat bertumbuh berkembang dibandingkan dengan yang kurang mendapatkan stimulasi. Adapun kegiatan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat pijat bayi sehingga menimbulkan kesadaran akan pentingnya pijat bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang pijat bayi sehingga ibu akan lebih rutin melakukan pijat bayi baik di tenaga kesehatan maupun di rumah. Semakin sering atau rutin stimulasi sentuh yang diberikan maka akan semakin meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-12 Bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan berat badan bayi setengahnya adalah meningkat. Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi di dalam tubuh meliputi aspek ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ mapun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (sentimeter, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi-balita. Pada masa ini, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Bayi 54 yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya meliputi air, kabohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral akan memperoleh energi yang cukup untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan Supariasa (2002) yang menyatakan bahwa kenaikan indeks berat badan per umur akan menggambarkan status gizi seseorang. Masalah gizi yang terjadi dapat berdampak pada penurunan berat badan ataupun sebaliknya. Penurunan berat badan pun merupakan indikator menurunnya gizi anak dan perlu diwaspadai masalah pertumbuhannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan ibu yang melakukan pijat bayi sebagian besar adalah pendidikan tinggi. Hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak telah banyak diungkapkan oleh para ahli. Pada masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah, prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikan cukup tinggi prevalensi gizi kurang lebih rendah. Dalam penelitian ini terdapat banyak responden dengan berat badan meningkat menunjukan bahwa pertumbuhannya baik. Tingkat Perkembangan Bayi Usia 3-12 Bulan di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa perkembangan bayi hampir seluruhnya adalah sesuai. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2007). Di dalam perkembangan terdapat proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya. Perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu, seperti perkembangan emosi, intelektual, kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan personal sosial sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Adriana, 2011). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan di antaranya faktor internal dan ekternal. Beberapa faktor eksternal yaitu nutrisi, lingkungan pengasuh, stimulasi, dan sosio-ekonomi. Beberapa hal tersebut berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan ibu yang melakukan pijat bayi sebagian besar adalah pendidikan tinggi. Pendidikan ibu yang masih rendah akan berpengaruh terhadap pemberian stimulasi pada anak sesuai dengan usianya. Pengetahuan yang dimiliki ibu bisa dimanfaatkan untuk dapat menentukan stimulasi apa yang harus diberikan pada anaknya sehingga anaknya bisa berkembang sesuai dengan tahap perkembangan pada usianya. Lingkungan pengasuhan juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak karena interaksi ibu anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain kebutuhan akan stimulasi, anak juga memiliki kebutuhan lain seperti nutrisi, perawatan kesehatan dasar serta kasih sayang. Apabila kebutuhan anak cukup terpenuhi maka perkembangan anak juga semakin bagus. Hubungan antara Rutinitas Pijat Bayi Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-12 Bulan Di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014. Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diinterpretasikan bahwa bayi yang rutin mendapat pijat bayi setengahnya mengalami peningkatan berat badan. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank diperoleh hasil nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan pada bayi usia 3-12 bulan di BPM Ny. Kisworo Surabaya tahun 2016. Selain itu didapatkan nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,788 yang menunjukan hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan penigkatan berat badan bayi mempunyai korelasi yang kuat dan arah hubungannya positif (+) yang artinya jika semakin rutin pijat bayi dilakukan maka berat badan bayi akan semakin meningkat. Rutinitas pijat bayi sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Menurut Riksani (2014), pijat bayi merupakan salah satu bentuk stimulasi yang merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak. Seorang anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat bertumbuh berkembang dibandingkan dengan yang kurang 55 mendapatkan stimulasi. Semakin sering atau rutin stimulasi sentuh yang diberikan maka akan semakin meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi yang mendapat stimulasi pijat akan mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi menjadi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusui sehingga dapat meningkatkan berat badan dan pertumbuhannya. Selain itu, saat bayi dipijat akan meningkatkan sirkulasi aliran darah, ketika aliran darah ke seluruh tubuh meningkat maka aliran darah ke bagian otak juga meningkat khususnya pada hipotalamus. Apabila aliran darah meningkat pada hipotalamus maka meningkatkan kemampuan dalam mensekresi Growth Hormon Releasing Hormon (GHRH). GHRH merangsang hormon pertumbuhan, kelenjar hipofisis anterior mensekresi hormon pertumbuhan pada tubuh di bagian tulang dan otot (Brunner & Suddart, 2002). Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Prof. T.Field dan Scafidi (1986) tentang pijat bayi premature, menunjukan bahwa pada 20 bayi premature (berat badan 1.280 gr sampai 1.176 gr), yang dipijat 3x 15 menit selama 10 hari mengalami kenaikan berat badan per hari 20 % sampai 47 % per hari lebih daripada yang tidak dipijat, dan pada penelitian bayi matur yang berusia 1 sampai 3 bulan yang dipijat selama 5 menit 2x seminggu selama 6 minggu didapatkn kenaikan berat badan yang lebih dari control (Roesli, 2001). Dalam menunjang petumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya terfokus pada pemberian stimulasi. Selain pemberian stimulasi dengan rutin melakukan pijat bayi, perlu diperhatikan faktor lain salah satunya yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi/gizi. Pemberian nutrisi yang cukup pada bayi akan menunjang pertumbuhannya yang dapat dilihat dari peningkatan pada berat badannya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa upaya meningkatkan tumbuh kembang anak antara lain gizi anak dengan pemenuhan nutrisi, kesehatan anak dengan berkonsultasi ke layanan tumbuh kembang untuk mendeteksi adanya gangguan atau tidak, lingkungan yang sehat, dukungan keluarga, dan stimulasi. Hubungan antara Rutinitas Pijat Bayi Dengan Perkembangan Usia 3-12 Bulan Di BPS Ny. Kisworo Surabaya Tahun 2014 Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diinterpretasikan bahwa bayi yang rutin mendapat pijat bayi sebagian besar mengalami perkembangan yang sesuai. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rank diperoleh hasil nilai ρ value (0,000) < ɑ (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan perkembangan pada bayi usia 3-12 bulan di BPM Ny. Kisworo Surabaya tahun 2014. Selain itu didapatkan nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,829 yang menunjukan hubungan antara rutinitas pijat bayi dengan perkembangan bayi mempunyai korelasi yang sangat kuat dan arah hubungannya positif (+) yang artinya jika semakin rutin pijat bayi dilakukan maka perkembangan bayi akan semakin meningkat. Ada empat parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak yaitu motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, sosial dan kemandirian. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak. Perkembangan bayi menjadi lebih baik karena adanya stimulasi pada kulit bayi. Hal ini karena kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai reseptor terluas yang dimiliki manusia.Pemijatan juga meningkatkan syaraf nervus vagus akan terangsang untuk meningkatkan penyerapan makanan. Apabila penyerapan makanan dalam sel - sel maupun jaringan tubuh baik, maka nutrsi dalam tubuh tercukupi khususnya otak sebagai sistem saraf pusat. Nutrisi tubuh yang baik akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan personal sosial, bahasa baik motorik halus maupun motorik kasar. Selain itu rangsangan yang diberikan pada kulit akan meningkatkan myelinisasi sehingga meningkatkan komunikasi sel neuron. Dengan demikian akan merangsang syaraf motorik kasar sehingga gerakan fisik bayi seimbang dan dapat dikoordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh misalnya berjalan, berlari, berlompat dan sebagainya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novia (2013), bahwa hasil penelitian didapatkan nilai 56 p value sebesar 0,029 < nilai = 0,05 sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pijat bayi dengan perkembangan pada bayi usia 3-6 bulan. Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa terdapat bayi yang tidak rutin melakukan pijat bayi sebanyak 14 bayi (35 %) dengan perkembangan yang menyimpang 4 bayi (10%). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh stimulasi saja melainkan ada faktor lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan diantaranya cinta dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi namun sebaliknya kasih sayang yang berlebihan justru akan menjurus kearah memanjakan yang akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Selain itu, kualitas dari interaksi juga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak. Pendidikan ayah/ibu juga dapat mempengaruhi proses perkembangan pada anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua, informasi yang dimiliki lebih luas dan lebih mudah diterima termasuk tentang informasi perkembangan anak. Seorang anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat bertumbuh berkembang dibandingkan dengan yang kurang mendapatkan stimulasi. Semakin sering atau rutin stimulasi sentuh yang diberikan maka akan semakin meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian disimpulkan bahwa rutinitas pijat bayi dengan peningkatan berat badan dan perkembangan bayi usia 3-12 bulan mengalami peningkatan berat badan, rutin pijat byi, perkembangan yang sesuai. Saran Diharapkan dapat memberikan memberikan pengetahuan tentang pijat dalam kaitannya dengan pembentukan praktik pemijatan yang tertatur dan memberikan informasi, pengetahuan dan wawasan bagi ibu, keluarga maupun masyarakat tentang manfaat pemijatan yang teratur sehingga terbentuk sikap positif untuk melakukan pemijatan secara teratur dan rutin. KEPUSTAKAAN Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi, Dr.Prof. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dewi, S. 2012. Pijat dan Asupan Gizi Tepat untuk Melejitkan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes, RI. 2006. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes RI. Depkes, RI. 2009. Tahap Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Depkes RI. Diananda. 2009. Penurunan dan Penambahan Berat Badan Bayi. Jakarta: Balai Pustaka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jatim tahun 2009. Yogyakarta. Ebta. 2010. Konsep Dasar Rutinitas. [Internet] http//www/Konsepdasarrutinitas.com> diakses tanggal 16 April 2014 Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: KEMENKES RI Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Riksani, Ria. 2013. Cara Mudah dan Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat. Roesli, Utami. 2001. Pedoman Pijat Bayi. Edisi Revisi XIII. Jakarta: Trubus Agriwidya. Roesli, Utami. 2008. Pertumbuhan Bayi yang Melakukan Pijat Bayi. Jakarta: EGC Ronald, H, S. 2011. Pedoman Perawatan Balita. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Sari. 2004. Pijat bayi. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Widyastuti, A & Widyani S.2008. Panduan Perkembangan Anak Usia 0-1 Tahun Jakarta : Puspa Swara 57