Uploaded by User40268

KERANG LAMIS (Meretrix sp. ) DAN TERIPANG GAMA (Stichopus variegates) SEBAGAI ANTIHIPERTENSI

advertisement
MAKALAH FARMASI KEMARITIMAN
KERANG LAMIS (Meretrix sp. ) DAN TERIPANG GAMA (Stichopus
variegates) SEBAGAI ANTIHIPERTENSI
OLEH
NAMA
: I GUSTI KETUT PUTRA
NIM
: F201902006
KELAS
: C5NR
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. 3
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………... 4
2.1 Pengertian Hipertensi ………………………………………………………….. 4
2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Lamis (Meretrix sp.) ……………………… 12
2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Teripang Gama……………………………………... 14
2.4 Efek Antihipertensi Oleh Kerang Lamis Dan Teripang Gama……………….. 17
BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 19
3.2 Saran…………………………………………………………………………… 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat maju
yang menyerang pria maupun wanita, tua maupun muda. Penyakit hipertensi
merupakan faktor risiko utama dari penyebab penyakit jantung, stroke, kelainan
pembuluh darah perifer, kelainan serebrovasculer, kelainan ginjal dan kelainan mata.
Tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh tekanan darah sistolik (tekanan
darah paling tinggi ketika jantung berkerut memompa darah ke dalam arteri) dan
tekanan darah diastolik (tekanan darah ketika jantung istirahat sekejap di antara dua
denyutan). .
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik melebihi
140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi dibagi dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat diubah
contohnya jenis kelamin, umur, genetik, dan faktor yang dapat diubah seperti pola
makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7%,
artinya hampir 1 dari 3 penduduk usia 18 tahun ke atas menderita hipertensi dan
setiap tahunnya 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Pemilihan
obat-obatan hipertensi saat ini telah banyak mengalami perubahan karena perlu
mempertimbangkan efek samping yang ditimbulkan, pemakaian jangka panjang dan
nilai ekonomisnya. Penggunaan bahan alami untuk mengobati dan mengontrol
penyakit sudah banyak dilakukan oleh masyarakat dunia.
1
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan penelitian terhadap bahan alami untuk
mengobati berbagai penyakit. Industri farmasi juga berusaha mencari peluang
pemanfaatan bahan alam dan turunannya sebagai bahan untuk obat. Dibandingkan
obat-obat modern, obat
herbal memiliki beberapa kelebihan antara lain efek
sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki
efek saling mendukung, pada satu obat herbal memiliki lebih dari satu efek
farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
Sudah banyak penelitian tentang obat tradisional untuk hipertensi dari berbagai
hewan perairan contoh Mytilus edulis, Rhopilema esculentum, dan tuna. Hewan laut
yang diduga dapat dijadikan sebagai obat tradisional untuk hipertensi adalah kerang
lamis dan teripang gama. Sejauh ini kerang lamis hanya dimanfaatkan untuk
konsumsi. Berdasarkan dugaan masyarakat tersebut tidak menutup kemungkinan
pemanfaatan kerang lamis lebih banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai komponen bioaktif yang terkandung pada kerang lamis yang memiliki
aktivitas sebagai antihipertensi.
Teripang gama merupakan salah satu jenis teripang yang memiliki ciri tubuh
berwarna hijau tua dengan bintik-bintik kecil berwarna putih, tubuh bagian dalam
berwarna abu-abu muda, memiliki panjang 20-30 cm, bertekstur kenyal, dan
tubuhnya silindris memanjang. Teripang ini jumlahnya cukup melimpah akan tetapi
nilai ekonomisnya masih rendah.
Penelitian mengenai aktivitas penghambatan angiotensin-I converting enzyme
(ACE) saat ini banyak dilakukan karena penyakit darah tinggi merupakan salah satu
2
penyakit yang berpotensi menjadi penyebab kematian terbesar dunia. Prediksi
tersebut menyebabkan eksplorasi peptida bioaktif dari berbagai sumber bahan lokal
Indonesia seperti kerang dan teripang merupakan hal yang menarik untuk dikaji dan
diteliti. Indonesia memiliki wilayah lautan luas dengan sumber daya laut yang
berlimpah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?
2. Bagaimana klasifikasi kerang lamis dan teripang gama?
3. Bagaimana efek antihipertensi oleh kerang lamis dan teripang gama?
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi.
2. Mengetahui klasifikasi kerang lamis dan teripang gama.
3. Mengetahui efek antihipertensi oleh kerang lamis dan teripang gama?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut Khatib (2005) adalah
tekanan
darah
normal, jika sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang
atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah perbatasan, yaitu sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu jika
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95 mmHg. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita hipertensi yaitu
kelebihan berat badan, asupan natrium (sodium), asupan kalium (potassium), dan
pembatasan konsumsi alkohol.
Hipertensi sangat penting untuk diketahui mengingat banyaknya komplikasi
yang ditimbulkan jika seseorang telah terbukti menderita hipertensi. Penyakit
hipertensi merupakan faktor risiko utama dari perkembangan penyebab penyakit
jantung dan stroke, kelainan pembuluh darah perifer, kelainan serebrovasculer,
kelainan ginjal, dan kelainan mata.
2.1.1 Faktor Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi primer disebabkan berbagai faktor, yaitu genetik,
umur, makanan (garam yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya hipertensi,
lemak atau protein yang berlebih menyebabkan pengentalan darah, pembuluh darah
4
menyempit sehingga tekanan darah meningkat), dan emosi. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya contohnnya kencing manis, gangguan
fungsi ginjal, kehamilan, obesitas, dan hiperaldosteron. Sebanyak 95% penderita
hipertensi disebabkan karena hipertensi primer dan 5% karena hipertensi sekunder..
Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu faktor yang tidak bisa
diubah contoh genetik, jenis kelamin, dan umur dan faktor yang bisa diubah contoh
natrium, obesitas, stres, alkohol, dan kolesterol.
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
WHO mengklasifikasikan tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan kategori
optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1, 2, dan 3. Klasifikasi hipertensi
menurut WHO (1999) disajikan pada Tabel 1.
2.1.3 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan darah yang memberi
gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga dapat menyebabkan
5
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian
yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah
jantung) serta penyempitan vertikel kiri atau bilik kiri (terjadi pada otot jantung).
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain, contoh diabetes mellitus. Komplikasi yang terjadi pada
hipertensi yaitu terjadinya kelainan pada mata, jantung, serebrovaskuler, dan ginjal.
Kelainan pada mata berupa retinopati yaitu terlihat adanya perdarahan dengan atau
tanpa edema papil. Kelainan
terhadap jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat dan dapat diketahui dari pemeriksaan. Pengaruh
hipertensi pada otak bisa disebabkan oleh akibat meningkatnya tekanan darah yang
mengakibatkan perdarahan, atau akibat adanya accelerated atherosclerosis dengan
penyakit serebrovaskuler. Kelainan pada ginjal mula-mula dengan adanya penebalan
dasar arteriosklerosis dan penyumbatan (obliterasi), selanjutnya terjadi perubahan
berat pada parenkim ginjal.
2.1.4 Mekanisme Hipertensi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi
primer antara lain:
1) Curah jantung dan tahanan perifer:
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
6
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama
akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi
oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible
2) Sistem saraf otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor lain
termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon
(Hernawati
2008).
3) Sistem renin-angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan sistem endokrin
yang
penting
dalam
pengontrolan
tekanan
darah.
Renin
disekresi
oleh
juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon penurunan asupan garam, ataupun
respon dari sistem saraf simpatetik (Hernawati 2008)
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh
7
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi ngiotensin II (oktapeptida
yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah
karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua jalur yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Antidiuretik
hormon diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Pengaturan volume cairan
ekstraseluler dilakukan aldosteron dengan cara mengurangi ekskresi NaCl (garam)
melalui reabsorpsi dari tubulus ginjal. Konsentrasi NaCl yang meningkat akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
4) Disfungsi endothelium
Sel endotel adalah lapisan yang meliputi permukaan dalam pembuluh darah yang
berfungsi sebagai membrane selektif yang membatasi darah dengan jaringan sekitar
pembuluh darah. Sel endotel berperan penting dalam mempertahankan fungsi
homeostasis sistim kardiovaskuler. Sel endotel bertanggung jawab dalam
8
mempertahankan permeabilitas serta pertukaran zat antara darah dan jaringan
sekitarnya, menghasilkan zat vasoaktif dan proses angiogenesis, juga berfungsi
sebagai tromboresisten.
5) Substansi vasoaktif
Sebuah konsep yang telah berkembang dalam patofisiologi hipertensi adalah
kontribusi perubahan struktur vaskuler (remodeling vaskuler). Sekarang telah
diketahui tonus dapat berubah melalui proses akut dan pembuluh darah dapat
merubah strukturnya melalui proses kronik sebagai respon terhadap kondisi tertentu.
Remodeling vaskuler biasanya adalah suatu proses adaptif sebagai respon erhadap
perubahan kronik pada kondisi hemodinamik dan atau faktor hormonal. Ada
kemungkinan bahwa substrat vasoaktif sendiri berperan langsung dalam remodeling
vaskuler. Hipotesis sebelumnya, kebanyakan vasokonstriktif endogen adalah
promoter pertumbuhan dan vasodilator endogen adalah inhibitor pertumbuhan.
Substansi vasoaktif dapat meregulasi homeostasis vaskuler melalui efek jangka
pendek pada tonus vaskuler dan efek jangka panjang pada struktur vaskuler.
Ketidakseimbangan kadua hal inilah yang menimbulkan vasokonstriksi dan hipertrofi
vaskuler sehingga timbul hipertensi.
6) Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding pembuluh
darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium), ketidaknormalan faktor
homeostasis, platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan
protrombotik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan
9
merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat
antihipertensi.
7) Disfungsi diastolik
Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan terkadang disertai
hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan afterload,
penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik, dan fibrosis. Hipertropi ventrikel
kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik
Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat
olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan
tekanan ventrikel.
2.1.5 Antihipertensi Dari Alam
Obat untuk hipertensi semakin berkembang dari tahun ke tahun. Penelitianpenelitian untuk menemukan obat dengan efektifitas yang lebih baik dan efek
samping
seminimal mungkin terus berlanjut. Di sisi lain secara turun temurun
sebenarnya telah dikenal pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi.
Pengobatan tradisional sudah cukup luas dan diakui secara empiris banyak membantu
mengurangi keluhan penderita hipertensi.
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Bahan
obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang
berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu
10
identik dengan tanaman obat (TO) karena sebagian besar OT berasal dari TO. Obat
tradisional ini (baik berupa jamu maupun TO) masih banyak digunakan oleh
masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Obat tradisional mengalami
perkembangan yang semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke
alam (back to nature) serta krisis yang berkepanjangan. Penelitian akan tanaman obat
ini telah berkembang luas di beberapa negara seperti China, India, Thailand, Korea
dan Jepang.
Contoh tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat hipertensi adalah
belimbing wuluh, baroco, ketepeng kecil, mindi kecil, murbei, pulai, pule pandak,
sambiloto, sambung nyawa, dan tempuyung. Tanaman obat memiliki kelebihan
dalam pengobatan hipertensi karena umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain
mengobati hipertensi juga mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasi
sebagai akibat tekanan darah tinggi. Faktor pendorong lain terjadinya peningkatan
obat herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern
untuk penyakit tertentu diantaranya kanker serta semakin luas akses informasi
mengenai obat herbal di seluruh dunia.
11
2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Lamis (Meretrix sp.)
Kerang lamis adalah kerang yang hidup pada kedalaman 0 sampai 20 meter
yang dapat ditemukan di daerah pasang surut di pasir atau di lumpur (FAO 2006).
Klasifikasi kerang lamis (Meretrix sp.) (FAO 2006) adalah sebagai berikut:
Filum
: Moluska
Kelas
: Bivalvia
Subklas
: Heterodanta
Ordo
: Veneroida
Famili
: Veneridae
Genus
: Meretrix
Spesies
: Meretrix sp.
Ciri morfologi Meretrix sp. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cangkang tipis, licin, berkilap, tubuh berbentuk seperti telur, ujung belakang panjang,
dan beberapa datar. Umbo besar, menggembung pada bagian tengah anterior dan
ramping dibagian depannya, permukaan halus, palial sinus dalam, warna bervariasi
ada yang kuning keunguan sampai kuning kecoklatan, dan bagian anterior berwarna
putih.
12
Potensi ekstrak kerang lamis sebagai antihipertensi aktivitas antihipertensi
senyawa bioaktif hewan dari filum Molusca telah dilaporkan oleh Je et al. (2005).
Senyawa metabolit sekunder hasil pengujian fitokimia yang terdapat pada ekstrak
kerang lamis mengandung alkaloid, steroid, saponin. Senyawa alkaloid, steroid, dan
saponin dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi).
Penurunan tekanan darah dapat terjadi karena efek diuretik dari ekstrak
tersebut. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain
kapasitas kerja jantung, elastisitas pembuluh darah dan faktor darah itu sendiri, misal
viskositas dan volume darah (Siska et al. 2010). Salah satu efek yang terjadi setelah
hipertensi adalah menggumpalnya (koagulan) darah. Jung et al. (2002) telah meneliti
protein antikoagulan dari kerang jenis Scapharca broughtonii. Komposisi asam amino
dari protein antikoagulan dari S. brougtonii adalah aspargin, threonin, serin, glutamin,
prolin, glisin, alanin, sistein, valin, methionin, lisin, leusin, fenilalanin, histidin,
arginin, sehingga diduga kerang lamis pun memiliki protein antikoagulan.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua
jalur yaitu meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
13
Menurut Je et al. (2005) kerang jenis Mytilus edulis mampu menghambat
pembentukan angiotensin II, sehingga diduga kerang lamis juga
mampu
menghambat pembentukan angiotensin II.
2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Teripang Gama
Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata)
tapi tidak semua memiliki duri. Duri tersebut sebenarnya merupakan rangka
(skeleton) yang tersusun dari zat kapur yang terbenam di dalam kulit. Di antara 3
famili teripang, hanya famili Holothuroidea dan Stichopodidea saja yang dapat
dimakan dan bernilai ekonomis (Martoyo et al. 2000).
Tubuh teripang pada umumnya berbentuk bulat dengan panjang sekitar 10-30
cm. Mulutnya ada pada salah satu ujung dan duburnya berada di ujung lain. Tubuh
teripang silindris memanjang seperti mentimun. Oleh sebab itu teripang sering
disebut dengan istilah mentimun laut. Gerakannya sangat lamban sehingga hampir
seluruh hidupnya berada di dasar perairan. Warna tubuh teripang bermacammacam
ada yang hitam pekat, coklat, abu-abu, dan ada juga yang merah tua dan orange.
Teripang banyak ditemukan di dasar perairan yang jernih dengan kedalaman 1-40 m.
makanan utama teripang adalah organisme kecil, detritus, rumput laut, lamun, diatom,
protozoa, dan nematoda (Widodo 2011).
Ukuran tubuh teripang berbeda-beda antar spesies misalnya jenis Actinophyga
mauritidna memiliki panjang 30 cm dengan berat 2.8 kg, sedangkan jenis Holothuria
scabra dengan panjang 25-35 cm memiliki berat antara 0.25-0.35 kg. Di Indonesia
terdapat sekitar 23 spesies yang telah teridentifikasi (Sendih dan Gunawan 2006).
14
Genus teripang yang banyak ditemukan di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis ada
3 yaitu Holothuria, Muelleria, dan Stichopus. Spesies dari genus Holothuria
diantaranya Holothuria scabra, Holothuria vacabunda, Holothuria edulis, dan
Holothuria marmorata. Spesies dari genus Muelleria hanya satu yaitu Muelleria
lecanora sedangkan spesies dari genus Stichopus diantaranya Stichopus vastus,
Stichopus cloronotus, Stichopus quadrifascinatus, dan Stichopus variegatus
(Setyastuti dan Purwati 2015).
Teripang gama merupakan nama lokal untuk spesies Stichopus variegatus.
Teripang ini memiliki warna tubuh kuning agak hijau tua kehitaman dengan bintikbintik kecil berwarna putih di seluruh tubuh sedangkan tubuh bagian dalam berwarna
abu-abu muda. Tubuhnya dipenuhi oleh duri-duri halus, bertekstur kenyal, silindris
memanjang dan berlendir. Teripang dewasa memiliki berat 500-1000 gram per ekor.
Teripang gama banyak ditemukan di perairan dangkal Provinsi Lampung dan Nusa
Tenggara (Colin dan Arneson 1995).
15
Gambar teripang gama disajikan pada Gambar 1. Secara taksonomi, teripang
gama diklasifikasikan sebagai berikut (WoRMS 2012) :
Phylum
: Echinodermata
Class
: Holothuroidea
Ordo
: Aspidochirota
Family
: Stichopodidae
Genus
: Stichopus
Spesies
: Stichopus variegates
Teripang kering memiliki kandungan gizi tinggi yang kaya akan kandungan
protein, asam lemak tidak jenuh (omega 3), mineral (magnesium, fosfor, sodium,
potassium, seng, tembaga), vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin), dan
beberapa
senyawa
bioaktif
seperti
lektin,
glukosamin,
kondroitin
sulfat,
mukopolisakarida, dan saponin glikosida (Kordi 2010).
Teripang memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 72 % dan telah
banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan medis. 70 % dari total kandungan
protein tersebut merupakan protein jenis kolagen (Saito et al. 2002).
16
Manfaat kolagen dalam tubuh diantaranya sebagai agen antipenuaan,
memelihara kesehatan sendi dan tulang, serta mampu mempercepat penyembuhan
luka. Asam lemak omega 3 mampu menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol di
dalam darah, mempercepat penyembuhan luka dan menghalangi pembentukan
prostaglandin penyebab radang. Lektin dari ekstrak teripang mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker dan memiliki efek positif terhadap perlawanan virus HIV.
Glukosamin mampu meningkatkan sistem imun, mencegah terjadinya gangguan
persendian, antiinflamasi, dan juga dapat menurunkan resiko terkena aterosklerosis
(Sendih dan Gunawan 2006).
Kondroitin sulfat memiliki manfaat dapat mencegah pengeroposan sendi,
memperbaiki jaringan tulang rawan, dan sebagai suplemen yang dapat meningkatkan
stamina tubuh. Saponin glikosida memiliki struktur yang sama dengan senyawa
ganoderma pada gingseng laut. Senyawa ini dilaporkan mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker dan sebagai tonik suplemen gizi.
2.4 Efek Antihipertensi Oleh Kerang Lamis Dan Teripang Gama
Pengujian aktivitas antihipertensi pada ekstrak kerang lamis belum pernah
dilakukan sebelumnya. Senyawa metabolit sekunder hasil pengujian fitokimia yang
terdapat pada ekstrak kerang lamis mengandung alkaloid, steroid, saponin. Senyawa
alkaloid, steroid, dan saponin
dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara
keseluruhan (sinergi). Ekstrak metanol tunggal mengandung senyawa aktif alkaloid,
steroid, dan saponin, sedangkan ekstrak metanol bertingkat mengandung alkaloid dan
17
saponin. Ekstrak metanol tunggal yang mengandung senyawa steroid memiliki
aktivitas antihipertensi.
Secara umum, aktivitas penghambatan ACE oleh kerang gama
memiliki 2
mekanisme yaitu bersifat kompetitif dan nonkompetitif. Penghambat kompetitif ini
mampu masuk kedalam molekul protein ACE kemudian berinteraksi dengan sisi aktif
enzim dan menghalangi pengikatan substrat. Aktivitas penghambatan ACE terbaik
terdapat pada peptida kolagen yang dihasilkan dari hidrolisis. Perbedaan lama waktu
hidrolisis memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata terhadap persen
penghambatan ACE.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah ini adalah:
1. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik melebihi 140
mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi dibagi dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat
diubah contohnya jenis kelamin, umur, genetik, dan faktor yang dapat diubah
seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain.
2. Kerang lamis adalah kerang yang hidup pada kedalaman 0 sampai 20 meter yang
dapat ditemukan di daerah pasang surut di pasir atau di lumpur. Teripang
merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata) tapi tidak
semua memiliki duri. Duri tersebut sebenarnya merupakan rangka (skeleton) yang
tersusun dari zat kapur yang terbenam di dalam kulit.
3. Kerang jenis Mytilus edulis mampu menghambat pembentukan angiotensin II,
sehingga diduga kerang lamis juga
mampu
menghambat pembentukan
angiotensin II. Aktivitas penghambatan ACE oleh kerang gama
memiliki 2
mekanisme yaitu bersifat kompetitif dan nonkompetitif . Penghambat kompetitif
ini mampu masuk kedalam molekul protein ACE kemudian berinteraksi dengan
sisi aktif enzim dan menghalangi pengikatan substrat.
19
3.2 Saran
Saran yang diberikan oleh penulis pada makalah ini adalah perlu dilakukan penelitian
lebih mendalam untuk mengetahui khasiat kerang lamis dan teripang gama sebagai
alternatif pengobatan untuk hipertensi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Khirzin M, Habbib, 2015, Aktivitas Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE)
dan Antioksidan Peptida Kolagen dari Teripang Gama (Stichopus variegatus),
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Vol.10 No.1.
Jakaria, C., 2013, Aktivitas Ekstrak Metanol dari Kerang Lamis (Meretrix sp.)
sebagai Antihipertensi, Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
Lee SH, Qian Zj, Kim SK, 2010, A novel angiotensin I converting enzyme inhibitory
peptide from tuna frame protein hydrolysate and its antihypertensive effect in
spontaneously hypertensive rats, Food Chemistry, 118: 96–102.
21
Download