Tanggal percobaan : Jum’at , 5 Desember 2019 Tanggal pengumpulan : Jum’at , 13 Desember 2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN FISIOLOGI REPRODUKSI Nama : Henritzka Brotoadinegoro Kelas : Biologi B 2017 NRM 1308617071 Kelompok : 2 (Dua) Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi 2. Nurtiastuti Ramadhan PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019 FISIOLOGI REPRODUKSI A. Tujuan 1. Untuk mengetahui prinsip - prinsip dan cara-cara penentuan HCG dalam urine secara kualitatif. 2. Mampu menggunakan alat test slide untuk mengadakan percobaan HCG dalam urine 3. Dapat mendeteksi kehamilan yang dilakukan secara dini tanpa membutuhkan pengamatan klinis anatomis atas pasien 4. Mengetahui test kehamilan dengan cara metode galli manini 5. Mengetahui fase- fase pada esterus mencit. B. Teori Suatu mahluk di katakan mahluk hidup apabila memiliki kemampuan untuk melakukan perbanyakan diri. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu, atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua adalah 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga adalah 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Sumiati, 2013). Selama siklus ovarium, korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam uterus yang sudah dipersiapkan dan bergantung pada lutein akan terlepas jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi. Jika terjadi fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan dirinya dan tidak tersapu keluar bersama darah haid dengan membuat hCG. Hormon ini, yang secara fungsional serupa dengan LH, merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar tidak berdegenerasi (Cunningham, 2010). Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan menerima hewan-hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam organ assesori seks betina. Hewan-hewan monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun, sedangkan hewan-hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu dengan kehamilan (Shearer, 2008). Siklus estrus terdiri dari proestrus, estrus, meteesrus, dan diestrus. Proestrus merupakan fase persiapan. Tanda-tanda yang terlihat dari luar adalah sedikit gelisah, terjadi peningkatan peredaran darah di vulva, dan masih menolak pejantan. Terjadi pertumbuhan folikel tertier menjadi de-graaf, oviduk dan dan uterus mendapat vaskularisasi lebih banyak dan menegang, lumen serviks mulai memproduksi lender, servik mulai merelak, progestron turun dan estrogen naik. Estrus merupakan periode terjadi kopulasi. Terdapat lender yang mengalir ke vagina dan vulva dari uterus dan vulva berwana kemerah-merahan, bengkak dan hewan sering bengak-bengok. Uterus jika dipegang menggulung dan keluar lender. Estrogen tinggi dan FSH tinggi. Jika dilihat dari dalam folikel de-graff akan teraba. Pada periode metestrus, betina sudah menolak pejantan untuk melakukan kopulasi. Folikel sudah pecah, dan membentuk corpus haemoragikum. Kelenjar seviks merubah sifat hasil sekresi dari cair ke kental untuk membentuk sumbat cervik. Terjadi ovulasi dengan kadar LH yang tinggi. Biasanya terdapat perdarah pada periode ini atau metbleeding akibat penurunan kadar estrogen yang mendadak yang menyebabkan kapiler darah di uterus pecah. Diestrus merupakan periode yang paling panjang, tidak ada kebuntingan dan sifat hewan tenang. Uterus mulai kendor dan relaksasi dan kelenjar endometrium berdegenerasi. Korpus luteum teraba, corpus haemoragikum mengerut diawal fase ini karena dicauda sel haemoragikum tumbuh sle-sel luteum/kuning (Gilbert, 2006). C. Alat dan Bahan Bahan - Urin wanita hamil - Mencit betina berjumlah 4 buah - NaCl 0,7% - Larutan Turk Alat - Alat testpack - Pipet - Cotton bud - Object glass dan penutup D. Cara Kerja 1. Test kehamilan dengan metode Galli Malnini Urin Wanita Hamil 1-2 bulan dimasukkan kedalam botol Urine diambil 5cc dan diencerkan dengan aquadest lalu ditambhakan 10-20 tetes NaCl 0,7% Gambar spermatozoa katak Ditunggu 1-3 jam sampai katak mengeluarkan urin 2. Hasil pengenceran dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disentrifugasi selama 5 menit Katak disuntik 2 cc filtrat urin Test kehamilan dengan testpack Testpack dicelupkan ke urin wanita hamil Ditunggu 3 menit Diamati ada berapa garis yang tampak. 3. Pengamatan siklus estrus pada mencit Cotton bud dioleskan ke vagina mencit, setelah dirasa basah, diusap ke object glass Ditetesi oleh NaCl 0,7% 1 menit dan larutan Turk 15 menit lalu dibilas air Diamati fase yang sedang terjadi E. Hasil Pengamatan 1. Test kehamilan dengan metode Galli Malnini Hasil nya adalah negative (katak tidak mengeluarkan urin) Gambar 1. Testpack yang diujikan pada Urin Wanita Hamil 2. Test kehamilan dengan testpack Terdapat tanda strip dua pada test pack (menandakan urin positif mengandung HCG) 3. Pengamatan siklus estrus pada mencit Hari ke1 2 3 Sel dibaw ah mikro skop Fase Estrus Metestrus Diestrus F. Pembahasan Test kehamilan dengan metode Galli Malnini dan test pack Galli manini merupakan suatu uji kehamilan yang dapat digunakan untuk mengetahui HCG pada urine wanita hamil. Percobaan ini menggunakan objek yaitu Bufo sp. dan urine wanita hamil usia 2,1 – 3,5 bulan. Penggunaan Bufo sp. jantan karena hewan uji ini mudah didapatkan, mudah dibedakan jenis kelaminnya, dan sperma kodok dapat dipicu pengeluarannya dengan mudah. Urine wanita hamil yang digunakan yaitu berkisar antara 2,1 – 3,5 bulan karena pada usia hamil ini, urine wanita tersebut mengandung HCG. Hal ini didasarkan pada teori Basoeki (1980) dan Theolihere (1979) yang menyatakan bahwa HCG telah beredar dalam darah 1 minggu setelah fertilisasi dengan konsentrasi 120 IU pada hari ke 62 setelah menstruasi dan menurun dengan cepat pada hari ke 154 mencapai 0 IU. HCG bisa dijumpai pada urine karena HCG didalam darah tinggi. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa urine wanita hamil yang digunakan adalah negative. HCG diproduksi oleh syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta) dan berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi involusi korpus luteum. Hormon ini dapat dideteksi di darah 6 hari seteah konsepsi (Vitthala, 2012). HCG dalam urin digunakan sebagai dasar pemeriksaan kehamilan dan dapat diukur 14 hari setelah konsepsi. kadar HCG tinggi di minggu ke-8 sampai minggu ke-14 dan mencapai puncaknya pada minggu ke-10, lalu kadarnya akan mengalami penurunan sampai ke tingkat yang rendah dan akan terus dipertahankan dalam kadar yang rendah tersebut sampai pada waktunya melahirkan (Tsampalas, 2009). Oleh karena itu pada umur kehamilan selanjutnya, jika dilakukan pemeriksaan HCG maka hormon ini bisa saja tidak ditemukan atau pun ditemukan dengan kadar yang sangat rendah. Selain pada saat-saat memuncaknya HCG karena kehamilan, yaitu antar minggu ke-8 sampai dengan minggu ke-14 kehamilan, HCG juga bisa ditemukan tinggi pada kasus hamil anggur (molahidatidosa) dan ditemukannya tumor pada alat reproduksi. Selain itu, kehamilan kembar menyebabkan kadar HCG yang lebih tinggi daripada kehamilan normal karena dibutuhkan lebih banyak lagi progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum untuk mempertahankan kehamilan kembar (George, 2008). Testpack strip HCG urin adalah tes menggunakan metode imunoassay kromatografi dimana menggunakan antibodi spesifik untuk secara selektif mengidentifikasi adanya HCG didalam urin dengan derajat sensitivitas yang tinggi. Peningkatan level HCG sebesar 20 mIU/ml dapat dideteksi hanya dalam 3 menit. Prinsip dari test ini adalah penambahan urin ke peralatan test dan membiarkannya berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke HCG pada daerah tes dan menghasilkan pita berwarna merah ketika konsentrasi HCG sama dengan atau lebih dari 20 mIU/ml. Saat keadaan tidak adanya hormon HCG, maka tidak akan terbentuk pita di daerah test. Reaksi pencampuran berlanjut di sepanjang absorban melewati daerah test dan kontrol. Konjugasi yang tidak berikatan ke reagen pada daerah kontrol menghasilkan pita berwarna merah, yang menunjukkan bahwa reagen dan peralatan masih berfungsi secara baik (Harti, 2013). Mekanisme kerja testpack adalah urin yang diperiksa akan bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona yang terdapat mobile anti HCG1. Anti HCG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti-HCG 2. Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat molekul HCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-HCG1 akan berikatan dengan anti-HCG 2 sehingga akan terbentuk warna atau garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul HCG, maka anti-HCG 2 tidak akan terikat. Selanjutnya urin bergerak ke zona anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul HCG maupun yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti HCG berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut control (Harti, 2013). Pengamatan siklus estrus pada mencit Pada praktikum ini digunakan mencit dengan umur 2 bulan dengan jenis kelamin betina yang berjumlah 4 mencit. Obyek yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus musculus). Penggunaan mencit (Mus musculus) dalam penelitian merupakan hal yang sudah umum dilakukan. Mus musculus dinilai cukup efisien dan ekonomis sebagai hewan percobaan karena mudah dipelihara, tidak membutuhkan tempat yang luas dan mudah dibiakkan Esterus merupakan fase birahi pada hewan. Penggunaan larutan NaCl 0,7% pada saat pengusapan vagina mencit (Mus musculus) dimaksudkan agar sel-sel yang menempel pada cotton bud tidak mengalami lisis. Sebanyak 0,86% massa larutan NaCl disebut larutan “garam fisiologis” sebab tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik larutan dalam sel darah merah (Chang. 2005). Pada pengamatan yang dilakukan terhadap empat ekor sampel mencit (Mus musculus), diketahui bahwa empat mencit dalam fase metestrus. Pada preparat apusan vagina mencit dalam fase metestrus, satunya dijumpai adanya leukosit dan sel ephitel. Siklus estrus adalah salah satu aspek reproduksi yang menunjukkan perubahan tingkat hormon-hormon reproduksi. Perubahan tingkat hormon disebabkan oleh aktivitas ovarium serta dipengaruhi oleh hormone gonadotropin. Perubahan tingkat hormon tadi menyebabkan adanya perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Siklus estrus terjadi dalam empat fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Masingmasing fase pada siklus estrus dapat diamati dengan metode apus vagina (Isnaeni. 2006). Ciri dari tiap fase adalah sebagai berikut: 1. Fase proestrus: pada fase ini akan tampak sedikit sel leuokosit, epitel berinti berbentuk bulat dan tidak teratur, dan epitel skuamosa (pipih dan tidak berinti) berbentuk tidak teratur. 2. Fase estrus: pada fase ini hanya tampak sel epitel skuamosa. Sel leukosit tidak tampak. 3. Fase metestrus: pada fase ini terlihat epitel skuamosa yang banyak berbentuk tidak teratur, epitel berinti berbentuk bulat dan leukosit. 4. Fase diestrus: pada fase ini tampak banyak leukosit dan epitel berinti berbentuk bulat. Seperti halnya siklus menstruasi yang terjadi pada mamalia betina primata, siklus estrus sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium serta hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hormon FSH merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan hormon estrogen, dimana saat terjadinya lonjakan dari hormon estrogen, hipofisis anterior akan meningkatkan sekresi hormon LH sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk membentuk korpus luteum yang akan mensekresikan hormon progesteron. Hormon progesteron ini akan merangsang penebalan dinding endometrium untuk mempersiapkan kehamilan jika terjadi pembuahan (Campbell. 2008). Metestrus adalah periode segera sesudah estrus. Saat fase ini corpus luteum tumbuh lebih cepat dari sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LH dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah terjadinya estrus (Dikjayanti, 2018). G. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahhwa HCG (Human Chorinic Gonadotropin ) dalam urine wanita hamil menunjukkan dua strip pada test slide atau bernilai positif yang berarti wanita tersebut mengalami kehamilan sedangkan pada urine wanita tidak hamil (urine normal) menunjukkan satu stip pada test slide bernilai negatif yang berarti wanita tersebut tidak mengalami kehamilan. Hormon HCG dapat ditemukan pada urine wanita hamil. Hormon ini dihasilkan oleh jaringan plasenta yang sedang berkembang sesaat setelah terjadi pembuahan. HCG dapat digunakan sebagai pendeteksi kehamilan. Prinsip kerja HCG test adalah reaksi penghambatan aglutinasi yang digunakan untuk menunjukkan hormon HCG yang disekresikan kedalam urine selama masa kehamilan. Pada siklus estrus mencit, sel-sel yang ditemukan pada preparat apusan vagina mencit adalah sel epitel pipih, sel epitel skuamosa dan leukosit. Persebaran sel-sel tersebut tergantung pada fase yang dialami oleh mencit. DAFTAR PUSTAKA Basoeki,S.1980. Anatomi dan Fisiologi Manusia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional: Jakarta Campbell, N., J. Reece, dan L. Mitchael. 2004. Biologi Jilid Ketiga Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:Erlangga. Cunningham, G. 2010. Williams Obstetrics, 23ed, Mc-Graw Hill, inc. Health Profession Division, Toronto, International edition, 117-120. Dikjayanti, F.R. 2018. Struktur Sel-Sel Epitel Pada Ulas Vagina Fase Proestrus dan Fase Estrus Serta Lama Waktu Estrus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.). [SKRIPSI]. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. George Adriaans. 2008. Asuhan Antenatal Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi. Surabaya : Bina Pustaka. Gilbert, Scott F. 2006. Developmental Biology 8th ed. USA: Sinauer Associates Inc Harti, Agnes S., Estuningsih, Heni Nurkusumawati. 2013. Pemeriksaan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi. Jurnal KesMaDaSka . Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Marie Tsampalas, Virginie Gridelet, Sarah Berndt, Jean-Michel Foidart, Vincent Geenen, Sophie Perrier d’Hauteriv. Human Chorionic Gonadotropin: A Hormon With Immunological and Angiogenic Properties, November 2009, no: 6, 3-6. Shearer, J. K. (2008). Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. Florida :University Of Florida. Sumiati. 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal biologi. Vol 2 (2) : 1-13 Thoelihere.1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak, Angkasa: Bandung Vitthala, S., Jerome Bouaziz, Amanda Tozer, Ariel Zosmer, And Talha AlShawaf. 2012. Tingkat Fsh Serum Pada Program Meluncur Pada Hari HCG Dan Hasil Klinis Mereka Di Ivf Icsi ± Cycles. Jurnal Endokrinologi P. 1-7. LAMPIRAN