MAKALAH Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dosen pengampu: Ust. Heri Fadli Wahyudi, S. Sos. M.A Disusun Oleh : Patur Alparizi PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA JAWA TIMUR TAHUN 2019 / 2020 PENDAHULUAN Pada zaman yang semakin modern ini, yang mana katanya zaman sekarang ini adalah era Revolusi 4.0, zaman dimana era Industri Digital menjadi paradigma acuan kehidupan manusia, semua hal sangat mudah untuk di lakukan dengan Revolusi 4.0 ini, namun walaupun demikian tidak semua hal yang berkaitan dengan Revolusi 4.0 bisa dengan mudah untuk kita. Salah satu contohnya dalam dunia pendidikan, sudah kita ketahui bersama juga kalau pendidikan merupakan ranah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi, Revolusi 4.0 justru menghambat bagi masyarakat yang kurang mampu untuk ikut merasakan kemudahan dalam belajar yang sangat modern ini, bukan karna apa melainkan karna fasilitas sekolah, semua hal yang berjalan disekolah sangat mahal biayanya dan hal ini lah yang menghambat masyarakat kelas bawah (miskin). Kita ketahui bersama juga bahwa pendidikan adalah untuk semua dan tidak memandang kelas ekonomi masyarkatnya, karna di dalam UUD 1945 sudah di jabarkan mengenai pendidikan untuk semua rakyat yang ada dalam negara ini.1 Nah dari hal seperti ini lah akan menghambat terjalinnya pendidikan yang baik, karna hal ini bisa mendatangkan diskriminasai di dunia pendidikan (sekolah) karna masyarakat miskin merasakan tidak adanya keadilan dalam belajar, kalau suatu keadilan sudah tidak ada maka hal-hal yang tidak di inginkan terjadi di sekolah, semisalnya murid melanggar peraturan, terjadinya Bullying, atau kemungkinan murid yang kurang mampu (miskin) akan jarang sekali sekolah karna mengingat ekonomi mereka yang rendah dan biaya sekolah yang mahal. Jadi, untuk menangani masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan (sekolah) ini pasti setiap sekolah selalu memfasilitasi lembaga tersebut dengan guru Bimbingan Konseling (BK), dengan adanya guru BK ini sekolah berharap masalah-masalah yang ada di sekolah bisa diatasi. Maka dari itu dengan penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk menjabarkan layanan BK apa saja yang ada disekolah, baik itu Layanan Orientasi, Layanan Konseling Individu, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konseling Klasikal, Layanan Konseling Kolaborasi, Layanan Mediasi, Layanan Konsultasi dan Layanan Penguasaan Konten. 1 Mohammad Saroni, Pendidikan Untuk Orang Miskin: Membuka Keran Keadilan Dalam Kesempatan Berpendidikan, Cetakan I. (Depok, Sleman, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 22. PEMBAHASAN A. Layanan Orientasi Sebelum kita membahas layanan orientasi ini kita harus mengetahui apa itu layanan dan apa itu orientasi terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Layanan adalah cara membantu yang di perlukan oleh orang lain.2 Menurut Kamus Ilmiyah Orientasi mempunyai arti hal menjadi pedoman dan peninjauan3. Dalam hal layanan orientasi ini bisa bermakna layanan yang dilakukan kepada siswa yang ada di lembaga pendidikan (sekolah) berkenaan dengan hal yang baru dan tatapan kearah depan.4 Lingkungan yang baru bisa jadi akan menghambat proses pendidikan karna tidak semua ana didik mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan cepat, apabila anak didik mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungnnya maka bisa jadi hal yang tidak di inginkan bisa terjadi, dan hal ini bisa saja menghambat proses belajar mengajar yang ada di sekolah5. Maka dari itu untuk menangani hal ini pihak sekolah menfasilitasi sekolah dengan adanya layanan orientasi untuk mempermudah anak didik dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya dan hal yang menghambat proses belajar mengajar bisa di tangani. 1. Isi Layanan Orientasi Isi dari layanan ini tidak lain adalah hal-hal yang mengenai suasana baru bagi peserta didik baik itu lingkungan, suasanan dan lain sebagainya yang menurut anak didik hal yang baru. Hal tersebut ialah: a. Pengembangan kegiatan belajar b. Pengembangan hubungan sosial c. Pengembangan pribadi d. Pengembangan kehidupan beragama e. Pengembangan karier f. Pengembangan kehidupan berkeluarga6 2. Tujuan Layanan Orientasi Tujuan dari layanan ini adalah membantu siswa untuk beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga siswa bisa memanfaatkan hal-hal yang baru ini menjadi ilmu 2 Umi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: Kashiko, 2006), 422. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arloka, 2001), 554. 4 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi) (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), 137. 5 Ibid. 6 Ibid., 138–139. 3 pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Lebih di persempit lagi tujuan layanan ini yaitu membantu siswa dalam memahami hal yang baru yang ia jumpai, membantu siswa dalam pencegahan melakukan hal-hal yang berdampak merugi dirinya sendiri, membantu siswa mengembangkan ilmu yang ia miliki di lingkungan yang baru.7 B. Layanan Individu Layanan ini dilakukan kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran yang ada di lembaga pendidikan (sekolah), namun dari pada itu harus kita ketahui kembali bahwa siswa yang sering melanggar tersebut mungkin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu: 1. Faktor keluarga Faktor keluarga juga mempengaruhi siswa dalam melakukan pelanggaran di sekolah, semisal contoh seorang ibu melarang anaknya untuk berangkat sekolah karna harus menemani bapaknya yang sedang sakit, sedangkan kakak sama ibunya harus bekerja supaya bisa membeli obat si bapak, nah dalam kasus ini dia di perbolehkan oleh ibunya untuk tidak pergi kesekolah karna harus menjaga bapaknya yang sedang sakit, namun siswa ini di memberikan surat izin kesekolah dan pihak sekolah pun tidak tahu apa-apa, yang pasti siswa ini bolos sekolah. Kalau hal ini di biarkan terus maka siswa tersebut lambat laun akan tidak peduli dengan peraturan yang ada di sekolah.8 2. Faktor Percaya Diri Pada faktor ini sangat menghambat segala urusan, terkadang kurangnya percaya diri siswa bisa mengahambat kreativitas dalam belajarnya. Perasaan yang malu, kurang mampu dan takut di cemoohkan akan menghambat proses belajar siswa, akibatnya siswa akan minder terhadap sesuatu yang ia rasa di mampu baginya untuk dilakukan.9 3. Faktor Perasaan yang Termaginalkan Faktor ini adalah faktor dimana siswa merasa dirinya tidak di inginkan dalam kawasan tertentu, semisal siswa 7 Ibid., 138. Laeli Anisa Fitri dan Nova Erlina, “Penggunaan Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus,” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol.03 (2016), 22. 9 Ibid., 22–23. 8 yang tidak mau sekolah lagi karna takut akan ancaman temannya, atau guru yang selalu menghukumnya atau mungkin dia tidak mempunyai teman yang bisa diajak ngobrol. Yang ini terjadi karna sering adanya perbedaan antar Suku, Ras, Agama atau bisa jadi karna Ekonomi keluarga.10 4. Faktor Personal Nah kalau faktor ini terjadi karna individu murid sendiri misalnya hilangnya minat belajar atau pun karna murid tersebut sudah terkena efek dari alkohol. 5. Faktor yang Berasal dari Sekolah Misalnya siswa yang ada masalah di sekolah namun pihak sekolah yang menangani permasalahan ini tidak konsisten atau tidak adil, maka hal ini juga menjadi masalah bagi siswa tersebut. C. Layanan Kelompok Pada layanan ini layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa dalam hal kelompok. Jadi pelaksanaan bimbingan ini dilakukan dengan banyak orang (siswa), dalam melaksankan bimbingan ini tidak ada hal yang di tutup-tutupi baik itu masalh individu, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Ada juga yang mengatakan bahwa bimbingan ini dilakukan secara kelompok untuk mengambil keputusan yang tepat. Dan bimbingan ini juga berpungsi bagi setiap individu yang ada dalam kelompok untuk mendapatkan kenyaman baik dalam belajar, sosial maupun karirnya.11 1. Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok a. Tahap Pembentukan Pada tahap pembentukan ini adalah tahap perkenalan baik itu dari individu pada setiap kelompok, konselor, dan juga tujuan dan harapan bagi individu yang ada didalamnya. b. Tahap Peralihan Tahap peralihan ini juga di sebut dengan tahap jembatan antara pertama dan tahap ketiga, pada tahap ini bisa saja dilakukan dengan mudah dan cepat namun ada kalahnya pada tahap ini individu yang ada di kelompok tersebut mengalami kesulitan 10 Ibid., 23. Moh. Rizki Djibran et al., “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap SelfEsteem,” Jurnal Ilmiyah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling (2017), 303. 11 untuk menyeberanginya jadi disini lah tugas konselor. c. Tahap kegiatan Nah ini lah tahap inti dari layanan kelompok ini, pada tahap ini banyak sekali yang harus dilakukan jadi tugas dari konselor adalah memperhatikan dengan seksama aktif namun tidak mengambil alih. Jadi pada kegiatan tahap ini anggota kelompok menyelesaikan masalah yang dirasakan dalam kelompok tersebut dengan bimbingan dari konselor. d. Tahap Pengakhiran Pada tahap ini tidak lagi akan membahas berapa kali harus melakukan pertemuan antara anggota kelompo, dan yang mengatur pertemuan bukan lagi konselor melainkan anggotanya sendiri. Hasil dari layanan ini juga semestinya mendorong anggotanya untuk bisa mencapai tujuan bersama. Anggota kelompok itu sendiri yang memutuskan untuk kapan berhenti bertemu, untuk hasil yang telah di capai semoga bisa dijalan kan oleh individu masih-masing dalam kehidupannya sehari-hari.12 D. Layanan Kolaborasi Drew mengartikan bahwa Kolaborasi adalah bangunan yang bersifat indefenden yang mana tidak akan tercapai tujuannya jika dilakukan secara sendiri. Untuk mencapai tujuan dari layanan ini harus ada hubungan yang baik, seperti komunikasi, kontra, kordinasi hal ini sangat penting bagi tercapainya tujuan layanan ini. Kolaborasi yang efektif juga apabila dilakukan dengan tulus. Dan orang yang tepat melakukan ini ya tentu saja konselor sekolah, apabila ada kesadaran dalam kepentingan yang sama maka disaat itu lah terjadinya kolaborasi. Pada hakikatnya juga kolaborasi dapat terjadi apa bila ada suatu manfaat (umpan) balik yang dirasakan oleh kelompok atau kubu tertentu yang melakukan kolaborasi ini. Layanan Kolaborasi ini pada dasarnya mempunyai tiga domain yaitu, sekolah, keluarga, dan lembaga masyarakat. Model layanan kolaborasi ini ada dua model yaitu: 1. Model Kolaborasi Taylor dan Adelman Model Kolaborasi ini bermula pada temuan di lapangan yaitu: 12 Ibid., 303–304. a. Tidak terjadi yang baik fungsi integratif antara para profesional di sekolah: guru, konselor, perawat, tenaga sosial. Peran semua profesional ini dalam menbantu siswa sering kali tumpang tindih karna mereka mempunyai kawasannya masing-masing. b. Para guru BK sering merasa teracam oleh orangorang yang ada dalam lembaga sekolah 2. Model kolaborasi inklusi Model ini di pelopori oleh Bremen dan Clark, pada model terjadi kerja sama antara guru BK dengan guru mata pelajaran tertentu, pada model ini ada 7 implementasi yang di rekomendasikan yaitu: a. Pindah tangan penanganan siswa dari orang tua ke guru setelah itu kepada konselor b. Observasi kelas c. Identifikasi permasalahan d. Pelaksanan intervensi dalam kelas e. Pelaksanaan intervensi f. Pengembangan rencana g. Evaluasi dan monitor intervensi.13 E. Layanan Klasikal Melalui layanan klasikan ini guru BK selaku konselor bisa melakukan bimbingan dengan waktu yang efesien. Bimbingan layanan klasikal adalah bimbingan yang dilakukan kepada sejumlah peserta didik yang tergabung dalam satu mata pelajaran. Bimibingan layanan klasikan yang diberikan kepada sejumlah siswa dalam ruangan kelas, layanan ini merupakan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam pencegahan terjadinya masalah. Layanan ini bersifat pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan. Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas yang di lakukan oleh konselor kepada siswa yang terjadwal. Kegiatannya bisa saja dengan curhatan hati siswa atau diskusi bersama. Layanan Klasikan ini bukan lah kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasanya melainkan memberikan informasi kepada peserta didik yang dapat memberikan pengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik. Maka dari itu bimbingan ini berkaitan erat dengan pengajar di kelas. 13 Juster Donal Sinaga, “Dari Layanan Konsultasi Ke Layanan Kolaborasi: Sebuah Model Layanan Tidak Langsung Bimbingan Dan Konseling,” Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018), 110–111. Bimbingan klasikan ini merupakan sarana yang memberikan persiapan bagi siswa untuk kehidupannya lebih lanjut, seperti dalam bidang keluarga, pekerjaan atau pun kesehatan. Layanan klasikan ini juga menjadi tempat mengembang kan potensi yang ada dalam diri peserta didik dengan optimal.14 F. Layanan Penguasaan Konten15 Pada layanan ini adalah melakukan bimbingan kepada siswa baik itu secara personal maupun secara kelompok dalam menguasai kemampuan tertentu dengan cara kegiatan belajar. Layanan konten ini juga mampu membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang ia alami, karna pada dasarnya layanan ini berfokus terhadap kemempuan siswa dalam hal tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari siswa harus mempunyai suatu kemampuan tertentu supaya hidupnya bisa lebih baik dan berkembang lagi. 1. Tujuan layanan penguasaan konten Dari makna diatas tujuan dari layanan ini tidak lain adalah supaya setiap individu siswa menguasai kemampuan atau kompetensi (konten) tertentu secara terintegrasi. Jadi apabila siswa sudah menguasainya maka dengan tidak langsung sudah menambahkan wawasan dan berharap supaya bisa berguna bagi siswa itu sendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang dia punya kelak. 2. Pelaksanaan layanan penguasaan konten16 Pada layanan ini ada enam tahap yang harus dilakukan yaitu: a. Tahap perencanaan 1) Menetapkan siapa yang harus dilayani 2) Menentukan konten apa yang akan di pelajari 3) Menetapkan langkah-langkah kegiatan layanan 4) Mempersiapkan semua fasilitas yang di butuhkan 5) Menyiapkan kelengkapan administrasi 14 Amin Budiamin et al., “Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control Siswa,” Jurnal Psikopedagogia, vol.05 (2016), 7–8. 15 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi), 152. 16 Ibid., 156. b. Tahap pelaksanaan 1) Menjalankan kegiatan layanan dengan cara perorganisasian proses pelaksanaan penguasaan konten 2) Mengimplementasikan dalam proses belajar c. Tahap evaluasi 1) Menentukan materi evaluasi 2) Menentukan prosedur evaluasi 3) Menyusun instrumen dari evaluasi 4) Mengamalkan instrumen dari evaluasi 5) Mengelolah hasil dari pengamalan evaluasi d. Tahap Analisis hasil evaluasi 1) Menentukan standar dari evaluasi 2) Melakukan analisis 3) Menafsirkan hasil evaluasi e. Tahap tindak lanjut 1) Menentukan arah dari tindak lanjut 2) Menginformasikan tindak lanjut kepada orang-orang terkait 3) Menjalankan rencana tindak lanjut f. Tahap laporan 1) Menyusun laporan layanan 2) Menginformasikan laporan 3) Mengarsipkan laporan G. Layanan Mediasi Kata mediasi bersal dari kata media atau dalam bahasa arab yaitu wasilah yang mempunyai arti perantara. Kalau melihat dari makna kata diatas maka dapat kita tarik benang merah bahwa arti dari kata mediasi ini yaitu sebagai penghubung. Menghubungkan hal yang terpisah menjadi terkoneksi lagi, juga memiliki makna menyatukan dua hal yang berbeda menjadi saling keterkaitan anatara satu dengan yang lainnya. Dari sini saja bisa kita ketahui tujuan dari layanan mediasi ini yaitu konselor berupaya menyatukan dua sisi yang berbeda (siswa) yang tidak mempunyai kecocokan atau mempunyai masalah.17 1. Tujuan Layanan Mediasi 17 Ibid., 185–186. Secara garis besar tujuan dari layanan ini yaitu membuat hubungan baik antara klien yang mempunyai permusuhan, namun apabila kita persempit lagi tujuan dari layanan mediasi ini adalah terjadinya kondisi atau lingkungan baru yang semulanya bermusuhan menjadi bersahabat, adanya perbedaan berubah menjadi persamaan, saling menjauh menjadi saling mendekat, dari saling menyimpan dendam menjadi saling memafkan. Ini lah tujuan-tujuan dari layanan mediasi ini. 2. Pelaksanaan layanan mediasi a. Perencanaan 1) Menentukan klien 2) Mengatur waktu pertemuan 3) Menentukan fasilitas layanan 4) Menyiapkan administrasi b. Pelaksanaan 1) Menerima klien 2) Membuat struktur layanan 3) Membahas masalah 4) Menyelenggarakan perubahan tingkah laku 5) Membina komitmen klien satu dengan klien yang lainnya c. Evaluasi 1) Evaluasi terhadap pemahaman baru klien 2) Evaluasi jangka pendek 3) Evaluasi jangka panjang d. Analisis Hasil Evaluasi Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengkaikat (menafsirkan) permasalahan denga layanan mediasi e. Tindak Lanjut Menyelenggarakan tindak lanjut layanan mediasi lanjutan untuk membicarakan dan menetapkan perdamaian f. Laporan 1) Membicarakan laporan 2) Mendokumentasikan mengarsipkan18 atau H. Layanan Konsultasi Pada layanan ini dilakukan oleh konselor kepada konsulti, pada layanan kosultasi ini ada beberapa pihak yang tidak boleh hilang didalamnya diantaranya yaitu: konselor, konsulti dan pihak ketiga. Konselor yaitu orang yang ahli dalam konseling, konsulti adalah orang yang minta bantu konselor agar dia bisa menangani permasalahannya dengan pihak ketiga, pihak ketiga adalah orang yang masalahnya di perhitungkan oleh konsulti. Kalau di sekolah konsultinya adalah kepala sekolah maka yang menjadi pihak ketiganya tentu saja adalah guru, kalau konsultinya adalah orang tua maka pihak ketiganya adalah anaknya, apabila konsultinya adalah guru maka pihak ketiganya tidak lain dan tidak bukan adalah muridnya.19 18 19 Ibid., 193–195. Ibid., 178–179. KESIMPULAN Maka setelah selesai penulisan makalah ini penulis bisa mengumpulkan data bahwa di sekolah ada delapan bentuk layanan bimbingan konseling yaitu Layanan Orientasi, Layanan Konseling Individu, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konseling Klasikal, Layanan Konseling Kolaborasi, Layanan Mediasi, Layanan Konsultasi dan Layanan Penguasaan Konten. Layanan orientasi yaitu layanan yang dilakukan kepada siswa yang ada di lembaga pendidikan (sekolah) berkenaan dengan hal yang baru dan tatapan kearah depan, layanan individu yaitu Layanan ini dilakukan kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran yang ada di lembaga pendidikan (sekolah), layanan kelompok yaitu Pada layanan ini layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa dalam hal kelompok dan tidak ada yang dirahasiakan di dalamnya, layanan klasikal yaitu Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas yang di lakukan oleh konselor kepada siswa yang terjadwal, layanan kolaborasi yaitu bangunan yang bersifat indefenden yang mana tidak akan tercapai tujuannya jika dilakukan secara sendiri. Untuk mencapai tujuan dari layanan ini harus ada hubungan yang baik, seperti komunikasi, kontra, kordinasi hal ini sangat penting bagi tercapainya tujuan layanan ini, layanan mediasi yaitu konselor berupaya menyatukan dua sisi yang berbeda (siswa) yang tidak mempunyai kecocokan atau mempunyai masalah, layanan konsultasi yaitu layanan ini dilakukan oleh konselor kepada konsulti, layanan penguasaan konten yaitu bimbingan kepada siswa baik itu secara personal maupun secara kelompok dalam menguasai kemampuan tertentu dengan cara kegiatan belajar. DAFTAR PUSTAKA Budiamin, Amin, Mukhtar, dan Syamsu Yusuf. “Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control Siswa.” Jurnal Psikopedagogia, vol.05 (2016): 1–16. Chulsum, Umi, dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko, 2006. Djibran, Moh. Rizki, Meiske Puluhulawa, dan Mohamad Rizal Pauti. “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem.” Jurnal Ilmiyah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling (2017): 301–310. Fitri, Laeli Anisa, dan Nova Erlina. “Penggunaan Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol.03 (2016): 19–28. Partanto, Pius A, dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Arloka, 2001. Saroni, Mohammad. Pendidikan Untuk Orang Miskin: Membuka Keran Keadilan Dalam Kesempatan Berpendidikan. Cetakan I. Depok, Sleman, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Sinaga, Juster Donal. “Dari Layanan Konsultasi Ke Layanan Kolaborasi: Sebuah Model Layanan Tidak Langsung Bimbingan Dan Konseling.” Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018): 106–118. Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi). Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.