Uploaded by User39931

Makalah

advertisement
MAKALAH
Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
Dosen pengampu: Ust. Heri Fadli Wahyudi, S. Sos. M.A
Disusun Oleh :
Patur Alparizi
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN 2019 / 2020
PENDAHULUAN
Pada zaman yang semakin modern ini, yang mana katanya zaman
sekarang ini adalah era Revolusi 4.0, zaman dimana era Industri Digital menjadi
paradigma acuan kehidupan manusia, semua hal sangat mudah untuk di lakukan
dengan Revolusi 4.0 ini, namun walaupun demikian tidak semua hal yang
berkaitan dengan Revolusi 4.0 bisa dengan mudah untuk kita. Salah satu
contohnya dalam dunia pendidikan, sudah kita ketahui bersama juga kalau
pendidikan merupakan ranah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi,
Revolusi 4.0 justru menghambat bagi masyarakat yang kurang mampu untuk ikut
merasakan kemudahan dalam belajar yang sangat modern ini, bukan karna apa
melainkan karna fasilitas sekolah, semua hal yang berjalan disekolah sangat
mahal biayanya dan hal ini lah yang menghambat masyarakat kelas bawah
(miskin). Kita ketahui bersama juga bahwa pendidikan adalah untuk semua dan
tidak memandang kelas ekonomi masyarkatnya, karna di dalam UUD 1945 sudah
di jabarkan mengenai pendidikan untuk semua rakyat yang ada dalam negara ini.1
Nah dari hal seperti ini lah akan menghambat terjalinnya pendidikan yang
baik, karna hal ini bisa mendatangkan diskriminasai di dunia pendidikan (sekolah)
karna masyarakat miskin merasakan tidak adanya keadilan dalam belajar, kalau
suatu keadilan sudah tidak ada maka hal-hal yang tidak di inginkan terjadi di
sekolah, semisalnya murid melanggar peraturan, terjadinya Bullying, atau
kemungkinan murid yang kurang mampu (miskin) akan jarang sekali sekolah
karna mengingat ekonomi mereka yang rendah dan biaya sekolah yang mahal.
Jadi, untuk menangani masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan
(sekolah) ini pasti setiap sekolah selalu memfasilitasi lembaga tersebut dengan
guru Bimbingan Konseling (BK), dengan adanya guru BK ini sekolah berharap
masalah-masalah yang ada di sekolah bisa diatasi. Maka dari itu dengan penulisan
makalah ini penulis bertujuan untuk menjabarkan layanan BK apa saja yang ada
disekolah, baik itu Layanan Orientasi, Layanan Konseling Individu, Layanan
Konseling Kelompok, Layanan Konseling Klasikal, Layanan Konseling
Kolaborasi, Layanan Mediasi, Layanan Konsultasi dan Layanan Penguasaan
Konten.
1
Mohammad Saroni, Pendidikan Untuk Orang Miskin: Membuka Keran Keadilan Dalam
Kesempatan Berpendidikan, Cetakan I. (Depok, Sleman, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 22.
PEMBAHASAN
A. Layanan Orientasi
Sebelum kita membahas layanan orientasi ini kita harus mengetahui
apa itu layanan dan apa itu orientasi terlebih dahulu. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia Layanan adalah cara membantu yang di perlukan
oleh orang lain.2 Menurut Kamus Ilmiyah Orientasi mempunyai arti hal
menjadi pedoman dan peninjauan3. Dalam hal layanan orientasi ini bisa
bermakna layanan yang dilakukan kepada siswa yang ada di lembaga
pendidikan (sekolah) berkenaan dengan hal yang baru dan tatapan kearah
depan.4
Lingkungan yang baru bisa jadi akan menghambat proses
pendidikan karna tidak semua ana didik mampu beradaptasi dengan
lingkungannya dengan cepat, apabila anak didik mengalami kesulitan
dalam beradaptasi dengan lingkungnnya maka bisa jadi hal yang tidak di
inginkan bisa terjadi, dan hal ini bisa saja menghambat proses belajar
mengajar yang ada di sekolah5. Maka dari itu untuk menangani hal ini
pihak sekolah menfasilitasi sekolah dengan adanya layanan orientasi untuk
mempermudah anak didik dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya
dan hal yang menghambat proses belajar mengajar bisa di tangani.
1. Isi Layanan Orientasi
Isi dari layanan ini tidak lain adalah hal-hal yang
mengenai suasana baru bagi peserta didik baik itu
lingkungan, suasanan dan lain sebagainya yang menurut
anak didik hal yang baru. Hal tersebut ialah:
a. Pengembangan kegiatan belajar
b. Pengembangan hubungan sosial
c. Pengembangan pribadi
d. Pengembangan kehidupan beragama
e. Pengembangan karier
f. Pengembangan kehidupan berkeluarga6
2. Tujuan Layanan Orientasi
Tujuan dari layanan ini adalah membantu siswa untuk
beradaptasi dengan situasi yang baru, sehingga siswa bisa
memanfaatkan hal-hal yang baru ini menjadi ilmu
2
Umi Chulsum dan Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: Kashiko, 2006), 422.
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arloka, 2001),
554.
4
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi) (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2013), 137.
5
Ibid.
6
Ibid., 138–139.
3
pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan orang lain.
Lebih di persempit lagi tujuan layanan ini yaitu membantu
siswa dalam memahami hal yang baru yang ia jumpai,
membantu siswa dalam pencegahan melakukan hal-hal yang
berdampak merugi dirinya sendiri, membantu siswa
mengembangkan ilmu yang ia miliki di lingkungan yang
baru.7
B. Layanan Individu
Layanan ini dilakukan kepada siswa yang sering melakukan
pelanggaran yang ada di lembaga pendidikan (sekolah), namun dari pada
itu harus kita ketahui kembali bahwa siswa yang sering melanggar tersebut
mungkin ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. Faktor keluarga
Faktor keluarga juga mempengaruhi siswa dalam
melakukan pelanggaran di sekolah, semisal contoh seorang
ibu melarang anaknya untuk berangkat sekolah karna harus
menemani bapaknya yang sedang sakit, sedangkan kakak
sama ibunya harus bekerja supaya bisa membeli obat si
bapak, nah dalam kasus ini dia di perbolehkan oleh ibunya
untuk tidak pergi kesekolah karna harus menjaga bapaknya
yang sedang sakit, namun siswa ini di memberikan surat izin
kesekolah dan pihak sekolah pun tidak tahu apa-apa, yang
pasti siswa ini bolos sekolah. Kalau hal ini di biarkan terus
maka siswa tersebut lambat laun akan tidak peduli dengan
peraturan yang ada di sekolah.8
2. Faktor Percaya Diri
Pada faktor ini sangat menghambat segala urusan,
terkadang kurangnya percaya diri siswa bisa mengahambat
kreativitas dalam belajarnya. Perasaan yang malu, kurang
mampu dan takut di cemoohkan akan menghambat proses
belajar siswa, akibatnya siswa akan minder terhadap sesuatu
yang ia rasa di mampu baginya untuk dilakukan.9
3. Faktor Perasaan yang Termaginalkan
Faktor ini adalah faktor dimana siswa merasa dirinya
tidak di inginkan dalam kawasan tertentu, semisal siswa
7
Ibid., 138.
Laeli Anisa Fitri dan Nova Erlina, “Penggunaan Layanan Konseling Individu Dengan
Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII MTs
Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus,” Jurnal Bimbingan dan
Konseling, vol.03 (2016), 22.
9
Ibid., 22–23.
8
yang tidak mau sekolah lagi karna takut akan ancaman
temannya, atau guru yang selalu menghukumnya atau
mungkin dia tidak mempunyai teman yang bisa diajak
ngobrol. Yang ini terjadi karna sering adanya perbedaan
antar Suku, Ras, Agama atau bisa jadi karna Ekonomi
keluarga.10
4. Faktor Personal
Nah kalau faktor ini terjadi karna individu murid sendiri
misalnya hilangnya minat belajar atau pun karna murid
tersebut sudah terkena efek dari alkohol.
5. Faktor yang Berasal dari Sekolah
Misalnya siswa yang ada masalah di sekolah namun
pihak sekolah yang menangani permasalahan ini tidak
konsisten atau tidak adil, maka hal ini juga menjadi masalah
bagi siswa tersebut.
C. Layanan Kelompok
Pada layanan ini layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan
Konseling kepada siswa dalam hal kelompok. Jadi pelaksanaan bimbingan
ini dilakukan dengan banyak orang (siswa), dalam melaksankan
bimbingan ini tidak ada hal yang di tutup-tutupi baik itu masalh individu,
sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Ada juga yang mengatakan bahwa
bimbingan ini dilakukan secara kelompok untuk mengambil keputusan
yang tepat. Dan bimbingan ini juga berpungsi bagi setiap individu yang
ada dalam kelompok untuk mendapatkan kenyaman baik dalam belajar,
sosial maupun karirnya.11
1. Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
a. Tahap Pembentukan
Pada tahap pembentukan ini adalah tahap
perkenalan baik itu dari individu pada setiap
kelompok, konselor, dan juga tujuan dan harapan
bagi individu yang ada didalamnya.
b. Tahap Peralihan
Tahap peralihan ini juga di sebut dengan tahap
jembatan antara pertama dan tahap ketiga, pada
tahap ini bisa saja dilakukan dengan mudah dan
cepat namun ada kalahnya pada tahap ini individu
yang ada di kelompok tersebut mengalami kesulitan
10
Ibid., 23.
Moh. Rizki Djibran et al., “Layanan Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap SelfEsteem,” Jurnal Ilmiyah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling (2017), 303.
11
untuk menyeberanginya jadi disini lah tugas
konselor.
c. Tahap kegiatan
Nah ini lah tahap inti dari layanan kelompok
ini, pada tahap ini banyak sekali yang harus
dilakukan jadi tugas dari konselor adalah
memperhatikan dengan seksama aktif namun tidak
mengambil alih. Jadi pada kegiatan tahap ini
anggota kelompok menyelesaikan masalah yang
dirasakan dalam kelompok tersebut dengan
bimbingan dari konselor.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini tidak lagi akan membahas
berapa kali harus melakukan pertemuan antara
anggota kelompo, dan yang mengatur pertemuan
bukan lagi konselor melainkan anggotanya sendiri.
Hasil dari layanan ini juga semestinya mendorong
anggotanya untuk bisa mencapai tujuan bersama.
Anggota kelompok itu sendiri yang memutuskan
untuk kapan berhenti bertemu, untuk hasil yang
telah di capai semoga bisa dijalan kan oleh individu
masih-masing dalam kehidupannya sehari-hari.12
D. Layanan Kolaborasi
Drew mengartikan bahwa Kolaborasi adalah bangunan yang bersifat
indefenden yang mana tidak akan tercapai tujuannya jika dilakukan secara
sendiri. Untuk mencapai tujuan dari layanan ini harus ada hubungan yang
baik, seperti komunikasi, kontra, kordinasi hal ini sangat penting bagi
tercapainya tujuan layanan ini. Kolaborasi yang efektif juga apabila
dilakukan dengan tulus. Dan orang yang tepat melakukan ini ya tentu saja
konselor sekolah, apabila ada kesadaran dalam kepentingan yang sama
maka disaat itu lah terjadinya kolaborasi.
Pada hakikatnya juga kolaborasi dapat terjadi apa bila ada suatu
manfaat (umpan) balik yang dirasakan oleh kelompok atau kubu tertentu
yang melakukan kolaborasi ini. Layanan Kolaborasi ini pada dasarnya
mempunyai tiga domain yaitu, sekolah, keluarga, dan lembaga
masyarakat. Model layanan kolaborasi ini ada dua model yaitu:
1. Model Kolaborasi Taylor dan Adelman
Model Kolaborasi ini bermula pada temuan di lapangan
yaitu:
12
Ibid., 303–304.
a. Tidak terjadi yang baik fungsi integratif antara para
profesional di sekolah: guru, konselor, perawat,
tenaga sosial. Peran semua profesional ini dalam
menbantu siswa sering kali tumpang tindih karna
mereka mempunyai kawasannya masing-masing.
b. Para guru BK sering merasa teracam oleh orangorang yang ada dalam lembaga sekolah
2. Model kolaborasi inklusi
Model ini di pelopori oleh Bremen dan Clark, pada
model terjadi kerja sama antara guru BK dengan guru mata
pelajaran tertentu, pada model ini ada 7 implementasi yang
di rekomendasikan yaitu:
a. Pindah tangan penanganan siswa dari orang tua
ke guru setelah itu kepada konselor
b. Observasi kelas
c. Identifikasi permasalahan
d. Pelaksanan intervensi dalam kelas
e. Pelaksanaan intervensi
f. Pengembangan rencana
g. Evaluasi dan monitor intervensi.13
E. Layanan Klasikal
Melalui layanan klasikan ini guru BK selaku konselor bisa
melakukan bimbingan dengan waktu yang efesien. Bimbingan layanan
klasikal adalah bimbingan yang dilakukan kepada sejumlah peserta didik
yang tergabung dalam satu mata pelajaran. Bimibingan layanan klasikan
yang diberikan kepada sejumlah siswa dalam ruangan kelas, layanan ini
merupakan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam
pencegahan terjadinya masalah. Layanan ini bersifat pencegahan,
pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas
yang di lakukan oleh konselor kepada siswa yang terjadwal. Kegiatannya
bisa saja dengan curhatan hati siswa atau diskusi bersama. Layanan
Klasikan ini bukan lah kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasanya
melainkan memberikan informasi kepada peserta didik yang dapat
memberikan pengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal
seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik.
Maka dari itu bimbingan ini berkaitan erat dengan pengajar di kelas.
13
Juster Donal Sinaga, “Dari Layanan Konsultasi Ke Layanan Kolaborasi: Sebuah Model Layanan
Tidak Langsung Bimbingan Dan Konseling,” Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018),
110–111.
Bimbingan klasikan ini merupakan sarana yang memberikan persiapan
bagi siswa untuk kehidupannya lebih lanjut, seperti dalam bidang
keluarga, pekerjaan atau pun kesehatan. Layanan klasikan ini juga menjadi
tempat mengembang kan potensi yang ada dalam diri peserta didik dengan
optimal.14
F. Layanan Penguasaan Konten15
Pada layanan ini adalah melakukan bimbingan kepada siswa baik
itu secara personal maupun secara kelompok dalam menguasai
kemampuan tertentu dengan cara kegiatan belajar.
Layanan konten ini juga mampu membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah yang ia alami, karna pada dasarnya layanan ini
berfokus terhadap kemempuan siswa dalam hal tertentu. Dalam kehidupan
sehari-hari siswa harus mempunyai suatu kemampuan tertentu supaya
hidupnya bisa lebih baik dan berkembang lagi.
1. Tujuan layanan penguasaan konten
Dari makna diatas tujuan dari layanan ini tidak lain
adalah supaya setiap individu siswa menguasai kemampuan
atau kompetensi (konten) tertentu secara terintegrasi. Jadi
apabila siswa sudah menguasainya maka dengan tidak
langsung sudah menambahkan wawasan dan berharap
supaya bisa berguna bagi siswa itu sendiri dalam
menghadapi masalah-masalah yang dia punya kelak.
2. Pelaksanaan layanan penguasaan konten16
Pada layanan ini ada enam tahap yang harus dilakukan
yaitu:
a. Tahap perencanaan
1) Menetapkan siapa yang harus dilayani
2) Menentukan konten apa yang akan di
pelajari
3) Menetapkan langkah-langkah kegiatan
layanan
4) Mempersiapkan semua fasilitas yang di
butuhkan
5) Menyiapkan kelengkapan administrasi
14
Amin Budiamin et al., “Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control
Siswa,” Jurnal Psikopedagogia, vol.05 (2016), 7–8.
15
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis Integrasi), 152.
16
Ibid., 156.
b. Tahap pelaksanaan
1) Menjalankan kegiatan layanan dengan
cara perorganisasian proses pelaksanaan
penguasaan konten
2) Mengimplementasikan dalam proses
belajar
c. Tahap evaluasi
1) Menentukan materi evaluasi
2) Menentukan prosedur evaluasi
3) Menyusun instrumen dari evaluasi
4) Mengamalkan instrumen dari evaluasi
5) Mengelolah hasil dari pengamalan
evaluasi
d. Tahap Analisis hasil evaluasi
1) Menentukan standar dari evaluasi
2) Melakukan analisis
3) Menafsirkan hasil evaluasi
e. Tahap tindak lanjut
1) Menentukan arah dari tindak lanjut
2) Menginformasikan tindak lanjut kepada
orang-orang terkait
3) Menjalankan rencana tindak lanjut
f. Tahap laporan
1) Menyusun laporan layanan
2) Menginformasikan laporan
3) Mengarsipkan laporan
G. Layanan Mediasi
Kata mediasi bersal dari kata media atau dalam bahasa arab yaitu
wasilah yang mempunyai arti perantara. Kalau melihat dari makna kata
diatas maka dapat kita tarik benang merah bahwa arti dari kata mediasi ini
yaitu sebagai penghubung. Menghubungkan hal yang terpisah menjadi
terkoneksi lagi, juga memiliki makna menyatukan dua hal yang berbeda
menjadi saling keterkaitan anatara satu dengan yang lainnya.
Dari sini saja bisa kita ketahui tujuan dari layanan mediasi ini yaitu
konselor berupaya menyatukan dua sisi yang berbeda (siswa) yang tidak
mempunyai kecocokan atau mempunyai masalah.17
1. Tujuan Layanan Mediasi
17
Ibid., 185–186.
Secara garis besar tujuan dari layanan ini yaitu
membuat hubungan baik antara klien yang mempunyai
permusuhan, namun apabila kita persempit lagi tujuan dari
layanan mediasi ini adalah terjadinya kondisi atau
lingkungan baru yang semulanya bermusuhan menjadi
bersahabat, adanya perbedaan berubah menjadi persamaan,
saling menjauh menjadi saling mendekat, dari saling
menyimpan dendam menjadi saling memafkan. Ini lah
tujuan-tujuan dari layanan mediasi ini.
2. Pelaksanaan layanan mediasi
a. Perencanaan
1) Menentukan klien
2) Mengatur waktu pertemuan
3) Menentukan fasilitas layanan
4) Menyiapkan administrasi
b. Pelaksanaan
1) Menerima klien
2) Membuat struktur layanan
3) Membahas masalah
4) Menyelenggarakan perubahan tingkah
laku
5) Membina komitmen klien satu dengan
klien yang lainnya
c. Evaluasi
1) Evaluasi terhadap pemahaman baru klien
2) Evaluasi jangka pendek
3) Evaluasi jangka panjang
d. Analisis Hasil Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah
mengkaikat (menafsirkan) permasalahan denga
layanan mediasi
e. Tindak Lanjut
Menyelenggarakan tindak lanjut layanan
mediasi lanjutan untuk membicarakan dan
menetapkan perdamaian
f. Laporan
1) Membicarakan laporan
2) Mendokumentasikan
mengarsipkan18
atau
H. Layanan Konsultasi
Pada layanan ini dilakukan oleh konselor kepada konsulti, pada
layanan kosultasi ini ada beberapa pihak yang tidak boleh hilang
didalamnya diantaranya yaitu: konselor, konsulti dan pihak ketiga.
Konselor yaitu orang yang ahli dalam konseling, konsulti adalah orang
yang minta bantu konselor agar dia bisa menangani permasalahannya
dengan pihak ketiga, pihak ketiga adalah orang yang masalahnya di
perhitungkan oleh konsulti.
Kalau di sekolah konsultinya adalah kepala sekolah maka yang
menjadi pihak ketiganya tentu saja adalah guru, kalau konsultinya adalah
orang tua maka pihak ketiganya adalah anaknya, apabila konsultinya
adalah guru maka pihak ketiganya tidak lain dan tidak bukan adalah
muridnya.19
18
19
Ibid., 193–195.
Ibid., 178–179.
KESIMPULAN
Maka setelah selesai penulisan makalah ini penulis bisa mengumpulkan
data bahwa di sekolah ada delapan bentuk layanan bimbingan konseling yaitu
Layanan Orientasi, Layanan Konseling Individu, Layanan Konseling Kelompok,
Layanan Konseling Klasikal, Layanan Konseling Kolaborasi, Layanan Mediasi,
Layanan Konsultasi dan Layanan Penguasaan Konten. Layanan orientasi yaitu
layanan yang dilakukan kepada siswa yang ada di lembaga pendidikan (sekolah)
berkenaan dengan hal yang baru dan tatapan kearah depan, layanan individu yaitu
Layanan ini dilakukan kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran yang ada
di lembaga pendidikan (sekolah), layanan kelompok yaitu Pada layanan ini
layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa dalam hal
kelompok dan tidak ada yang dirahasiakan di dalamnya, layanan klasikal yaitu
Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas yang di lakukan
oleh konselor kepada siswa yang terjadwal, layanan kolaborasi yaitu bangunan
yang bersifat indefenden yang mana tidak akan tercapai tujuannya jika dilakukan
secara sendiri. Untuk mencapai tujuan dari layanan ini harus ada hubungan yang
baik, seperti komunikasi, kontra, kordinasi hal ini sangat penting bagi tercapainya
tujuan layanan ini, layanan mediasi yaitu konselor berupaya menyatukan dua sisi
yang berbeda (siswa) yang tidak mempunyai kecocokan atau mempunyai
masalah, layanan konsultasi yaitu layanan ini dilakukan oleh konselor kepada
konsulti, layanan penguasaan konten yaitu bimbingan kepada siswa baik itu
secara personal maupun secara kelompok dalam menguasai kemampuan tertentu
dengan cara kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiamin, Amin, Mukhtar, dan Syamsu Yusuf. “Program Layanan Bimbingan
Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control Siswa.” Jurnal
Psikopedagogia, vol.05 (2016): 1–16.
Chulsum, Umi, dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya:
Kashiko, 2006.
Djibran, Moh. Rizki, Meiske Puluhulawa, dan Mohamad Rizal Pauti. “Layanan
Bimbingan Kelompok Dan Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem.” Jurnal
Ilmiyah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling
(2017): 301–310.
Fitri, Laeli Anisa, dan Nova Erlina. “Penggunaan Layanan Konseling Individu
Dengan Pendekatan Behavioral Untuk Mengurangi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Merabung III Kecamatan
Pugung Kabupaten Tanggamus.” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol.03
(2016): 19–28.
Partanto, Pius A, dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya:
Arloka, 2001.
Saroni, Mohammad. Pendidikan Untuk Orang Miskin: Membuka Keran Keadilan
Dalam Kesempatan Berpendidikan. Cetakan I. Depok, Sleman,
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Sinaga, Juster Donal. “Dari Layanan Konsultasi Ke Layanan Kolaborasi: Sebuah
Model Layanan Tidak Langsung Bimbingan Dan Konseling.” Konvensi
BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII (2018): 106–118.
Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Bebasis
Integrasi). Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.
Download