ANDRY SUSANTO 112017140 Penyakit Ginjal Kronik atau chronic kidney disease (CKD) merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas. Biaya perawatan penderita CKD mahal dengan ”outcome” yang buruk Pada tahun 1995 secara nasional terdapat 2.131 pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes besarnya adalah Rp12,6 milyar. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 2.617 pasien dengan hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes sebesar Rp32,4 milyar Pada tahun 2004 menjadi 6.314 kasus dengan biaya Rp67,2 milyar Untuk mengidentifikasi hubungan antara hipertensi, merokok, dan minuman berenergi dan Gagal Ginjak Kronik di RS PKU Muhammadiah Yogyakarta dan menghitung odd ratio dari faktor faktor tersebut Design penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan case control. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Variable dependence : Gagal Ginjal Kronik Variable independece : hipertensi, merokok, dan suplemen minuman energi a) orang Indonesia (Jawa, Sunda, Melayu), b) usia 15-65 tahun dan c) bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani lembar pernyataan persetujuan serta kooperatif. Kriteria inklusi eksklusi subjek penelitian apabila memiliki penyakit ginjal bawaan atau riwayat transplantasi ginjal. Kriteria eksklusi Penelitian ini melibatkan 210 responden, terdiri dari 70 responden penderita CKD sebagai kasus dan sejumlah 140 responden bukan penderita CKD, sesuai kriteria inklusi, sebagai kontrol. Gambaran umum karakteristik responden tampak pada Tabel 1 dan dapat diketahui distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tempat tinggal, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan riwayat penyakit penyerta, sebagian responden memiliki riwayat sakit kencing manis (8%), sakit batu saluran kencing (6%) dan responden dengan hipertensi mencapai sebanyak 30%. Berdasarkan kebiasaan merokok dan minum suplemen energi diketahui bahwa 40% responden adalah perokok dan 32% responden adalah pengkonsumsi minuman suplemen energi. Gambaran responden dengan CKD yang melakukan hemodialisis atau kelompok kasus dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Dari gambaran kadar kreatinin serum diketahui bahwa rerata kadar kreatinin serum responden bukan CKD adalah 1,07±0,19 mg/ ml, sedangkan rerata kadar kreatinin serum responden dengan CKD adalah 9,43±2,70 mg/ml. Dari hasil analisis bivariat (Tabel 4) dapat diketahui bahwa variabel faktor risiko jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian CKD (OR=1; p>0,05), sedangkan variabel riwayat sakit batu saluran kencing (OR=4; p>0,05) dan riwayat sakit DM sebelumnya (OR=3;p>0,05) berhubungan dengan CKD tetapi tidak bermakna secara statistik. Variabel faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CKD dan bermakna secara statistik adalah riwayat CKD di keluarga (OR=5;p<0,05), merokok (OR=4,8;p<0,05), hipertensi (OR=18;p<0,05), mengonsumsi suplemen energi (OR=11;p<0,05), mengonsumsi jamu (OR=2;p<0,05) dan mengonsumsi kopi (OR=3;p<0,05). Analisis multivariat variabel faktor risiko kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil analisis multivariat beberapa variabel faktor risiko yang berhubungan dengan CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tampak pada Tabel 5. Setelah dilakukan analisis multivariat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta faktor-faktor risiko tersebut bermakna secara statistik yaitu merokok (OR=4; CI=1.39 -9.74; p<0,05), konsumsi suplemen energi (OR=7;CI=2.53-17.35; p<0,05) dan hipertensi Untuk mengetahui hubungan merokok dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan analisis kovariat antara aktivitas merokok (pasif atau aktif), jumlah batang rokok per hari, jumlah bungkus rokok perminggu dan lama merokok dengan CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dari perhitungan pada Tabel 7 diketahui bahwa perokok pasif memiliki peluang 3x lebih tinggi untuk mengalami CKD dibandingkan dengan tidak perokok sama sekali (OR= 3,43; CI=1,34-8,73;p<0,05). Peluang bagi perokok aktif peluang untuk mengalami CKD jika dibandingkan dengan tidak perokok yaitu 7x (OR=7,02;CI=3,44-14,30;p<0,05). Responden yang mempunyai kebiasaan merokok tidak tentu yaitu merokok kurang dari satu bungkus sepekan atau tidak tiap hari merokok memiliki peluang tidak mengalami kejadian CKD (p=0.35; OR=0.37: CI=0.05-3.01) atau (p=0.71; OR=0.74; CI=0.16-3.56). Perokok yang memiliki kebiasaan merokok >1 bungkus sepekan atau lebih dari 2 batang sehari mempunyai peluang 4x untuk mengalami CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perokok yang memiliki kebiasaan merokok >14 bungkus perpekan (p=0.02*; OR=8.16; CI=1.41-47.09) atau >20 batang sehari memiliki peluang 8x mengalami kejadian CKD. Hasil analisis bivariat kovariat (stratifikasi) dengan membagi variabel lama berhenti merokok menjadi tiga kategori yaitu berhenti merokok kurang dari satu tahun, antara 1-5 tahun dan lebih dari 5 tahun diketahui bahwa responden yang berhenti merokok kurang dari satu tahun secara bermakna memiliki peluang untuk mengalami CKD 13x dari bukan perokok (OR=13,17; CI=5,61–30,92; p<0,05). Perokok yang sudah berhenti merokok antara 1-5 tahun peluang untuk mengalami CKD turun menjadi 4x dari bukan perokok (OR=4,64; CI=1,83–11,39; p<0,05) dan responden perokok yang telah berhenti merokok lebih dari 5 tahun peluang untuk mengalami CKD sama dengan bukan perokok (OR=0,75; CI=0,21–2,29; p>0, 05) Untuk mengetahui adanya hubungan antara mengonsumsi suplemen energi dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammidayah Yogyakarta dilakukan analisis stratifikasi dengan membagi variabel jumlah, lama dan jenis aktivitas mengonsumsi minuman suplemen dalam beberapa kategori (Tabel 11, 12, 13 dan 14). Dari hasil analisis stratifikasi diketahui bahwa terdapat hubungan antara jumlah minuman suplemen yang dikonsumsi dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Untuk mengetahui adanya hubungan menderita hipertensi dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta duilakukan uji binari stratifikasi dengan membagi variabel lama menderita hipertensi dalam tiga katagori yaitu menderita hipertensi 1 -5 tahun, 6-10 tahun dan diatas 10 tahun Dari hasil penelitian diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian CKD. Dari hasil uji bivariat diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara lain riwayat keluarga dengan gagal ginjal, DM, hipertensi, merokok, minum suplemen energi, minum jamu dan minum kopi. Setelah dilanjutkan dengan analisa multivariat akhirnya diketahui bahwa faktor yang berhubungan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah merokok, minum suplemen. energi dan hipertensi. Hasil penelitian ini secara umum sesuai dengan hasil–hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta (OR=1). Dari hasil analisa bivariat maupun multivariat menunjukkan bahwa pada perokok aktif maupun pasif secara bermakna meningkatkan risiko kejadian gagal ginjal kronik terminal. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa hubungan rokok dengan kejadiangagal ginjal kronik terminal di RSU PKU Muhammadiyah adalah bersifat doseddependence. Namun begitu masih ada harapan untuk terhindar dari kejadian gagal ginjal terminal bagi para perokok, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko untuk mengalami gagal ginjal kronik terminal akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah tahun terbebas dari kebiasaan merokok. Shanker telah melaporkan bahwa mantan perokok memiliki peluang untuk mengalami gagal ginjal lebih tinggi jika dibandingkan dengan tidak perokok (OR=1,12;95%; CI=0,63-2) dan perokok sekarang memiliki risiko paling tinggi untuk mengalami gagal ginjal kronik (OR=1,97;95%;CI=1,15-3,36). Risiko untuk mengalami gagal ginjal kronik akan semakin meningkat apabila dikombinasi mengonsumsi alkohol. Meninggalkan kebiasaan merokok selama 15 tahun atau lebih akan mengembalikan diri seperti keadaan sebelum merokok. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengonsumsi minuman suplemen energi berhubungan dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hasil analisis bivariat stratifikasi maupun analisa multivariat menunjukkan bahwa risiko untuk mengalami kejadian CKD di RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta secara bermakna lebih tinggi pada pengkonsumsi minuman suplemen dari pada yang tidak mengonsumsi minuman suplemen. Hubungan antara mengonsumsi minuman suplemen dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta bersifat dosedependence yaitu semakin banyak mengonsumsi minuman suplemen maka risiko untuk mengalami gagal ginjal kronik terminal juga semakin tinggi. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa meninggalkan kebiasaan mengonsumsi minuman suplemen energi akan dapat menurunkan kemungkinan kejadian CKD. Hubungan antara lama berhenti dari kebiasaan mengonsumsi minuman suplemen energi dengan kejadian CKD di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta juga bersifat time-dependence. Hasil analisa multivariat secara menunjukkan adanya hubungan antara lama menderita hipertensi dengan kejadian CKD di RSU Muhamadiyah Yogyakarta, dimana semakin lama menderita hipertensi semakin tinggi risiko untuk mengalami kejadian CKD. Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kejadian CKD. Klag et.al. membuktikan adanya hubungan antara derajat hipertensi dengan kejadian end stage renal disease (ESDR) pada laki-laki dimana semakin tinggi derajat hipertensi semakin tinggi pula risiko untuk mengalami kejadian ESRD. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman suplemen energi dan hipertensi dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hipertensi, minuman suplemen energi dan merokok merupakan faktor risiko penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk itu diperlukan suatu pemeriksaan hemoglobin, recall dan pengukuran asupan air sebagai tambahan data penelitian serta perlu dilakukan penelitian dasar untuk mengungkap kandungan yang mana dan bagaimana mekanisme kandungan minuman suplemen energi dan rokok dalam merusak ginjal. Terima kasih