ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT MATERIALISME, HEDONISME, SPIRITUALISME OLEH: MIFDAL ZUSRON ALFAQI MATERIALISME Materialisme sebelum marx hanya memahami materi sebagai obyek indrawi belaka Sentralisme pada obyek dibalikan oleh marx dengan menunjukkan peran sentral subyek, manusia, dalam materi Menurut Marx, keseluruhan obyek yang menyusun realitas efek dari realitas subyek Marx menunjukkan bahwa selain obyek material, yang menyusun realitas materi adalah juga hasil laku, kerja, praksis manusia Tesis, Antitesis, Sintesis Subyek punya peran penting dalam materi Tidak ada yang sepenuhnya natural dalam realitas keseharian, tidak ada nostalgia akan kemurnian azali. Contoh: kenaikan harga sembako tidaklah alami, begitu juga hutan-hutan yang gundul di Kalimantan, pemanasan global, semuanya efek dari konfigurasi aktifitas manusia tertentu. Sikap kritis yang menolak untuk memandang realitas secara natural dan mengakui adanya intervensi subyektif yang justru mengkonstitusi kenyataan sehari-hari, inilah materialisme dalam prespektif marx. DEALEKTIKA Proposisi dasar dealektika adalah bahwa segala hal berada dalam proses perubahan, pergerakan dan perkembangan yang terus-menerus. Bahkan ketika bagi kita tidak terlihat sesuatupun terjadi, dalam kenyataannya, materi selalu berubah. Dealektika dengan demikian adalah sebuah interpretasi yang pada hakikatnya dinamik atas segala gejala dan proses yang terjadi dalam segala tingkat materi. Menurut Hegel Realitas adalah pengejawantahan ide idealisme dulu baru materi. Menurut Marx Realitas adalah pengejawantahan realitas itu sendiri materi itu sendiri. Awal materi dari DEALEKTIKA: Melanjutkan Hegel Marx berhutang pada pemikiran Hegel tentang dealektika sebab dengannya realitas dapat dilihat sebagai sesuatu yang senantiasa berubah, cair dan, bergerak secara terus menerus. Realitas dengan demikian adalah efek dari aktifitas subyektif yang pada gilirannya medeterminasi aktivitas subyektif itu sendiri. Setiap materi berawal dari ide, karena pada dasarnya manusia selalu berfikir dalam setiap proses kehidupannya. DEALEKTIKA: Merevisi Hegel “ Metode dealektika saya bukan hanya berbeda dengan hegel, akan tetapi persis kebalikannya, bagi Hegel, proses kehidupan dari otak manusia, yaitu proses berfikir, inti hakekat dari dunia nyata, dan dunia nyata hanyalah sekedar bentuk “ide” yang eksternal dan fenomenal. Bagi saya sebaliknya, ide bukanlah apa-apa melainkan dunia nyata yang tercermin dalam pikiran manusia, dan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk fikiran”. DEALEKTIKA Hukum dialektika: Tesa Antitesa Sintesa Sejarah manusia dari dahulu sampai nanti adalah dealektik Kapitalisme (terjadi eksploitasi) krisis kapitalisme Sosialisme (dalam masyarakat sosialisme, tidak ada eksploitasi sehingga lebih adil). HEDONISME hēdonē, yang berarti nikmat, kegembiraan, kesenangan, kepuasan (pleasure). Hedonisme secara umum bisa menyimpulkan bahwa “kesenangan adalah kebaikan tertinggi” atau — di dalam perumusan lain — “apapun yang membawa kesenangan atau kenikmatan adalah benar.” Hedonisme bisa didefinisikan sebagai sebuah doktrin yang berpegang pada anggapan bahwasanya kebiasaan manusia itu dimotivasi oleh hasrat akan kesenangan atau kenikmatan dan menghindar dari penderitaan. Karena kenikmatan merupakan kenyataan hidup, dengan frekuensi, kadar, dan bentuk yang berbeda. Hedonisme merupakan teori etika yang paling kuno. Munculnya filsafat etika hedonisme sudah ditemukan pada Aristippos (sekitar 433-355 S.M.). Menurutnya kenikmatan hanya bersifat fisik, aktual dan individual. Kesenangan juga perlu dibatasi pada kesenangan yang mudah diraih, bukan yang diupayakan dengan kerja keras Epikuros, senang bermakna tidak adanya rasa sakit dalam badan dan tidak adanya kesulitan kejiwaan. Artinya, lebih mencari argumen yang menghilangkan segala kerisauan jiwa. (Ex: Makan ) Sehingga puncak hedone bagi Epikuros ialah ketenangan jiwa. Ex: terlalu mengejar uang, kehormatan, kekuasaan tidak akan melahirkan kepuasan jiwa Epikuros merupakan peletak dasar bentuk hedonisme yang bercorak eudaimonistik berarti mempunyai jiwa (daimon) dalam keadaan baik ketenangan batin (ataraxia) kepada manusia BENTUK HEDONISME Hedonisme etis, yang memandang bahwa manusia akan menjadi bahagia asal saja ia mengejar nikmat dan menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Garis pokok argumentasinya adalah bahwa manusia akan bahagia apabila ia mencapai perasaan nikmat sebanyak mungkin dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak atau menyakitkan. Hedonisme psikologis, yang mendasarkan diri pada suatu teori yang mengatakan bahwa manusia hanya mencari nikmat dan mau menghindari perasaan yang tidak enak saja. Menurut hedonisme ini, selain tujuan-tujuan yang luhur (misalnya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan) dan motivasi suci (misalnya menyebarkan agama, berdakwah), motivasi manusia yang sebenarnya adalah mencari nikmat saja. Jadi teori hedonisme psikologis adalah sebuah teori yang sinis, yang tidak percaya bahwa manusia dapat betul-betul tergerak oleh cita-cita yang luhur, misalnya dorongan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Menurut teori ini, manusia pada hakekatnya seorang egois yang hanya mencari nikmat saja, tetapi menyembunyikannya di balik suatu tirai cita-cita suci Persamaan pandangan hedonisme antara Aristippos dan Epikuros adalah keduanya mengajarkan teori tentang kenikmatan (hedone). Adapun perbedaannya bahwa menurut Aristippos kenikmatan badaniah lebih berbobot dibanding kenikmatan rohani, akan tetapi sebaliknya bagi Epikuros. SPIRITUALISME Secara harfiah, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan. KOMPONEN SPIRITUALITAS Dimensi transenden Individu spiritual percaya akan adanya dimensi transenden dari kehidupan. Inti yang mendasar dari komponen ini bisa berupa kepercayaan terhadap tuhan. Makna dan tujuan dalam hidup Individu yang spiritual memahami proses pencarian akan makna dan tujuan hidup. Dari proses pencarian ini, individu mengembangkan pandangan bahwa hidup memiliki makna dan bahwa setiap eksistensi memiliki tujuannya masing-masing. Nilai-nilai material Individu yang spiritual menyadari akan banyaknya sumber kebahagiaan manusia, termasuk pula kebahagiaan yang bersumber dari kepemilikan material. Oleh karena itu, individu yang spiritual menghargai materi seperti kebendaan atau uang namun tidak mencari kepuasaan sejati dari hal-hal material tersebut. Mereka menyadari bahwa kepuasaan dalam hidup semestinya datang bukan dari seberapa banyak kekayaan atau kebendaan yang dimiliki. KOMPETENSI SPIRITUAL Kesadaran Pribadi (personal awareness), yaitu bagaimana seseorang mengatur dirinya sendiri, penilaian diri yang positif, harga diri, mandiri, dukungan diri. kompetensi waktu, aktualisasi diri Keterampilan Pribadi (personal skills), yaitu mampu bersikap mandiri, fleksibel, mudah beradaptasi, menunjukkan performa kerja yang baik Kesadaran Sosial (social awareness), yaitu menunjukkan sikap sosial yang positif, empati, simpati Keterampilan Sosial (social skills) yaitu memiliki hubungan yang baik dengan teman kerja dan atasan, menunjukkan sikap terbuka terhadap orang lain (menerima orang baru), mampu bekerja sama, pengenalan yang baik terhadap nilai positif, baik dalam menanggapi kritikan