Disain Standar dan Kendali Mutu Chapter 4 – Introduction to SNI Teknik Metalugi - Untirta Cilegon, 1 March 2018 Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Ilustrasi sederhana tentang “mutu” Perusahaan A: membuat rangka meja Perusahaan B: membuat laci meja Perusahaan C (toko mebel): merakit meja dan menjual kepada pelanggan TIDAK PUAS PELANGGAN ATAU https://slideplayer.info/slide/2293966/ PUAS “mutu” dan sistem standardisasi nasional STANDAR METROLOGI pengukuran dimensi kerangka meja dan laci meja https://slideplayer.info/slide/2293966/ persyaratan dimensi dan toleransi kerangka meja dan laci meja MEJA BERMUTU: pelanggan puas MUTU PENGUJIAN, akreditasi, inspeksi, sertifikasi “pengujian” kesesuaian terhadap toleransi kerangka meja dan laci meja ‘PERANG’ dalam PASAR GLOBAL peningkatan harga!!! peningkatan biaya produksi! produk tidak aman! tunjukkan bukti pemenuhan terhadap persyaratan !!!! menghalangi akses produk baru !!!! hambatan perdagangan yang tidak diinginkan! https://slideplayer.info/slide/2293966/ SISTEM STANDARDISASI NASIONAL ‘SENJATA’ perang dalam PASAR GLOBAL pengembangan KOMITE STANDAR standar pengukuran NASIONAL (metrologi ilmiah) SATUAN UKURAN regional: APMP CGPM Ketertelusuran PENILAIA KESESUAIAN Akses Pasar Global + Proteksi Pasar Nasional DEPARTEMEN regulasi TEKNIS regulasi teknisteknis alat ukur BADAN METROLOGI tentang DAN INSTANSI produk (metrologi legal) NASIONAL dan mutu TEKNIS produk regional: APLMF WTO/OIML Regulasi Akreditasi akreditasi laboratorium kalibrasii KOMITE AKREDITASI (metrologi industri/terapan) NASIONAL regional: APLAC ILAC/IAF https://slideplayer.info/slide/2293966/ Standar ISO/IEC/ Codex standar (dokumen) BADAN STANDARDISASI terkait alat ukur NASIONAL regional: PASC PERAN SNI dalam Transaksi Pasar kesehatan persyaratan pasar proteksi pasar domestik penguatan daya saing pilihan konsumen syarat minimum, wajib kelestarian LH, dll nilai tambah, sukarela mutu efisiensi varietas, dll awareness, edukasi, promosi penetrasi pasar global keamanan contoh o mewajibkan pelabelan, o jumlah bintang mencerminkan tingkat hemat energi, o unjuk kerja didasarkan pada pernyataan produsen o konsumen dapat memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan pengawasan , penegakan hukum contoh SNI 04 -6504 – safety: tidak SNI IEC mudah 60969terbakar, performance: dll tahan xxxx jam, efisiensi energi, dll SNI-04-6958 SNI-04-6504 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL MELINDUNGI MASYARAKAT DAN MENINGKATKAN DAYA SAING MUTU KRITERIA di-regulasi oleh negara wajib, pengawasan, penegakan hukum Kepatuhan Kesesuaian Kepercayaan tidak di-regulasi sukarela oleh pelaku usaha, edukasi, kesadaran, insentif PENDEKATAN SISTEMATIK PERLINDUNGAN (K3LH) Konsensus minimal, statik wilayah nasional https://slideplayer.info/slide/2293966/ INFRASTRUKTUR MUTU SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DAYA SAING kemungkinan terbaik, dinamis pasar: nasional, regional, internasional SISTEM STANDARDISASI NASIONAL MELINDUNGI MASYARAKAT DAN MENINGKATKAN DAYA SAING IPTEK Nilai Tambah: Jaminan Mutu untuk Daya Saing standar Pengujian dan analisis untuk produk dan proses LITBANG kalibrasi Inovasi dalam produk dan proses Persyararan Minimum: Regulasi Teknis Sertifikasi produk Sistem sertifikasi mutu Lembaga metrologi nasional Penilaian Kesesuaian (pelanggan) Laboratorium uji dan kalibrasi Lembaga sertifikasi dan inspeksi Perlindungan Konsumen Sertifikat kesesuaian inspeksi Asesmen alat ukur Metrologi legal Pengawasan pasar Penilaian Kesesuaian (regulasi) Tera Industri, Eksportir, Pemerintah, Konsumen https://slideplayer.info/slide/2293966/ Lembaga standardisasi nasional Lembaga Akredtasi nasional ROADMAP: Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 menciptakan keunggulan kompetitif platform bagi inovasi mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa indonesia membuka askses pasar produk nasional ke pasar global meningkatkan kepercayaan thd produk nasional di pasardomestik melindungi kepenting an pulik dan lingkungan 2015 2017 2019 2021 2023 2013 bertumpu penguatan penguatan penguatan penguatan pada penerapan kemampuan sinergi efisiensi sistem pemberlakuan SNI secara penerapan dengan produksi regulasi teknis sukarela standar nasional sistem berdasarkan negara inovasi kebutuhan tujuan nasional pasar ekspor government driven https://slideplayer.info/slide/2293966/ market driven 2025 challange (research and industry )driven TUJUAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN a) meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi; b) meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan c) meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri (UU 20 tahun 2014: pasal 3) DEFINISI DAN RUANG LINGKUP STANDARDISASI adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan (UU 20 tahun 2014: pasal 1 angka 1) PENILAIAN KESESUAIAN adalah kegiatan untuk menilai bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi persyaratan acuan (UU 20 tahun 2014: pasal 1 angka 2) RUANG LINGKUP: Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian terhadap Barang, Jasa, Sistem, Proses, dan Personal (UU 20 tahun 2014: pasal 4) Kelembagaan Lembaga yang berwenang dalam penyusunan dan implementasi Sistem Standardisasi Nasional adalah : ü Badan Standardisasi Nasional Pengembangan dan pembinaan bidang standardisasi (Keppres 166, 173 Thn 2000, Keppres 16, 62 Thn 2001) ü Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran Pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh unit kerja di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bertugas di bidang metrologi (Keppres 79/2001) ü Komite Akreditasi Nasional (Keppres 78/2001 - Menetapkan akreditasi - Memberikan pertimbangan dlm menetapkan sistem akreditasi Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional o melaksanakan tugas dan tanggungjawab pemerintah di bidang STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN o Lembaga Pemerintah Non Kementerian berdasarkan Peraturan Presiden yang dibentuk o bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang mengkoordinasikan BSN adalah koordinator penyusunan standardisasi nasional dengan para stakeholder (pemerintah, pelaku usaha, konsumen dan kaum profesional (ilmuwan)), KAN, dan KSNSU Badan Standardisasi Nasional Pengembangan SNI dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: Ø Tahap 1 Pemrograman SNI Ø Tahap 2 Perumusan Rancangan SNI (RSNI) Ø Tahap 3 Jajak Pendapat RSNI3 Ø Tahap 4 Persetujuan RSNI4 Ø Tahap 5 Penetapan SNI Ø Tahap 6 Pemeliharaan SNI Program Nasional Perumusan Standar 2/3*) setuju à RASNI Rancangan Akhir SNI Panitia Teknis/ Sub Panitia Teknis Note: *)Anggota PT, SPT dan Mastan yg relevan dan memiliki hak suara Note: SISPK _ Sistem Informasi Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Penerapan SNI § Berlaku diseluruh wilayah R.I; § Bersifat sukarela; • Dalam hal berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kesehatan, pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomi dapat diberlakukan wajib oleh instansi teknis yang terkait; • Tata cara pemberlakuan SNI wajib di atur dengan Keputusan Pimpinan Instansi Teknis § Penerapan Standar Nasional Indonesia dilakukan melalui kegiatan sertifikasi dan akreditasi § Barang, Jasa, Proses dan Personel yg memenuhi spesifikasi SNI dapat diberikat sertifikat dan/atau dibubuhi tanda tangan SNI § Sertifikat diberikan oleh: ü Lembaga Sertifikasi ü Lembaga Inspeksi ü ü Lembaga Pelatihan Laboratorium yang diakreditasi KAN PENGAWASAN SNI Pengawasan dilakukan di seluruh rangkaian rantai pasokan (supply chain) Penarikan barang Sistem Safety Alert Produsen DN Distributor (Wholesaler) PSI Pengecer (Retailer) Pre Shipment Inspection Produsen LN Importir Pengawasan di Kawasan Pabean UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Reference: Materi_Kepala Pusat Standardisasi_SERTIFIKASI PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI/KESESUAIAN BIDANG INDUSTRI, Workshop 17065 (2014) Komite Akreditasi Nasional (KAN) Komite Akreditasi Nasional o melaksanakan tugas dan tanggungjawab pemerintah di bidang AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN o KAN adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk dengan Peraturan Presiden o KAN bertanggungjawab kepada Presiden melalui Kepala BSN Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh KAN, yang menyatakan bahwa suatu lembaga, institusi, atau laboratorium memiliki kompetensi serta berhak melaksanakan Penilaian Kesesuaian. KAN melakukan akreditasi terhadap lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium, baik yang berlokasi di dalam negeri maupun di luar negeri Hasil akreditasi ini akan dikoordinasikan kepada Badan Standardisasi Nasional Lembaga yang sudah diakreditasi akan diberi logo KAN BADAN AKREDITASI Aktivitas Akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian KOMITE AKREDITASI NASIONAL (ISO/IEC 17011) AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI AKREDITASI LABORATORIUM LEMBAGA SERTIFIKASI YANG MELAKSANAKAN Pedoman BSN 501-1999 (EN 45013) Pedoman BSN 301-1999 (ISO/IEC Guide 62) Pedoman BSN 401-2000 (ISO/IEC Guide 65) SERTIFIKASI SERTIFIKASI SERTIFIKASI PRODUK PERSONEL SISTEM MUTU SERTIFIKAT PERSONEL SERTIFIKAT SISTEM MUTU Kriteria: ISO 17024 PROFESI PERSONEL SERTIFIKAT PRODUK SNI 19-9000/ ISO 9000 series Standar Produk Pedoman BSN 701-2000 (ISO/IEC Guide 66) Pedoman BSN 1001-1999 SERTIFIKASI SERTIFIKASI SISTEM SISTEM HACCP MANAJEMEN LINGKUNGAN SERTIFIKAT SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN SERTIFIKAT SISTEM HACCP SNI 19-14000/ ISO 14000 Series LABORATORIUM PENGUJI/ KALIBRASI AKREDITASI LEMBAGA INSPEKSI LEMBAGA INSPEKSI SNI 19-17020-1999 (ISO/IEC 17020-`1998) SNI 19-17025 (ISO/IEC 17025-2005) SERTIFIKAT/ LAPORAN UJI / KALIBRASI SNI 01-48521998 PEMASOK/INDUSTRI Standar Metode Produk SERTIFIKAT INSPEKSI Standar/ Spesifikasi/ regulasi PROSES AKREDITASI Prosedur Akreditasi KOMITE AKREDITASI NASIONAL (KAN) Ketua, Sekretaris, Anggota SEKRETARIS JENDERAL MANAJER MUTU 5 MEMINTA PERTIMBANGAN TEKNIS 6 Direktur Akreditasi PERTIMBANGAN TEKNIS MENUNJUK 2 ASESOR LAPORAN ASESMEN 4 PEMBERIAN 7 SERTIFIKAT PANITIA TEKNIK TIM ASESMEN MENGAJUKAN PERMOHONAN 1 ASESMEN/ SURVAILEN/ RE- 3 ASESMEN LABORATORIUM LEMBAGA INSPEKSI LEMBAGA SERTIFIKASI Kajian Proses Lembaga Sertifikasi Melakukan kegiatan Penilaian Kesesuaian terhadap persyaratan tertentu Hasil penilaian dinyatakan dengan sertifikat (sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, produk, personel, sistem keamanan pangan, sistem pengelolaan hutan lestari, dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) Lembaga Inspeksi Melakukan pemeriksaan kesesuain barang dan/atau jasa terhadap persyaratan tertentu Laboratorium Laboratorium penguji dan atau kalibrasi yang melakukan kegiatan pengujian dan atau kalibrasi Cakupan Akreditasi – Lembaga Sertifikasi 1. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu 2. Lembaga Sertifikasi Keamanan Pangan 3. Lembaga Sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) 4. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi 5. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasok 6. Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata 7. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium 8. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan 9. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan 10. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan 11. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi 12. Lembaga Sertifikasi Ekolabel 13. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari 14. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu 15. Lembaga Verifikasi dan Validasi Gas Rumah Kaca 16. Lembaga Sertifikasi Produk 17. Lembaga Sertifikasi Produk (GMP+ _ Good Manufacturing Practices) 18. Lembaga Sertifikasi Person 19. Lembaga Sertifikasi Organik 20. Lembaga Sertifikasi Halal PROSES STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN dalam UU No. 20 tahun 2014 pemeliharaan SNI perencanaan SNI perumusan SNI penerapan SNI secara sukarela bukti pengawasan; kesesuaian penetapan SNI pemberlakuan SNI secara wajib litbang pembinaan kebijakan nasional kerjasama sistem informasi akreditasi LPK LPK melakukan Kegiatan PK ketertelusuran hasil PK hasil PK evaluasi efektifitas Infrastruktur Penilaian Kesesuaian Badan Regional Badan Akreditasi Peer assessment Badan Internasional Penilaian kompetensi Lembaga Penilaian Kesesuaian Penilaian kesesuaian Produk proses sistem personel lembaga USER Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Referensi: Bambang Prasetya, Peran Standardisasi dan Penilaian KesesuaianDalam Mendukung Daya Saing Nasional, Sosialisasi Peran SPK dalam Meningkatan Daya Saing, (2018), http://bsn.go.id/uploads/download/materi_kepala_bsn_-_pekanbaru_27_november.pdf Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Codex Alimentarius Commission Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Tugas Carilah SNI yang terkait dg industri metalurgi (berbeda untuk tiap mahasiswa) Lakukan pembahasan : 1. Mengapa SNI tersebut perlu dibuat ? 2. Apakah pada saat ini SNI tersebut sdh diterapkan dengan baik? 3. Apakah ada pelanggaran terkait SNI tersebut? 4. Apakah manfaat SNI tersebut bagi industri metalurgi dan konsumen? 5. Apakah perlu ada perbaikan terhadap SNI tersebut ? Technical Barrier Trader - China: Salak (kandungan cadmium Europe:Persyaratan Tuna (histamin & Mercury Europe: (Eco labelling)) Vs Boron Steel Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 PENENTU DAYA SAING PERUSAHAAN INDUSTRI PERSYARATAN REGULASI TEKNIS [TBT/SPS WTO] PERSYARATAN PEMBELI Konsumen / Industri / Pemerintah PERSYARATAN PASAR [TINGKAT MUTU] INFRASTRUKTUR MUTU KESESUAIAN KEMAMPUAN PERUSAHAAN INDUSTRI [TINGKAT MUTU] Teknologi Manajemen Produksi SCM HRM Pengembangan Produk Reference: Materi_Kepala Pusat Standardisasi_SERTIFIKASI PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI/KESESUAIAN BIDANG INDUSTRI, Workshop 17065 (2014) Infrastruktur Mutu Facilitation for free flow of goods and services • Industrial Metrology Conformity Assessment Standards Development Metrology KSNSU Reference: Materi_Kepala Pusat Standardisasi_SERTIFIKASI PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI/KESESUAIAN BIDANG INDUSTRI, Workshop 17065 (2014) Falsafah Perumusan Standar 1. Pendekatan pragmatis yaitu mengadopsi atau mengadaptasi sebagian atau keseluruhan standar negara lain atau standar internasional yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di Indonesia 2. Sejauh mungkin dirumuskan selaras dengan standar internasional atau regional 3. Memetik pengalaman negara lain yang memiliki kondisi sosio ekonomi sama 4. Mempertimbangkan kemampuan industri nasional 5. Memenuhi syarat notifikasi (pemberitahuan) Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU) Berdasarkan Keppres No 79/2001, pengelolaan teknis ilmiah standar nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh unit kerja di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bertugas di bidang metrologi Dalam rangka menjamin kebenaran hasil pengukuran dan pengujian Standar untuk satuan ukuran meliputi : 1. Standar pengukuran 2. Standar internasional untuk satuan ukuran 3. Standar nasional untuk satuan ukuran 4. Standar primer 5. Standar sekunder 6. Standar kerja Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 Reference: Materi_Deputi_IPS_BSN_Erniningsih_Peran_Standardisasi_dan_Penilaian_Kesesuaian_dalam_MEA1 SANKSI TERKAIT SNI Pasal 62 : Setiap orang yang memalsukan SNI atau membuat SNI palsu diberikan pidana penjara paling lama 7 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50 M. Pasal 63 : Setiap orang yang dengan sengaja memperbanyak, memperjualbelikan, atau menyebarkan SNI tanpa persetujuan BSN diberikan pidana paling lama 4 bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4 M. Pasal 64 : Setiap orang yang dengan sengaja membubuhkan tanda SNI dan /atau Tanda Kesesuaian pada Barang dan/ atau kemasan atau label di luar ketentuan yang ditetapkan dalam sertifikat; membubuhkan nomor SNI yang berbeda dengan nomor SNI pada sertifikatnya akan dikenakan pidana penjara paling lama 4 bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4 M. Pasal 65 dan 66 : Setiap orang yang tidak memiliki asertifikat atau memiliki sertifikat tetapi habis masa berlakunya, dibekukan sementara, atau dicabut yang dengan sengaja memperdagangkan atau mengedarkan Barang, memberikan Jasa, dan/atau menjalankan proses atau sistem dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M Pasal 67 : Setiap orang yang mengimpor barang yang dengan sengaja memperdagangkan atau mengedar Barang yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran SNI dipidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M Pasal 68 : Setiap orang yang tanpa hak menggunakan dan/atau membubuhkan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian dipidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M. SANKSI TERKAIT SNI Pasal 69 : Setiap orang yang memalsukan tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian atau membuat Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian palsu dipidana penjara paling lama 7 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50 M. Pasal 70 : Setiap orang yang dengan sengaja: menerbitkan sertifikat berlogo KAN; menerbitkan sertifikat kepada pemohon sertifikat yang tidak sesuai dengan SNI; menerbitkan sertifikat di luar ruang lingkup Akreditasi dipidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M. Pasal 71 : Setiap orang yang memalsukan sertifikat Akreditasi atau membuat sertifikat Akreditasi palsu dipidana penjara paling lama 7 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50 M Pasal 72 : pelaku tindak pidana dapat dijatuhi pidana tambahan berupa : kewajiban melakukan penarikan Barang yang telah beredar; kewajiban mengumumkan bahwa Barang yang beredar tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan/atau perampasan atau penyitaan Barang dan dapat dimusnahkan. Pasal 73 : pidana denda yang dijatuhkan terhadap korporasi, diberlakukan dengan ketentuan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda secara pribadi dan diberikan pidana tambahan berupa: pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan status badan hukum.