KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada kegiatan konstruksi merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh pelaku konstruksi di Indonesia. Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Kewajiban ini semakin dipertegas dengan dimasukkannya unsur K3 dalam proses pengadaan barang dan jasa, sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa maupun pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, mempunyai tugas dan peran strategis dalam pembinaan penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, termasuk yang menyangkut penerapan SMK3 Konstruksi ini. Mengingat urgensi penyebarluasan informasi mengenai kebijakan maupun pengetahuan terkait SMK3 Konstruksi, maka Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi setiap tahunnya mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi yang diperuntukkan bagi Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa. Pada hakikatnya, materi Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu materi mengenai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan persyaratn lainnya, materi-materi terkait Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi, serta Workshop Penyusunan Rencana K3 Kontrak (RK3K). ii Materi ini kemudian dipecah menjadi 12 (dua belas) modul, disesuaikan dengan jumlah kebutuhan tatap muka setiap harinya dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis, yaitu: Modul 1. Kebijakan Pemerintah tentang K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Modul 2. Peraturan Perundangan K3 dan Persyaratan Lainnya Modul 3. Pengetahuan Dasar K3 Modul 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Modul 5. Sistem Manajemen K3 Konstruksi Modul 6. Pengetahuan Dasar tentang HIV dan AIDS Modul 7. Manajemen Risiko K3 Modul 8. Penerapan SMK3 dalam Pengadaan Barang dan Jasa Modul 9. K3 Pekerjaan Konstruksi Modul 10. Manajemen Lingkungan dan Hygiene Modul 11. Pra RK3K dan RK3K Modul 12. Observasi Lapangan Modul-modul ini telah dikaji dan disusun sedemikian rupa oleh Tim Penyusun agar dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca, tanpa mengubah substansinya. Namun demikian, sebagaimana pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka Tim Penyusun sangat terbuka bagi saran dan kritik yang membangun, demi tersempurnakannya Modul Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi ini. Akhir kata, ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga Modul Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi ini dapat tersusun dengan baik dan semoga dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Jakarta, Mei 2012 Tim Penyusun iii DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………………….. ii Daftar Isi ………………………………………………………………………. iv Tujuan Pengajaran …………………………………………………………... vi I. PENDAHULUAN ……………………………………………………. II. PERATURAN PERUNDANGAN K3 DAN PERSYARATAN LAINNYA …………………………………………………………….. 2.1. 1 2 Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja …………………………………………. 1 2.2. Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi ............ 3 2.3. UU RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 5 2.4. UU RI Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ……………………………………………….. 2.5. 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi beserta perubahannya pada Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2010 dan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 …………………………………………………. 2.6. 6 Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi beserta peraturan perubahannya pada Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 …………………………………………………. 2.7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi ………… 2.8. 9 Peraturan Presiden Nomor: 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ……………………. 2.9. 7 Surat Keputusan Bersama (SKB) Menaker dan MEN PU No. 174/MEN/1986 & 104/KPTS/ 1986 Tentang iv 10 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi ………………………………………... 10 2.10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ………………………………….. 11 2.11. Peraturan Menteri PU Nomor: 09/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi …………………….. 2.12. Peraturan Menteri 07/PRT/M/2011 Pekerjaan tentang Standar Umum Dan Nomor Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konstruksi III. 13 14 2.13. Persyaratan Lainnya ……………………………………….. 15 2.14. Lain-lain ……………………………………………………... 16 KESIMPULAN ………………………………………………………… 17 Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. vii Tim Penyusun ……………………………………………………………….. viii v TUJUAN PENGAJARAN A. TUJUAN UMUM Peserta mengetahui peraturan perundangan dan persyaratan lainnya terkait K3. B. TUJUAN KHUSUS Peserta dapat mematuhi dan menjalankan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya terkait K3 secara benar. vi PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PERSYARATAN LAINNYA I. PENDAHULUAN Sejak tahun 1970, Indonesia telah memiliki Peraturan Perundangundangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yaitu UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kemudian Undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti Menteri Teknis terkait menjadi Keputusan Menteri maupun Peraturan Menteri. Pemerintah telah banyak menerbitkan peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3, namun kenyataan di lapangan belum banyak pihak yang mengetahui dan memahami apalagi melaksanakan peraturan-perundangan tersebut. Walaupun beberapa pihak mungkin telah mengetahui adanya peraturan-perundangan tersebut, akan tetapi K3 masih dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting. Kondisi tersebut diatas mengakibatkan tingkat penerapan K3 hampir di semua sektor usaha menjadi sangat kurang, termasuk pada sektor Jasa Konstruksi. Tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi disebabkan belum diterapkannya Sistem Manajemen K3 (SMK3) secara benar. Peraturan perundangan belum dipahami dan belum dijadikan sebagai instrumen dalam penerapan Sistem Manajemen K3, yang dimulai dari pencegahan sampai dengan penanggulangan. Kurangnya pemahaman terhadap peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3 pada sektor Jasa Konstruksi bukan hanya terjadi pada pihak Penyedia Jasa (Konsultan maupun Kontraktor), akan tetapi juga pada pihak Pengguna Jasa, baik pada pekerjaan konstruksi milik pemerintah Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 1 maupun swasta. Dalam hal ini, Peran Pengguna Jasa sangat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keberhasilan penerapan K3 pada pekerjaan konstruksi, sehingga menjadi sangat penting pula bagi Pengguna Jasa untuk mengetahui tentang peraturan perundangan K3. Dengan demikian, Sistem Manajemen K3 mengharuskan sebuah organisasi/perusahaan untuk mentaati dan menjalankan ”Peraturan Perundang-undangan" usahanya. yang Sistem berlaku Manajemen dalam K3 menjalankan juga kegiatan mengharuskan organisasi/perusahaan untuk mentaati ”Persyaratan Teknis” lainnya terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. II. PERATURAN PERUNDANGAN K3 DAN PERSYARATAN LAINNYA Beberapa peraturan perundang yang terkait dengan penyelenggaraan K3 antara lain : 2.1. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Beberapa pokok pertimbangan yang mendasari diterbitkannya UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut: a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional; b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya; c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 2 Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tidak menghendaki adanya tindakan pembiaran (sikap kuratif) dan perbaikan (korektif) terhadap kecelakaan kerja, melainkan penekanan bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi jelaslah bahwa usaha-usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja lebih diutamakan daripada penanggulangan. Oleh karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja. Adapun “tempat kerja” didefinisikan sebagaimana pada Pasal 1 ayat (1). Undang-Undang No. 1 tahun 1970 terdiri dari 11 Bab dan 18 Pasal, yang secara garis besar mengatur tentang: a. Syarat-syarat Keselamatan Kerja; b. Pengawasan; c. Pembinaan; d. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3); e. Kecelakaan; f. Kewajiban dan Hak Kerja; g. Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja; dan h. Kewajiban Pengurus 2.2. UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Dalam undang-undang ini, beberapa pasal yang membahas tentang K3, yaitu : 1. Pasal 22: Kontrak Kerja Konstruksi, Ayat (2) butir (l): Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai : perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 3 kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial. Catatan: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mengharuskan Kontrak Kerja Konstruksi antara Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa memuat topik keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Pasal 23: Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi, Ayat (1): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran. Ayat (2): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Catatan: Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sejak mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pengawasan diwajibkan memenuhi ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 4 2.3. UU RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Dalam undang-undang ini, beberapa pasal yang terkait dengan K3, yaitu : 1. Pasal 86 ayat (1): Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja; b. Moral dan kesusilaan; dan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. 2. Pasal 87 ayat (1): Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Catatan: Setiap perusahaan/Penyedia Jasa mempunyai kewajiban untuk mengintegrasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ke dalam manajemen perusahaannya secara menyeluruh. Dengan cara ini, maka tidak ada lagi polarisasi dalam pekerjaan konstruksi antara aspek produksi (pelaksanaan) dengan aspek K3. 2.4. UU RI Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam undang-undang ini, beberapa pasal yang terkait dengan K3, yaitu : 1. Pasal 3 ayat (2): Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. 2. Pasal 6 ayat (1): Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undangundang ini meliputi: Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 5 a) Jaminan Kecelakaan Kerja; b) Jaminan Kematian; c) Jaminan Hari Tua; d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. 3. Pasal 10 Ayat (1): Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam. Ayat (2): Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia. 2.5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi beserta perubahannya pada Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2010 dan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Dalam Peraturan Pemerintah ini, beberapa pasal yang terkait dengan dengan K3, yaitu: Pasal 10 ayat (1): Kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari: a. kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda; Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 6 b. kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda, dan jiwa manusia; c. kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan. 2.6. Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi beserta peraturan perubahannya pada Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Dalam peraturan pemerintah ini, beberapa pasal yang terkait dengan dengan K3, yaitu: 1. Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa, Butir (l): Pengguna Jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk: memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan, bila diperlukan. Catatan: a. Pengguna Jasa harus menjelaskan tentang tingkat risiko K3, termasuk kondisi dan bahaya, kepada Penyedia Jasa pada saat rapat penjelasan pekerjaan (aanwizjing). b. Apabila Tingkat Risiko K3 Tinggi, maka Penyedia Jasa wajib memiliki Sertifikat SMK3 Perusahaan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 7 2. Pasal 17 : Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa, Butir (a): Penyedia Jasa dalam pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja, rencana usulan biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan. 3. Pasal 23 : Kontrak Kerja Konstruksi, Ayat (1) butir (l): Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai perlindungan pekerja, memuat : 1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, dan 2) bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja. 4. Pasal 30 : Standar Keteknikan, Ketenagakerjaan dan Tata Lingkungan, Ayat (1) butir (b): Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang: a) keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku; b) keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c) perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 8 Ayat (3): Ketentuan pembinaan dan pengendalian tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi diatur lebih lanjut oleh Menteri bersama Menteri Teknis terkait. Catatan: Dalam hal ini, Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi dan Menteri Teknis adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam keteknikan tertentu. 2.7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi Dalam peraturan pemerintah ini, beberapa pasal yang terkait dengan K3, yaitu : Pasal 6 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan guna tertib usaha, tertib penyelenggaraan, tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi mengenai: 1. persyaratan perijinan; 2. ketentuan keteknikan pekerjaan konstruksi; 3. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja; 4. ketentuan keselamatan umum; 5. ketentuan ketenagakerjaan; 6. ketentuan lingkungan; 7. ketentuan tata ruang; 8. ketentuan tata bangunan; 9. ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan jasa konstruksi. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 9 Pasal 11 : Pembinaan Terhadap Masyarakat, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas otonomi daerah dengan cara : a. memberikan penyuluhan tentang peraturan perundang-undangan jasa konstruksi; b. memberikan informasi tentang ketentuan keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan se tempat; c. meningkatkan pemenuhan pemahaman dan kesadaran terhadap kewajiban tertib penyelenggaraan konstruksi dan tertib pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi; d. memberikan kemudahan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pengawasan untuk turut serta mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan dan keselamatan umum. 2.8. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Penjelasan Atas Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 66 ayat (5) huruf (b) : Batas tertinggi penawaran tersebut termasuk biaya overhead yang meliputi antara lain biaya keselamatan dan kesehatan kerja, keuntungan dan beban pajak. 2.9. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menaker dan MEN PU No : 174/MEN/1986 & 104/KPTS/ 1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi Pokok-pokok pertimbangan diterbitkannya SKB ini adalah bahwa pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 10 bahan bangunan, peralatan, penerapan teknologi dan tenaga kerja, dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja serta pertimbangan bahwa tenaga kerja dibidang kegiatan konstruksi selaku sumber daya yang membutuhkan bagi kelanjutan pembangunan, perlu memperoleh perlindungan keselamatan kerja, khususnya terhadap ancaman kecelakaan kerja; Surat Keputusan Bersama berisi 14 bab, yaitu : BAB I : Persyaratan Administratif BAB II : Persyaratan Teknis BAB III : Perancah (Scaffolds) BAB IV : Tangga Kerja Lepas (Ladder) dan Tangga Kerja Sementara (Stairs) BAB V : Peralatan untuk Mengangkat (Lifting Appliance) BAB VI : Tali, Rantai dan Perlengkapan Lainnya BAB VII : Permesinan (Ketentuan Umum) BAB VIII : Peralatan BAB IX : Pekerjaan Bawah Tanah BAB X : Penggalian-penggalian BAB XI : Pemancangan Tiang Pancang BAB XII : Pengerjaan Beton BAB XIII : Operasi Lainnya Dalam Pembangunan Gedung BAB XIV : Pembongkaran (Demolition) 2.10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Permenaker No : 05 Tahun 1996 terdiri dari: 1. Peraturan Menteri Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja: BAB I : Ketentuan Umum BAB II : Tujuan Sasaran SMK3 BAB III : Penerapan SMK3 Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 11 BAB IV : Audit SMK3 BAB V : Kewenangan Direktur BAB VI : Mekanisme Pelaksanaan Audit BAB VII : Sertifikat K3 BAB VIII : Pembinaan dan Pengawasan BAB IX : Pembiayaan BAB X : Ketentuan Penutup 2. Lampiran I: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan isi : 1) Komitmen & Kebijakan; 2) Perencanaan; 3) Penerapan; 4) Pengukuran dan Evaluasi; 5) Tinjauan Ulang dan Peningkatan. 3. Lampiran II: Pedoman Teknis Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan isi : 1) Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen; 2) Strategi Pendokumentasian; 3) Peninjauan Ulang Perencanaan; 4) Pengendalian Dokumen; 5) Pembelian; 6) Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3; 7) Standar Pemantauan; 8) Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan; 9) Pengelolaan Material dan Perpindahannya; 10) Pengumpulan dan Penggunaan Data; 11) Audit Sistem Manajemen K3; 12) Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan. 4. Lampiran III: Formulir Laporan Audit 5. Lampiran IV: Ketentuan Penilaian Hasil Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 12 Tingkat penerapan SMK3 dibagi menjadi 3 tingkatan: a. Perusahaan Kecil atau perusahaan dengan Tingkat Risiko Rendah harus menerapkan sebanyak 64 (enam puluh empat) elemen; b. Perusahaan Sedang atau perusahaan dengan Tingkat Risiko Menengah harus menerapkan sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) elemen; c. Perusahaan Besar atau perusahaan dengan Tingkat Risiko Tinggi harus mene rapkan sebanyak 166 (seratus enam puluh enam) elemen. Keberhasilan penerapan SMK3 di tempat kerja diukur sebagai berikut: a. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0 % - 59 % dan pelanggaran peraturan perundangan : dikenai tindakan hukum; b. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60 % - 84 % diberikan sertifikat dan bendera perak; c. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85 % - 100 % diberikan sertifikat dan bendera emas. Permenaker Nomor 05 Tahun 1996 hanya mengatur tentang penyelenggaraan K3 oleh Penyedia Jasa. 2.11. Peraturan Menteri PU Nomor 09/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 09/PRT/M/2008 terdiri dari: BAB I : Ketentuan Umum BAB II : Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup BAB III : Ketentuan Penyelenggaraan Sistem Manajemen K3 (SMK3) Konstruksi BAB IV : Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Ketentuan Penutup Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 13 Lampiran 1 : Tata Cara Penyusunan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Bagi Penyedia Jasa Lampiran 2 : Format Rencana K3 Kontrak (RK3K) Lampiran 3 : Format Audit Internal K3 Konstruksi Bagi Penyedia Jasa Lampiran 4 : Format Tata Cara Penetuan Tingkat Risiko Kegiatan Ruang lingkup Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 09/PRT/M/2008 mengatur penyelenggaraan SMK3 Konstruksi bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Barang/Jasa di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. 2.12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konstruksi Dalam Peraturan Menteri ini disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan K3, yaitu antara lain termuat dalam Dokumen Penawaran, mengenai: SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK. Perlindungan Tenaga Kerja 1. Penyedia dan subpenyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk mengikut sertakan Personilnya pada program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 2. Penyedia berkewajiban untuk mematuhi dan memerintahkan Personilnya untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan, penyedia beserta personilnya dianggap telah membaca dan memahami peraturan keselamatan kerja tersebut . 3. Penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan setiap personilnya (termasuk Personil Subpenyedia jika ada) perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dan memadai. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 14 4. Tanpa mengurangi kewajiban penyedia untuk melaporkan kecelakaan berdasarkan hukum yang berlaku, penyedia akan melaporkan kepada PPK mengenai setiap kecelakaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan kontrak ini dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penyedia bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan semua pihak di lokasi kerja. Penyedia setiap saat harus mengambil langkahlangkah yang patut diambil untuk menjaga keselamatan dan kesehatan para personilnya. Penyedia harus memastikan bahwa staf kesehatan, dan layanan ambulan dapat disediakan setiap saat di lapangan bagi personil penyedia maupun subpenyedia maupun personil PPK dan telah dibuat perencanaan yang sesuai dengan semua persyaratan kesehatan dan kebersihan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit. Penyedia harus menunjuk petugas keselamatan kerja yang bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan mencegah terjadinya kecelakaan. Petugas yang bersangkutan harus memenuhi aturan dan persyaratan K3. Harga Kontrak Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan, beban pajak dan biaya overhead termasuk penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain serta biaya asuransi yang harus dibayar oleh penyedia untuk pelaksanaan paket pekerjaan konstruksi. 2.13. Persyaratan Lainnya Sistem Manajemen K3 mengharuskan organisasi/perusahaan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat pada persyaratan lainnya, diantaranya : Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 15 1. SNI 15-2049-2004 : Persyaratan Umum Tentang Bahan Semen Portland 2. SNI 07-2052-2002 : Persyaratan Umum Bahan Besi Beton 3. SKSNI T15-1991-03 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 4. SNI 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) 5. SNI 03-1729-1989 : Bangunan Baja Untuk Rumah dan Gedung 6. SNI 03-2396-2001 : Tata Cara Pencahayaan Perancangan Alami Pada Sistem Bangunan Rumah dan Gedung Persyaratan lainnya ini disesuaikan dengan kegiatan yang sedang ditanganinya. 2.14. Lain-lain Untuk pekerjaan ke-Bina Marga-an telah diterbitkan Pedoman Konstruksi dan Bangunan Nomor 04/BM/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 16 III. KESIMPULAN 1. Peraturan perundang-undangan terkait K3 sudah cukup tersedia sebagai acuan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 2. Masih tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan indikasi bahwa peraturan dan perundangan K3 belum digunakan sebagai instrumen dalam penerapan SMK3 secara benar dan bertanggung jawab. Jika peraturan perundang-undangan K3 telah dilaksanakan secara konsekwen oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, maka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat diminimalisasi. 3. Penerapan peraturan perundang-undangan dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, dengan harapan kelangsungan usaha dan ketenangan kerja dalam berusaha dapat dijamin, sehingga produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja dapat meningkat.. 4. Pada sektor usaha Jasa Konstruksi, peran Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan K3, sehingga kedua pihak diwajibkan untuk memahami dan mematuhi peraturan perundangan khususnya yang terkait dengan K3. Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 17 DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004). Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Aspeksindo, 2. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 4. Keppres RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. 7. Peraturan Menteri PU Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 8. Peraturan Menteri PU Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konstruksi 9. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Ditjen Bina Marga Nomor 004/BM/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan 10. Ridley, John (2001). Buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga. vii TIM PENYUSUN Dewi Chomistriana, ST, M.Sc Dra. Savitri Rusdyanti, M.Soc.Sci Disaintina Ari Nusanti, ST, MM Joko Setiyo, ST, M.Si Ir. J.B. Nugraha, Dipl.SE, M.Eng Dominggus Manuputty Daony R. Silitonga, ST Reni Maulidina Surosa, S.Kom Melinda Bramanti, S.Sos Teni Agustina Rahyadi, S.IP viii