Mas Pras… Perubahan tata kosmos sekarang ini (gempa, tsunami, gunung merapi, dll) sangat mempengaruhi keadaan emosi maupun kesadaran tiap-tiap individu. Gejala yang nampak di lapangan adalah orangorang mudah tersulut amarahnya karena tersulut persoalan yang remeh, merasa ampang/gamang, tergesa-gesa seperti ada yang mau diburu padahal tidak ada, tidak menghiraukan keselamatan pribadi,dll. Harapan/keinginan yang ada dalam pikiran orang seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga timbul stress,dll. Maka kesadaran tingu harus dipupuk dan dimunculkan dalam masing-masing diri peserta dengan cara: meditasi, zikir, geser sudut pandang, shalat, matiraga, puasa,dll….. Pengalaman spiritual seorang pecinta Ilahi memang sangatlah pribadi. Ketika seorang pecinta Ilahi benar−benar telah merasakan Kehadiran−Nya, maka perubahan besar akan terjadi dalam dirinya, yaitu ia akan terjaga dari mimpi panjang egoistiknya. Seluruh ketaksadaran dirinya kini hijrah menuju kepasrahan total kepada Tuhan, dan inilah sesungguhnya makna Islam. Di dalam kepasrahan total kepada Tuhan inilah sang pecinta akan melihat Jalan−Cinta terbuka di hadapannya. Kini ia mulai menyadari bahwa segala sesuatu Selalu ada di dalam Tuhan. Dan pada saat ini, sifat egoistiknya akan mencair menjelma tetes−tetes embun kerendahan hati yang menyegarkan kelopak−kelopak mawar persahabatan sejati. Hidup manusia akan menjadi bermakna bila didasari oleh Persahabatan sejati. Dan persahabatan sejati baru lahir bila ada benih−benih cinta di dalamnya. Tanpa persahabatan sejati, maka hidup manusia akan menjadi hampa dan penuh dukacita. Menurut Bahauddin persahabatan yang lahir dari ketulusan hati akan membuat hidup menjadi indah. Dan kualitas dari persahabatan sejati tidak tergantung dari objeknya, tetapi dari ketulusan hati subjek−subjek yang membina persahabatan itu sendiri. Sebutlah Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih (17:10). Maksud dari firman ini: segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupanmu selalu dilingkupi oleh Kasih−Ilahi. Seluruh kota−kota dengan menara−menaranya yang menjulang tinggi − disadari atau tidak disadari − berdiri sebagai wujud rasa syukur penduduknya atas Kasih−Ilahi. Begitu juga saat gunung−gunung dibalikkan, dan badai bergolak menghancurkan (51:47), semua itu juga merupakan pertanda Kasih−Ilahi. (Maarif, Kitab Satu, Bagian 57). Lantas apa yang akan terjadi pada diri sang pecinta berikutnya? Transformasi−Sejati! Kini, ia mulai merasakan sifat−sifat Tuhan, Terutama sifat Maha Pengasih−Nya yang memabukkan dan membangkitkan kebahagiaan, mulai bersinar di dalam dirinya. Dan kini ia selalu merindukan Kasih−Nya untuk mengangkat kesadarannya menuju Keesaan. Bab 1 : Mengenai Pengertian ‘Bangun’ Spiritualitas berarti ‘bangun’, terjaga. Kebanyakan orang, walaupun mereka tidak mengetahuinya, sedang ‘tertidur’. Mereka dilahirkan dalam keadaan ‘tertidur’, mereka hidup dalam keadaan ‘tertidur’, mereka menikah dalam keadaan ‘tertidur’, mereka membesarkan dan mengasuh anak-anak mereka dalam keadaan ‘tertidur’, mereka meninggal dalam keadaan ‘tertidur’, tanpa pernah terjaga dari ‘tidur’ mereka. Mereka tidak pernah menyadari kebaikan dan keindahan sesuatu yang disebut keberadaan atau eksistensi manusia. Anda tahu, para mistik – Katolik, Kristun, bukan Kristen, tidak peduli apa pun teologi yang mereka anut – dengan suara bulat sepakat mengenai satu hal yaitu bahwa segala sesuatu dalam hidup ini baik adanya, baik adanya. Walaupun semuanya kelihatan kacau, hidup sesungguhnya baik adanya. Paradoks yang aneh, memang begitu. Tetapi, tragisnya, sebagian besar orang tidak pernah melihat bahwa segala sesuatu itu baik adanya, karena mereka ‘tertidur’. Mereka sedang mengalami mimpi yang menakutkan. Beberapa tahun yang lalu di televisi Spanyol ada sebuah film dengan adegan seorang lelaki sedang mengetuk kamar anak lelakinya. “Jaime” katanya, “Bangun!” Jaime menjawab, “Aku tidak mau bangun, ayah.” Ayahnya berteriak, “Bangun, kamu harus pergi ke sekolah!” Jaime berkata, “Aku tidak mau pergi ke sekolah.” “Mengapa tidak?”, Tanya ayahnya. “Ada tiga alasan,” kata Jaime. “pertama karena sekolah membosankan; kedua, anak-anak sering mengolok-olok saya; dan ketiga aku benci sekolah.” Dan kemudian ayahnya menjawab, “Baik, aku akan mengajukan tiga alasan, mengapa kamu harus pergi ke sekolah. Pertama, karena itu adalah kewajibanmu; kedua, karena umurmu empat puluh lima tahun, dan ketiga, karena kau adalah kepala sekolah.” Bangun, bangun! Anda sudah dewasa. Anda sudah terlalu besar untuk ‘tidur’ terus. Bangun! Berhentilah bermain dengan mainan Anda. Banyak orang mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari taman kanak-kanak, tetapi jangan percayai apa yang mereka katakan. Jangan percayai mereka! Yang mereka inginkan Anda lakukan adalah memperbaiki mainan mereka yang rusak. “Kembalikan istriku! Kembalikan pekerjaanku! Kembalikan uangku! Kembalikan nama baikku, keberhasilanku.” Itulah yang mereka inginkan; mereka ingin mainan mereka diperbaiki. Cuma itu. Bahkan seorang psikolog yang terkenal akan mengatakan kepada Anda, bahwa orang-orang itu sebenarnya tidak ingin disembuhkan. Mereka hanya ingin rasa sakit mereka diredakan; proses penyembuhan biasanya menyakitkan. Bangun dari tidur tidak menyenangkan, Anda tahu itu. Anda meresa lebih nyaman dan enak di tempat tidur. Merupakan hal yang menjengkelkan jika kita dibangunkan dari tidur kita. Karena itu seorang guru yang bijaksana tidak akan berusaha mem-‘bangun’-kan orang-orang. Saya harap saya pun dapat bersikap bijaksana di sini, tidak berusaha melakukan apa pun untuk mem-‘bangun’-kan Anda, jika Anda sedang ‘tidur’. Itu benar-benar bukan urusan saya, walaupun saya akan mengatakan berkali-kali, “Bangun!” Urusan saya adalah melakukan apa yang ingin saya lakukan, menarikan tarian saya. Bila Anda memperoleh manfaat dari apa yang saya lakukan, syukurlah, tetapi bila tidak, sayang sekali! Seperti kata pepatah Arab, “Sifat hujan pada dasarnya sama, tetapi hujan yang sama itu membuat semak berduri tumbuh di rawa-rawa dan hujan yang sama juga menumbuhkan bunga-bunga di taman.” Bab 12 : Mengamati Diri Satu-satunya cara orang untuk dapat membantu Anda adalah dengan menantang ide-ide Anda. Bila Anda sudah siap untuk mendengarkan dan bila Anda sudah siap untuk ditantang, ada sesuatu yang dapat Anda lakukan, tetapi tidak ada seorang pun dapat membantu Anda. Apakah yang terpenting dari semua hal itu? Yang terpenting adalah mengamati diri sendiri. Dalam hal ini tidak ada seorang pun dapat membantu Anda. Tidak ada orang yang dapat mengajarkan cara atau metoda mengamati diri Anda. Tidak ada orang yang dapat mengajarkan kepada Anda tehnik untuk mengamati diri Anda. Pada saat Anda menentukan suatu tehnik untuk mengamati diri Anda, Anda sudah diprogram lagi. Tetapi mengamati diri – meneliti diri – sangat penting. Mengamati diri tidak sama dengan “sibuk dengan diri sendiri”. Sibuk dengan diri sendiri berarti terserap atau terpaku pada diri sendiri, dalam keadaan seperti itu seseorang hanya memikirkan diri sendiri dan cemas mengenai diri sendiri. Saya berbicara mengenai mengamati diri. Apakah itu? Mengamati diri berarti meneliti segala sesuatu yang terjadi di dalam diri Anda dan di sekeliling Anda seluas mungkin dan mengamatinya seakan-akan hal itu terjadi pada orang lain. Apakah arti ‘mengamati seakan-akan hal itu terjadi pada orang lain? Hal ini berarti Anda tidak melibatkan diri dengan kejadian yang terjadi pada diri Anda. Hal ini berarti bahwa Anda memandang kejadian-kejadian seakan-akan Anda tidak mempunyai hubungan dengan kejadian-kejadian itu. Hal yang membuat Anda menderita karena perasaan tertekan dan perasaan cemas adalah karena Anda mengidentifikasikan diri dengan perasaan tersebut. Anda mengatakan, “Saya tertekan.” Tetapi sesungguhnya itu tidak tepat. Anda tidak tertekan. Bila Anda ingin mengatakan dengan lebih tepat, Anda akan mengatakan, “Saat ini saya mengalami perasaan tertekan.” Anda tidak dapat mengatakan, “Saya tertekan.” Anda tidak identik dengan perasaan tertekan Anda. Tetapi keadaan seperti itu merupakan suatu bentuk aneh dari pemikiran yang semu, semacam ilusi yang aneh. Anda telah menipu diri Anda dengan pemikiran – walaupun Anda tidak menyadari hal itu – bahwa Anda identik dengan perasaan tertekan Anda, identik dengan perasaan cemas Anda, identik dengan kegembiraan dan identik dengan perasaan yang meluap-luap. “Saya senang!” anda sesungguhnya bukan kesenangan. Kesenangan mungkin hadir di dalam diri Anda pada saat ini, tetapi tunggulah beberapa saat, keadaan akan berubah, tidak akan abadi, tidak pernah abadi, terus berubah dan selalu berubah. Awan datang dan pergi, ada yang hitam ada yang putih, ada yang besar ada yang kecil. Bila kita ingin memakai perumpamaan awan, Anda adalah langit, mengamati awan-awan. Anda pengamat yang pasif, berjarak. Hal itu mengejutkan terutama bagi seseorang yang berasal dari budaya Barat. Anda tidak terlibat. Jangan melibatkan diri. Jangan ‘membereskan’ apa pun juga. Amati! Perhatikan dengan teliti! Yang menjadi masalah bagi orang-orang adalah kenyataan bahwa mereka sibuk membereskan berbagai hal yang mereka tidak mengerti. Kita selalu membereskan berbagai hal, bukankah demikian? Tidak pernah kita sadari bahwa hal-hal itu tidak perlu dibereskan. Hal-hal itu benar-benar tidak perlu dibereskan. Hal ini merupakan suatu pencerahan. Berbagai hal itu perlu dimengerti. Bila Anda “mengerti” hal-hal itu akan berubah. Bab 7 : Dengarkanlah dan Belajarlah untuk Melepaskan Beberapa dari kita ‘bangun’ karena pengalaman hidup yang tidak menyenangkan. Kita mengalami begitu banyak penderitaan untuk membuat kita ‘bangun’. Tetapi orang-orang terus menerus terbentur dalam hidup mereka. Mereka terus menerus ‘tidur’ sambil berjalan. Mereka tidak pernah ‘bangun’. Lebih tragis lagi, tidak pernah mereka sadari bahwa mungkin ada jalan lain untuk membuat mereka ‘bangun’. Tidak pernah mereka sadari bahwa mungkin ada jalan yang lebih baik untuk membuat mereka ‘bangun’. Bila ternyata benturan-benturan hidup tidak cukup untuk membuat Anda ‘bangun’, dan Anda belum cukup menderita supaya Anda ‘bangun’, maka ada cara lain untuk membuat Anda ‘bangun’ yaitu dengan cara: mendengarkan (bedakan dari mendengar). Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda harus setuju dengan semua yang saya katakan. Setuju dengan apa yang didengar tidak sama artinya dengan mendengarkan. Percayalah kepada saya, sama sekali tidak menjadi masalah apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan hal-hal yang saya katakan. Karena setuju atau tidak setuju bersangkut-paut dengan kata-kata dan konsep-konsep dan teori-teori. Setuju atau tidak setuju tidak bersangkut-paut dengan kebenaran. Kebenaran tidak pernah terungkap dalam bentuk kata-kata. Kebenaran disadari secara tibatiba, sebagai hasil dari suatu sikap tertentu. Jadi Anda mungkin saja berbeda pendapat dengan saya tetapi tetap menyadari kebenaran. Tetapi untuk tiba pada keadaan seperti itu perlu ada suatu sikap keterbukaan, kesediaan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sikap ini jauh lebih penting daripada sependapat dengan saya atau tidak sependapat dengan saya. Lebih dari itu, sebenarnya yang saya berikan kepada Anda sebagian besar adalah teori. Tidak ada satu teori pun yang dapat menggambarkan kenyataan secara utuh. Jadi yang dapat saya sampaikan kepada Anda bukanlah kebenaran tetapi hambatan-hambatan untuk mencapai kebenaran. Cuma itulah yang dapat saya uraikan. Saya tidak dapat menguraikan kebenaran. Tak seorang pun dapat melakukan hal itu. Yang dapat saya berikan kepada Anda adalah ketidakbenaran yang ada dalam diri Anda, sehingga dengan demikian Anda dapat melepaskannya. Yang dapat saya lakukan bagi Anda adalah menantang Anda untuk memikirkan kembali keyakinan yang sudah Anda miliki pada saat ini, khususnya sistem keyakinan yang membuat Anda merasa tidak bahagia. Yang dapat saya lakukan bagi Anda adalah membantu Anda untuk belajar melepaskan keyakinan-keyakinan yang membuat Anda merasa tidak bahagia. Itulah hal-hal yang dipelajari bila kita mempelajari spiritualitas: belajar melepaskan, belajar melepaskan hampir segala sesuatu yang sudah kita pelajari selama ini. Suatu keinginan yang kuat untuk mendengarkan. Apakah Anda mendengarkan, seperti yang dilakukan oleh banyak orang, hanya untuk memperkuat keyakinan-keyakinan yang sudah Anda miliki? Amati reaksi yang Anda rasakan pada saat saya berbicara. Seringkali Anda terkejut atau merasa terganggu atau merasa bersalah atau merasa tidak enak atau merasa kecewa. Atau Anda akan mengatakan, “Luar biasa!” Tetapi tidakkah Anda sedang mendengarkan saya untuk mendapatkan sesuatu yang akan memperkuat keyakinan-keyakinan yang sudah Anda pikirkan? Atau apakah Anda sedang mendengarkan saya untuk menemukan sesuatu yang baru? Hal ini penting. Hal ini sulit bagi orang yang masih ‘tidur’. Jesus menyampaikan kabar baik tetapi Dia ditolak. Dia ditolak bukan karena kabar yang Dia sampaikan itu kabar baik, tetapi karena kabar yang Dia sampaikan itu adalah kabar baru. Kita benci segala sesuatu yang baru! Makin cepat kita menghadapi kenyataan, makin baik. Kita tidak menginginkan barang-barang baru, khususnya jika barang baru membuat kita merasa terganggu, khususnya jika barang baru menyebabkan kita harus berubah. Tetapi terutama jika barang baru itu membuat kita harus mengatakan, “Selama ini saya salah.” Saya masih ingat ketika saya bertemu dengan seorang pastor Jesuit yang berumur delapan puluh tujuh tahun di Spanyol; dia telah menjadi profesor dan rektor di India tiga puluh atau empat puluh tahun yang lalu. Dan dia menghadiri pertemuan semacam ini.” Saya seharusnya sudah mendengarkan Anda berbicara enam puluh tahun yang lalu,” katanya. “Anda mengetahui sesuatu. Saya telah membuat kesalahan sepanjang hidup saya.” Tuhan, mendengar hal itu, saya seperti menyaksikan salah satu keajaiban dunia. Para hadirin sekalian itulah iman! Suatu keterbukaan pada kebenaran, apa pun konsekuensinya, apa pun akibatnya, tidak peduli ke mana iman itu membawa Anda, atau bahkan tidak perduli ke mana iman itu akan membawa Anda. Itulah iman. Bukan keyakinan, tetapi iman. Keyakinan Anda akan memberi Anda perasaan aman, sedangkan iman memberi Anda perasaan tidak aman. Anda tidak mengetahui dengan pasti. Anda mempunyai kesediaan untuk mengikuti, anda membukakan diri, Anda begitu luas terbuka. Anda mempunyai kesediaan untuk mendengarkan. Dan ingat, membukakan diri tidak berarti Anda mudah terpesona, membukakan diri tidak berarti Anda menerima dan menelan semua yang disampaikan oleh pembicara. Tidak demikian. Anda harus mempertanyakan, memunculkan tantangan terhadap segala sesuatu yang saya katakan. Tetapi pertanyakanlah, tantanglah dengan suatu sikap terbuka, dan bukan dengan sikap membandel. Dengan sikap demikian tantanglah segala hal. Ingatlah kata-kata indah dari Buddha ketika dia berkata, “Pendeta dan sarjana seharusnya tidak menerima kata-kata saya karena rasa hormat, tetapi harus menganalisis kata-kata saya seperti seorang pandai emas menganalisis emas dengan cara memotong, mengikis, menggosok, dan melebur.” Jika Anda melakukan semua itu, artinya Anda mendengarkan. Anda telah melangkah maju satu langkah menuju ‘bangun’. Langkah pertama, seperti telah saya katakan sebelumnya, adalah kesediaan untuk mengakui bahwa Anda tidak ingin ‘bangun’, Anda tidak ingin bahagia. Ada begitu banyak hambatan di dalam diri Anda. Langkah kedua adalah kesediaan untuk mengerti, untuk mendengarkan, untuk mempertanyakan seluruh sistem keyakinan yang sudah Anda miliki. Bukan hanya keyakinan agama Anda, bukan hanya keyakinan sosial Anda, bukan hanya keyakinan psikologis Anda, tetapi semua keyakinan yang Anda miliki. Suatu kesediaan untuk mengkaji kembali sistem keyakinan yang Anda miliki, seperti yang terungkap dalam perumpamaan Buddha tadi. Dan saya akan memberikan cukup banyak kesempatan bagi Anda untuk mencobanya di sini. Bab 30 : Tiba dalam Keheningan Setiap orang bertanya kepada saya, apakah yang akan terjadi jika mereka pada akhirnya tiba dalam kesadaran. Apakah itu hanya sekedar rasa ingin tahu? Kita selalu bertanya bagaimanakah sesuatu dapat disesuaikan dengan suatu sistem tertentu, atau apakah hal ini akan masuk akal dalam suatu konteks tertentu, atau bagaimanakah rasanya jika saya sampai ke sana? Mulailah dan Anda akan tahu; keadaan itu tidak dapat diuraikan. Di Timur keadaan ini diungkapkan secara meluas sebagai berikut, “Mereka yang tahu, tidak mengatakan dan mereka yang mengatakan, tidak tahu.” Keadaan itu tidak dapat diungkapkan dalam bentuk kata-kata; yang dapat diungkapkan adalah keadaan yang merupakan kebalikan dari keadaan itu. Guru tidak dapat memberikan kebenaran. Kebenaran tidak dapat diungkapkan dalam bentuk kata-kata, dalam bentuk rumusan. Bila dapat diungkapkan dalam bentuk kata-kata bukanlah kebenaran. Bila dapat diungkapkan dalam bentuk rumusan bukanlah realitas. Realitas tidak dapat diungkapkan dalam bentuk rumusan. Guru hanya dapat menunjukkan kesalahan Anda. Bila Anda dapat melepaskan diri dari kesalahan Anda, maka Anda akan mengetahui arti kebenaran. Dan bahkan sesudah keadaan seperti itu Anda alami sekalipun Anda tetap tidak akan dapat mengungkapkan kebenaran dalam bentuk kata-kata. Ajaran seperti ini banyak dikenal di kalangan mistik Katolik. Thomas Aquinas yang terkenal, menjelang akhir hidupnya, tidak mau menulis, tidak mau berbicara: dia telah melihat (kebenaran). Saya menduga bahwa dia hanya dapat bertahan dengan keheningannya yang terkenal itu hanya untuk beberapa bulan, tetapi ternyata keadaan itu bertahan bertahun-tahun. Dia menyadari bahwa dirinya telah melakukan kebodohan, dan dia mengatakan hal itu secara eksplisit. Keadaan itu seperti seandainya Anda belum pernah mengetahui rasanya mangga muda dan Anda bertanya kepada saya, “Bagaimanakah rasanya mangga muda itu?” Saya akan menjawab Anda, “Asam.” Tetapi dengan memberi Anda sebuah kata, saya sudah membuat Anda keluar dari jalur yang tepat. Cobalah untuk mengerti keadaan itu. Kebanyakan orang tidak cukup bijaksana; mereka mencoba untuk menjelaskan segala sesuatu dengan mengandalkan kata-kata – misalnya pada kata-kata dari injil – dengan demikian mereka membuat segala sesuatu menjadi salah. “Asam,” jawab saya, dan Anda bertanya, “Asam seperti cuka, asam seperti jeruk?” Bukan, bukan asam seperti jeruk, tetapi asam seperti mangga. “Tetapi saya belum pernah mencicipi mangga,” jawab Anda. Keterlaluan! Tetapi usahakanlah terus untuk menjelaskan dan tulislah suatu tesis doktoral untuk menjelaskan arti rasa asam tersebut. Anda tidak pernah akan dapat menjelaskan rasa asam tersebut jika Anda belum pernah mencicipinya sendiri. Anda tidak akan pernah mengetahuinya. Anda mungkin sudah menulis tesis doktoral mengenai masalah-masalah lain, tetapi belum pernah mengenai mangga. Dan pada saat Anda pada akhirnya mencicipi rasa mangga muda, Anda akan berkata, “Tuhanku, saya sudah melakukan suatu kebodohan. Seharusnya saya tidak menulis tesis tersebut, karena isinya tidak sesuai dengan kenyataan rasa asam mangga yang saya cicipi.” Itulah yang dilakukan oleh Thomas Aquinas. Filosof yang juga ahli teologi Jerman menulis sebuah buku khusus mengenai keheningan Thomas Aquinas. Dia hanya berdiam diri. Tidak mau bicara. Dalam pendahuluan Summa Theologia, yang merupakan ringkasan dari semua teologi yang ditulisnya, dia mengatakan, “Mengenal Tuhan, kita tidak dapat mengatakan apakah Dia tetapi kita lebih mudah mengatakan bukan apakah Dia. Dan dengan demikian kita tidak dapat mengatakan bagaimanakah Dia tetapi kita lebih mudah mengatakan tidak bagaimanakah Dia.” Dan dalam komentarnya yang terkenal mengenai karangan Boethius yang berjudul De Sancta Trinitae dia mengatakan ada tiga cara untuk mengenal Tuhan: (1) dalam ciptaanNya, (2) dalam tindakan Tuhan sepanjang sejarah, dan (3) dalam bentuk yang tertinggi dalam mengenal Tuhan tamquam ignotum (mengenal Tuhan sebagai sesuatu yang tidak mungkin dikenal). Bentuk tertinggi dari pembicaraan mengenai Trinitas adalah dengan mengetahui bahwa seseorang tidak mengetahui. Sekarang, yang mengatakan ini bukanlah seorang guru Zen dari Timur. Yang mengatakan ini adalah seorang santo yang disahkan oleh Gereja Katolik, pangeran ahli teologi selama berabad-abad. Mengetahui Tuhan sebagai sesuatu yang tidak diketahui. Dalam bagian lain dari bukunya Thomas Aquinas bahkan mengatakan bahwa Tuhan sebagai sesuatu yang tidak mungkin diketahui. Realitas, Tuhan, keabadian, kebenaran, cinta tidak mungkin diketahui; hal ini berarti hal-hal tersebut di atas tidak dapat dimengerti melalui pemikiran manusia. Pandangan seperti di atas akan memunculkan banyak pertanyaan dalam diri orang-orang karena kita selalu hidup dalam ilusi bahwa kita mengetahui hal-hal tersebut di atas. Sebenarnya kita tidak mengetahui hal-hal tersebut di atas. Kita tidak dapat mengetahui hal-hal tersebut di atas. Jadi apakah injil itu? Injil berisi petunjuk, tanda dan bukan uraian. Fanatisme seorang panganut yang begitu saleh yang berpikir bahwa dia mengetahui penyebab kejadian-kejadian di dunia ini, lebih jahat daripada gabungan usaha dua ratus penjahat. Sangat menakutkan melihat yang akan dilakukan seorang penganut yang saleh yang yakin bahwa dirinya mengetahui dengan pasti mengenai kehendak Tuhan. Tidakkah merupakan suatu hal yang menggembirakan bila kita berada di dalam dunia yang setiap penghuninya mengatakan, “Kami tidak tahu”? suatu penghalang besar akan musnah. Tidakkah itu merupakan suatu hal yang luar biasa? Seorang yang buta sejak dilahirkan datang kepada saya dan bertanya, “Apakah yang disebut hijau?” Bagaimana seseorang dapat menjelaskan warna hijau kepada seseorang yang buta sejak lahir? Orang akan mempergunakan analogi. Jadi saya mengatakan kepadanya, “Hijau itu sesuatu seperti musik yang lembut.” “Ah,” jawabnya., “Seperti musik yang lembut.” Ya, jawab saya, “Seperti musik yang tenang dan lembut.” Kemudian orang buta kedua datang kepada saya dan bertanya, “Apakah yang disebut hijau?” Saya mengatakan kepadanya bahwa warna hijau itu seperti kain satin yang lembut dan halus bila disentuh. Keesokan harinya saya melihat kedua orang buta itu saling memukul kepada mereka dengan botol. Yang satu berkata, “Warna hijau seperti musik yang lembut,” yang lain berkata, “Warna hijau seperti satin yang lembut.” Dan hal itu berlangsung terus. Tak seorang pun dari keduanya mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan, karena jika mereka mengetahui, mereka akan diam. Begitu buruk keadaannya. Bahkan lebih buruk lagi, karena suatu hari, misalnya Anda dapat membuat mereka melihat, dan Anda berkata kepada mereka, “Baiklah, sekarang kalian dapat melihat apa yang disebut warna hijau itu.” Dan dia menjawab, “Itu benar. Saya sudah mendengar mengenai hal itu tadi pagi!” Kenyataan bahwa Tuhan ada di sekeliling Anda dan Anda tidak menyadari kehadiran Tuhan, karena Anda “mengetahui” tentang Tuhan. Hambatan terakhir untuk menyadari Tuhan adalah konsep Anda mengenai Tuhan. Anda tidak menyadari kehadiran Tuhan karena Anda menganggap diri Anda tahu tentang Tuhan. Itulah hal yang sangat buruk mengenai agama. Itulah yang diungkapkan injil, orang- orang yang taat beragama itu merasa mengetahui mengenai Tuhan, sehingga mereka mencoba menyingkirkan Jesus. Pengetahuan yang tertinggi mengenai Tuhan adalah mengetahui bahwa Tuhan tidak dapat diketahui. Sudah terlalu banyak pembicaraan mengenai Tuhan; dunia ini sudah muak dengan semua itu. Terlalu sedikit kesadaran, terlalu sedikit cinta, terlalu sedikit kebahagiaan, tetapi marilah kita usahakan untuk tidak mempergunakan kata-kata itu. Terlalu sedikit usaha untuk melepaskan diri dari ilusi, terlalu sedikit usaha untuk melepaskan diri dari kekeliruan, terlalu sedikit usaha untuk melepaskan diri dari keterikatan dan kekejaman, terlalu sedikit kesadaran. Itulah yang sedang diderita oleh dunia dewasa ini, bukan kurangnya kegiatan keagamaan. Agama dalam keadaan seperti ini nampaknya berkaitan dengan kurangnya kesadaran, menghambat proses ‘bangun’. Lihatlah kita sudah mengalami kemerosotan. Datanglah ke negara saya dan saksikanlah rakyat di sana saling membunuh demi agama mereka. Dan Anda akan menjumpai kenyataan seperti itu di mana-mana. “Orang yang tahu, tidak berkata, orang yang berkata, tidak tahu.” Semua wahyu, betapa pun sucinya, tidak pernah lebih dari jari yang menunjuk bulan, seperti dikatakan dalam filsafat Timur, “Ketika orang bijaksana menunjuk bulan, semua orang dungu akan melihat jari.” Jean Guiton, seorang penulis Perancis yang sangat saleh dan ortodoks, menambahkan suatu komentar yang sangat menakutkan: “Kita seringkali memakai jari kita untuk mencungkil mata kita.” Sangat mengerikan, bukan? Kesadaran, kesadaran, kesadaran! Dalam kesadaran kita menemukan penyembuhan; dalam kesadaran kita menemukan spiritualitas; dalam kesadaran kita menemukan pertumbuhan; dalam kesadaran kita menemukan cinta; dalam kesadaran kita menemukan kebangkitan. Kesadaran. Saya perlu berbicara tentang kata-kata dan konsep-konsep karena saya harus menerangkan mengapa kenyataannya demikian, ketika kita melihat sebatang pohon, sebenarnya kita tidak melihat. Kita berpikir bahwa kita melihat, tetapi kita tidak melihat. Ketika kita melihat seseorang, kita sebenarnya tidak melihat orang itu, kita hanya berpendapat bahwa kita melihat orang itu. Yang kita lihat adalah sesuatu yang sudah tertanam dalam pikiran kita. Kita memperoleh suatu kesan dan kita berpegang pada kesan itu, dan kita melihat orang itu melalui kesan itu. Dan kita melakukan hal ini terhadap hampir semua hal. Bila Anda memahami keadaan ini, maka Anda akan memahami betapa indah dan cantiknya kesadaran tentang kenyataan yang ada di sekeliling Anda. Karena kenyataan hadir dalam hidup kita; “Tuhan”, apa pun artinya, hadir dalam hidup kita. Ikan kecil yang malang dalam samudera berkata, “Maaf, saya sedang mencari samudera. Dapatkah Anda menunjukkan kepada saya di mana saya dapat menemukannya?” Betapa menyedihkannya, bukan? Padahal hanya dengan membuka mata dan melihat, kita akan mengerti. Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai tumbuhan, aku mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku harus takut? Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku. Sekali lagi, aku masih harus mati sebagai manusia, dan lahir di alam para malaikat. Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat, aku masih harus mati lagi; Karena, kecuali Tuhan, tidak ada sesuatu yang kekal abadi. Setelah kelahiranku sebagai malaikat, aku masih akan menjelma lagi dalam bentuk yang tak kupahami. Ah, biarkan diriku lenyap, memasuki kekosongan, kasunyataan Karena hanya dalam kasunyataan itu terdengar nyanyian mulia; "Kepada Nya, kita semua akan kembali" Jalaluddin Rumi Fakta dibalik Keajaiban Sumur Zam Zam July 21st, 2010 — Religi Islam — 715 views Selama ini kita mengenal sumur Zam zam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi. Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang. Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well). Dimensi dan Profil Sumur Zam-zam Bentuk sumur Zam-zam dapat dilihat dibawah ini. Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini berisi batupasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya. Mata air zamzam Dibawah lapisan alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (0.5 m) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur Zam-zam. Kedalaman 17 meter kebawah selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis ini (Diorit) memang agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada (barangkali saja saya belum menemukan) laporan geologi yang menunjukkan hal itu. Dari uji pemompaan sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 – 18.5 liter/detik, hingga permenit dapat mencapai 660 liter/menit atau 40 000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang kearah hajar Aswad dengan panjang 75 cm denga ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shaffa dan Marwa. Keterangan geometris lainnya, celah sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m, kedalaman air dari bibir sumur = 4 m, kedalaman mata air 13 m, Dari mata air sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66 meter. Air hujan sebagai sumber berkah Kota Makkah terletak di lembah, menurut SGS (Saudi Geological Survey) luas cekungan yang mensuplai sebagai daerah tangkapan ini seluas 60 Km2 saja, tentunya tidak terlampau luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan. Sumber air Sumur Zam-zam terutama dari air hujan yang turun di daerah sekitar Makkah. Sumur ini secara hydrologi hanyalah sumur biasa sehingga sangat memerlukan perawatan. Perawatan sumur ini termasuk menjaga kualitas higienis air dan lingkungan sumur serta menjaga pasokan air supaya mampu memenuhi kebutuhan para jamaah haji di Makkah. Pembukaan lahan untuk pemukiman di seputar Makkah sangat ditata rapi untuk menghindari berkurangnya kapasitas sumur ini. Gambar disamping ini memperlihatkan lokasi sumur Zamzam yang terletak ditengah lembah yang memanjang. Masjidil haram berada di bagian tengah diantara perbukitan-perbukitan disekitarnya. Luas area tangkapan yang hanya 60 Km persegi ini tentunya cukup kecil untuk menangkap air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah, sehingga memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang sangat khusus. Sumur Zam zam ini, sekali lagi dalam pandangan (ilmiah) hidrogeologi , hanyalah seperti sumur gali biasa. Tidak terlalu istimewa dibanding sumur-sumur gali lainnya. Namun karena sumur ini bermakna religi, maka perlu dijaga. Banyak yang menaruh harapan pada air sumur ini karena sumur ini dipercaya membawa berkah. Ada yang menyatakan sumur ini juga bisa kering kalau tidak dijaga. Bahkan kalau kita tahu kisahnya sumur ini diketemukan kembali oleh Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW) setelah hilang terkubur 4000 tahun (?). Dahulu diatas sumur ini terdapat sebuah bangunan dengan luas 8.3 m x 10.7 m = 88.8 m2. Antara tahun 1381-1388 H bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat thawaf. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zam-zam dengan sejumlah 350 kran air (220 kran untuk laki-laki dan 130 kran untuk perempuan), ruang masuk laki perempuan-pun dipisahkan. Saat ini bangunan diatas sumur Zam-Zam yang terlihat gambar diatas itu sudah tidak ada lagi, bahkan tempat masuk ke ruang bawah tanah inipun sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Tetapi kalau anda jeli pas Thawaf masih dapat kita lihat ada tanda dimana sumur itu berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur dari Ka’bah. Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam Jumlah jamaah ke Makkah tiga puluh tahun lalu hanya 400 000 pertahun (ditahun 1970-an), terus meningkat menjadi lebih dari sejuta jamaah pertahun di tahun 1990-an, Dan saat ini sudah lebih dari 2.2 juta. Tentunya diperlukan pemeliharaan sumur ini yang merupakan salah satu keajaiban dan daya tarik tersendiri bagi jamaah haji. Pemerintah Saudi tentunya tidak dapat diam pasrah saja membiarkan sumur ini dipelihara oleh Allah melalui proses alamiah. Namun pemerintah Arab Saudi yang sudah moderen saat ini secara ilmiah dan saintifik membentuk sebuah badan khusus yang mengurusi sumur Zamzam ini. Sepertinya memang Arab Saudi juga bukan sekedar percaya saja dengan menyerahkan ke Allah sebagai penjaga, namun justru sangat meyakini manusialah yang harus memelihara berkah sumur ini. Pada tahun 1971 dilakukan penelitian (riset) hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Hal ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor di Mesir yang menyatakan air Zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk dikonsumsi. Tariq Hussain (termasuk saya dari sisi hidrogeologi) juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan Sumur Zam-zam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai. Menyangkut dugaan doktor mesir ini, tentusaja hasilnya menyangkal pernyataan seorang doktor dari Mesir tersebut, tetapi ada hal yang lebih penting menurut saya yaitu penelitian Tariq Hussain ini justru akhirnya memacu pemerintah Arab Saudi untuk memperhatikan Sumur Zamzam secara moderen. Saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun disekitar Masjidil Haram, juga banyak sekali terowongan dibangun disekitar Makkah, sehingga saat ini pembangunannya harus benar-benar dikontrol ketat karena akan mempengaruhi kondisi hidrogeologi setempat. Badan Riset sumur Zamzam yang berada dibawah SGS (Saudi Geological Survey) bertugas untuk: Memonitor dan memelihara untuk menjaga jangan sampai sumur ini kering. Menjaga urban disekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air. Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area). Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol. Meng-upgrade pompa dan dan tangki-tangki penadah. Mengoptimasi supplai dan distribusi airZam-zam. Perkembangan perawatan sumur Zamzam Dahulu kala, zamzam diambil dengan gayung atau timba, namun kemudian dibangunlah pompa air pada tahun 1373 H/1953 M. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke kran-kran yang ada di sekitar sumur zamzam. Uji pompa (pumping test) telah dilakukan pada sumur ini, pada pemompaan 8000 liters/detik selama lebih dari 24 jam memperlihatkan permukaan air sumur dari 3.23 meters dibawah permukaan menjadi 12.72 meters dan kemudian hingga 13.39 meters. Setelah itu pemompaan dihentikan permukaan air ini kembali ke 3.9 meters dibawah permukaan sumur hanya dalam waktu 11 minut setelah pompa dihentikan. Sehingga dipercaya dengan mudah bahwa akifer yang mensuplai air ini berasal dari beberapa celah (rekahan) pada perbukitan disekitar Makkah. Banyak hal yang sudah dikerjakan pemerintah Saudi untuk memelihara Sumur ini antara lain dengan membentuk badan khusus pada tahun 1415 H (1994). dan saat ini telah membangun saluran untuk menyalurkan air Zam-zam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15.000 m3, bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air Zam-zam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah. Saat ini sumur ini dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kita hanya dapat melihat foto-fotonya saja seperti diatas. Disebelah kanan ini adalah drum hidrograf, alat perekaman perekaman ketinggian muka air sumur Zamzam (Old style drum hydrograph used for recording levels in the Zamzam Well). Kandungan mineral Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi : 1. Positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre). 2. Negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre). Molekul air zam zam Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon prosesnya higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini. bahasa cinta bahauddin walad Bahauddin Walad adalah seorang sufi agung yang menetap di Turki. Ia dikenal sebagai seorang guru, sufi, cendekiawan, dan ulama saleh yang berpandangan luas dan terbuka. Walad masih keturunan Abu Bakar, salah satu sahabat Nabi Muhammad. Di dalam buku Maarif, kumpulan tulisannya, Walad menuangkan pemikirannya tentang perbedaan agama: Kau selalu kebingungan dan menghabiskan waktumu dengan berbagai pertanyaan tentang tentang takdir Tuhan, tentang perbedaan ajaran dalam berbagai agama dan kepercayaan, tentang ketololan para pemuja api, tentang kebodohan para penyembah berhala, dan seterusnya. Padahal, kau sendiri jarang menilai dirimu. Apakah kau telah benar-benar mengenal Tuhan? Lupakanlah perbedaan antar berbagai agama dan kepercayaan. Janganlah kau sibuk memperdebatkan berbagai cara peribadatan. Ikutilah jalan yang benar, yaitu jalan yang pernah dilalui oleh para Nabi. Itulah Jalan-Kerajaan-Ilahi yang terbentang dari timur sampai ke barat. Jalan apa pun yang kaulalui adalah bagian dari Jalan-Kerajaan-Ilahi, dan pasti akan mengantarkan dirimu kepada Kebenaran. Jika kau tak menyadariadanya Jalan-Kerajaan-Ilahi ini, maka kau hanya akan berpura-pura mengikuti para Nabi,dan semakin jauh dari Kebenaran. Orang-orang yang selalu memperdebatkan perbedaan ajaran antara berbagai agama dan kepercayaan, hanya akan menimbulkan pertikaian dan kerusakan di muka bumi. Batin mereka telah dibakar dengan doktrin-doktrin fanatik, tetapi mereka akan hancur karena kepicikan pikiran mereka sendiri. Lalu Walad menawarkan bahasa cinta yang menyejukkan, seperti setetes embun di padang gersang: Hasrat terbesar di dalam diri para pecinta adalah untuk menyatu dengan Cinta Yang Lebih Luas, menyatu dengan gairah yang menggelorakan seluruh semesta, menyatu dengan setiap bentuk yang ada dan larut bersama dalam tarian bahagia, dalam perayaan yang tiada akhirnya. Aku seperti seuntai benang yang dirajut oleh tangan-tangan kehidupan. Keberadaanku hanya bermakna, jika telah terajut bersama benang lainnya pada selembar selendang yang tersampir di pundak-Nya. Jalan cinta Bahauddin Walad diteruskan oleh anaknya, Jalaluddin Rumi. Puisi-puisi Rumi juga khas karena memahami dunia dengan cinta. Seperti salah satu puisinya ini. Cinta Maha Dasyat Karena cinta duri menjadi mawar Karena cinta cuka menjelma anggur segar Karena cinta pentungan menjadi mahkota penawar Karena cinta kemalangan menjadi keberuntungan Karena cinta rumah penjara nampak bagaikan kedai mawar Karena cinta timbunan debu kelihatan sebagai taman Karena cinta api berkobar menjadi cahaya menyenangkan Karena cinta Saytan berubah menjadi bidadari Karena cinta batu keras menjadi lembut bagaikan mentega Karena cinta duka menjadi riang gembira Karena cinta hantu berubah menjadi malaikat Karena cinta singa tidak menakutkan bagaikan tikus Karena cinta sakit menjadi sihat Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan Paradigma Holografik::Alam Semesta sebagai Hologram Oleh Michael Talbot Pada tahun 1982 terjadi suatu peristiwa yang menarik. Di Universitas Paris, sebuah tim peneliti dipimpin oleh Alain Aspect melakukan suatu eksperimen yang mungkin merupakan eksperimen yang paling penting di abad ke-20. Anda tidak mendapatkannya dalam berita malam. Malah, kecuali Anda biasa membaca jurnal-jurnal ilmiah, Anda mungkin tidak pernah mendengar nama Aspect, sekalipun sementara orang merasa temuannya itu mungkin akan mengubah wajah sains. Aspect bersama timnya menemukan bahwa dalam lingkungan tertentu partikel-partikel subatomik, seperti elektron, mampu berkomunikasi dengan seketika satu sama lain tanpa tergantung pada jarak yang memisahkan mereka. Tidak ada bedanya apakah mereka terpisah 10 kaki atau 10 milyar km satu sama lain. Entah bagaimana, tampaknya setiap partikel selalu tahu apa yang dilakukan oleh partikel lain. Masalah yang ditampilkan oleh temuan ini adalah bahwa hal itu melanggar prinsip Einstein yang telah lama dipegang, yakni bahwa tidak ada komunikasi yang mampu berjalan lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Oleh karena berjalan melebihi kecepatan cahaya berarti menembus dinding waktu, maka prospek yang menakutkan ini menyebabkan sementara ilmuwan fisika mencoba menyusun teori yang dapat menjelaskan temuan Aspect. Namun hal itu juga mengilhami sementara ilmuwan lain untuk menyusun teori yang lebih radikal lagi. The Holographic Universe Pakar fisika teoretik dari Universitas London, David Bohm, misalnya, yakin bahwa temuan Aspect menyiratkan bahwa realitas obyektif itu tidak ada; bahwa sekalipun tampaknya pejal [solid], alam semesta ini pada dasarnya merupakan khayalan, suatu hologram raksasa yang terperinci secara sempurna. Untuk memahami mengapa Bohm sampai membuat pernyataan yang mengejutkan ini, pertama-tama kita harus memahami sedikit tentang hologram. Sebuah hologram adalah suatu potret tiga dimensional yang dibuat dengan sinar laser. Untuk membuat hologram, obyek yang akan difoto mula-mula disinari dengan suatu sinar laser. Lalu sinar laser kedua yang dipantulkan dari sinar pertama ditujukan pula kepada obyek tersebut, dan pola interferensi yang terjadi (bidang tempat kedua sinar laser itu bercampur) direkam dalam sebuah pelat foto. Ketika pelat itu dicuci, gambar terlihat sebagai pusaran-pusaran garis-garis terang dan gelap. Tetapi ketika foto itu disoroti oleh sebuah sinar laser lagi, muncullah gambar tiga dimensional dari obyek semula di situ. Sifat tiga dimensi dari gambar seperti itu bukan satu-satunya sifat yang menarik dari hologram. Jika hologram sebuah bunga mawar dibelah dua dan disoroti oleh sebuah sinar laser, masing-masing belahan itu ternyata masih mengandung gambar mawar itu secara lengkap (tetapi lebih kecil). Bahkan, jika belahan itu dibelah lagi, masing-masing potongan foto itu ternyata selalu mengandung gambar semula yang lengkap sekalipun lebih kecil. Berbeda dengan foto yang biasa, setiap bagian sebuah hologram mengandung semua informasi yang ada pada hologram secara keseluruhan. Sifat “keseluruhan di dalam setiap bagian” dari sebuah hologram, memberikan kepada kita suatu cara pemahaman yang sama sekali baru terhadap organisasi dan order. Selama sebagian besar sejarahnya, sains Barat bekerja di bawah prinsip yang bias, yakni bahwa cara terbaik untuk memahami fenomena fisikal –baik seekor katak atau sebuah atom– adalah dengan memotong-motongnya dan meneliti bagian -bagiannya. Sebuah hologram mengajarkan bahwa beberapa hal dari alam semesta ini mungkin tidak akan terungkap dengan pendekatan itu. Jika kita mencoba menguraikan sesuatu yang tersusun secara holografik, kita tidak akan mendapatkan bagian-bagian yang membentuknya, melainkan kita akan mendapatkan keutuhan yang lebih kecil. Pencerahan ini menuntun Bohm untuk memahami secara lain temuan Aspect. Bohm yakin bahwa alasan mengapa partikel-partikel subatomik mampu berhubungan satu sama lain tanpa terpengaruh oleh jarak yang memisahkan mereka adalah bukan karena mereka mengirimkan isyarat misterius bolak-balik di antara satu sama lain, melainkan oleh karena keterpisahan mereka adalah ilusi. Bohm berkilah, bahwa pada suatu tingkat realitas yang lebih dalam, partikel-partikel seperti itu bukanlah entitas-entitas individual, melainkan merupakan perpanjangan [extension] dari sesuatu yang esa dan fundamental. Agar khalayak lebih mudah membayangkan apa yang dimaksudkannya, Bohm memberikan ilustrasi berikut: Bayangkan sebuah akuarium yang mengandung seekor ikan. Bayangkan juga bahwa Anda tidak dapat melihat akuarium itu secara langsung, dan bahwa pengetahuan Anda tentang akuarium itu beserta apa yang terkandung di dalamnya datang dari dua kamera televisi: yang sebuah ditujukan ke sisi depan akuarium, dan yang lain ditujukan ke sisinya. Ketika Anda menatap kedua layar televisi, Anda mungkin menganggap bahwa ikan yang ada pada masing-masing layar itu adalah dua ikan yang berbeda. Bagaimana pun juga, karena kedua kamera diarahkan dengan sudut yang berbeda, masing-masing gambar ikan itu sedikit berbeda satu sama lain. Tetapi sementara Anda terus memandang kedua ikan itu, akhirnya Anda akan menyadari bahwa ada hubungan tertentu di antara kedua ikan itu. Kalau yang satu berbelok, yang lain juga membuat gerakan yang berbeda tapi sesuai; jika yang satu menghadap kamera, yang lain menghadap ke suatu sisi. Jika Anda tidak menyadari seluruh situasinya, Anda mungkin menyimpulkan bahwa kedua ikan itu saling berkomunikasi secara seketika, tetapi jelas bukan demikian halnya. Menurut Bohm, inilah sesungguhnya yang terjadi di antara artikel-partikel subatomik dalam eksperimen Aspect itu. Menurut Bohm, hubungan yang tampaknya “lebih cepat dari cahaya” di antara partikel-partikel subatomik sesungguhnya mengatakan kepada kita bahwa ada suatu tingkat realitas yang lebih dalam, yang selama ini tidak kita kenal, suatu dimensi yang lebih rumit di luar dimensi kita, dimensi yang beranalogi dengan akuarium itu. Tambahnya, kita memandang obyek-obyek seperti partikel-partikel subatomik sebagai terpisah satu sama lain oleh karena kita hanya memandang satu bagian dari realitas sesungguhnya. Partikel-partikel seperti itu bukanlah “bagian-bagian” yang terpisah, melainkan faset-faset dari suatu kesatuan (keesaan) yang lebih dalam dan lebih mendasar, yang pada akhirnya bersifat holografik dan tak terbagi-bagi seperti gambar mawar di atas. Dan oleh karena segala sesuatu dalam realitas fisikal terdiri dari apa yang disebut “eidolon-eidolon” ini, maka alam semesta itu sendiri adalah suatu proyeksi, suatu hologram. Di samping hakekatnya yang seperti bayangan, alam semesta itu memiliki sifat-sifat lain yang cukup mengejutkan. Jika keterpisahan yang tampak di antara partikel-partikel subatomik itu ilusif, itu berarti pada suatu tingkat realitas yang lebih dalam segala sesuatu di alam semesta ini saling berhubungan secara tak terbatas. Elektron-elektron didalam atom karbon dalam otak manusia berhubungan dengan partikelpartikel subatomik yang membentuk setiap ikan salem yang berenang, setiap jantung yang berdenyut, dan setiap bintang yang berkilauan di angkasa. Segala sesuatu meresapi segala sesuatu; dan sekalipun sifat manusia selalu mencoba memilah-milah, mengkotak-kotakkan dan membagi-bagi berbagai fenomena di alam semesta, semua pengkotakan itu mau tidak mau adalah artifisial, dan segenap alam semesta ini pada akhirnya merupakan suatu jaringan tanpa jahitan. Di dalam sebuah alam semesta yang holografik, bahkan waktu dan ruang tidak dapat lagi dipandang sebagai sesuatu yang fundamental. Oleh karena konsep-konsep seperti lokasi’ runtuh di dalam suatu alam semesta yang di situ tidak ada lagi sesuatu yang terpisah dari yang lain, maka waktu dan ruang tiga dimensional –seperti gambar-gambar ikan pada layar-layar TV di atas– harus dipandang sebagai proyeksi dari order yang lebih dalam lagi. Pada tingkatan yang lebih dalam, realitas merupakan semacam superhologram yang di situ masa lampau, masa kini, dan masa depan semua ada (berlangsung) secara serentak. Ini mengisyaratkan bawah dengan peralatan yang tepat mungkin di masa depan orang bisa menjangkau ke tingkatan realitas superholografik itu dan mengambil adegan-adegan dari masa lampau yang terlupakan. Apakah ada lagi yang terkandung dalam superhologram itu merupakan pertanyaan terbuka. Bila diterima –dalam diskusi ini– bahwa superhologram itu merupakan matriks yang melahirkan segala sesuatu dalam alam semesta kita, setidak-tidaknya ia mengandung setiap partikel subatomik yang pernah ada dan akan ada — setiap konfigurasi materi dan energi yang mungkin, dari butiran salju sampai quasar, dari ikan paus biru sampai sinar gamma. Itu bisa dilihat sebagai gudang kosmik dari “segala yang ada”. Sekalipun Bohm mengakui bahwa kita tidak mempunyai cara untuk mengetahui apa lagi yang tersembunyi di dalam superhologram itu, ia juga mengatakan bahwa kita tidak mempunyai alasan bahwa superhologram itu tidak mengandung apa-apa lagi. Atau, seperti dinyatakannya, mungkin tingkat realitas superholografik itu “sekadar satu tingkatan”, yang di luarnya terletak “perkembangan lebih lanjut yang tak terbatas.” Bohm bukanlah satu-satunya peneliti yang menemukan bukti-bukti bahwa alam semesta ini merupakan hologram. Dengan bekerja secara independen di bidang penelitian otak, pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas stanford, juga menerima sifat holografik dari realitas. Pribram tertarik kepada model holografik oleh teka-teki bagaimana dan di mana ingatan tersimpan di dalam otak. Selama puluhan tahun berbagai penelitian menunjukkan bahwa alihalih tersimpan dalam suatu lokasi tertentu, ingatan tersebar di seluruh bagian otak. Dalam serangkaian penelitian yang bersejarah pada tahun 1920-an, ilmuwan otak Karl Lashley menemukan bahwa tidak peduli bagian mana dari otak tikus yang diambilnya, ia tidak dapat menghilangkan ingatan untuk melakukan tugas-tugas rumit yang pernah dipelajari tikus itu sebelum dioperasi. Masalahnya ialah tidak seorang pun dapat menjelaskan mekanisme ponyimpanan ingatan yang bersifat “semua di dalam setiap bagian” yang aneh ini. Lalu pada tahun 1960-an Pribram membaca konsep holografi dan menyadari bahwa ia telah menemukan penjelasan yang telah lama dicari-cari oleh para ilmuwan otak. Pribram yakin bahwa ingatan terekam bukan di dalam neuron neuron (sel-sel otak), melainkan di dalam polapola impuls saraf yang merambah seluruh otak, seperti pola-pola interferensi sinar laser yang merambah seluruh wilayah pelat film yang mengandung suatu gambar holografik. Dengan kata lain, Pribram yakin bahwa otak itu sendiri merupakan sebuah hologram. Teori Pribram juga menjelaskan bagaimana otak manusia dapat menyimpan begitu banyak ingatan dalam ruang yang begitu kecil. Pernah diperkirakan bahwa otak manusia mempunyai kapasitas mengingat sekitar 10 milyar bit informasi selama masa hidup manusia rata-rata (atau kira-kira sebanyak informasi yang terkandung dalam lima set Encyclopaedia Britannica). Demikian pula telah ditemukan bahwa di samping sifat-sifatnya yang lain, hologram mempunyai kapasitas untuk menyimpan informasi — hanya dengan mengubah sudut kedua sinar laser itu jatuh pada permukaan pelat film, dimungkinkan untuk merekam banyak gambar berbeda pada permukaan yang sama. Telah dibuktikan bahwa satu sentimeter kubik pelat film dapat menyimpan sebanyak 10 milyar bit informasi. Kemampuan mengagumkan dari manusia untuk mengambil informasi yang diperlukan dari gudang ingatan yang amat besar itu dapat lebih dipahami jika otak berfungsi menurut prinsipprinsip holografik.Jika seorang teman minta Anda mengatakan apa yang terlintas dalam pikiran ketika ia menyebut “zebra”, Anda tidak perlu tertatih-tatih melakukan sorting dan mencari dalam suatu file alfabetis raksasa dalam otak untuk sampai kepada suatu jawaban. Alih-alih, berbagai asosiasi seperti “bergaris-garis”, “macam kuda”, dan “binatang dari Afrika” semua muncul di kepala Anda dengan seketika. Sesungguhnya, salah satu hal paling mengherankan tentang proses berpikir manusia adalah bahwa setiap butir informasi tampaknya dengan seketika berkorelasi-silang dengan setiap butir informasi lain– ini merupakan sifat intrinsik dari hologram. Oleh karena setiap bagian dari hologram saling berhubungan secara tak terbatas satu sama lain, ini barangkali merupakan contoh terbaik dari alam tentang suatu sistem yang saling berkorelasi. Penyimpanan ingatan bukan satu-satunya teka-teki neurofisiologis yang lebih dapat dijelaskan dengan model otak holografik Pribram. Teka-teki lain adalah bagaimana otak mampu menerjemahkan serbuan frekuensi-frekuensi yang diterimanya melalui pancaindra (frekuensi cahaya, frekuensi suara, dan sebagainya) menjadi dunia konkrit dari persepsi manusia. Merekam dan menguraikan kembali frekuensi adalah sifat terunggul dari sebuah hologram. Seperti hologram berfungsi sebagai semacam lensa, alat yang menerjemahkan frekuensi-frekuensi kabur yang tak berarti menjadi suatu gambar yang koheren, Pribram yakin bahwa otak juga merupakan sebuah lensa yang menggunakan prinsip-prinsip holografik untuk secara matematis mengubah frekuensi-frekuensi yang diterimanya melalui pancaindra menjadi persepsi di dalam batin kita. Sejumlah bukti yang mengesankan mengisyaratkan bahwa otak menggunakan prinsip-prinsip holografik untuk menjalankan fungsinya. Sesungguhnya, teori Pribram makin diterima di kalangan pakar neurofisiologi. Peneliti argentina-Italia, Hugo Zucarelli, baru-baru ini memperluas model holografik ke dalam fenomena akustik. Menghadapi teka-teki bahwa manusia dapat menetapkan sumber suara tanpa menggerakkan kepalanya, bahkan jika mereka hanya memiliki pendengaran pada satu telinga saja, Zucarelli menemukan prinsip-prinsip holografik dapat menjelaskan kemampuan ini. Zucarelli juga mengembangkan teknologi suara holofonik, suatu teknik perekaman yang mampu mereproduksi suasana akustik dengan realisme yang mengagumkan. Keyakinan Pribram bahwa otak kita secara matematis membangun realitas “keras” dengan mengandalkan diri pada masukan dari suatu domain frekuensi juga telah mendapat dikungan sejumlah eksperimen. Telah ditemukan bahwa masing-masing indra kita peka terhadap suatu bentangan frekuensi yang jauh lebih lebar daripada yang dianggap orang sebelum ini. Misalnya, para peneliti telah menemukan bahwa sistem penglihatankita peka terhadap frekuensi suara, bahwa indra penciuman kita sebagian bergantung pada apa yang sekarang dinamakan “frekuensi osmik”, dan bahkan sel-sel tubuh kita peka terhadap suatu bentangan luas frekuensi. Temuan-temuan seperti itu menandakan bahwa hanya di dalam domain kesadaran holografik saja frekuensi- frekuensi seperti itu dipilah-pilah dan dibagi-bagi menjadi persepsi konvensional. Tetapi aspek yang paling membingungkan dari model otak holografik Pribram adalah apa yang terjadi apabila model itu dipadukan dengan teori Bohm. Oleh karena, bila kekonkritan alam semesta ini hanyalah realitas sekunder dan bahwa apa yang ada “di luar sana” sesungguhnya hanyalah kekaburan frekuensi holografik, dan jika otak juga sebuah hologram dan hanya memilih beberapa saja dari frekuensi-frekuensi yang kabur dan secara matematis mengubahnya menjadi persepsi sensorik, apa jadinya dengan realitas yang obyektif? Secara sederhana, realias obyektif itu tidak ada lagi. Seperti telah lama dinyatakan oleh agamaagama dari Timur, dunia materi ini adalah Maya, suatu ilusi, dan sekalipun kita mungkin berpikir bahwa kita ini makhluk fisikal yang bergerak di dalam dunia fisikal, ini juga suatu ilusi. Kita ini sebenarnya adalah “pesawat penerima” yang mengambang melalui suatu lautan frekuensi kaleidoskopik, dan apa yang kita ambil dari lautan ini dan terjemahkan menjadi realitas fisikal hanyalah satu channel saja dari sekian banyak yang diambil dari superhologram itu. Gambaran realitas yang baru dan mengejutkan ini, yakni sintesis antara pandangan Bohm dan Pribram, dinamakan paradigma holografik, dan sekalipun banyak ilmuwan memandangnya secara skeptik, paradigma itu menggairahkan sementara ilmuwan lain. Suatu lingkungan kecil ilmuwan–yang jumlahnya makin bertambah– percaya bahwa paradigma itu merupakan model realitas yang paling akurat yang pernah dicapai sains. Lebih dari itu, sementara kalangan percaya bahwa itu dapat memecahkan beberapa misteri yang selama ini belum dapat dijelaskan oleh sains, dan bahkan dapat menegakkan hal-hal paranormal sebagai bagian dari alam. Banyak peneliti, termasuk Bohm dan Pribram, mencatat bahwa banyak fenomena para-psikologis menjadi lebih dapat dipahami dalam kerangka paradigma holografik. Dalam suatu alam semesta yang di situ otak individu sesungguhnya adalah bagian yang tak terbagi dari hologram yang lebih besar dan segala sesuatu saling berhubungan secara tak terbatas, maka telepati mungkin tidak lebih dari sekadar mengakses tingkat holografik itu. Jelas itu jauh lebih mudah dapat memahami bagaimana informasi dapat berpindah dari batin individu A kepada batin individu B yang berjauhan, dan memahami sejumlah teka-teki yang belum terpecahkan dalam psikologi. Khususnya, Grof merasa bahwa paradigma holografik menawarkan model untuk memahami banyak fenomena membingungkan yang dialami orang dalam keadaan “kesadaran yang berubah” [altered states of consciousness]. Pada tahun 1950-an, ketika melakukan penelitian terhadap anggapan bahwa LSD adalah alat penyembuhan psikoterapi, Grof mempunyai seorang pasien wanita yang tiba-tiba merasa yakin bahwa dia mempunyai identitas seekor reptil betina prasejarah. Selama halusinasinya, dia tidak hanya menguraikan secara amat mendetail tentang bagaimana rasanya terperangkap dalam wujud seperti itu, melainkan juga mengatakan bahwa bagian anatomi binatang jantan adalah sepetak sisik berwarna pada sisi kepalanya. Yang mengejutkan Grof ialah bahwa, sekalipun wanita itu sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentan hal-hal itu, suatu percakapan dengan seorang ahli zoologi belakangan menguatkan bahwa pada beberapa spesies reptilia tertentu bagian-bagian berwarna dari kepala memainkan peran penting untuk membangkitkan birahi. Pengalaman wanita itu bukan sesuatu yang unik. Selama penelitiannya, Grof bertemu dengan pasien-pasien yang mengalami regresi dan mengenali dirinya sebagai salah satu spesies dalam deretan evolusi. Tambahan pula, ia mendapati bahwa pengalaman-pengalaman seperti itu sering kali mengandung informasi zoologis yang jarang diketahui yang belakangan ternyata akurat. Regresi ke dalam dunia binatang bukanlah satu-satunya fenomena psikologis yang menjadi tekateki yang ditemukan Grof. Ia juga mempunyai pasien-pasien yang tampak dapat memasuki alam bawah sadar kolektif atau rasial. Orang-orang yang tidak terdidik tiba-tiba memberikan gambaran yang terperinci tentang praktek penguburan Zoroaster dan adegan-adegan dari mitologi Hindu. Jenis pengalaman yang lain adalah orang-orang yang emberikan uraian yang meyakinkan tentang perjalanan di luar tubuh, atau melihat sekilas masa depan yang akan terjadi, atau regresi ke dalam inkarnasi dalam salah satu kehidupan lampau. Dalam riset-riset lebih lanjut, Grof menemukan bentangan fenomena yang sama muncul dalam sesi-sesi terapi yang tidak menggunakan obat-obatan [psikotropika]. Oleh karena unsur yang sama dalam pengalaman-pengalaman seperti itu tampaknya adalah diatasinya kesadaran individu yang biasanya dibatasi oleh ego dan/atau dibatasi oleh ruang dan waktu, Grof menyebut fenomena itu sebagai “pengalaman transpersonal“, dan pada akhir tahun 1960-an ia membantu mendirikan cabang psikologi yang disebut “psikologi transpersonal” yang sepenuhnya mengkaji pengalaman pengalaman seperti itu. Sekalipun perhimpunan yang didirikan oleh Grof, Perhimpunan Psikologi Transpersonal [Association of Transpersonal Psychology], menghimpun sekelompok profesional yang jumlahnya semakin bertambah, dan telah menjadi cabang psikologi yang terhormat [di kalangan sains], selama bertahun-tahun Grof maupun rekan-rekannya tidak dapat memberikan suatu mekanisme yang dapat menjelaskan berbagai fenomena psikologis aneh yang mereka saksikan. Tetapi semua itu berubah dengan lahirnya paradigma holografik. Sebagaimana dicatat Grof baru-baru ini, jika batin memang bagian dari suatu kontinuum, suatu labirin yang berhubungan bukan hanya dengan setiap batin lain yang ada dan yang pernah ada, melainkan berhubungan pula dengan setiap atom, organisme, dan wilayah di dalam ruang dan waktu yang luas itu sendiri, maka fakta bahwa batin kadang-kadang bisa menjelajah ke dalam labirin itu dan mengalami hal-hal transpersonal tidak lagi tampak begitu aneh. Paradigma holografik juga mempunyai implikasi bagi sains-sains “keras” seperti biologi. Keith Floyd, seorang psikolog di Virginia Intermont College, mengatakan bahwa jika realitas yang konkrit tidak lebih dari sekadar ilusi holografik, maka tidak benar lagi pernyataan yang mengklaim bahwa otak menghasilkan kesadaran. Alih-alih, justru kesadaranlah yang menciptakan perwujudan dari otak– termasuk juga tubuh dan segala sesuatu di sekitar kita yang kita tafsirkan sebagai fisikal. Pembalikan cara melihat struktur-struktur biologis seperti itu menyebabkan para peneliti mengatakan bahwa ilmu kedokteran dan pemahaman kita mengenai proses penyembuhan juga dapat mengalami transformasi berkat paradigma holografik ini. Jika struktur yang tampaknya fisikal dari badan ini tidak lain daripada proyeksi holografik dari kesadaran, maka jelas bahwa asing-masing dari kita jauh lebih bertanggung-jawab bagi kesehatan diri kita daripada yang dinyatakan oleh pengetahuan kedokteran masa kini. Apa yang sekarang kita lihat sebagai penyembuhan penyakit yang bersifat “mukjizat” mungkin sesungguhnya disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam kesadaran yang pada gilirannya mempengaruhi perubahanperubahan dalam hologram badan jasmani. Demikian pula, teknik-teknik penyembuhan baru yang kontroversial, seperti visualisasi, mungkin berhasil baik oleh karena dalam domain pikiran yang holografik gambar-gambar pada akhirnya sama nyatanya dengan “realitas”. Bahkan berbagai visiun dan pengalaman yang menyangkut realitas yang “tidak biasa” dapat dijelaskan dengan paradigma holografik. Dalam bukunya “Gifts of Unknown Things”, pakar biologi Lyall Watson menceritakan pertemuannya dengan seorang dukun perempuan Indonesia yang, dengan melakuan semacam tarian ritual, mampu melenyapkan sekumpulan pepohonan. Watson mengisahkan, sementara ia dan seorang pengamat lain terus memandang perempuan itu dengan takjub, ia membuat pepohonan itu muncul kembali, lalu melenyapkannya dan memunculkannya lagi beberapa kali berturut – turut. Sekalipun pemahaman saintifik masa kini tidak mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa seperti itu, berbagai pengalaman seperti ini menjadi lebih mungkin jika realitas “keras” tidak lebih dari sekadar proyeksi holografik. Mungkin kita sepakat tentang apa yang “ada” atau “tidak ada” oleh karena apa yang disebut “realitas konsensus” itu dirumuskan dan disahkan di tingkat bawah sadar manusia, yang di situ semua batin saling berhubungan tanpa terbatas. Jika ini benar, maka ini adalah implikasi paling dalam dari paradigma holografik, oleh karena hal itu berarti bahwa pengalaman-pengalaman sebagaimana dialami oleh Watson adalah tidak lazim hanya oleh karena kita tidak memprogram batin kita dengan kepercayaan-kepercayaan yang membuatnya lazim. Di dalam alam semesta yang holografik, tidak ada batas bagaimana kita dapat mengubah bahan-bahan realitas. Yang kita lihat sebagai ‘realitas’ hanyalah sebuah kanvas yang menunggu kita gambari dengan gambar apa pun yang kita inginkan. Segala sesuatu adalah mungkin, mulai dari kelengkungkan sendok dengan kekuatan batin sampai peristiwa-peristiwa fantastik yang dialami oleh Castaneda selama pertemuannya dengan dukun Indian bangsa Yaqui, Don Juan, oleh karena sihir adalah hak asasi kita, tidak lebih dan tidak kurang adikodratinya daripada kemampuan kita menghasilkan realitas yang kita inginkan etika kita bermimpi. Sesungguhnya, bahkan paham-paham kita yang paling mendasar tentang realitas patut dipertanyakan, oleh karena di dalam alam semesta holografik, sebagaimana ditunjukkan oleh Pribram, bahkan perisitiwa yang terjadi secara acak [random] harus dilihat sebagai berdasarkan prinsip holografik dan oleh karena itu bersifat determined. Sinkronisitas’ atau peristiwa-peristiwa kebetulan yang bermanfaat, tiba-tiba masuk akal, dan segala sesuatu dalam realitas harus dilihat sebagai metafora, oleh karena bahkan peristiwa yang paling kacau mengungkapkan suatu simetri tertentu yang mendasarinya. Apakah paradigma holografik Bohm dan Pribram akan diterima oleh sains atau tenggelam begitu saja masih akan kita lihat, tetapi pada saat ini agaknya dapat dikatakan bahwa paradigma itu telah berpengaruh terhadap pemikiran sejumlah ilmuwan. Dan bahkan jika kelak terbukti bahwa model holografik tidak memberikan penjelasan terbaik bagi komunikasi seketika yang tampaknya berlangsung bolak-balik di antara partikel-partikel subatomik, setidak-tidaknya, sebagaimana dinyatakan oleh Basil Hiley, seorang pakar fisika di Birbeck College di London, temuan Aspect “menunjukkan bahwa kita harus siap mempertimbangkan paham-paham baru yang radikal mengenai realitas.”