BAB IV PROSES PERMESINAN Pada bab ini akan dijelaskan proses permesinan part PD.DW171 dengan part number RUC3.S.37 yang merupakan cover PCB dishwasher NDWE-30/1P. Part PD.DW171 ini akan diproses menggunakan beberapa mesin mulai dari proses cutting, roughing, hingga finishing. Mesin yang digunakan dalam proses machining part PD.DW171 adalah Hartford Omnis VMC-1270 dan menggunakan gerinda tangan pada proses finishing. Dalam pembahasan ini pembahasan secara mendalam hanya akan dilakukan pada proses permesinan yang meliputi 2 tahapan yaitu proses Roughing, dan Finishing. 4.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulainya proses pembuatan part PD.DW171. 1. Mesin Mesin yang akan digunakan pada proses permesinan part PD.DW171 pada dishwasher NDWE-30/1P antara lain adalah Hartford Omnis VMC-1270 seperti yang terlihat pada gambar 4.3. Berikut spesifikasi mesin Hartford Omnis VMC-1270 Gambar 4.1 Mesin Hartford Omnis VMC-1270 (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 30 CNC HARTFORD VCM-1270 Pabrikan : CNC Hartford Tipe : VMC-1270 Serial Number : 011328 Thn. Pembuatan : 2008 Lokasi Pembuatan : TAIWAN Spindle Axis : 4 AXIS Spindle Speed : 6000-8000 RPM Dimension : 1350 x 3470 mm Weight : 5500 Kg Working Capacity (Kapasitas Kerja Mesin) Number of Axis 3 (3 Axis Simultaneously) Spindle Head 4 Spindle Spindle Power AC 15/11 Kw Feed Rate : X-Axis 1270 mm/min Y-Axis 635 mm/min Z-Axis 635 mm/min Work Table T-form table slot : 18 x 5 x 100 mm Max. Load Capacity : 950 kg Work Surface : 1370 x 600 mm 2. Automatic Tool Changer (ATC) Tool storage capacity (pc) : S:20 /A:24(30) Material Material yang digunakan dalam proses pembuatan part PD.DW171 adalah Nylon dengan ketebalan 20 mm. 31 Gambar 4.2 Material PD.DW171 (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 3. Fixture Dalam proses permesinan part PD.DW171 pada media HARTFORD VCM1270, fixture yang digunakan adalah ragum. 4. Cutting Tools Cutting Tools yang digunakan dalam proses permesinan part PD.DW171 pada mesin Hartford Omnis VMC-1270 antara lain: 1. End Mill End mill cutter adalah alat potong yang berbentuk batang yang mempunyai mata potong diselubungnya dan dimukanya. Alat potong ini digunakan untuk proses milling, bisa digunakan untuk facing, cutting peryphery, dan roughing. Berikut merupakan gambar 4.1 adalah cutter yang digunakan pada mesin Hartford Omnis VMC-1270 32 Gambar 4.3 jenis-jenis cutter (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 5. Common Tools Dalam proses part PD.DW171 agar lebih produktif, maka diperlukan peralatan penunjang guna membantu mempermudah pekerjaan dari operator yaitu Common tools. Common Tools seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.12 adalah alat bantu yang digunakan pada saat sebelum dan setelah pengerjaan di dalam mesin. Gambar 4.4.Common Tools (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 33 4.2 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan permesinan part PD.DW171 pada dishwasher NDWE-30/1P ini dilakukan beberapa tahapan. Berikut ini akan dijelaskan 3 tahapan proses permesinan mulai dari material datang di inspeksi, pembuatan Hold Down, proses Roughing, hingga proses Finishing. 1. pencekaman Tahap pertama dalam proses permesinan part PD.DW171 pada dishwasher NDWE-30/1P proses pencekaman material nylon pada ragum Mesin Hartford Omnis VMC-1270. Proses ini ditujukan agar material tetap dalam posisinya dalam proses permesinan. 2. Roughing dan Finishing Setelah dilakukan proses pencekaman, selanjutnya material akan dilanjutkan pada proses Roughing dan Finishing. Pada material nylon yang cenderung lunak, maka tidak dilakukan finishing, akan tetapi hanya dilakukan proses roughing. Sedangkan finishing dilakukan secara manual. Pada proses ini, dikerjakan pada mesin Hartford Omnis VMC-1270 dengan menggunakan 1 Magazine dan 2 Pallet. 3. Input Program Operator memasukan program yang telah ada di komputer kedalam mesin CNC seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.5. 34 Gambar 4.5 Kontrol Unit (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) a. Setting Datum Datum diatur pada axis X=0.0 Y=0.0 Z=0.0 B=0.0 b. Running Program Mesin akan menjalankan program sesuai dengan program yang telah dimasukan. Dengan sket pada NCOD seperti pada gambar 4.6. Gambar 4.6 Skets NCOD (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 35 4. Hasil Roughing Setelah melewati proses pengerjaan machining, hasil jadi yang didapatkan pada proses pengerjaan part PD.DW171 dapat dilihat pada gambar 4.15. Gambar 4.7 Hasil roughing pada part PD.DW171 (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 5. Tahap Finishing Pada tahap ini, part PD.DW171 yang telah melewati proses roughing menggunakan mesin Hartford akan dilakukan finishing. Yaitu proses membersihkan sisa-sisa dari proses permesinan. Proses ini dilakukan secara manual menggunakan grinding set. Gambar 4.8 grinding set (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 36 6. QC (Quality Control) Setelah part selesai melewati proses machining, part masuk kebagian Quality Control (QC). Pada tahap ini part tersebut diukur dengan alat-alat measurement yang telah tersedia pada bagian Quality Control (QC) itu sendiri. Bagian – bagian yang diukur mengikuti DIR setiap part yang ada pada dokumen part tersebut, seperti besar dimensi panjang, lebar, tebal, roughness, drilling, chamfer, radius dan lain sebagainya. Beberapa gambar alat ukur dapat dilihat pada gambar 4. (a) Kaliver. (b) Radius Gambar 4.16 Measurement Tool (a) kaliver, (b)Radius (Sumber : Divisi Hartford Machining Centre, PT. Nayati Indonesia) 7. Tahap Perakitan (Assembly) 37 Setelah tahap pengerjaan benda kerja atau biasa disebut detail part, Tahap selanjutnya adalah proses assembly. Assembly dilakukan pada sektor perakitan yang bertugas merakit dari sub-assembly menjadi produk dishwasher NDWE-30/1P. Untuk part PD.DW171 merupakan part yang dipasang pada bagian belakang controller yang berfungsi sebagai cover PCB controller. Assembly ditunjukkan pada gambar 4.9 Assembly PD.DW171 pada dishwasher NDWE-30/1P (Sumber : Divisi Assembling Centre, PT. Nayati Indonesia) 4.3 Masalah Yang Terjadi dan Solusi Dalam suatu proses permesinan sering terjadi masalah-masalah sehingga menggangu proses produksi dari suatu perusahaan. Pada pembuatan part FITTER BARE dengan part number 33A2233471 terjadi masalah sebagai berikut: 1. Nominal surface roughness hasil produksi belum sesuai dengan permintaan yang terdapat pada drawing. 38 Beberapa penyebab yang mengakibatkan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh part 33A2233471 tersebut diantaranya : 1. Kesalahan analisa programer, dalam proses pembuatan part terdapat bagianbagian yang harus dilewati sebelumm masuk ke bagian permesinan yaitu bagian pre-planning, dan programer. Fungsi dari bagian pre-planning ialah merencanakan tahap-tahap yang harus dilewati untuk membuat part baik pada tahap pencekaman, cutting, machining, yang dijadikan sebuah dokumen yang dinamakan sheet process sebagai panduan dalam pengerjaan part tersebut. Sementara bagian programer berfungsi sebagai pemberi langkah pengerjaan mesin mulai dari tahap roughing sampai finishing. Programer juga mempunyai kewenangan dalam penentuan jenis cutter yang digunakan, ukuran cutter yang digunakan, penentuan besar kecepatan pemakanan, dan jumlah pemakanan yang harus dilakukan. Dalam penentuan jenis cutter yang digunakan, dibutuhkan pengetahuan bidang engineering yang baik serta ketelitian yang tinggi dalam menganalisa. 2. Life time pada cutter juga bisa menjadi faktor cepat tumpulnya cutter tersebut. Proses repairing cutter yang dilakukan pada bagian geometri tidak akan memperbaiki sifat metalurgi dari cutter itu sendiri, sehingga cutter yang telah mengalami gesekan panas yang tinggi yang menyebabkan rusaknya sifat metalurgi dari cutter itu, cutter akan lebih mudah kembali aus akibat struktur metalurgi telah rusak dan berdampak pada kemampuan thermal cutter menjadi berkurang. 39 Dari permasalahan yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa solusi untuk menyelesaikannya, antara lain: 1. Dibutuhkan programer handal dan berpengalaman, sehingga kemampuan pengatahuan engineering dengan ilmu dilapangan dapat saling melengkapi pada saat melakukan analisa perencanaan program. 2. Komunikasi harus berjalan baik dan menyeluruh, dibutuhkan komunikasi antara orang yang berada di lapangan dengan programer. 3. Kontrol cutter, melakukan kontrol untuk menentukan kelayakan dari cutter dan menentukan kapan penggantian cutter. 40