Uploaded by Nurul Safitri Andriani

Pendidikan anak tunadaksa

advertisement
•PENDIDIKAN
ANAK
TUNADAKSA
• TATIANA MEIDINA
• E-MAIL. [email protected]
Kontrak Kuliah
Pertemuan
Materi
Bentuk Kegiatan
I
Orientasi perkuliahan : Membahas silabus
dan kontrak kegiatan
Diskusi, Tanya
jawab
II
Hakikat Ketunadaksaan
sda
III dan IV
Konsep Anak Tunadaksa
sda
V dan Vi
Karakteristik Anak Tunadaksa
sda
Klasifikasi dan Karakteristik ATD
sda
VII dan VIII
IX
UTS
X
Klasifikasi dan Karakteristik ATD
sda
XI dan XII
Landasan Filosofis, dan historis Pendidikan
Anak Tunadaksa
sda
XIII dan XIV
Landasan psikologis, Pedagogis dan Medis
Pendidikan Anak Tunadaksa
XV
Aspek legal dan Trend Pendidikan Anak
Tunadaksa
XIV
UAS
SIAPAKAH
ANAK
TUNADAKSA ?
• ISTILAH TUNADAKSA BERASAL DARI KATA
“TUNA” YANG BERARTI RUGI ATAU KURANG,
DAN “DAKSA” YANG BERARTI TUBUH. JADI
TUNADAKSA DITUJUKAN KEPADA MEREKA YANG
MEMILIKI ANGGOTA TUBUH TIDAK SEMPURNA.
SEDANGKAN ISTILAH CACAT TUBUH
DIMAKSUDKAN UNTUK MENYEBUT MEREKA
YANG MEMILIKI CACAT PADA ANGGOTA
TUBUHNYA, BUKAN CACAT PADA INDERANYA.
JENIS KECACATAN ANAK
TUNADAKSA
1. CACAT FISIKNYA SAJA TINGKAT KECERDASANNYA
NORMAL, SEHINGGA DAPAT MENGIKUTI
PELAJARAN SAMA DENGAN ANAK NORMAL.
2. CACAT FISIK DISERTAI GANGGUAN
KECERDASAN, BICARA, PERILAKU, DLL (CACATNYA
GANDA). TINGKAT KECERDASANNYA BERENTANG,
KELAINANNYA SANGAT BERVARIASI, DAN SANGAT
KOMPLEKS. LAYANAN PENDIDIKANNYA PERLU
SECARA INDIVIDUAL.
12/3/2019
TUNADAKSA
12
13
12/3/2019
Salim/PKh-UNS
14
12/3/2019
Salim/PKh-UNS
15
12/3/2019
Salim/PKh-UNS
16
12/3/2019
Salim/PKh-UNS
17
12/3/2019
Salim/PKh-UNS
18
12/3/2019
Pengertian TUNADAKSA
Heward (2006) menyebut anak dengan
hambatan gerak adalah anak yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang, dengan
tingkat gangguan ringan, sedang, berat.
19
12/3/2019
Penyebab Tunadaksa
•Sejak dalam kandungan
•Saat dilahirkan
•Setelah dilahirkan
20
12/3/2019
Iis masdiana
Penyebab setelah lahir:
• Kekurangan oksigen pada system syaraf pusat
• Kelahiran yang dihalangi
• Kelahiran yang dipaksa
• Penggunaan alat yang salah
• Prematuritas
12/3/2019
Penyebab ketika dalam kandungan:
• Keturunan
• Malnutrisi
• Penyakit ibu
• Penyakit/Luka di otak janin
• Gangguan lingkungan kehamilan
Penyebab saat kelahiran:
• Kekurangan oksigen pada system syaraf pusat
• Kelahiran yang dihalangi
• Kelahiran yang dipaksa
• Penggunaan alat yang salah
• Prematuritas
21
1. Masalah fisik
 Kelumpuhan
 Kekakuan sendi
 Perubahan bentuk
12/3/2019
gejala
2. Masalah gangguan fungsi
 Gangguan fungsi mobilisasi
 Gangguan fungsi mental
 Gangguan kemampuan kegiatan fisik dalam ADL
22
Klasifikasi Anak Tunadaksa
•
•
(a) Kerusakan sistem persyarafan
• Kerusakan di otak
• Kerusakan di sumsum tulang belakang
(b) Kerusakan pada alat gerak tubuh
• Kerusakan tulang
• Kerusakan sendi
• Kerusakan otot
23
12/3/2019
Cerebral Palsy
Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh
Hemiplegia, kelumpuhan terjadi pada anggota gerak atas
dan bawah pada sisi yang sama
Paraplegia, lumpuh pada kedua belah kaki atau tangan
Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau
kedua kaki kiri dan kanan
Triplegia, tiga anggota tubuh mengalami kelumpuhan,
misalnya tangan kanan dan kedua kaki lumpuh.
Quadriplegia atau tetraplegia, yaitu mengalami
kelumpuhan pada seluruh anggota gerak seperti lumpuh
pada kedua kaki dan kedua tangan.
12/3/2019
24
Fisiologi Cerebral Palsy
Spastik
Dyskenisia:
Athetosis
Rigid
Hipotonia
Tremor
Ataxia
Jenis campuran (mixed)
25
12/3/2019
1. Spastik.
Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada
sebagian ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan
emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya
dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang.
2. Athetoid.
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya
dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada
sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan
koordinasi gerak.
3. Ataxia.
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,.
Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak
pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya,
anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum
sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
• 4. Tremor.
• Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus
berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan
bibir.
• 5. Rigid.
• Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada
tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan
mekanik lebih tampak.
• 6. Tipe Campuran.
• Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun
lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila
dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe
kecacatan.
Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus
Scelatel System)
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot
dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota
tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi,
dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otot dan rangka
antara lain meliputi:
1. Poliomylitis.
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat
virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak
usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
Kelaianan pada sistem otot dan rangka
(musculus skeletal system)
1.Poliomyelitis
Tipe spinal, kelayuhan pada otot-otot leher, tangan, kaki atau
sekat dada
Tipe bulbar, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih
syaraf tepi (cranial) ditandai adanya gangguan pernapasan
Bulbospinalis, gabungan dari tipe spinal dan bulbar
29
12/3/2019
• Kelainan ini menyerang sistem syaraf tepi merupakan kelainan yang
disebabkan karena virus polio. Virus ini bisa menyerang semua
kelompok umur, namun paling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun. Karena itulah maka penyakit ini disebut sebagai
Infantile Paralysis. Gejala yang ditimbulkan secara umum adalah
demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri
pada tangan dan kaki serta kadang disertai diare
• Virus polio masuk tubuh melalui mulut dan tinggal serta
berkembang biak dalam saluran cerna, kelenjar-kelenjar limfe, hati
dan limpe. Akibat perbanyakan virus maka tubuh akan membentuk
antibodi khusus. Bila pembentukan antibodi cukup banyak maka
virus dapat dinetralisir sehingga tidak timbul gejala-gejala klinik atau
gejalanya sangat ringan. Akan tetapi bila perbanyakan virus lebih
cepat daripada pembentukan antibodi maka virus akan masuk
dalam peredaran darah dan mempengaruhi jaringan syaraf tertentu
sehingga menimbulkan gejala-gejala klinik.
Masa tunas virus polio antara 7-14 hari (kadang lebih singkat sekitar 3
hari, tapi bisa lebih panjang sekitar 35 hari. Gejala-gejala klinik yang
nampak terbagi menjadi 4 tingkat :
• (a). Tingkat pertama : Silent Infection
• Tidak memperlihatkan gejala klinik Merupakan sumber yang
berbahaya sebagai penyebar virus polio. Istirahat untuk memulihkan
kondisi anak.
• (b). Tingkat kedua : Abortive Polio = Minor Illness
• Dapat diketahui hanya jika ada penyebaran wabah Gejala klinik mirip
influenza = demam, muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, pilek,
batuk. Diperlukan istirahat total selama 1 minggu penuh. Sulit
didiagnosis kecuali bila ada wabah atau dengan pemeriksaan
laboratorium.
• (c). Tingkat ketiga : Nonparalitic Polio = Mayor Illness
• Gejala klinik sama dengan abortive polio tetapi dengan derajat
kesakitan yang lebih hebat disertai nyeri dan kekakuan otot-otot
belakang daerah leher, punggung dan anggota gerak, nyeri akan
bertambah hebat bila tubuh anak digerakkan
2. Muscle dystrophy
Muscle dystrophy atau muscular dystrophy termasuk
golongan anak tunadaksa yang mengalami kelainan
pada otot-ototnya.
Secara harfiah Muscle dystrophy terdiri dari 2 kata yaitu
muscle yang berarti otot, dan dystrophy yang berarti
tidak berkembang. Sehingga muscle dystrophy diartikan
sebagai jenis penyakit otot yang mengakibatkan otot
tidak dapat berkembang. Pengertian berkembang bukan
berarti otot-ototnya tidak dapat membesar tetapi ototototnya semakin melemah. Kondisi fungsi otot anak
muscle dystrophy dari bulan demi bulan serta tahun
demi tahun menjadi semakin melemah akhirnya
kecacatan anak akan semakin parah.
38
12/3/2019
Sifat kelumpuhan yang dialami anak-anak muscle
dystrophy berbeda dengan yang dialami anak-anak
tunadaksa lainnya.
1. Anak muscle dystrophy bersifat simetris, yang
berarti kelumpuhan biasanya mengenai kedua
tangan atau kedua kaki, meskipun mayoritas anak
muscle dystrophy mengalami kelumpuhan
dimulainpada kedua anggota gerak bawahnya.
2. Kelainan muscle dystrophy lebih sering dialami
oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan
Tanda-tanda awal yang dapat dikenali pertama kali tampak pada
saat anak berusia 3 sampai 5 tahun. Gerakan-gerakan yang
lambat ini akan membuat anak tampak canggung atau kaki
kadang dia berjalan “jinjit” karena ketidakmampuannya
menapakkan kakinya secara normal anak akan menjadi sering
jatuh.
Pengenalan dini anak muscle dystrophy dapat terdeteksi dengan
mengamati anak saat duduk, berdiri dari duduk atau berdiri dari
jongkok
1. Pada saat duduk tulang punggung anak lebih melengkung ke
depan seperti membungkuk. Kadang anak duduk dengan
menahan berat badannya menggunakan kedua tangannya
2. Saat bangkit dari duduk kadang anak harus mengangkat
badan dengan bantuan kedua tangannya,
3. Bangun dari lantai atau jongkok anak mengangkat pahanya
dengan bantuan tangannya sehingga tampak seperti sedang
memanjat tubuhnya sendiri. Hal ini disebabkan karena
kelemahan pada bagian otot-otot pahanya.
•Faktor penyebab terjadinya
muscle dystrophy sampai saat
ini belum diperoleh
kesepakatan kata para ahli.
Tetapi yang paling banyak
dianut sebagai faktor penyebab
muscle dystrophy ialah karena
pengaruh genetik.
3. Spina Bifida
• Spina bifida (disebut meningocele atau myelomeningocele)
adalah suatu kecacatan yang berasal dari masalah selama masa
perkembangan dari janin
• Spina bifida merupakan kelainan pada tulang belakang (spinal
cord) yang ditandai dengan terbukanya satu sampai tiga ruas
tulang belakang yang disebabkan oleh tidak tertutupnya
kembali ruas tulang belakang selama proses perkembangan
terjadi, akibatnya fungsi jaringan syaraf terganggu dan dapat
mengakibatkan kelumpuhan.
44
12/3/2019
Iis Masdiana
• Tidak tertutupnya ruas tulang belakang tersebut
mengakibatkan ada bagian tak terlindungi yang
mungkin menembus kulit seperti kantong yang
berwarna gelap. “Kantong syaraf ini tertutup
oleh lapisan yang sangat tipis (selaput) yang
mungkin mengeluarkan cairan dari sumsum
tulang belakang dan otak.
• Faktor penyebab terjadinya spina bifida tidak
diketahui hanya dijelaskan bahwa“satu dari
setiap 250 sampai 500 bayi lahir dengan spina
bifida.”
Jenis Spina bifida yaitu : Spina bifida acculta; Meningocele dan
Myelomeningocele.
a). Spina bifida acculta
Spina bifida acculta disebabkan karena ada satu atau lebih ruas
tulang belakang yang terbuka tetapi tidak terdapat penonjolan
ruas tulang belakang sehingga kulit di atas ruas tulang sama
seperti orang normal.
b). spina bifida meningocele
Jenis spina bifida meningocele adalah terjadinya penonjolan dari
pembungkus sumsum tulang belakang sehingga benjolan
tampak ke permukaan hampir nampak seperti pembengkakan
yang tertutup oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus-kasus
tertentu anak yang mengalami spina bifida occulta dan
meningocele dapat dikoreksi dengan pembedahan. Untuk
menutup kecacatan pada ruas tulang belakang sehingga dapat
mencegah adanya resiko tinggi cedera dan infeksi otak.
c). Spina Bifida Myelomeningocele
• Jenis spina bifida myelomeningocele merupakan jenis kelainan
spina bifida yang paling berat karena penonjolan pada bagian
ruas tulang belakang berisi jaringan-jaringan syaraf sumsum
tulang belakang sehingga jaringan syaraf tersebut mengalami
kerusakan. Keadaan ini dapat menimbulkan paralysis anggota
gerak bawah, ketidak mampuan mengontrol buang air kecil
dan buang air besar, hydrocephalus, kontraktur dan mati rasa
pada anggota gerak bagian bawah.
Tingkat keparahan anak spina bifida berdasarkan
letak ruas tulang belakang yang terkena.
: “semakin tinggi di punggung letak kelainan itu, atau semakin
parah sumsung tulang belakang yang terkena, semakin punahlah
kelumpuhan dan masalah-masalah lainnya “
• Anak-anak yang mengalami spina bifida biasanya mengalami
pula kelainan penyerta lainnya seperti Hidrocephalus,
gangguan untuk mengontrol buang air besar dan kecil
kontraktur pada kaki, panggul dan lutut dan terjadi mati rasa
pada anggota gerak bagian bawah.
Kondisi hydrocephalus ini terjadi karena cairan yang terbentuk di
dalam kepala tidak dapat mengalir secara normal ke dalam
sumsum tulang belakang sehingga cairan tersebut mengumpul
serta menekan bagian otak dan tulang-tulang di kepala.
3. KELAINAN CONGENITAL KARENA BAWAAN
(CONGENITAL DEFORMITIES)
a. CACAT BAWAAN PADA ANGGOTA GERAK
ATAS
• SYNDACTILUS : JARI TANGAN KURANG DARI LIMA ATAU
TIDAK MEMILIKI JARI-JARI TANGAN.
• PLYDACTILUS : LAHIR DENGAN JUMLAH JARI TANGAN
LEBIH DARI LIMA.
• SPRENGEL DISEASE : SCAPULA MENINGGI DAN
TERPUTAR.
• TORTICOLLIS : LEHER MIRING KE KIRI ATAU KE KANAN,
OTOT LEHERNYA TEGANG SEBELAH, WAJAH DAN MATA
TIDAK SIMETRIS.
TORTICOLLIS : LEHER MIRING KE KIRI ATAU KE
KANAN, OTOT LEHERNYA TEGANG SEBELAH,
WAJAH DAN MATA TIDAK SIMETRIS.
• Biasanya kepala bayi miring sebelah ini disebabkan oleh posisi
yang tidak benar di dalam rahim sehingga terdapat bawaan
otot.
b. CACAT BAWAAN PADA ANGGOTA GERAK
BAWAH
• DISLOKASI PINGGUL DISEBABKAN OLEH PERTUMBUHAN OTOT
SENDI PANGKAL PAHA TIDAK SEHAT SEHINGGA KEPALA SENDI
TIDAK DAPAT MASUK KE DALAM MANGKOK SENDI.
• GENU RECURVATUM: LUTUT BENGKOK KE BELAKANG
BERLEBIHAN.
• CACAT PSEUDOARTHOSIS: ANTARA LUTUT DAN MATA KAKI
ADA SENDI LAGI.
• CLUB FOOT: TALIPES (PES) PLANUS ATAU PLATFOOT (TELAPAK
KAKI DATAR), PES CALCANEUS (KAKI BAGIAN DEPAN
TERANGKAT), PES CAVUS (KAKI BAGIAN TENGAH TERANGKAT).
88
HAMBATAN Anak Tunadaksa
Cerebral Palsy
Gangguan motorik
Gangguan sensoris
Tingkat kecerdasan
Kemampuan persepsi
Kemampuan kognisi
Kemampuan berbicara
Simbolisasi
Emosi dan penyesuaian sosial
89
12/3/2019
Iis Masdiana
HAMBATAN anak dengan kelainan
musculus skeletal
Tidak dapat menggunakan tangannya untuk mengambil sesuatu
Bangun dan duduk perlu dibantu orang lain
Sebagian dapat menggunakan alat bantu
Sering merasa malu dan frustrasi
Kesehtannya tidak stabil dan/atau menurun
Merasa rendah diri, tidak berguna, suka menyendiri, dan susah
bergaul
Sebagian besar memiliki kecerdasan rata-rata
Dapat bersekolah di sekolah reguler
Mudah tersinggung akibat dari ketidak stabilan emosinya.
Dapat diberikan fisioterapi
90
Karakteristik Khusus
Sulit menggerakkan tubuh,
Sulit untuk berpindah dari suatu posisi ke posisi lain,
Sulit meraih/mengambil benda di tempat yang tinggi atau
rendah,
Gerakan tubuh kaku atau layu,
Sering terjatuh,
Mengalami gangguan bicara (CP).
91
Cara Membantu
Bagi mereka yang menggunakan tongkat/kruk, jangan memegang tangan
mereka ketika mereka berjalan, biarkan mereka bertumpu pada lengan
atau bahu kita
Bagi mereka yang menggunakan kursi roda, sediakan ramp (lerengan,
bidang miring) untuk memudahkan mereka bergerak atau kita dapat
membantu mendorongkan kursi rodanya
Bagi mereka yang diikuti dengan gangguan bicara, bicara singkat, dan
jelas
Tawarkan tempat duduk dekat pintu
Membutuhkan ruang gerak yang luas seperti toilet
Bila ruang seperti toilet tidak cukup luas, maka sebaiknya pintu toilet
ditarik keluar
Pasang railing di sepanjang dinding untuk membantu mereka bergerak
Untuk bangunan berlantai, sedikan lift, jika belum mungkin, pindahkan
ruang kegiatan di lantai bawah
92
Kebutuhan komunikasi,
mobilisasi,
ADL,
sosial,
psikologis,
pendidikan
Kebutuhan kekaryaan
Salim/PKh-UNS







12/3/2019
Kebutuhan Anak Tunadaksa
93
Layanan Pendidikan Anak
Tunadaksa
7 aspek yang diadaptasikan
• 1. Pengembangan Intelektual dan Akademik
• Pengembangan aspek ini dapat dilaksanakan secara
formal di sekolah melalui kegiatan pembelajaran. Di
sekolah khusus anak tunadaksa (SLB-D) tersedia
seperangkat kurikulum dengan semua pedoman
pelaksanaannya, namun hal yang lebih penting adalah
pemberian kesempatan dan perhatian khusus pada anak
tunadaksa untuk mengoptimalkan perkembangan
intelektual dan akademiknya.
2. Membantu Perkembangan Fisik
Oleh karena anak tunadaksa mengalami kecacatan fisik maka
dalam proses pendidikan guru harus turut bertanggung jawab
terhadap pengembangan fisiknya dengan cara bekerja sama
dengan staf medis. Hambatan utama dalam belajar adalah
adanya gangguan motorik. Oleh karena itu, guru harus dapat
mengatasi gangguan tersebut sehingga anak memperoleh
kemudahan dalam mengikuti pendidikan. Guru harus membantu
memelihara kesehatan fisik anak, mengoreksi gerakan anak yang
salah dan mengembangkan ke arah gerak yang normal.
3. Meningkatkan Perkembangan Emosi dan Penerimaan Diri
Anak
Dalam proses pendidikan, para guru bekerja sama dengan
psikolog harus menanamkan konsep diri yang positif terhadap
kecacatan agar dapat menerima dirinya. Hal ini dapat dilakukan
dengan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga
dapat mendorong terciptanya interaksi yang harmonis.
• 4. Mematangkan Aspek Sosial
Aspek sosial yang meliputi kegiatan kelompok dan
kebersamaannya perlu dikembangkan dengan pemberian peran
kepada anak tunadaksa agar turut serta bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan serta dapat bekerja sama dengan
kelompoknya.
5. Mematangkan Moral dan Spiritual
• Dalam proses pendidikan perlu diajarkan kepada anak tentang
nilai-nilai, norma kehidupan, dan keagamaan untuk
membantu mematangkan moral dan spiritualnya.
6. Meningkatkan ekspresi diri
Ekspresi diri anak tunadaksa perlu ditingkatkan melalui kegiatan
kesenian, keterampilan atau kerajinan.
7 Mempersiapkan Masa Depan Anak
Dalam proses pendidikan, guru dan personel lainnya bertugas
untuk menyiapkan masa depan anak. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara membiasakan anak bekerja sesuai
dengan kemampuannya, membekali mereka dengan latihan
keterampilan yang menghasilkan sesuatu yang dapat dijadikan
bekal hidupnya.
Ketujuh sasaran pendidikan tersebut di atas sebenarnya bersifat
dual purpose (ganda), yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi
fisik dan pengembangan dalam pendidikannya. Tujuan utamanya
adalah terbentuknya kemandirian dan keutuhan pribadi anak
tunadaksa.
Download