BAB 3 Isu Hukum Hemodialisa Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan , disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan hemodialisa setidaknya memiliki 4 mesin hemodialisa siap pakai dan peralatan sterilisasi alat medis. Pada kasus ini menurut dokter spesialis penyakit dalam lain , Maimun Syukri , menduga bahwa tertularnya pasien hemodialisa non-HIV dengan virus HIV terjadi karna mesin cuci darah pasien hemodialisa yang terkena HIV digunakan oleh pasien hemodialisa non-HIV. Menurutnya , seharusnya dipisahkan antara mesin cuci darah pasien HIV dengan pasien nonHIV . Hal ini kemungkinan dapat terjadi karna jumlah mesin cuci darah di Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara minim atau tidak sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam PERMENKES .Sehingga pasien hemodialisa non-HIV menggunakan mesin cuci darah yang sebelumnya telah digunakan oleh pasien hemodialisa yang terkena HIV. Namun dalam hal ini Maimun Syukri, juga masih menduga terkait penyebab kasus di atas , sehingga belum dapat di pastikan penyebabnya. Maimun juga menyatakan bahwa seharusnya bisa dilakukan sterilisasi atau diganti terlebih dahulu peralatan habis pakai yang terdapat di mesin cuci darah. Dalam hal ini juga curiga bahwa tidak tersedianya peralatan sterilisasi alat medis di RSUCM.