ANALISIS PARAMETER GEMPA, b VALUE DAN PGA DI DAERAH

advertisement
ANALISIS PARAMETER GEMPA, b VALUE DAN PGA
DI DAERAH PAPUA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
AHMAD FULKI
107097003011
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ANALISIS PARAMETER GEMPA, b VALUE DAN PGA
DI DAERAH PAPUA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
AHMAD FULKI
107097003011
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
Analisis Parameter Gempa, b Value Dan PGA
Di Daerah Papua
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
Ahmad Fulki
107097003011
Menyetujui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Sutrisno, M.Si
NIP : 195202021982031005
Dr. Agus Budiono , M.Si
NIP : 196202201999031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
Drs. Sutrisno, M.Si
NIP : 195202021982031005
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Analisis Parameter Gempa, b Value Dan PGA Di Daerah Papua”,
telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 September 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains ( S.Si ) pada Program
Studi Fisika.
Jakarta, 19 September 2011
Sidang Munaqasyah
Penguji I
Penguji II
( Tati Zera M.Si )
NIP : 19690608 200501 2 002
(Arif Tjahjono, M.Si)
NIP : 19751107 200701 1 015
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
( DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis )
NIP : 19680117 200112 1 001
Ketua
Prodi Fisika
( Drs.Sutrisno, M.Si)
NIP : 195902021982031005
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL
KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI
ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN.
Jakarta, September 2011
Ahmad Fulki
107097003011
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang “Analisis Parameter Gempa, b Value
Dan PGA Didaerah Papua”. Untuk mencari nilai b Value dengan menggunakan
metode likelihood maksimum, dan mencari nilai PGA dengan cara melakukan
perhitungan menggunakan rumus empiris percepatan tanah dengan perhitungan
rumus empiris Esteva untuk mencari rumus empiris yang baru. Adapun
penggunaan metode likelihood maksimum dalam mencari nilai b Value
dikarenakan suatu metoda statistik yang sangat sesuai untuk memecahkan
beberapa masalah tentang seismologi. Dan pemilihan rumus empris Esteva untuk
untuk mencari rumus empiris yang baru dikarenakan rumus empris Esteva
memiliki nilai empiris yang sangat kecil, dibandingkan rumus-rumus empiris
lainnya yang telah di buat oleh para ahli seismologi dari berbagai Negara. Dari
metode likelihood maksimum diperoleh hasil b Value berkisar 0.3619 – 1.7372.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian mempunyai
keaktifan kegempaan yang cukup tinggi hal itu sesuai dengan perhitungan
B.Guttenberg dan C.F. Ritcher. Dan dari perhitungan rumus empiris baru
diperoleh nilai α berkisar antara 0.000029 s/d 0.000454, dengan rumus empiris
baru sebagai berikut :
α=
1.3044 * Exp(−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
Kata Kunci : b Value, PGA, dan Rumus Empiris Baru.
ABSTRACT
Has done research on "Analysis of Earthquake Parameters, b Value and PGA in
the area of Papua". To find the value b value by using the maximum likelihood
method, and find the value of PGA by performing calculations using empirical
formulas with the calculation of the ground acceleration Esteva empirical formula
to find a new empirical formula. The use of maximum likelihood methods in
finding the value b value due to a statistical method that is suitable to solve some
problems of seismology. Esteva and empirical formula for selection to search for a
new empirical formula empirical formula due Esteva has a very small empirical
value, compared to other empirical formulas that have been made by
seismological experts from various countries. From the maximum likelihood
method b Value obtained results ranging from 0.3619 - 1.7372. This suggests that
most of the research area has a fairly high seismic activity that correspond to the
calculation of B. Guttenberg and CF Ritcher. And of new empirical formula
calculations obtained α values ranged from 0.000029 s / d of 0.000454, with new
empirical formula as follows :
α=
1.3044 * Exp (−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
Keywords: b Value, PGA, and New Empirical Formulas.
KATA PENGATAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT rabb semesta alam,
rasa syukur tak berhingga untuk curahan segala nikmat dan petunjuk yang tiada henti
mengalir kepada hamba-Nya khususnya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu menyertai baginda Rasul Nabi
Muhammad s.a.w tercinta selaku suri tauladan terbaik bagi rahmatan lil ‘alamin, sebagai
pemberi kabar gembira untuk umatnya juga kepada para sahabat, keluarga serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan selesainya penulisan tugas akhir ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1
Kedua orang tua penulis, terimakasih untuk seluruh dukungannya. Baik dukungan
materil dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2
Ibu tercinta, Sari Alam Simanjuntak, S.Pdi yang selalu mencurahkan perhatian,
motivasi, serta kasih sayangnya kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
3
Adik tersayang, Imam Mahdi. Yang sedikit membantu penulis dalam menyajikan
tugas akhir ini.
4
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
5
Bapak Drs. Sutrisno, M.si selaku ketua program studi fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
Bapak Drs. Sutrisno, M.si selaku pembimbing pertama, atas waktu yang diluangkan,
ilmu yang diberikan dan atas kesabarannya dalam membimbing penulis.
7
Bapak Dr. Agus Budiono , M.Si selaku pembimbing kedua yang dengan sabar
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk tentang apa yang penulis
perlukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8
Mas tatok yatimantoro selaku pembimbing saya di BMKG, yang dengan sabar
meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu tentang apa yang penulis butuhkan
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
9
Seluruh teman-teman tercinta Fisika angkatan 2007 yang telah melewatkan bersamasama masa perkuliahan yang penuh kenangan.
10 Dan semua pihak yang belum disebutkan diatas, yang telah membantu terlaksananya
pembuatan tugas akhir ini.
Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca, tidak
lupa penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada pada
tugas akhir ini. Terima kasih.
Jakarta, 12 September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PENGESAHAN UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
3
1.3. Batasan Masalah
3
1.4. Tujuan Penelitian
4
1.5. Manfaat Penelitian
4
1.6. Sistematika Penelitian
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Gempa Bumi
6
2.2. Proses Terjadinya Gempa
7
2.3. Jalur Utama Gempa Bumi
13
2.4. Tipe Utama Gelombang Gempa bumi
16
2.5. Kerangka Tektonik Indonesia
17
2.6. Mitigasi Gempa bumi
21
2.7. Metode Likelihood
22
2.8. Metode Eliminasi Gauss-Jordan
24
2.9. Magnitude
29
2.10. Perhitungan PGA dengan Metode Empiris
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
33
3.2. Pengumpulan Data
33
3.3. Pengolahan Data
33
3.4. Perhitungan Data
34
3.4.1 Perhitungan Metode Likelihood
34
3.4.2 Perhitungan Konstanta Rumus Empiris
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan b Value
42
4.2. Hasil dan Pembahasan Nilai α
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
53
5.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Seismograf
2
Gambar 2.1
Proses Terjadinya Gempa Bumi
7
Gambar 2.2
Gerakan Partikel Gelombang
17
Gambar 2.3
Peta Tektonik Kepulauan Indonesia, Tampak Zona Subduksi
dan Sesar Aktif
19
Gambar 2.4
Zona Konvergen
20
Gambar 2.5
Zona Divergen
20
Gambar 3.1
Grafik perbandingan nilai α
39
Gambar 4.1
Penyebaran data b value di daerah papua
47
Gambar 4.2
Penyebaran data nilai α di daerah papua
52
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Skala Richter dan Pembandingnya
13
Tabel 3.1
Data 11 Gempa Stasiun Sorong
38
Tabel 3.2
Perbandingan Nilai α
39
Tabel 4.1
Wilayah dan nilai b value
42
Tabel 4.2
Wilayah dan nilai α
48
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa terjadi akibat pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah
permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi/lempeng bumi.
Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik
yang mengarah ke segala arah di dalam bumi dan menjalar menjauhi fokusnya.
Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya dapat bersifat
merusak atau tidak. Hal ini sangat tergantung dari kekuatan sumber dan jarak
fokus gempa, disamping itu mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangunan itu
berdiri juga sangat mempengaruhi apakah gempa itu bersifat merusak atau tidak.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun
demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja,
seperti pada batas lempeng Plat Pasifik. Untuk mengetahui kecepatan pergerakan
tanah dan untuk mengukur besarnya suatu gempa dapat di gunakan suatu alat
yaitu Seismograf. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi dan mencatatnya
dalam seismogram. Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa
tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram yang dapat menentukan
kekuatan gempa. Biasanya digunakan skala Richter untuk menggambarkan
besaran gempa, dan skala Mercalli untuk menunjukkan intensitas gempa, atau
pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia.
Gambar 1.1 Seismograf.
Daerah papua dan sekitarnya yang terletak pada -14-14.670 LS – 5.000 LU
dan 125.000 – 144.990 BT lokasi ini merupakan daerah dengan tingkat aktivitas
gempa bumi yang sangat tinggi. Untuk itu perlu dicari nilai b value dan PGA
sebagai informasi mitigasi gempa bumi pada warga papua dan sekitarnya.
Tinjauan tektonik dan distribusi kegempaan dapat dilihat secara kualitatif dengan
daerah-daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap gempa bumi, namun
dengan metode statistik dapat diketahui secara kuantitatif tingkat keaktifan gempa
bumi, dan tingkat resiko gempa atau kemungkinan terjadi gempa. Resiko gempa
yang dimaksud hanya mempertimbangkan tingkat seismisitas suatu daerah tanpa
menyertakan faktor lain seperti kondisi geologi, kualitas infrastruktur, kepadatan
penduduk, dan sebagainya.
Pada saat ini, metode seismostatik digunakan pada masalah “source
seismology” dengan luas. Metode ini juga dipakai dalam penentuan kesalahan
dalam penentuan pusat gempa bumi ( epicenter ), penggunaan fenomena
stochastic pada penentuan jejak gempa bumi ( sebagai contoh penentuan seismic
gap ), penggunaan metode statistik yang cocok diharapkan mendapatkan nilai
akurasi yang lebih baik dan derajat kepastian yang lebih tinggi sebagai hasilnya.
Analisis statistik dari gempa bumi mempunyai pendekatan yang berbeda
dengan permasalahan pembentukan gempa bumi itu sendiri. Dari jenis
penyelidikan ini, dapat diketahui “metode gempa bumi” yang didapat dari studi
teoritis dari fenomena gelombang dan fenomena asal “wave and source
phenomena”. Tetapi lebih dari itu pendekatan secara statistik tentang keberadaan
gempa bumi umumnya mempunyai hasil yang baik, sejalan dengan gambaran
tektonik pada suatu wilayah, oleh karenanya sangat menarik untuk dilakukan
penelitian tentang b value dan PGA didaerah papua dan sekitarnya di karenakan
rawan terjadi gempa di daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : Mencari nilai b dengan
menggunakan Metode Likelihood Maksimum, dan mencari nilai PGA dengan
cara melakukan perhitungan menggunakan rumus empiris percepatan tanah yang
telah dibuat oleh para ahli seismologi dari berbagai negara, antara lain : Donovan,
Mc.Guirre, Esteva, Katayama, Oliviera dan MV.Mickey. Perhitungan rumus
empiris, dihitung dengan menghubungkan magnitude permukaan akibat gempa
bumi dengan jarak hiposenternya.
1.3 Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini hanya dibatasi pada analisis penentuan nilai b
value dan PGA. Sedangkan daerah penelitian Clustering Sumber Gempa bumi
Daerah Papua dan sekitarnya yang terletak pada -14.670 LS – 5.000 LU dan
125.000 – 144.990 BT. Data penelitian yang digunakan adalah data gempa bumi
01 januari 1989 sampai 28 januari 2000 dengan magnitude ≥ 5 SR dan kedalaman
(h) ≤100 Km merupakan kedalaman yang dangkal yang berpotensi besar
mengakibatkan resiko kerusakan yang tinggi. Data yang diambil dari data USGS,
dan ISG. Penelitian ini di fokuskan pada
titik koordinat Daerah papua dan
Sekitarnya pada -14.670 LS – 5.000 LU dan 125.000 – 144.990 BT.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa nilai a sebagai tingkat
keaktifan gempa bumi, nilai b sebagai tingkat kerapuhan batuan, nilai b value dan
PGA sebagai informasi mitigasi gempa bumi didaerah papua dan sekitarnya pada 14.670 LS – 5.000 LU dan 125.000 – 144.990 BT, dengan menggunakan Metode
Likelihood Maksimum dan perhitungan menggunakan rumus empiris.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi
kepada Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat serta masyarakat sebagai
studi awal dalam masalah mitigasi bencana gempa bumi di Daerah Papua dan
sekitarnya, sehingga diharapkan dapat mewaspadai dan meminimalisir tingkat
kerusakan akibat gempa bumi.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang penulisan dan pemilihan judul, tujuan
penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan teori teori metode yang digunakan yaitu Metode
Likelihood Maksimum dan perhitungan menggunakan rumus empiris.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisikan waktu dan tempat penelitian, data data yang digunakan,
peralatan yang digunakan, analisa data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang hasil yang didapatkan dari pengolahan data, dan
pembahasan mengenai hasil pengolahan data yang didapatkan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang didapatkan dari hasil
analisis dan perhitungan data.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan
penjalaran gelombang seismik. Menurut Teori Elastic Rebound yang dinyatakan
oleh seismolog Reid, (K.E Bullen, 1965; B.Bolt, 1988) menyatakan bahwa gempa
bumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan
elastis batuan yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi di litosfera.
Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan tarikan
(strain) pada lapisan bumi. Tekanan atau tarikan yang terus-menerus
menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum
dan mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi patahan secara tiba-tiba.
Energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang
kita kenal sebagai gempa bumi.1)
Pergerakan dua lempeng yang berbatasan saling bergerak relatif terhadap
sesamanya menimbulkan gesekan di sepanjang bidang batas lempeng. Gesekan
dua lempeng yang bersifat elastis dapat menimbulkan energi elastis. Jika
pergerakan lempeng terjadi terus menerus dalam waktu yang lama akan terjadi
akumulasi energi pada batas lempeng. Pada suatu kondisi tertentu di mana batuan
tidak dapat lagi menahan gaya yang ditimbulkan oleh gerak relatif lempeng,
energi elastis yang terakumulasi akan dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk
gelombang elastis yang menjalar ke segala arah. Gelombang ini sampai
dipermukaan bumi dalam bentuk getaran tanah yang dapat dirasakan. Selanjutnya
gelombang elastis yang dipancarkan oleh gempa ini disebut gelombang seismik.2)
2.2 Proses Terjadinya Gempa
Untuk terjadinya suatu gempa bumi diperlukan beberapa syarat, antara
lain:
a.
Gerakan relatif dari lempeng tektonik atau blok-blok lempeng
tektonik,
b.
Pembangunan stress, dan
c.
Pelepasan energy.
Menurut teori patahan (theory fructure) bahwa pada waktu terjadinya
gempa bumi akan dilepaskan sejumlah energi tertentu akibat patahan yang terjadi
secara tiba-tiba dan gelombang seismik yang dipancarkan dapat dirasakan oleh
alat seismograf, jadi dapat diketahui bahwa gempa bumi adalah hasil pelepasan
energi dari suatu patahan kerak bumi dimana patahan itu merupakan sumber
gempa. 2)
Gambar 2.1 Proses terjadinya gempa bumi
Gempa bumi yang sering menimbulkan kerugian dan korban adalah gempa bumi
tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng
tektonik. Menurut teori lempeng tektonik kerak bumi terpecah-pecah menjadi
bagian yang disebut lempeng (plate bumi). Di bumi terdapat tujuh lempeng besar
(Mega Plate) di antaranya: lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, lempeng IndoAustralia, lempeng Antartika, lempeng Amerika, lempeng Nazca, dan lempeng
Afrika.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan berbeda.
Menurut teori konveksi pergerakan lempeng-lempeng ini disebabkan oleh arus
konveksi. Bumi ini tersusun oleh dua bagian yaitu lithosfer dan Astherosfer.
Asthenosfer bersifat fluida yang kental dan mempunyai densitas lebih kecil dan
bersuhu tinggi. Lithosfer mempunyai densitas lebih besar dan bersifat kaku serta
mudah patah, karena gerakan perputaran bumi secara terus menerus maka pada
asthenosfer yang bersuhu tinggi timbul arus. Arus ini disebut arus konveksi. Arus
ini selalu bergerak dari tekanan tinggi ke tempat tekanan yang rendah. Gerakan
dari asthenosfer akan menggerakan lithosfer yang berada di atasnya. Maka
lithosfer yang berupa lempeng-lempeng tersebut akan bergerak.3)
Menurut sumber terjadinya gempa, gempa bumi dikelompokkan menjadi:
1. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang berasal dari pergeseran
lapisan-lapisan batuan sepanjang bidang sesar di dalam bumi.
2. Gempa vulkanik adalah gempa bumi
yang berasal dari
gerakan
magma karena aktifitas gunung api.
3. Gempa longsoran atau runtuhan yaitu gempa bumi yang terjadi
karena aktifitas runtuhan pada daerah pertambangan atau daerah tanah
longsor.
4. Gempa buatan adalah getaran gempa bumi yang terjadi karena adanya
aktivitas manusia di kulit bumi yang menyebabkan getaran yang cukup
kuat.
Berdasarkan kedalaman sumber gempa, gempa bumi dikelompokkan
menjadi:
1. Gempa bumi dangkal, dimana kedalaman hiposenternya kurang dari
66 km di bawah permukaan bumi.
2. Gempa bumi menengah, dimana kedalaman hiposenter antara 66 km450 km di bawah permukaan bumi.
3. Gempa bumi dalam, dimana kedalaman hiposenternya lebih dari 450
km di bawah permukaan bumi.
Titik di dalam bumi dimana gempa terpusat dinyatakan dengan lintang, bujur, dan
kedalaman di bawah permukaan disebut fokus atau hypocenter. Sedangkan titik di
permukaan bumi vertikal diatas fokus merupakan epicenternya. Terjadinya gempa
bumi biasanya diiringi oleh beberapa macam goncangan, diantaranya:
a. Foreshock
Deretan goncangan yang terjadi sebelum gempa bumi, tak ada tanda-tanda
berapa lama gempa akan terjadi setelah foreshock ini.
b. Aftershock
Deretan goncangan yang terjadi setelah gempa bumi. Dapat terjadi selama
berbulan – bulan.
c. Swarm
Sejumlah besar goncangan kecil tanpa ada gempa bumi utama.
Berdasarkan kekuatan, gempa bumi diklasifikasikan menjadi:
1. Gempa sangat besar, M > 8,0
2. Gempa besar, 7,0 < M < 8,0
3. Gempa sedang, 4,5 < M < 7,.0
4. Gempa mikro, 1,0 < M < 4,5
Dimana M adalah magnitude
Skala – Skala Kekuatan Gempa Bumi1)
Konsep kekuatan gempa bumi pertama kali diperkenalkan oleh C.F.
Richter pada tahun 1935 dengan mengusulkan skala kekuatan logaritma yang
lazim disebut sebagai Skala Richter. Ada dua macam skala gempa yang biasa
digunakan sebagai ukuran kekuatan gempa bumi:
a. Skala Kekuatan Gempa (Magnitudo)
Magnitudo gempa bumi merupakan jumlah energi yang dilepaskan di
pusatnya dan di ukur dengan satuan Skala Richter. Skala ini dikembangkan oleh
seorang ahli seismologi bernama Charles Richter. Dalam penentuannya skala ini
dapat dikonversi dari jarak episenter. Peningkatan satu satuan skala sebanding
dengan peningkatan 30 kali energi yang dilepaskan di pusatnya. Dapat
dibayangkan jika satu gempa bumi dengan magnitudo 7,5 Skala Richter akan
melepaskan 30 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan satu gempa dengan
magnitudo 6,5 Skala Richter. Magnitudo yang paling kecil yang masih bisa
dirasakan oleh manusia adalah 3,5 Skala Richter.
Jenis gempa berdasarkan kekuatan gempa (magnitudo), terdiri atas:
a. Gempa sangat besar (great earthquake), yaitu gempa bumi dengan
magnitudo > 8 Skala Richter.
b. Gempa besar (major earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 7
sampai dengan 8 Skala Richter.
c. Gempa sedang (moderate earthquake), yaitu gempa bumi dengan
magnitudo antara 5 sampai dengan 7 Skala Richter.
d. Gempa kecil (small earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 3
sampai 5 Skala Richter.
e. Gempa mikro (micro earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo
antara 1 sampai 3 Skala Richter.
b. Skala Intensitas Gempa
Bersifat lebih subyektif. Intensitas gempa bumi merupakan skala kedua
yang dipakai dalam menyatakan sebuah gempa bumi. Skala intensitas
menunjukan tingkat kerusakan di permukaan bumi. Skala ini dikembangkan oleh
Mercalli pada tahun 1902, seorang ahli seismologi dari Italia dan sekarang lebih
dikenal
dengan
skala
Mercalli
yang
dimodifikasi,
digunakan
untuk
menggambarkan intensitas pengaruh gempa bumi terhadap manusia berdasarkan
goncangan (goyahnya bangunan), pecahnya kaca, retaknya tanah, larinya orang–
orang keluar. Bangunan dan permukaan bumi dalam satuan angka dari I sampai
XII. Skala lain yaitu Medvedev – Sponhever – Karnik yang lebih familiar
digunakan di Eropa dan Skala Rossi Forrel. Berdasarkan kedalaman sumber
gempa, di Indonesia terdiri dari :
a. Gempa dangkal (shallow earthquake), yaitu gempa bumi dengan
kedalaman 0 – 65 km.
b. Gempa menengah (intermediate earthquake), yaitu gempa bumi dengan
kedalaman 66 – 450 km.
c. Gempa dalam (deep earthquake), yaitu gempa bumi dengan kedalaman >
450 km.
Secara lebih rinci skala tersebut dinyatakan sebagai berikut:
A. Skala Rossi – Forrel (1874 – 1878)
a. Terekam oleh Instrumen.
b. Dirasakan sejumlah kecil manusia dalam keadaan diam.
c. Dirasakan cukup kuat beberapa orang dalam keadaan diam.
d. Dirasakan dalam sejumlah orang dalam keadaan bergerak.
e. Umumnya
dirasakan
setiap
orang,
membunyikan
lonceng
dan
menggerakkan perabot.
f. Membangunkan yang tidur, membunyikan lonceng dan menghentikan
gerak jam.
g. Kepanikan, membunyikan lonceng, menjatuhkan yang tergantung.
h. Meretakkan dinding bangunan.
i. Merusakkan sebagian atau keseluruhan bangunan.
j. Bencana besar, meruntuhkan gunung.
B. Skala Richter
Dibuat oleh Charles Richter (1935) 1 – 8,8 skala (Skala Logaritma). Dasar
kerja skala ini adalah dengan pengukuran amplitudo maksimum gelombang
seismik pada jarak 161 km, dengan mengukur perbedaan waktu tempuh
gelombang P dan gelombang S. Kemudian ditambahkan faktor empiris
(berdasarkan kenyataan melemahnya gelombang saat menjauhi fokus).
Tabel 2.1 Skala Richter dan Pembandingnya
Skala Richter
Peningkatan Kekuatan
Energi yang dibebaskan - ledakan TNT
1
1
170 g
2
10
6 kg
3
100
179 kg
4
1000
5 metric ton
5
10000
179 metric ton
6
100000
5643 metric ton
7
1000000
179100 metric ton
8
10000000
5463000 metric ton
C. Skala Mercalli
Diciptakan oleh seismologist Italia, Guisseppe Mercalli pada tahun 1902
dan dimodifikasi oleh seorang ahli seismologi Amerika sehingga menjadi suatu
skala absolut.
2.3 Jalur Utama Gempa Bumi4)
Terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan
dari beberapa lempeng tektonik aktif:
a). Jalur gempa bumi Sirkum Pasifik
Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili, Equador, dan
Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska,
Alaution Island, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filiphina, Indonesia,
Polynesia, dan berakhir di New Zealand.
b). Jalur gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic
Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan,
Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya, Burma,
Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda) dan akhirnya
bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku.
c). Jalur gempa bumi Mid-Atlantic
Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge adalah Spitsbergen, Iceland, dan
Atlantik Selatan.
Sebanyak 80 % dari gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang
sering disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik.
Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat 15 % gempa dan sisanya sebanyak 5 %
tersebar di Mid Atlantik dan tempat – tempat lainnya.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
yaitu Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia
bertumbukan di lepas pantai barat pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai selatan kepulauan Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah utara
ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu
terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau – pulau sekitar
pertemuan tiga lempeng itu sering terjadi gempabumi.
Bumi ini terdiri dari dua lempeng yaitu lempeng benua dan lempeng
samudera, pertemuan antara dua lempeng ini bisa bermacam bentuknya, yang
dikenal sebagai daerah subduction zone. Di Indonesia terlihat di sepanjang pesisir
barat Sumatera, selatan Jawa sampai ke Laut Banda. Lempeng samudera dan
benua yang dimaksud dalah Lempeng Australia yang menunjam ke bawah
Lempeng Eurasia (Eropa dan Asia, di mana Indonesia bagian barat termasuk di
dalamnya).
Jalur gempa bumi dunia (benioff zone) akan mengikuti jalur subduction
karena memang gempa bumi adalah salah satu produk dari jalur tersebut selain
jalur gunung api, juga hasil tambang bumi. Jadi kesimpulan umum dari
subduction zone adalah tidak hanya menghasilkan gempa bumi saja, tetapi juga
bisa memberikan fenomena alam yang menakjubkan dan kekayaan hasil bumi
yang menguntungkan secara ekonomi karena daerah yang dilalui jalur tersebut
memiliki hasil tambang bumi.
Berikut ini adalah 25 daerah wilayah rawan gempabumi Indonesia yaitu:
Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera Barat – Jambi, Bengkulu, Lampung,
Banten Pandeglang, Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kepala Burung – Papua Utara,
Jayapura, Nabire Wamena, dan Kalimantan Timur.
2.4 Tipe Utama Gelombang Gempa bumi4)
Gelombang gempa bumi (gelombang seismik) adalah gelombang elastis
yang disebabkan karena adanya pecahan tanah yang tiba-tiba atau adanya suatu
letusan. Gelombang ini akan menjalar ke seluruh bagian dalam bumi dan melalui
permukaan bumi.
Ada 2 tipe utama gelombang seismik, yaitu:
1. Gelombang Badan (Body Waves) yaitu gelombang yang menjalar melalui
bagian dalam bumi, yang terdiri dari:
a. Gelombang Preasure Wave (P) atau gelombang longitudinal (primer)
dimana Gerakan partikelnya searah dengan arah penjalaran gelombang.
b. Gelombang Shear Wave (S) atau gelombang sekunder atau gelombang
transversal dimana gerakan pertikelnya adalah tegak lurus arah penjalaran
gelombangnya.
Gelombang S dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
•
Gelombang SV adalah gelombang S yang gerakan partikelnya terpolarisasi
pada bidang vertikal.
•
Gelombang SH adalah gelombang S yang gerakan partikelnya horizontal.
2. Gelombang Permukaan (Surface Waves) yaitu gelombang yang menjalar
sepanjang permukaan bumi, yang terdiri dari :
• Gelombang Rayleigh (R) yaitu gelombang yang arah gerakan partikelnya
adalah eliptik retrograd.
• Gelombang Love (L) yaitu gelombang yang terpadu pada permukaan bebas
medium berlapis. Gerakan pertikelnya seperti gerakan gelombang SH.
• Gelombang Stonley yaitu gelombang yang terpadu pada bidang batas
antara 2 medium. Gerakan partikelnya serupa dengan gelombang SV.
a)
b)
P
SV
L
R
Gambar 2.2 Gerakan partikel Gelombang.
Gerakan partikel gelombang medium yang
dilewati gelombang-
gelombang P, S, L, dan R, serta posisinya terhadap sumber, a) Gambar tampak
samping, b) Gambar tampak atas.
2.5 Kerangka Tektonik Indonesia4)
Kerangka tektonik Indonesia dipengaruhi oleh tiga lempeng besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng IndoAustralia bergerak relatif dan menunjam terhadap lempeng Eurasia di lepas pantai
barat Sumatera, selatan Jawa, dan Nusa Tenggara. Sedangkan lempeng Pasifik
bergerak dan menunjam relatif di Irian utara dan Maluku utara.
Kondisi tektonik Indonesia yang sedemikian rupa menyebabkan Indonesia
menjadi daerah yang aktivitas kegempaannya sangat tinggi dan menjadi kawasan
yang dilalui oleh 2 jalur gempa utama, yaitu jalur gempa bumi Mediterania dan
jalur gempa bumi Pasifik.
Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira
20 pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya hampir sama dengan tebal
litosfer 70 km. Pertemuan antar lempeng disebut batas lempeng. Pergerakan
lempeng bisa saling menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke
samping. Penyebab pergerakan ini menurut ilmuwan karena arus konveksi yaitu
memindahkan panas melalui zat cair atau gas dari lapisan astenosfer. Lempeng
samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng
benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari
selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona
subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan,
dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah
patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini
menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempa
bumi. Gempa bumi dapat disebabkan aktivitas gunung api dan runtuhan batuan
yang menyebabkan gempa relatif kecil sedangkan akibat tumbukan antar lempeng
dan patahan yang aktif mengakibatkan gempa sangat besar. Apabila pusat gempa
terjadi di lautan atau samudra dapat menimbulkan gelombang tsunami.
Gambar 2.3 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia, Tampak Zona Subduksi
dan Sesar Aktif
Batas-batas lempeng merupakan suatu daerah yang secara tektonik sangat
aktif. Secara umum batas-batas lempeng terdiri dari tiga jenis :
a. Zona Konvergen
Zona ini ditandai dengan adanya dua lempeng yang berbatasan bergerak
dengan arah saling mendekati. Seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar.2.4 Zona Konvergen
Zona konvergen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
• Zona tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati sehingga pada
batas-batas ke dua lempeng cenderung melipat ke atas dan membentuk
pegunungan lipatan.
• Zona Subduksi
Pada zona subduksi kedua lempeng yang bertumbukan (lempeng benua
dan lempeng samudera). Lempeng yang lebih berat (lempeng samudera) akan
menunjam di bawah lempeng yang lebih ringan (lempeng benua). Hasil aktifitas
tektonik semacam ini berupa rangkaian gunung api.
b. Zona divergen
Pada zona divergen dua lempeng yang berbatasan bergerak relatif
menjauhi sehingga membentuk pegunungan (ridce) yang terdapat di tengah
samudera. Zona ini di tandai dengan pembentukan materi-materi lempeng. Seperti
pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.5 Zona Divergen
c. Zona Singgungan
Pada zona singgungan dua lempeng yeng saling bergerak relatif sejajar satu
dengan yang lain sehingga terjadi gesekan pada bidang batas lempeng. Akibat dari
gesekan ini timbul gempa-gempa dangkal yang dapat membawa bencana.
2.6 Mitigasi Gempa bumi10)
Mitigasi adalah suatu proses terjadi berbagai tindakan pecegahan untuk
meminimalkan dampak negatif bencana alam terhadap manusia, harta dan benda,
infrastruktur dan lingkungan. Untuk mendukung mitigasi bencana khususnya
gempa bumi diperlukan beberapa karakteristik gempa itu sendiri, bahwa gempa
bumi itu:
1. Berlangsung dalam waktu yang singkat
2. Lokasi kejadian hanya tertentu saja
3. Berpotensi terulang kembali
4. Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat
dikurangi
Usaha-usaha yang diperlukan dalam mitigasi gempa untuk mencegah
resiko gempa bumi dan korban berjatuhan adalah dengan cara melakukan
pemantauan peristiwa gempa, pemetaan sesar aktif untuk mengetahui sejarah
keaktifan sesar yang akan bermanfaat untuk estimasi besarnya magnitudo gempa
bumi (makin panjang segmen sesar, magnitudo maksimumnya berpotensi akan
besar).
Data sesar aktif ini dapat digunakan para perancang tata ruang dan wilayah
untuk pengembangan dan pembangunan. Cara selanjutnya untuk mengurangi
korban bencana gempa bumi adalah dengan sosialisasi. Sosialisasi perlu dilakukan
untuk menyadarkan masyarakat bahwa mereka hidup di daerah rawan bencana
gempa bumi.
Kesiapan untuk hidup di daerah rawan bencana gempa bumi ini adalah
dengan membuat bangunan tahan gempa dengan bantuan ahli teknik sipil.
Sosialisasi juga perlu dilakukan kepada para korban gempa bumi agar mereka
tidak gampang disulut isu yang dapat menyebabkan kepanikan massa.
Sosialisasi juga harus mencakup cara-cara penyelamatan diri jika terjadi
gempa bumi di suatu tempat. Yang pasti, kita semua yang hidup di bumi
Indonesia sudah waktunya menyadari bahwa bencana gempa bumi memang dekat
dengan kita.
2.7 Metode Likelihood10)
Fungsi likelihood merupakan suatu metoda statistik yang sangat sesuai
untuk memecahkan beberapa masalah tentang seismologi. Bila suatu fungsi
distribusi probabilitas f(x, Ө) bergantung pada parameter Ө, bersesuaian dengan
fungsi likelihoood, didefinisikan sebagai berikut:
P(x, Ө)= f(x1, Ө).f (x2, Ө) ......... f (xn, Ө) ..................................... (2.4.2.1)
Bahwa estimasi maksimum likelihood dari Ө adalah nilai fungsi
maksimum P(x1, Ө), untuk perhitungan yang bersesuaian. Penurunan dari log P
(x1, Ө) yang umumnya untuk mendapatkan nilai maksimum dari Ө, yaitu:
∂P
= 0 ...................................................................................... (2.4.2.2)
∂θ
Menurut Aki (1965) bahwa metoda ini dipergunakan untuk masalah
hubungan antara frekuensi gempa bumi dan magnitudo. Suatu fungsi distribusi
probabilitas M dapat ditulis kedalam bentuk:
f (M, b’)= b’e-b’(M-Mo); M ≥ M0 .................................................... (2.4.2.3)
dimana: b’=b*ln10
bersesuaian dengan fungsi likelihood yang ditunjukkan sebagai berikut :
P= (b’)N.e{-b’( ∑ M 1 − NM 0 )}
Dari hubungan ini diperoleh bahwa estimasi likelihood maksimum dari b
yang ditunjukkan sebagai :
n
)
b=
log e
dan M =
M − Mo
∑ Mn
i =1
n
............................................. (2.4.2.4)
∑n
i =1
dimana :
M
: rata-rata magnitude
Mo
: nilai minimum magnitude
Log e : 0.4343
Bila diberikan probabilitas untuk 95%, Batas atas dan batas bawah dari
nilai b yang didapatkan menggunakan metode ini adalah menurut utsu(1965) :
)  1.960 
)  1.960 
 dan b = b 1 −
 ..................................... (2.4.2.5)
b = b 1 +
N 
N 


Bersesuaian dengan nilai a yang diperhitungkan dari hubungan frekuensi
kumulatif untuk M ≥ Mo adalah :
a
)
)
= Log N (M > M0 )+ Log ( b ln10) + M0 b ........................... (2.4.2.6)
Dalam mengolah data ini menggunakan SURFER yang memakai metode
”Krigging”.
2.8 Metode Eliminasi Gauss-Jordan9)
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linier adalah metode eliminasi Gauss-Jordan. Metode ini diberi nama
Gauss-Jordan untuk menghormati Carl Friedrich Gauss dan Wilhelm Jordan.
Metode ini sebenarnya adalah modifikasi dari metode eliminasi Gauss, yang
dijelaskan oleh Jordan di tahun 1887. Metode Gauss-Jordan ini menghasilkan
matriks dengan bentuk baris eselon yang tereduksi (reduced row echelon form),
sementara eliminasi Gauss hanya menghasilkan matriks sampai pada bentuk baris
eselon (row echelon form). Selain untuk menyelesaikan sistem persamaan linier,
metode eliminasi Gauss-Jordan ini dapat pula digunakan untuk mencari invers
dari sebuah matriks. Prosedur umum untuk metode eliminasi Gauss-Jordan ini
adalah:
1. Ubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks augmentasi.
2. Lakukan operasi baris elementer pada matriks augmentasi (A|b) untuk
mengubah
matriks A menjadi dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Contoh mengubah sistem persamaan linier menjadi matriks augmentasi :
Pengubahan dilakukan dengan membuat matriks yang elemen-elemennya adalah
koefisienkoefisien dari sistem persamaan linier..
Sedangkan langkah-langkah pada operasi baris elementer yaitu :
1. Menukar posisi dari 2 baris.
Ai ↔ Aj
2. Mengalikan baris dengan sebuah bilangan skalar positif.
Ai = k * Aj
3. Menambahkan baris dengan hasil kali skalar dengan baris lainnya.
Ai = Ai + k * Aj
Sebuah matriks sendiri bisa dikatakan sudah memiliki bentuk baris eselon yang
tereduksi jika telah memenuhi syarat-syarat berikut ini.
1. Jika sebuah baris seluruhnya bukan merupakan angka nol, maka angka bukan
nol pertama pada baris tersebut adalah 1 (leading 1).
2. Jika ada baris yang seluruhnya terdiri dari angka nol, maka baris tersebut
dikelompokkan di baris paling bawah dari matriks.
3. Jika ada 2 baris berurutan yang sama-sama tidak terdiri dari angka nol
seluruhnya, maka leading 1 dari baris yang lebih bawah berada di sebelah kanan
dari leading 1 yang berada di baris yang lebih atas.
4. Pada setiap kolom yang memiliki leading 1 di kolomnya, maka nilai yang ada
di kolom tersebut kecuali leading 1 adalah nol.
Sebuah matriks yang hanya memenuhi syarat 1 sampai 3 adalah matriks yang
dalam bentuk baris eselon. Sedangkan jika syarat keempat juga dipenuhi, maka
matriks tersebut dapat dikatakan dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Berikut beberapa contoh matriks yang sudah dalam bentuk baris eselon tereduksi :
Berikut contoh langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan system
persamaan linier dengan metode eliminasi Gauss-Jordan.
Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut.
2x + 4y - 2z = 12
x + 5y + 3z = 8
-3x + y + 3z = -4
1. Ubah sistem persamaan linier di atas menjadi matriks augmentasi.
2
4
-2
12
1
5
3
8
-3
1
3
-4
2. Kalikan baris pertama dengan 0.5
1
2
-1
6
1
5
3
8
-3
1
3
-4
3. Tambahkan baris kedua dengan (-1) kali baris pertama.
1
2
-1
6
0
3
4
2
-3
1
3
-4
4. Tambahkan baris ketiga dengan 3 kali baris pertama.
1
2
-1
6
0
3
4
2
0
7
0
14
5. Kalikan baris kedua dengan 1/3.
1
2
-1
6
0
1
0.33
0.67
0
7
0
14
6. Tambahkan baris pertama dengan (-2) kali baris kedua.
1
0
-3.67 4.67
0
1
0.33
0.67
0
7
0
14
7. Tambahkan baris ketiga dengan (-7) kali baris kedua.
1
0
-3.67 4.67
0
1
0.33
0
0
-9.33 9.33
0.67
8. Kalikan baris ketiga dengan -1/9.33.
1
0
-3.67 4.67
0
1
0.33
0.67
0
0
1
-1
9. Menambahkan baris pertama dengan 3.67 kali baris ketiga.
1
0
0
1
0
1
0.33
0.67
0
0
1
-1
10. Menambahkan baris kedua dengan (-0.33) kali baris ketiga.
1
0
0
1
0
1
0
2
0
0
1
-1
Setelah langkah ke-10, maka matriks ini telah dalam bentuk baris eselon
tereduksi. Dari matriks terakhir ini dapat disimpulkan bahwa nilai x = 1, y = 2,
dan z = -1.
Contoh di atas diterapkan pada sistem persamaan linier dengan n variabel dan n
persamaan. Contoh berikut adalah cara menyelesaikan sistem persamaan linier
dengan n variabel dan m persamaan.Diketahui sistem persamaan linier sebagai
berikut:
2x + 3y - 5z = 7
x + 4y + 8z = 3
1. Ubah menjadi matriks teraugmentasi.
2
3
-5
7
1
4
8
3
2. Kalikan baris pertama dengan ½.
1
1.5
-2.5
3.5
1
4
8
3
3. Tambahkan baris kedua dengan (-1) kali baris pertama.
1
1.5
-2.5
3.5
0
2.5
10.5
-0.5
4. Kalikan baris kedua dengan 1/2.5.
1
1.5
-2.5
3.5
0
1
4.2
-0.2
5. Tambahkan baris pertama dengan (-1.5) kali baris kedua.
1
0
-8.8
3.8
0
1
4.2
-0.2
Penyelesaian untuk persamaan di atas akan menjadi :
x – 8.8z = 3.8
y + 4.2z = -0.2
Ada 3 macam kemungkinan penyelesaian dari sistem persamaan linier, yaitu :
1. Solusi yang unik. Hanya ada satu himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi
sistem persamaan linier tersebut.
2. Tidak ada solusi. Tidak ada himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi
sistem persamaan linier tersebut.
3. Solusi yang ada tidak berhingga. Ada lebih dari satu (tak berhingga)
himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi sistem persamaan linier tersebut.
2.9 Magnitude
Magnitude adalah suatu besaran gempa bumi yang menyatakan besarnya
energi yang dilepas suatu gempa di pusatnya. Dalam proses perhitungan
percepatan tanah, magnitude yang biasa digunakan adalah magnitude permukaan.
Hal ini dikarenakan percepatan tanah yang dihasilkan dari rekaman accelerograph,
biasanya diakibatkan adanya dominasi dari gelombang permukaan.
Di Indonesia sendiri, khususnya BMG dalam melakukan perhitungan
magnitude, biasanya menggunakan perhitungan magnitude lokal dan body.
Sehingga diperlukan adanya konversi magnitude, baik dari magnitude lokal
ataupun body ke magnitude permukaan. Hubungan ketiga magnitude ini telah
dibuat oleh Gutenberg, yaitu :
Mb = 0.56Ms + 2.9
Mb = 1.7 + 0.8ML – 0.01ML2
Sehingga didapatkan hubungan ML dan Mb untuk mencari Ms yaitu :
Ms =
0.8ML − 0.01ML2 − 1.2
0.56
Ms =
Mb − 2.9
0.56
2.10 Perhitungan PGA dengan Metode Empiris5)
Metode empiris adalah metode yang dilakukan untuk menghitung
percepatan tanah dengan rumus sederhana. Dimana perhitungan percepatan tanah
metode empiris ini hanya dihubungkan dengan magnitude dan jarak.
Macam-macam metode empiris yang digunakan dalam perhitungan percepatan
tanah:
* Rumus Empiris Donovan :
α=
1080 * Exp(0.5Ms)
( R + 25)1.32
* Rumus Empiris Mc.Guirre :
α=
472.3 * 10 0.278Ms
( R + 25)1.301
* Rumus Empiris Esteva :
α=
5600 * Exp (0.5Ms )
( R + 40) 2
* Rumus Empiris Katayama :
Logα = 2.306 − 1.637 * log(R + 30) + 0.411Ms
* Rumus Empiris Oliviera :
α=
1230 * Exp (0.8Mb)
( R + 25) 2
* Rumus Empiris M.V Mickey :
α=
0.304 * 10 0.7 Mb
R1.4
Dimana :
α : Percepatan tanah
R : jarak hiposenter
Ms : magnitude surface
Mb : magnitude body
Dari rumus-rumus diatas, maka bentuk-bentuk rumus empiris yaitu :
1. Bentuk umum dari model rumus empiris Donovan, Oliviera dan Esteva,
yaitu:
α=
a * Exp(bMs )
( R + n) c
2. Bentuk umum dari model rumus empiris Mc.Guirre, MV.Mickey dan
Katayama, yaitu :
α=
a *10 bMS
( R + n) c
dimana :
α
: Percepatan tanah
a,b,c,n
: Konstanta
Ms
: Magnitude Surface
R
: Jarak hiposenter
Dari kedua bentuk umum model rumus empiris diatas, penulis
menggunakan bentuk umum model rumus empiris yang pertama. Hal ini
dikarenakan secara teoritis percepatan tanah terhadap magnitude secara
eksponensial lebih mendekati.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Pusat, Jakarta Pusat. Data penelitian yang digunakan adalah data gempa bumi
01 januari 1989 sampai 28 januari 2000 dengan magnitude ≥ 5 SR dan
kedalaman (h) ≤100 Km merupakan kedalaman yang dangkal yang berpotensi
besar mengakibatkan resiko kerusakan yang tinggi. Data yang diambil dari data
USGS, dan ISG. Penelitian ini di fokuskan pada titik koordinat Daerah papua
dan Sekitarnya pada -14.670 LS – 5.000 LU dan 125.000 – 144.990 BT.
3.2 Pengumpulan Data
Data gempa bumi periode tahun 1989 s/d 2000 diperoleh dari Sub bagian
Mitigasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Data diperoleh
dengan studi pustaka dan literatur yang ada, kemudian penyajian datanya dalam
bentuk tabel, grafik dan peta dengan menggunakan aplikasi Software SURFER.
3.3 Pengolahan Data
Data yang yang digunakan dalam menentukan b value nilai b terdiri dari
magnitude dan frekuensi gempa bumi tahun 1989 s/d 2000. Dalam pengolahan ini
menggunakan metode likelihood untuk menentukan b value dan metode statistik
untuk mengetahui tingkat seismisitas dan probabilitas gempa bumi.
Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan cara memasukkan
kedalam rumus yang telah ada. Analisa semua diperoleh dari hasil perhitungan
rumus, sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat resiko gempa
bumi seperti kondisi geologis, kualitas infra struktur, kepadatan penduduk dan
sebagainya diabaikan. Adapun tahapan dalam pengolahan datanya adalah sebagai
berikut :
1. Data magnitude dan frekuensi gempa bumi yang terjadi pada lokasi
penelitian dimasukkan dalam komputer sesuai dengan urutan tahunnya
dan koordinat lintang dan bujurnya.
2. Hitung frekuensi kumulatif berdasarkan magnitudonya.
3. Cari nilai b value nya dengan menggunakan metode likelihood
maksimum.
4. Cari nilai PGA ( α ) nya dengan menggunakan perhitungan percepatan
tanah dengan metode empiris.
3.4 Perhitungan Data
3.4.1. Perhitungan Metode Likelihood
Papua merupakan daerah dengan tingkat kegempaan yang cukup tinggi
dikarenakan wilayah Papua terletak di daearah zona subduksi aktif, Penelitian ini
bertujuan menghitung nilai b value di daerah tersebut, hal ini berguna sebagai
mitigasi gempa bumi dan sumber informasi untuk warga setempat, b value
merupakan parameter “Seismotektonik” suatu daerah dimana terjadi gempa bumi
dan tergantug dari sifat batuan setempat.
DATA 1
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT
Mag(M) Jumlah (N)
1
5.0
1
2
5.2
1
3
5.3
1
4
5.8
1
Jumlah
21.3
4
Mo
4.95
Perhitungan b value Data 1 adalah sebagai berikut :
M = 5,325;
M 0 = 4 .95 ;
bˆ =
log e
M −M0
bˆ =
0 .4343
5,325 − 4 .95
log e = 0, 4343 ;
N = 4;
bˆ = 1 .1581
3.4.2. Perhitungan Konstanta Rumus Empiris
Dari hasil analisa perbandingan, masing-masing rumus empiris,
yang
sudah ada antara lain dari Donovan, Mc.Guirre, Esteva, Oliviera, MV.Mickey dan
Katayama. Yang mempunyai hasil RMS error yaitu Donovan 4.2866, Mc guirre
3.5722, Esteva 1.5093, Oliviera 1.6104, M.V.Mickey 1.5566, Katayama 1.5337.
Maka, untuk mencari rumus empiris yg baru, kita dapat menggunakan rumus
empiris dari esteva, karena rumus empirisnya mempunyai nilai RMS error
terkecil. Maka secara umum bentuk dari rumus empiris atenuasi percepatan tanah
berdasarkan rumus-rumus yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan rumus
empiris Esteva yang dapat dituliskan sbb:
α=
a * exp b*Ms
( R + n) 2
dimana : α
: Percepatan tanah
a,b,n : Konstanta
Ms
: Magnitude Surface
R
: Jarak hiposenter
Dari rumus diatas dapat juga ditulis yaitu dengan mengalikan dengan Ln :
Ln α = Ln a + b*Ms – 2*Ln (R + 40)
Ln α + 2*Ln (R + 40) = Ln a + b*Ms
Setelah dikalikan dengan Ln, maka masing-masing konstanta a dan b dapat dicari
dengan metode eliminasi gauss jordan, yang datanya diambil dari kejadian 11 titik
gempa, dengan stasiun gempa yang sama yaitu stasiun gempa Sorong (SWI)
dengan Lat = 0.933 LS & Long = 131.117 BT. Perhitungan konstanta A dan B
dengan menggunakan rumus empiris esteva :
α=
5600 * Exp(0.5Ms )
a * Exp(bMs )
atau α =
2
( R + 40)
( R + 40) 2
Dalam bentuk umumnya yaitu : α =
a * Exp(bMs )
( R + n) 2
Dengan R = ( X 1 − X 2 ) 2 + (Y1 − Y2 ) 2
dan dengan Ms =
Mb − 2.9
0.56
R1 = ( X 1 − X 2 ) 2 + (Y1 − Y2 ) 2
R1 = (−7.34 + 0.933) 2 *111+ (129.37 −131.117) 2 *111 (per/10 di kalikan 111 KM)
R1 = (4556.511) + (338.773)
= 69.96631 KM
Ln(0.000303) + 2*Ln(109.9663) = Ln a + 4.10b……………………………..(1)
Ln(0.000117) + 2*Ln(94.26434) = Ln a + 4.10b ..…………………………...(2)
Ln(0.000099) + 2*Ln(100.6027) = Ln a + 3.75b …………………………….(3)
Ln(0.000237) + 2*Ln(91.49443) = Ln a + 4.82b …………………………….(4)
Ln(0.000162) + 2*Ln(76.61327) = Ln a + 4.64b …………………………….(5)
Ln(0.000048) + 2*Ln(206.7859) = Ln a + 4.46b …………………………….(6)
Ln(0.000177) + 2*Ln(97.47813) = Ln a + 4.28b …………………………….(7)
Ln(0.000228) + 2*Ln(102.8408) = Ln a + 4.28b …………………………….(8)
Ln(0.000163) + 2*Ln(71.35475) = Ln a + 3.92b ……………………….……(9)
Ln(0.000019) + 2*Ln(94.58097) = Ln a + 4.64b ……………………….……(10)
Ln(0.000041) + 2*Ln(107.1858) = Ln a + 3.92b …………………………….(11)
Kemudian dari ke 11 data di atas di olah memakai software MATLAB 7.0.1
dengan metode “Eliminasi Gauss Jordan”.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4.1
4.1
3.75
4.82
4.64
4.46
4.28
4.28
3.92
4.64
3.92
Ln a
b
=
1.298
0.0388
0.00196
0.685
-0.0503
0.719
0.51989
0.8802
-0.1864
-1.7721
-0.7528
Maka di dapat nilai a = 1.3044 dan nilai b = -0.0328. Setelah di dapat nilai a & b,
maka kita dapat memperoleh nilai α. Maka rumus empiris baru yang di dapat
adalah :
α=
1.3044 * Exp(−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
Kemudian rumus empiris baru, kita gunakan terlebih dahulu untuk mencari nilai α
pada 11 titik gempa tersebut, guna membandingkan nilai α rumus empiris baru
dengan nilai α observasi, dan untuk mendapatkan nilai RMSerror.
Tabel 3.1 Data 11 Gempa Stasiun Sorong
No.
Gempa
Tgl/Bln/Thn
Latitude
Longitude
Mag
(M)
α (Obsevasi)
1.
Saumlaki
19 Nov 2009
7.34 LS
129.37 BT
5.2 SR
0.000303
2.
Tual
11 Nov 2009
5.44 LS
133.61 BT
5.2 SR
0.000117
3.
Saumlaki
18 Nov 2009
6.53 LS
129.79 BT
5.0 SR
0.000099
4.
Melonguane
19 Nov 2009
2.84 LU
128.01 BT
5.6 SR
0.000237
5.
Manokwari
19 Nov 2009
0.81 LS
134.59 BT
5.5 SR
0.000162
6.
Waingapu
24 Nov 2009
11.25 LS
119.11 BT
5.4 SR
0.000048
7.
Nobire
26 Nov 2009
2.94 LS
136.19 BT
5.3 SR
0.000177
8.
Ambon
26 Nov 2009
5.87 LS
127.77 BT
5.3 SR
0.000228
9.
Ambon
28 Nov 2009
2.75 LS
128.76 BT
5.1 SR
0.000163
10.
Ternate
30 Nov 2009
0.47 LU
126.13 BT
5.5 SR
0.000019
11.
Saumlaki
29 Nov 2009
7.3 LS
130.76 BT
5.1 SR
0.000041
R1 = ( X 1 − X 2 ) 2 + (Y1 − Y2 ) 2
0
R1 = (−7.34 + 0.933) 2 *111+ (129.37 −131.117) 2 *111 (per/1 di kalikan 111 KM)
R1 = (4556.511) + (338.773)
= 69.96631 KM
Mb − 2.9 5.2 − 2.9
Ms =
=
= 4.1
0.56
0.56
α=
1.3044 * Exp(−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
α=
1.3044 * Exp( −0.0328 * 4.1)
= 0.000094 ~ 9.4*10-5
2
(69.96631 + 40)
Tabel 3.2 Perbandingan Nilai α
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
α (Obsevasi)
0.000303
0.000117
0.000099
0.000237
0.000162
0.000048
0.000177
0.000228
0.000163
0.000019
0.000041
α (Empiris)
0.0000943
0.000128
0.000114
0.000133
0.00019
0.0000263
0.000119
0.000107
0.000225
0.000125
0.000099
Gambar 3.1 Grafik perbandingan nilai α
Kemudian dari data perbandingan nilai α, kita dapat memperoleh nilai RMSerrornya:
RMSerror =
∑ (Y
1
− Y2 ) 2
n
Dimana : Y1 : Harga acuan
Y2 : Harga yang dibandingkan
RMSerror =
∑ (Y
1
− Y2 ) 2
n
=
∑ (0.00159 − 0.00136)
2
11
= 0.000069
Jika di lihat dari nilai RMSerror-nya yang sangat kecil, maka kemungkinan
kesalahan pada rumus empiris barunya pun sangatlah kecil. Dengan begitu kita
dapat menghitung nilai α per-grid.
DATA 1
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT
Mag(M) Jumlah (N)
1
5.0
1
2
5.2
1
3
5.3
1
4
5.8
1
Jumlah
21.3
4
Mo
4.95
Kita ambil Mb terkecil, untuk mendapatkan nilai α yang terbesar.
Mb = 5.0; Ms =
a = 1.3044;
5.325 − 2.9
= 3.75; b*Ms = -0.123; R = 107.9296
0.56
b = -0.0328
α=
α=
1.3044 * Exp(−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
α=
(1.3044) * Exp( −0.123)
(107.9296 + 40) 2
α = 0.000052 ~ 5.2 * 10-5
a * Exp(bMs )
( R + 40) 2
Diagram Alur Perhitungan b value dan PGA
Sortir Data Gempa Papua
(1989-2000)
Input Data
(Pengeplotan Data Dalam Peta)
Pembagian Daerah Menjadi
101 Zona
Perhitungan b value
Perhitungan PGA
Metode Likelihood
Metode Empiris
Countur Map
Dengan Software
Analisa
Kesimpulan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan b Value
Banyaknya data yang diperoleh dari Pusat Gempa Pusat Badan
Meteorologi dan Geofisika yaitu sebanyak 1383 event gempa dengan magnitude
≥5 SR, serta kedalaman h ≤ 100 km. Dalam perhitungannya peneliti membagi
wilayah penelitian menjadi 101 wilayah, hal itu dilakukan agar lebih teliti dan
dapat mempermudah dalam proses penelitian serta sebagai data yang lebih
refresentatif untuk kepentingan masyarakat.
Adapun hasil perhitungan dan pembahasannya secara terperinci dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Wilayah dan nilai b value
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
21.3
4
4.95
M
ratarata
5.352
-9 s/d -8 LS dan 125 s/d 126 BT (2)
65.3
12
4.95
5.441
0.8845
-90 s/d -80 LS dan 1290 s/d 1300 BT (3)
10.6
2
4.95
5.3
1.2408
-8 s/d -7 LS dan 125 s/d 126 BT (4)
52
10
4.95
5.2
1.7372
-80 s/d -70 LS dan 1260 s/d 1270 BT (5)
Wilayah
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT (1)
0
0
0
0
0
0
0
0
b
taksiran
1.1581
48.4
9
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
101.1
19
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
-8 s/d -7 LS dan 128 s/d 129 BT (7)
305.1
57
4.95
5.4
0.9651
-80 s/d -70 LS dan 1290 s/d 1300 BT (8)
191.3
36
4.95
5.3
1.2408
-8 s/d -7 LS dan 130 s/d 131 BT (9)
42.2
8
4.95
5.3
1.2408
-80 s/d -70 LS dan 1440 s/d 1450 BT (10)
10.4
2
4.95
5.2
1.7372
-7 s/d -6 LS dan 125 s/d 126 BT (11)
41.5
8
4.95
5.2
1.7372
-70 s/d -60 LS dan 1270 s/d 1280 BT (12)
28.3
6
4.95
5.7
0.5790
-8 s/d -7 LS dan 127 s/d 128 BT (6)
0
0
0
0
0
0
0
0
46.3
8
4.95
M
ratarata
5.8
0
0
0
0
225.2
42
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
-7 s/d -6 LS dan 130 s/d 131 BT (15)
431.5
81
4.95
5.3
1.2408
-70 s/d -60 LS dan 1310 s/d 1320 BT (16)
70.1
13
4.95
5.4
0.9651
-7 s/d -6 LS dan 132 s/d 133 BT (17)
10.6
2
4.95
5.3
1.2408
-70 s/d -60 LS dan 1420 s/d 1430 BT (18)
17.4
3
4.95
5.8
0.5019
-7 s/d -6 LS dan 143 s/d 144 BT (19)
20.9
4
4.95
5.2
1.7372
-60 s/d -50 LS dan 1260 s/d 1290 BT (20)
Wilayah
-70 s/d -60 LS dan 1280 s/d 1290 BT (13)
-7 s/d -6 LS dan 129 s/d 130 BT (14)
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
0.5019
26.6
5
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
31.1
6
4.95
5.2
1.7372
0
0
0
0
-6 s/d -5 LS dan 130 s/d 131 BT (22)
64.2
12
4.95
5.4
0.9651
-60 s/d -50 LS dan 1310 s/d 1330 BT (23)
67.7
13
4.95
5.2
1.7372
-6 s/d -5 LS dan 133 s/d 135 BT (24)
47
9
4.95
5.2
1.7372
-60 s/d -50 LS dan 1410 s/d 1420 BT (25)
21
4
4.95
5.3
1.2408
-6 s/d -5 LS dan 142 s/d 143 BT (26)
33.7
6
4.95
5.6
0.6681
-60 s/d -50 LS dan 1430 s/d 1440 BT (27)
-6 s/d -5 LS dan 129 s/d 130 BT (21)
0
0
0
0
0
0
0
0
10.5
2
4.95
5.25
1.4476
0
0
0
0
10.8
2
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
-5 s/d -4 LS dan 125 s/d 126 BT (29)
16.3
3
4.95
5.4
0.9651
-50 s/d -40 LS dan 1260 s/d 1270 BT (30)
15.6
3
4.95
5.2
1.7372
-5 s/d -4 LS dan 127 s/d 128 BT (31)
10.5
2
4.95
5.25
1.4476
-50 s/d -40 LS dan 1280 s/d 1290 BT (32)
-6 s/d -5 LS dan 144 s/d 145 BT (28)
0
0
0
0
32.2
6
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
60.9
11
4.95
5.536
o.7411
0
0
0
0
23.2
4
4.95
5.8
0.5019
0
0
0
0
16.4
3
4.95
5.467
0.84
0
0
0
0
-5 s/d -4 LS dan 132 s/d 133 BT (36)
21.9
4
4.95
5.475
0.8272
-50 s/d -40 LS dan 1330 s/d 1340 BT (37)
43.4
8
4.95
5.425
0.9143
-5 s/d -4 LS dan 134 s/d 135 BT (38)
66.5
12
4.95
5.5416
0.7341
-50 s/d -40 LS dan 1350 s/d 1360 BT (39)
-5 s/d -4 LS dan 129 s/d 130 BT (33)
-5 s/d -4 LS dan 130 s/d 131 BT (34)
-5 s/d -4 LS dan 131 s/d 132 BT (35)
0
0
0
0
97.5
17
4.95
5.735
0.5532
0
0
0
0
42.1
8
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
-5 s/d -4 LS dan 138 s/d 140 BT (41)
58.8
11
4.95
5.3
1.2408
-50 s/d -40 LS dan 1400 s/d 1410 BT (42)
12.3
2
4.95
6.15
0.3619
-5 s/d -4 LS dan 136 s/d 138 BT (40)
31.8
6
4.95
M
ratarata
5.3
0
0
0
0
74.4
14
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
-5 s/d -4 LS dan 144 s/d 145 BT (45)
43.4
8
4.95
5.4
0.9651
-40 s/d -30 LS dan 1260 s/d 1270 BT (46)
26.1
5
4.95
5.2
1.7372
-4 s/d -3 LS dan 127 s/d 128 BT (47)
91.2
17
4.95
5.4
0.9651
-40 s/d -30 LS dan 1280 s/d 1290 BT (48)
48.0
9
4.95
5.3
1.2408
-4 s/d -3 LS dan 129 s/d 130 BT (49)
32.3
6
4.95
5.4
0.9651
-40 s/d -30 LS dan 1300 s/d 1310 BT (50)
Wilayah
-50 s/d -40 LS dan 1420 s/d 1430 BT (43)
-5 s/d -4 LS dan 143 s/d 144 BT (44)
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
1.2408
113.1
21
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
72.0
13
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
-4 s/d -3 LS dan 131 s/d 132 BT (52)
72.0
13
4.95
5.5
0.7896
-40 s/d -30 LS dan 1330 s/d 1350 BT (53)
53
10
4.95
5.3
1.2408
-4 s/d -3 LS dan 135 s/d 136 BT (54)
132.3
24
4.95
5.5
0.7896
-40 s/d -30 LS dan 1360 s/d 1370 BT (55)
21.2
4
4.95
5.3
1.2408
-4 s/d -3 LS dan 137 s/d 138 BT (56)
21.2
4
4.95
5.3
1.2408
-40 s/d -30 LS dan 1380 s/d 1390 BT (57)
-4 s/d -3 LS dan 131 s/d 132 BT (51)
0
0
0
0
0
0
0
0
32.8
6
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
60.8
11
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
-4 s/d -3 LS dan 140 s/d 141 BT (59)
45.8
8
4.95
5.7
0.5790
-40 s/d -30 LS dan 1410 s/d 1430 BT (60)
91.8
17
4.95
5.4
0.9651
-4 s/d -3 LS dan 143 s/d 144 BT (61)
27.3
5
4.95
5.5
0.7896
-40 s/d -30 LS dan 1440 s/d 1450 BT (62)
-4 s/d -3 LS dan 139 s/d 140 BT (58)
0
0
0
0
64.9
11
4.95
5.9
0.4571
0
0
0
0
21.6
4
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
23.2
4
4.95
5.8
0.5019
0
0
0
0
42.4
8
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
-3 s/d -2 LS dan 128 s/d 129 BT (66)
26.7
5
4.95
5.3
1.2408
-30 s/d -20 LS dan 1290 s/d 1300 BT (67)
20.6
4
4.95
5.2
1.7372
-3 s/d -2 LS dan 130 s/d 131 BT (68)
16.0
3
4.95
5.3
1.2408
-30 s/d -20 LS dan 1330 s/d 1340 BT (69)
-3 s/d -2 LS dan 125 s/d 126 BT (63)
-3 s/d -2 LS dan 126 s/d 127 BT (64)
-3 s/d -2 LS dan 127 s/d 128 BT (65)
0
0
0
0
17.0
3
4.95
5.7
0.5790
0
0
0
0
50.1
9
4.95
5.6
0.6681
0
0
0
0
-3 s/d -2 LS dan 136 s/d 137 BT (71)
27.0
5
4.95
5.4
0.9651
-30 s/d -20 LS dan 1370 s/d 1380 BT (72)
11.6
2
4.95
5.8
0.5019
-3 s/d -2 LS dan 134 s/d 135 BT (70)
140.0
25
4.95
M
ratarata
5.6
0
0
0
0
121.8
22
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
-3 s/d -2 LS dan 140 s/d 141 BT (75)
48.7
9
4.95
5.4
0.9651
-30 s/d -20 LS dan 1410 s/d 1420 BT (76)
67.7
12
4.95
5.6
0.6681
-3 s/d -2 LS dan 142 s/d 143 BT (77)
32.9
6
4.95
5.5
0.7896
-10 s/d 00 LS dan 1250 s/d 1270 BT (78)
100.7
18
4.95
5.6
0.6681
-1 s/d 0 LS dan 127 s/d 128 BT (79)
71.5
13
4.95
5.5
0.7896
-10 s/d 00 LS dan 1290 s/d 1300 BT (80)
Wilayah
-30 s/d -20 LS dan 1380 s/d 1390 BT (73)
-3 s/d -2 LS dan 139 s/d 140 BT (74)
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
0.6681
15.8
3
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
54.5
9
4.95
6.0
0.4136
0
0
0
0
-1 s/d 0 LS dan 135 s/d 136 BT (82)
46.8
8
4.95
5.9
0.4571
-10 s/d 00 LS dan 1360 s/d 1370 B
(83)
58.6
10
4.95
5.9
0.4571
0 s/d 1 LS dan 125 s/d 126 BT
(84)
136.3
24
4.95
5.7
0.5790
00 s/d 10 LS dan 1260 s/d 1270 BT
(85)
250.9
45
4.95
5.6
0.6681
0 s/d 1 LS dan 127 s/d 128 BT
(86)
42.6
8
4.95
5.3
1.2408
10 s/d 20 LS dan 1250 s/d 1260 BT
-1 s/d 0 LS dan 131 s/d 133 BT (81)
0
0
0
0
0
0
0
0
(87)
22.0
4
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
(88)
321.8
59
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
1 s/d 2 LS dan 127 s/d 128 BT
(89)
248.7
46
4.95
5.4
0.9651
10 s/d 20 LS dan 1280 s/d 1290 BT
(90)
76.4
14
4.95
5.5
0.7896
1 s/d 2 LS dan 129 s/d 130 BT
(91)
55.8
10
4.95
5.6
0.6681
20 s/d 30 LS dan 1250 s/d 1260 BT
1 s/d 2 LS dan 126 s/d 127 BT
0
0
0
0
(92)
43.1
8
4.95
5.4
0.9651
0
0
0
0
(93)
342.2
64
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
(94)
147.7
27
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
0
(95)
256.5
48
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
0
3 s/d 4 LS dan 125 s/d 127 BT
(96)
200.3
37
4.95
5.4
0.9651
30 s/d 40 LS dan 1270 s/d 1280 BT
(97)
43.8
8
4.95
5.5
0.7896
3 s/d 4 LS dan 128 s/d 129 BT
(98)
85.8
16
4.95
5.4
0.9651
40 s/d 50 LS dan 1250 s/d 1260 BT
2 s/d 3 LS dan 126 s/d 127 BT
2 s/d 3 LS dan 127 s/d 128 BT
2 s/d 3 LS dan 128 s/d 129 BT
0
0
0
0
(99)
63.2
12
4.95
5.3
1.2408
0
0
0
(100)
109.1
20
4.95
5.5
0.7896
0
0
0
(101)
69.0
13
4.95
5.3
1.2408
4 s/d 5 LS dan 126 s/d 127 BT
4 s/d 5 LS dan 127 s/d 128 BT
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat nilai b untuk
gempa dangkal dari ke-101 data penelitian berkisar antara 0.3619 – 1.7372. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian mempunyai keaktifan
kegempaan yang cukup tinggi hal itu sesuai dengan perhitungan B.Guttenberg
dan C.F. Ritcher. Beberapa ahli mengatakan bahwa nilai b konstan dan bernilai
sekitar 1 (satu). Adanya perbedaan nilai ini disebabkan karena adanya perbedaan
data dan metode perhitungan yang digunakan. Meskipun demikian sebagian besar
berpendapat bahwa nilai b bervariasi terhadap daerah dan kedalaman pusat
gempa, serta tergantung pada keheterogenan dan distribusi ruang stress
dari
volume batuan yang menjadi sumber gempa. Kemudian data pada tabel.1 di olah
kembali dengan menggunakan software SURFER, yang data pada tabel.1 tersebut
di olah berdasrkan grid, sehingga menghasilkan contour map b value pada
gambar.2. seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1 Penyebaran data b value di daerah papua
4.2 Hasil dan Pembahasan Nilai α
Dengan data gempa yang sama yang diperoleh dari Pusat Gempa Pusat
Badan Meteorologi dan Geofisika yaitu sebanyak 1383 event gempa dengan
magnitude ≥5 SR, serta kedalaman h ≤ 100 km. Dalam perhitungannya peneliti
membagi wilayah penelitian menjadi 101 wilayah, hal itu dilakukan agar lebih
teliti dan dapat mempermudah dalam proses penelitian serta sebagai data yang
lebih refresentatif untuk kepentingan masyarakat.
Adapun hasil perhitungan nilai R, Ms, b*Ms, dan nilai α, maka didapat nilai
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Wilayah dan nilai α
Wilayah
R
Ms
b*Ms
Nilai α
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT (1)
107.9296
3.75
-0.123
0.000052
-90 s/d -80 LS dan 1250 s/d 1260 BT (2)
99.28711
3.75
-0.123
0.000059
-90 s/d -80 LS dan 1290 s/d 1300 BT (3)
81.5234
4.1
-0.134
0.000072
-80 s/d -70 LS dan 1250 s/d 1260 BT (4)
91.04425
3.75
-0.123
0.000067
-80 s/d -70 LS dan 1260 s/d 1270 BT (5)
84.57589
3.75
-0.123
0.000074
-80 s/d -70 LS dan 1270 s/d 1280 BT (6)
78.98802
3.75
-0.123
0.000081
-80 s/d -70 LS dan 1280 s/d 1290 BT (7)
74.47908
3.75
-0.123
0.000088
-80 s/d -70 LS dan 1290 s/d 1300 BT (8)
71.25419
3.75
-0.123
0.000093
-80 s/d -70 LS dan 1300 s/d 1310 BT (9)
69.49234
4.1
-0.134
0.000095
-80 s/d -70 LS dan 1440 s/d 1450 BT (10)
157.0591
3.75
-0.123
0.000029
-70 s/d -60 LS dan 1250 s/d 1260 BT (11)
83.3197
3.92
-0.128
0.000075
-70 s/d -60 LS dan 1270 s/d 1280 BT (12)
69.9445
3.92
-0.128
0.000095
-70 s/d -60 LS dan 1280 s/d 1290 BT (13)
64.80941
3.75
-0.123
0.000105
-70 s/d -60 LS dan 1290 s/d 1300 BT (14)
61.07607
3.75
-0.123
0.000113
-70 s/d -60 LS dan 1300 s/d 1310 BT (15)
59.01112
3.75
-0.123
0.000117
-70 s/d -60 LS dan 1310 s/d 1320 BT (16)
58.79063
4.1
-0.134
0.000116
Wilayah
R
Ms
b*Ms
Nilai α
-70 s/d -60 LS dan 1320 s/d 1330 BT (17)
60.43479
5.35
-0.175
0.000108
-70 s/d -60 LS dan 1420 s/d 1430 BT (18)
133.5014
4.46
-0.146
0.000037
-70 s/d -60 LS dan 1430 s/d 1440 BT (19)
143.0407
3.92
-0.128
0.000034
-60 s/d -50 LS dan 1260 s/d 1290 BT (20)
61.37882
3.75
-0.123
0.000112
-60 s/d -50 LS dan 1290 s/d 1300 BT (21)
51.04323
3.75
-0.123
0.000139
-60 s/d -50 LS dan 1300 s/d 1310 BT (22)
48.55345
3.75
-0.123
0.000147
-60 s/d -50 LS dan 1310 s/d 1330 BT (23)
48.28523
3.75
-0.123
0.000148
0
0
0
0
56.90148
3.92
-0.128
0.0001
0
0
0
0
119.5062
3.75
-0.123
0.000045
0
0
0
0
129.2198
3.75
-0.123
0.00004
0
0
0
0
139.0531
3.75
-0.123
0.000036
0
0
0
0
148.9826
3.75
-0.123
0.000032
0
0
0
0
70.10302
3.75
-0.123
0.000095
0
0
0
0
61.46918
3.75
-0.123
0.000112
0
0
0
0
53.52089
3.75
-0.123
0.000131
0
0
0
0
46.61021
3.75
-0.123
0.000153
0
0
0
0
41.26182
3.75
-0.123
0.000174
0
0
0
0
-5 s/d -4 LS dan 130 s/d 131 BT (34)
38.13874
4.46
-0.146
0.000184
-50 s/d -40 LS dan 1310 s/d 1320 BT (35)
37.79669
3.92
-0.128
0.000189
-50 s/d -40 LS dan 1320 s/d 1330 BT (36)
40.30652
3.75
-0.123
0.000178
-50 s/d -40 LS dan 1330 s/d 1340 BT (37)
45.15995
3.75
-0.123
0.000159
-50 s/d -40 LS dan 1340 s/d 1350 BT (38)
51.79448
3.75
-0.123
0.000136
-50 s/d -40 LS dan 1350 s/d 1360 BT (39)
59.53733
3.75
-0.123
0.000116
-50 s/d -40 LS dan 1360 s/d 1380 BT (40)
72.48436
3.75
-0.123
0.000091
-50 s/d -40 LS dan 1380 s/d 1400 BT (41)
91.15939
3.75
-0.123
0.000067
-50 s/d -40 LS dan 1400 s/d 1410 BT (42)
105.7583
5.53
-0.181
0.000051
-50 s/d -40 LS dan 1420 s/d 1430 BT (43)
125.6777
3.75
-0.123
0.000042
-50 s/d -40 LS dan 1430 s/d 1440 BT (44)
135.7678
3.75
-0.123
0.000037
-50 s/d -40 LS dan 1440 s/d 1450 BT (45)
145.921
4.1
-0.134
0.000033
-6 s/d -5 LS dan 133 s/d 135 BT (24)
-6 s/d -5 LS dan 141 s/d 142 BT (25)
-6 s/d -5 LS dan 142 s/d 143 BT (26)
-6 s/d -5 LS dan 143 s/d 144 BT (27)
-6 s/d -5 LS dan 144 s/d 145 BT (28)
-5 s/d -4 LS dan 125 s/d 126 BT (29)
-5 s/d -4 LS dan 126 s/d 127 BT (30)
-5 s/d -4 LS dan 127 s/d 128 BT (31)
-5 s/d -4 LS dan 128 s/d 129 BT (32)
-5 s/d -4 LS dan 129 s/d 130 BT (33)
Wilayah
R
Ms
b*Ms
Nilai α
-40 s/d -30 LS dan 1260 s/d 1270 BT (46)
55.65596
3.75
-0.123
0.000126
-40 s/d -30 LS dan 1270 s/d 1280 BT (47)
46.72913
3.75
-0.123
0.000153
-40 s/d -30 LS dan 1280 s/d 1290 BT (48)
38.62173
3.75
-0.123
0.000186
-40 s/d -30 LS dan 1290 s/d 1300 BT (49)
31.96348
3.75
-0.123
0.000222
-40 s/d -30 LS dan 1300 s/d 1310 BT (50)
27.81528
3.75
-0.123
0.000251
-40 s/d -30 LS dan 1310 s/d 1320 BT (51)
27.34439
3.75
-0.123
0.000254
-40 s/d -30 LS dan 1310 s/d 1320 BT (52)
27.34439
3.75
-0.123
0.000254
0
0
0
0
40.66978
3.75
-0.123
0.000177
0
0
0
0
53.51467
3.75
-0.123
0.000131
0
0
0
0
62.83188
3.75
-0.123
0.000109
0
0
0
0
72.4836
3.75
-0.123
0.000091
0
0
0
0
82.35228
3.75
-0.123
0.000077
0
0
0
0
92.36841
3.75
-0.123
0.000065
0
0
0
0
102.4888
4.1
-0.134
0.000056
0
0
0
0
117.8059
3.75
-0.123
0.000046
0
0
0
0
133.2367
3.75
-0.123
0.000038
0
0
0
0
143.569
3.75
-0.123
0.000034
0
0
0
0
-3 s/d -2 LS dan 125 s/d 126 BT (63)
61.43847
3.92
-0.128
0.000111
-30 s/d -20 LS dan 1260 s/d 1270 BT (64)
51.36839
5
-0.164
0.000132
-30 s/d -20 LS dan 1270 s/d 1280 BT (65)
41.52996
3.75
-0.123
0.000173
-30 s/d -20 LS dan 1280 s/d 1290 BT (66)
32.13664
3.92
-0.128
0.00022
-30 s/d -20 LS dan 1290 s/d 1300 BT (67)
23.72319
3.75
-0.123
0.000284
-30 s/d -20 LS dan 1300 s/d 1310 BT (68)
17.74305
3.75
-0.123
0.000345
-30 s/d -20 LS dan 1330 s/d 1340 BT (69)
30.04819
3.92
-0.128
0.000233
-30 s/d -20 LS dan 1340 s/d 1350 BT (70)
39.28002
3.75
-0.123
0.000183
-30 s/d -20 LS dan 1360 s/d 1370 BT (71)
59.06752
3.75
-0.123
0.000117
-30 s/d -20 LS dan 1370 s/d 1380 BT (72)
69.24592
5.17
-0.169
0.000092
-30 s/d -20 LS dan 1380 s/d 1390 BT (73)
79.51744
3.75
-0.123
0.00008
-30 s/d -20 LS dan 1390 s/d 1400 BT (74)
89.85015
3.75
-0.123
0.000068
-4 s/d -3 LS dan 133 s/d 135 BT (53)
-4 s/d -3 LS dan 135 s/d 136 BT (54)
-4 s/d -3 LS dan 136 s/d 137 BT (55)
-4 s/d -3 LS dan 137 s/d 138 BT (56)
-4 s/d -3 LS dan 138 s/d 139 BT (57)
-4 s/d -3 LS dan 139 s/d 140 BT (58)
-4 s/d -3 LS dan 140 s/d 141 BT (59)
-4 s/d -3 LS dan 141 s/d 143 BT (60)
-4 s/d -3 LS dan 143 s/d 144 BT (61)
-4 s/d -3 LS dan 144 s/d 145 BT (62)
Wilayah
R
Ms
b*Ms
Nilai α
-30 s/d -20 LS dan 1400 s/d 1410 BT (75)
100.2251
3.75
-0.123
0.000058
-30 s/d -20 LS dan 1410 s/d 1420 BT (76)
110.6305
3.75
-0.123
0.00005
-30 s/d -20 LS dan 1420 s/d 1430 BT (77)
121.0584
4.1
-0.134
0.000044
-10 s/d 00 LS dan 1250 s/d 1270 BT
(78)
54.10361
3.75
-0.123
0.00013
-10 s/d 00 LS dan 1270 s/d 1280 BT
(79)
38.37955
3.92
-0.128
0.000186
-10 s/d 00 LS dan 1290 s/d 1300 BT
(80)
17.63638
3.75
-0.123
0.000347
-10 s/d 00 LS dan 1310 s/d 1330 BT
(81)
10.36131
3.75
-0.123
0.000454
0
0
0
0
(82)
46.40256
3.75
-0.123
0.000154
0
0
0
0
-1 s/d 0 LS dan 135 s/d 136 BT
(83)
56.89661
3.75
-0.123
0.000122
0
0
0
0
(84)
61.07425
3.75
-0.123
0.000113
0
0
0
0
(85)
50.93221
3.75
-0.123
0.000139
0
0
0
0
(86)
40.98922
3.75
-0.123
0.000175
0
0
0
0
(87)
64.49178
3.75
-0.123
0.000105
0
0
0
0
(88)
54.98378
3.75
-0.123
0.000127
0
0
0
0
(89)
45.92648
3.75
-0.123
0.000156
0
0
0
0
(90)
37.64662
3.75
-0.123
0.000191
0
0
0
0
(91)
30.77814
3.75
-0.123
0.00023
0
0
0
0
2 s/d 3 LS dan 125 s/d 126 BT
(92)
69.35644
3.75
-0.123
0.000096
20 s/d 30 LS dan 1260 s/d 1270 BT
(93)
60.6135
3.75
-0.123
0.000114
20 s/d 30 LS dan 1270 s/d 1280 BT
(94)
52.5392
3.75
-0.123
0.000134
20 s/d 30 LS dan 1280 s/d 1290 BT
(95)
45.4796
3.75
-0.123
0.000157
30 s/d 40 LS dan 1250 s/d 1270 BT
(96)
71.32815
3.75
-0.123
0.000112
30 s/d 40 LS dan 1270 s/d 1280 BT
(97)
60.27847
3.75
-0.123
0.000114
30 s/d 40 LS dan 1280 s/d 1290 BT
(98)
54.23578
3.75
-0.123
0.000129
40 s/d 50 LS dan 1250 s/d 1260 BT
(99)
82.33206
3.75
-0.123
0.000077
40 s/d 50 LS dan 1260 s/d 127 BT
(100)
75.1172
3.75
-0.123
0.000087
40 s/d 50 LS dan 1270 s/d 128 BT
(101)
68.76496
3.75
-0.123
0.000097
-1 s/d 0 LS dan 136 s/d 137 BT
0 s/d 1 LS dan 125 s/d 126 BT
0 s/d 1 LS dan 126 s/d 127 BT
0 s/d 1 LS dan 127 s/d 128 BT
1 s/d 2 LS dan 125 s/d 126 BT
1 s/d 2 LS dan 126 s/d 127 BT
1 s/d 2 LS dan 127 s/d 128 BT
1 s/d 2 LS dan 128 s/d 129 BT
1 s/d 2 LS dan 129 s/d 130 BT
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat nilai α untuk
gempa dangkal dari ke-101 data penelitian berkisar antara 0.000029 s/d 0.000454,
nilai α pada PGA ini mewakili nilai percepatan tanah permukaan dalam mitigasi
gempa bumi. Kemudian data pada tabel.2 di olah kembali dengan menggunakan
software SURFER, yang data pada tabel.2 tersebut di olah berdasrkan grid,
sehingga menghasilkan contour map nilai α pada gambar.3. seperti pada gambar
di bawah ini.
4
0.006
2
0.0055
0.005
0
0.0045
0.004
-2
0.0035
-4
0.003
0.0025
-6
0.002
-8
0.0015
0.001
126
128
130
132
134
136
138
140
142
Gambar 4.2 Penyebaran data nilai α di daerah papua
144
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa data dengan menggunakan metode likelihood maksimum untuk
daerah papua dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan dari nilai b value untuk 101 wilayah nilainya berkisar
antara 0.3619 s/d 1.7372.
2. Jika dilihat dari nilai b value-nya yang berkisar antara 0.3619 s/d 1.7372,
maka daerah papua dapat di simpulkan sebagai daerah yang sangat
berpotensi gempa. Karena, jika nilai b value-nya mendekati nilai 1, maka
wilayah itu sangat berpotensi terjadinya gempa.
3. Hasil perhitungan dari nilai α 101 wilayah nilainya berkisar antara
0.000029 s/d 0.000454.
4. Nilai α pada PGA ini mewakili nilai percepatan tanah permukaan dalam
mitigasi gempa bumi.
5. Rumus empiris yang baru yang sudah ditemukan konstantanya di stasiun
Geofisika Sorong adalah α =
1.3044 * Exp(−0.0328 * Ms)
( R + 40) 2
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain selain tingkat seismisitas, yaitu faktor geologi, kualitas
infra struktur, kepadatan penduduk dan sebagainya.
2. Tinjauan statistik resiko kegempaan walaupun mempunyai banyak
keterbatasan dan sifatnya umum namun dapat digunakan sebagai studi
awal dalam masalah mitigasi bencana gempa bumi.
3. Perlunya perhitungan letak episenter dan kedalaman gempa yang akurat
agar nilai percepatan tanah yang didapat juga akurat.
4. Karena magnitude yang sering digunakan di Indonesia adalah magnitude
body, sedangkan dalam perhitungan rumus empiris percepatan tanah
menggunakan magnitude permukaan. Maka perlu adanya penelitian
konversi magnitude, dari Mb ke Ms yang cocok digunakan di Indonesia.
5. Untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang tepat, maka perlu adanya
penambahan Accelorograph di setiap daerah.
DAFTAR PUSTAKA
1) Don, L. & Florence Leet. 2007. “Gempa Bumi Penjelasan Ilmiah dan
Sederhana Yogyakarta”. Kreasi Wacana.
2) Ismail sulaiman, 1989, ”Pendahuluan Seismologi jilid IA”, Balai Diklat
Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan, Jakarta.
3) Ismail sulaiman, 1989, ”Pendahuluan Seismologi jilid IIA”, Balai Diklat
Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan, Jakarta.
4) Sulaiman, R. Taufik Gunawan, M. Passaribu. R. 1999. Analisis Statistik
Keaktifan Gempa Bumi di Indonesia. Prosiding Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-24, Surabaya, 12-13
Oktober 1999.
5) Agung Sabtaji, 2007“ Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum
Menggunakan
Rumus
Empiris
Atenuasi
Berdasarkan
Data
Accelerograph Di Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar, Bali.” Badan
Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi, Jakarta.
6) Subardjo, 2001. “Intensitas Seismik Maksimum dan Percepatan Tanah
untuk Beberapa Kota di Indonesia”. Jurnal Badan Meteorologi dan
Geofisika.
7) Simanjuntak, Buha., 1998, Intensitas dan Percepatan Tanah Maksimum
Gempa Bumi Maluku, Departemen Perhubungan Republik Indonesia,
Jakarta.
8) Hidayat, Muhammad., 2001, Gempa Bumi Majalengka (28 Juni 2001),
Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
9) Rendy, Wijaya., 2009, Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dengan
Metode
Eliminasi
Gauss-Jordan,
Fakultas
Teknologi
Informasi,
Universitas Tarumanegara.
10) Nurman, H., 2002, Laporan Analisa Statistik Aktivitas Gempa Sumatera
Barat, Stasiun Geofisika PPI, Padang Panjang.
Download