Tugas : Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I Dosen: Syahrul Ningrat, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB . ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN INFLAMASI DAN STRUKTUR JANTUNG DENGAN PENDEKATAN TEORI VIRGINIA HENDERSON Oleh: MUHAMMAD ASRY (R012191009) WAHYUNI ARNI (R012191011) HARDIANTY (R012191013) PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 1|Page KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Inflamasi dan Struktur Jantung dengan Pendekatan Teori Virginia Henderson” sebagai tugas dan syarat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin. Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak baik keluarga, pembimbing, maupun teman sejawat, makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada pembimbing. Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan pembaca. Makassar, November 2019 Penulis 2|Page DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 BAB I. PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang Masalah 4 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penulisan Makalah 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA 6 A. Peritonitis 6 B. Teori Keperawatan Virgina Henderson 9 BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN 15 A. Pengkajian 16 B. Diagnosa Keperawatan 33 C. Rencana Keperawatan 22 D. Implementasi Keperawatan 35 E. Evaluasi Keperawatan 22 F. Evidence Based Practice 46 BAB V. PENUTUP 48 A. SIMPULAN 48 B. SARAN 48 DAFTAR PUSTAKA 49 3|Page BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam rongga dada. Organ ini memiliki fungsi yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Jantung berperan dalam sistem sirkulasi dan berfungsi sebagai alat pemompa darah. Kontraksi dan relaksasi yang teratur dari otot-otot jantung memungkinkan darah yang mengandung banyak oksigen dari paru-paru dipompakan ke seluruh tubuh dan darah yang berasal dari seluruh tubuh dipompakan ke dalam paru-paru pada saat yang bersamaan. Mekanisme ini berlangsung terus-menerus dan memungkinkan jaringan tubuh kita mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah untuk proses metabolisme tubuh. Fungsi jantung yang sangat penting dan berkaitan erat dengan organ-organ lain dalam tubuh, apabila dalam kerjanya jantung mendapatkan masalah tentu akan menggangu fungsi tubuh yang lain juga. Penyakit Endokarditis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain. Etiologi Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang 4|Page menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah streptokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida. Faktor-faktor predisposisi dan faktor pencetus. Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral,post operasi jantung miokarduopati hipertrof obstruksi. Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan. Endokarditis merupaka peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung karditis bersifat endokarditis rematik di sebabkan langsung karena demam rematik merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana konsep penyakit Endokarditis? 2. Teori apa yang dapat digunakan dalam asuhan keperawatan penyakit endokarditis? 3. Bagaimana aplikasi teori keperawatan dalam asuhan keperawatan penyakit endokarditis? C. Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memaparkan konsep penyakit 2. Untuk memaparkan teori keperawatan yang dapat digunakan dalam asuhan penyakit peritonitis. 3. Untuk memaparkan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pada pasien peritonitis 5|Page BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peritonitis 1. Endokarditis infektif a. Pengertian Endokarditis infektif adalah penyakit infeksi oleh mikroorganisme dengan suatu kondisi inflamasi pada endocardium terutama pada katup jantung. Penyebabnya bisa bermacam – macam selain bakteri antara lain : karena jamur, virus,dan bisa juga disebabkan oleh penyakit Jantung bawaan maupun penyakit jantung bawaan (Noer & Senarto, 2002). Sementara menurut(J. M. Black & Hawks, 2014) adalah suatu kondisi inflamasi pada endokardium terutama pada katup. b. Patofisiologi Mikroorganisme masuk di aliran darah melalui berbagai cara, proses kolonisasi terjadi pada endotel, replikasi terjadi dan koloni bakteri terbentuk di antara lapisan trombosit dan fibrin dan terjerat didalam kedua lapisan tersebut yang menyebabkan koloni tersebut semakin kurang peka terhadap mekanisme pertahanan tubuh. Bakteri menstimulasi system imun humoral untuk menghasilkan antibody nonspesifik, tetapi bakteri dilindungi oleh agregasi trombosit – fibrin. Vegetasi ini dapat membentuk yang berpindah ke organ lain membentuk suatu abses. Vegetasi dapat menyebabkan kerusakan pada katup jantung dengan melakukan perforasi dan mengubah struktur daun katup. Bakteri dapat menginvasi aorta atau pericardium. Jumlah kerusakan bergantung pada tipe dan virulensi organisme yang menyebabkan infeksi c. Komplikasi : gagal jantung, emboli arterial, infark ginjal, limpa dan otak. 6|Page d. Manisfestasi Klinis Menurut (J. M. Black & Hawks, 2014) bahwa manifestasi klinik dari endokarditis infektif meliputi kondisi yang berhubungan dengan proses infeksi, murmur jantung, emboli, dan respon imun. Proses infeksi meliputi : demam, menggigil yang diselingi dengan berkeringat, malaise, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, pucat, nyeri punggung, splenomegali, nyeri kepala, dan nyeri musculoskeletal. Proses murmur jantung baru dapat terdengar bilamana terdapat penyakit katup sebelumnya, dan bisa terjadi gagal jantung secara mendadak. Komplikasi meliputi perforasi daun katup, rupture pada salah satu korda tandinea atau terjadi stenosis fungsional karena obstruksi aliran darah akibat vegetasi yang besar. Proses emboli dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Sementara (Noer & Senarto, 2002) membagi dalam endokarditis infeksi Subakut dengan gejala : 1) Gejala umum, yang paling sering ditemukan ialah demam terus menerus secara teratur dan tidak teratur suhu badan 38’ C – 40’ C terjadi pada sore atau malam hari, disertai menggigil, anemia, terjadi pembesaran hati dan limpa. 2) Gejala emboli dan vaskuler Petekie biasanya timbul pada mukosa tenggorokan, mata dan juga pada semua bagian kulit dan berubah kecoklatan sampai menghilang pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan dan kaki berbentuk linier ( splinter hemorrhage ). Lesi yang lebih spesifik dimana terdapat penonjolan kulit berwarna kebiruan, biasa juga berwarna merah jambuh di bagian dalam jari. Lesi atau emboli infeksius pada kulit bisa menjadi abses. Emboli besar bisa menyangkut di otak sehingga bisa menimbulkan hemiplegia atau gangguan saraf sentral lainnya. Bilamana emboli menyangkut di arteri koroner akan menyebabkan infark miokard akut, emboli yang 7|Page menyangkut di paru akan menyebabkan sesak nafas, sakit dada, batuk kadang campur darah. Limpa sering membesar bilamana hal ini sudah berlansung lama, tidak nyeri tekan, namun bisa terjadi infark limpa dengan sakit perut tiba – tiba dibagian kiri atas, nyeri tekan. 3) Gagal jantung. Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infektif sub akut yang sering terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral. Pada fase sub akut ini biasanya di dahului dengan kelainan katup jantung, atau kelainan bawaan e. Endokarditis Infektif Akut Endokarditis infektif akut lebih sering terjadi pada jantung normal sehingga perlu mengenal perubahan jantung dari yang normal ke abnormal. Bila endokarditis mengenai aorta akan terdengan bising diastolic yang panjang dan lemah serta bunyi jantung pertama yang lemah. Infeksi aorta dapat menjalar ke septuminterventrikuler dan menimbulkan abses yang bisa pecah dapat menimbulkan AV blok, infeksi katup mitral bisa menjalar ke otot papilaris dan menyebabkan rupture hingga terjad flail katup mitral f. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Leukosit, Hb, LED, Imunoglobulin, gammaglobulin, bilirubin Urine Pembiakan microorganism darah. Pemeriksaan jantung : EKG untuk mencari infark yang disebabkan oleh emboli atau vegetasi pada arteri koronaria dan gangguan hantaran yang disebabkan endokarditis. 8|Page Ekokardiografi : Melihat vegetasi pada katup aorta, terutama vegetasi yang besar lebih dari 5 mm. Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif. Mencari prolaps mitral, fibrosis dan klasifikasi mitral. Penutupan katup mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destruksi katup aorta. Pemeriksaan Rontgen B. Teori keperawatan Virginia Henderson Henderson mengutarakan bahwa perawat memiliki peran yang unik yakni membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit melalui implementasi berbagai aktivitas sehingga mampu mendukung kesehatan maupun penyembuhan pasien serta proses meninggal dengan damai (Mcewen & Wills, 2011). Dalam teori tersebut, henderson juga menjelaskan bahwa tujuan dari teori tersebut adalah pasien memeroleh kemandirian dan kebebasan. Tujuan tersebut dapat tercapai jika perawat memiliki kemampuan dalam mengkaji, menganalisis, mengobservasi dan bertindak agar bisa membantu pasien dalam proses penyembuhan atau pemulihan. Perawat dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien serta menyediakan lingkungan yang kondusif untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain (Parker, 2001). Teori defenisi keperawatan tersebut dia dasarkan atas keyakinan terhadap empat komponen yakni manusia, keperawatan, lingkungan dan kesehatan. a. Manusia Secara epistemologi, Henderson berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan tidak ada yang memiliki kebutuhan dasar yang sama yang dalam pemenuhannya membutuhkan orang lain. Manusia dalam melewati perkembangan rentang kehidupan memerlukan bantuan orang lain guna 9|Page memeroleh kesehatan, kebebasan dan kematian yang damai. Ia juga melihat bahwa pikiran dan tubuh manusia adalah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu Ia membagi kebutuhan dasar manusia itu menjadi 14 komponen penanganan perawatan yang diklasifikasikan menjadi 4 kategori yakni komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual (Ferrari, Rodrigues, Baldissera, Pelloso, & Carreira, 2014). Hal ini sejalan dengan kebutuhan dasar manusia yang tertuang dalam Hierarki Maslow (Younas Ahtisham & Jacoline, 2015). Adapun keempat kategori tersebut dirincikan sebagai berikut: 1) Kebutuhan Biologis a) Bernapas secara normal. b) Makan dan minum dengan cukup c) Membuang kotoran tubuh. d) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan. e) Tidur dan istirahat. f) Memilih pakaian yang sesuai. g) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan. h) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen. i) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai. 2) Kebutuhan Psikologis j) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat. k) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. 3) Kebutuhan Sosiologis l) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi. 10 | P a g e m) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi. 4) Spiritual n) Beribadah sesuai dengan keyakinan. b. Keperawatan Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari oleh 14 kebutuhan dasar manusia (independence). Untuk membantu individu yang sakit maupun sehat untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang tujuannya ialah kebebasan. Sebagai tenaga professional perawat dituntut harus memiliki pendekatan dengan pasien agar mendukung dalam proses memberikan pelayanan,maka dalam melayani pasien terbentuklah suatu hubungan antara perawat dengan pasiennya. Menurut Henderson, ada tiga tingkatan hubungan ketergantungan pasien dengan perawat dari yang sangat bergantung hingga mendapatkan kembali kemandirian pasien.diantaranya yaitu : 1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien. Peran ini dijalankan oleh perawat ketika berhadapan dengan pasien yang mengalami penurunan kekuatan fisik, kemampuan maupun kemauan pasien. Artinya, perawat berperan memenuhi kekurangan pasien dan melengkapinya hingga masa gawat berlalu dan beralih ke masa pemulihan 2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien. Peran ini dilakukan oleh perawat guna membantu pasien memeroleh kembali kemandiriannya setelah pasien berada pada masa pemulihan meskipun kemandirian yang dimiliki masih bersifat relatif 3) Perawat sebagi mitra (partner) bagi pasien. Sebagai mitra (partner) perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan kesehatan pasien walaupun mengalami dugaan yang berbeda tetap saja pasien memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi hanya saja kebutuhan dasar yang dimaksud dipengaruh oleh kondisi patologis dan faktor lainnya seperti lingkungan, usia, dan budaya. 11 | P a g e Menurut Henderson, tugas perawat membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan saat tidak ada dokter dan Ia tidak menyetujui akan filosofi bahwa seorang dokter boleh memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya dan ia juga mengatakan bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Rencana keperawatan yang telah disusun oleh perawat dan pasien harus dijalankan dengan optimal, agar dapat diobservasi untuk membatu pengobatan yang akan ditentukan oleh dokter (Parker, 2001). c. Sehat Dalam mendapatkan kesehatan manusia perlu memiliki kesadaran dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup lebih baik yang menjadi dasar manusia berfungsi bagi kemanusiaan karena mencegah lebih baik daripada mengobati penyakit. Agar manusia mendapatkan kesehatannya maka diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan d. Lingkungan Lingkungan adalah salah satu yang harus di perhatikan karena lingkungan sekitar adalah cerminan pola kehidupan manusia dan merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar bagi kesehatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan: a) Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut. b) Perawat harus mampu melindungi klien dari cedera mekanis. c) Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan. d) Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam memberikan resep. e) Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan f) Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien (Ginger & Ascp, 2011). 12 | P a g e C. Aplikasi teori Defenisi Keperawatan Penekanan teori Henderson yaitu pada kebutuhan dasar manusia sebagai fokus utama dari praktik keperawatan (DeLaune & Ladner, 2011). Filosofi dari Henderson mudah diaplikasikan dalam berbagai situasi pelayanan keperawatan mulai dari unit rawat jalan hingga ruang perawatan intensif (B. P. Black, 2014). Berikut penjelasan aplikasi teori Virginia Henderson dalam pemberian asuhan keperawatan. a. Pengkajian Perawat melakukan pengkajian keperawatan kepada klien berdasarkan 14 komponen kebutuhan dasar (Alligood, 2017). b. Diagnosa Keperawatan Penegakan diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang didapatkan pada saat melakukan pengkajian terhadap 14 kebutuhan dasar yang telah dijabarkan di atas (Dermawan, 2013). Selanjutnya untuk menyusun prioritas diagnosis keperawatan harus dilakukan analisis yang mendalam dari 14 kebutuhan dasar menurut Henderson (Y Ahtisham & Jacoline, 2015) c. Perencanaan Menurut Henderson, dalam menyusun intervensi keperawatan perawat memiliki tanggung jawab untuk menilai kebutuhan klien, dan perawat harus mengidentifikasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas tanpa bantuan ataupun dengan bantuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dengan mempertimbangkan kekuatan klien dan pengetahuan klien (Vera, 2014) d. Implementasi Pelaksanaan rencana keperawatan merupakan sebuah tahap dalam proses keperawatan yang menciptakan tantangan yang berbeda dari pengkajian dan perencanaan. Pada dasarnya implementasi berarti melaksanakan rencana keperawatan melalui tindakan keperawatan. Faktor-faktor yang 13 | P a g e mempengaruhi implementasi keperawatan tidak hanya terkait dengan kualitas dari tahap pengkajian dan perencanaan tapi juga sistem asuhan keperawatan yang diberikan dan sumber daya yang tersedia. Intinya adalah keberhasilan dalam implementasi keperawatan tergantung pada pengkajian awal, kualitas dari rencana asuhan keperawatan dan pengorganisasian pemberian asuhan keperawatan serta pemberian tindakan keperawatan yang kompeten. Selain itu, juga memerlukan dukungan dan keterlibatan dari tim kesehatan lainnya (Hall & Dawn, 2009). e. Evaluasi Dalam melakukan evaluasi keperawatan kita harus merujuk pada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melakukan penilaian terhadap respon verbal dan non verbal dari klien setelah kita melakukan implementasi, dan bila ada temuan atau data baru yang muncul kita dapat merujuk ke tim kesehatan lain sesuai dengan kompetensinya (Dermawan, 2013). 14 | P a g e BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ENDOKARDITIS A. Kasus J .F. adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah berusia 50 tahun dengan defisiensi autoimun genetik; dia menderita endokarditis infektif recurrent. Episode terbaru adalah infeksi Staphylococcus aureus pada katup mitral 16 bulan lalu dan infeksi Streptococcus viridans pada katup aorta 1 bulan yang lalu. Selama rawat inap yang terakhir ini, ekokardiogram menunjukkan stenosis aorta moderat, insufisiensi aorta moderat , vegetasi katup kronis, dan pembesaran atrium kiri moderat. Dua tahun lalu, JF menerima kursus parenteral nutrisi selama 18 bulan untuk malnutrisi yang disebabkan oleh idiopatik, tanpa henti mual dan muntah (N / V). Dia juga menderita penyakit arteri koroner selama beberapa tahun dan, 2 tahun yang lalu, menderita infark miokard dinding anterior akut (MI). Selain itu, ia memiliki riwayat nyeri sendi kronis. Sekarang , setelah berada di rumah hanya selama seminggu, JF kembali masuk rumah sakit dengan endokarditis, N / V, dan gagal ginjal. Sejak kemarin, dia muntah dan muntah terus-menerus; dia juga menderita kedinginan, demam, kelelahan, nyeri sendi, dan sakit kepala. Setelah dilakukan proses anamnesis, JF nampak memakai kacamata dan gigi palsu. Akses intravena diperoleh dengan jalur kateter sentral double lumen yang dimasukkan secara perifer (PICC) Rencana perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan pada Ny. JF antara lain : - Pemeriksaan kultur darah (aerob dan anaerob) - Pemeriksaan elektrolit - Pemberian nutrisi parenteral (PN) pada 85 mL / jam - Penicillin 2 juta unit IV piggyback q4h - Furosemide (Lasix) 80 mg / hari PO - Amlodipine (Norvasc) 5 mg / hari PO 15 | P a g e - Potassium chloride (K-Dur) 40 mEq / hari PO - Metoprolol (Lopressor) 25 mg PO - Prochlorperazine (Compazine) 5 mg IV push prn untuk N / V e - chocardiogram Transesophageal ASAP P - Pengkajian saat diterima antara lain Tekanan darah 152/48 (terlentang) dan 100 / 40 (duduk), Denyut nadi 116 denyut / menit, Laju pernapasan 22 napas / mnt , Suhu 38 , Berorientasi tapi mengantuk, murmur holosistolik Kelas II / VI dan murmur diastolik grade III / VI yang dicatat pada auskultasi Paru-paru jelas, Perut bilateral dengan kelembutan sedikit kiri kuadran (LUQ), nampak beberapa petekie pada kulit lengan, kaki. - Hasil Laboratorium Na 138 mEq / LK 3,9 mEq / L Cl 103 mEq / L BUN 85 mg / dL Kreatinin 3,9 mg / dL Glukosa 165 mg / dL WBC 6700 / mm 3 Hct 27% Hgb 9,0 g - JF memiliki suami bapak F yang mendukung dan dua anak perempuan yang tinggal di dekatnya yang dapat berfungsi sebagai pengasuh ketika JF dipulangkan. Mereka, bersama dengan pasien, akan membutuhkan pengajaran tentang endokarditis. B. Pengkajian I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J.F Umur : 50 Tahun Status perkawinan : Kawin Pendidikan terakhir :- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Golongan darah : Diagnosa medis : Endokarditis Infektif Rekkurent + Gagal Ginjal 16 | P a g e II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan utama : mual, muntah terus menerus 2. Riwayat keluhan utama : mual, muntah dialami sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya klien mengalami kurang nafsu makan, lalu sakit kepala, merasa pusing lalu mual dan akhirnya muntah terus menerus. 3. Riwayat kesehatan masa lalu : a. Kebiasaan (merokok, obat-obatan, alcohol) : tidak ada kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohohol b. Penyakit yang pernah dialami : infeksi Staphylococcus aureus pada katup mitral 16 bulan lalu dan infeksi Streptococcus viridans pada katup aorta 1 bulan yang lalu. Klien juga memiliki riwayat penyakit arteri koroner selama beberapa tahun dan, 2 tahun lalu memiliki riwayat penyakit infark miokard dinding anterior akut (MI). Klien pernah dirawat sebelumnya dengan kasus ekokardiogram menunjukkan stenosis aorta moderat, insufisiensi aorta, vegetasi katup kronis, dan sedang pembesaran atrium kiri. Riwayat nyeri sendi kronis c. Riwayat pengobatan : dua tahun lalu, JF menerima kursus parenteral nutrisi selama 18 bulan untuk malnutrisi yang disebabkan oleh idiopatik, tanpa henti nausea dan muntah. d. Riwayat alergi : tidak ada e. Riwayat infeksi : tidak ada f. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada III. PENGKAJIAN 14 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (VIRGINIA HANDERSON) 1. Pengkajian 14 Kebutuhan Dasar Manusia 1. Pola Oksigenasi Keluhan : tidak ada keluhan sesak nafas 17 | P a g e Pemeriksaan fisik : Inspeksi : Airway : Sumbatan ( ) bersih(√ ) Lain-lain : Pengembangan dada : Maksimal (√) tidak ( ) Lain-lain : Bentuk dada : Simetris (√) burung ( ) Lain-lain : Frekuensi : Nafas : 22 x/menit Jantung : 116 x/menit Lain-lain : ...... Irama/irama : Teratur (√ ) tidak ( ) Kedalaman : Dalam (√ ) dangkal ( ) Sifat pernafasan : Dada (√) perut ( ) keduanya ( ) (dada/perut/keduanya) Kulit daerah dada : Kemerahan ( ) lebam ( ) Lain-lain : tidak ada keluhan Reflek batuk : Ada (√) tidak ada ( ) Palpasi : Keadaan kulit : Kasar (√ ) halus ( ) Kesimetrisan : Simetris (√ ) asimetris ( ) Kelainan : (nyeri, Nyeri ( ) radang ( ) masa ( ) masa, radang,dll) Taktil Fremitus : Getaran sama (√) kanan ( ) kiri ( ) Perkusi : Redup ( ) di..... Resonan ( ) di...... Hiperesonan ( ) di ..... Sonor ( ) di.... Pekak ( ) di.... Auskultasi : Paru : Vesikuler ( ) di.... Brokovesikuler ( ) di.... 18 | P a g e Bronkial ( ) di.... Trakheal ( ) di.... Rales ( ) ronchi ( ) friction rub ( ) wheezing ( ) Jantung : S1 (√) S2 (√ ) S3 (√ ) Bunyi tambahan lain : Murmur holosistolik grade II / VI dan murmur diastolik grade III / VI Data Penunjang : Rontsen : tidak ada Lain-lain : ekokardiogram menunjukkan stenosis aorta moderat, insufisiensi aorta sedang , vegetasi katup kronis, dan sedang pembesaran atrium kiri 2. Pola Nutrisi Keluhan : mual, muntah terus menerus Pemeriksaan Fisik : Inspeksi : Organ terkait Sistem Cerna 19 | P a g e Mulut : Normal ( √) tidak ( ) Lain-lain : Palatum : Normal (√) tidak ( ) Lain-lain: Bibir : Normal (√) tidak ( ) Lain-lain: Lidah : Normal (√) karies ( ) tanggal ( ) Lain-lain: Gigi : Normal ( ) tidak ( ) Lain-lain: gigi palsu Mukosa : Lembab ( ) kering (√ ) Lain-lain: Abdomen : Datar ( ) cembung ( ) Lain-lain: Jenis Diet : Cair (√ ) bubur ( ) nasi ( ) Lain-lain: Porsi makan : ¼ (√ ) ½ ( ) 1 ( ) >1 ( ) Frekuensi :(Bisa < 3x (√ ) =3x ( ) >3x ( ) subjektif/objektif) Palpasi : Organ terkait Sistem Cerna Abdomen : Normal ( √) masa ( ) nyeri ( ) Lain-lain : Perut lunak dengan tenderness sedikit kiri kuadran (LUQ) Perkusi abdomen: Timpani ( ), di.... Dullness ( ), di.... Hiperesonan ( ), di.... Flat ( ), di.... Auskultasi/peristaltik : 10 x/menit Data Penunjang : Laboratorium : USG : Antropometri : BB : 46 kg TB : 153 cm IMT 19,6 3. Pola Eliminasi Keluhan : 20 | P a g e Pemeriksaan Fisik : Inspeksi : Abdomen Datar ( √) cembung ( ) Lain-lain : tenderness Palpasi : Abdomen Normal (√ ) masa ( -) nyeri (- ) Lain-lain : Perkusi : Timpani (+ ), di.... Abdomen Dullness (-), di.... Hiperesonan (- ), di.... Flat (- ), di.... Auskultasi : Bising usus 10 x/menit Data Penunjang : Laboratorium : 4. Pola Aktivitas Keluhan : kelelahan, mengantuk Pemeriksaan Fisik : Tanda Vital TD : 152/48 mmHg (terlentang), 100/40 mmHg (duduk) RR : 22x/menit N : 116 x/menit S : 38 Skala aktivitas : 1. Mandiri 21 | P a g e 1 ( ) 2 (√ ) 3 ( ) 4 ( ) 5 ( ) 2. Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain 3. Memerlukan bantuan/pengawasan/bimbingan sederhana 4. Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantuan 5. Tergantung secara total Skala Mobilitas : 0 ( ) 1 ( ) 2 ( √) 3 ( ) 4 ( ) Tingkat 0 : mampu merawat diri sendiri secara penuh Tingkat 1 : memerlukan penggunaan alat Tingkat 2 : perlu bantuan/pengawasan org lain Tingkat 3 : perlu bantuan, pengawasan org lain & peralatan Tingkat 4 : sangat tergantung & tidak dapat melalukan/ berpartisipasi dalam perawatan Kekuatan otot : 0=Paralisis total 1=Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi 2=Gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan 22 | P a g e 0 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 3 ( ) 4 (√ ) 5 ( ) 3=Gerakan normal menentang gravitasi 4=Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan 5=Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh Data Penunjang : Ronsten : Lain-lain : 5. Pola Istirahat dan Tidur Keluhan : kelelahan Pemeriksaan Fisik : Lingkaran hitam di Ada ( ) tidak ada (√ ) kelopak mata : Waktu tidur : Siang : <1 jam ( ) >1 jam ( √) Lain-lain: Malam : <6 jam ( √) > 6 jam ( ) Lain-lain : Lain-lain : Sering terbangun ( √) nyenyak ( ) : Alasan : bising ( ) nyeri ( ) cemas (√ ) Lainlain : 6. Kebutuhan Berpakaian Keluhan : tidak ada keluhan Berapa kali berganti pakaian/hari : 3x/hari 7. Mempertahankan temperatur tubuh 23 | P a g e Keluhan : demam, kedinginan Suhu : Normal ( ) hipotermi ( ) hipertermi (√ ), ket : 380C Akral : Hangat (√ ) dingin ( ) Turgor : Elastis ( ) turun (√ ) Mukosa : Lembab ( ) kering (√ ) Data Penunjang Laboratorium : 8. Personal Higiene Keluhan : Inspeksi kebersihan badan: Rambut : Bersih ( √) kotor ( ) Lain-lain : Mulut : Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : Telinga : Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : Genetalia : Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : Kulit : Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : Beberapa petekie pada kulit lengan, kaki, kering Kuku : Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : Frekuensi : Mandi/hari : Tidak pernah ( ) <2x ( ) 2x (√ ) >2x ( ) Gosok gigi/hari : Tidak pernah ( ) <2x ( ) 2x (√ ) >2x ( ) Keramas/minggu : Tidak pernah ( ) <2x ( ) 2x ( ) >2x (√ ) Memotong kuku/ Tidak pernah ( √) <2x ( ) 2x ( ) >2x ( ) minggu: Mengganti pakaian 24 | P a g e kotor/hari : Tidak pernah ( ) <2x ( ) 2x (√ ) >2x ( ) Lain-lain : 9. Kebutuhan Aman dan Nyaman Keluhan : nyeri sendi, dan sakit kepala P: peradangan pada sendi Q: rasa tertusuk-tusuk R: lutut kiri intermitten S: 8 atau 9 dari 10 (nyeri berat) T: saat bergerak Pemeriksaan TTV : Suhu 37,9, Tekanan Darah, Respirasi Rate 22x/menit, Nadi116x/menit 10. Komunikasi Keluhan : Pemeriksaan fisik terkait organ komunikasi : Mata : I: Normal ( √) juling ( ) Lain-lain : P: menggunakan kaca mata Visus/ketajaman : Normal (√ ) nyeri ( ) Lain-lain : Lapang pandang : Normal ( ) miopi ( √) presbiopi Lain-lain : Tes buta warna : Normal (√ ) jauh ( ) dekat ( ) Lain-lain : Normal ( ) buta warna ( ) Lain-lain : Telinga : I: 25 | P a g e Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : P: Normal (√ ) masa ( ) nyeri ( ) Lain-lain : Pemeriksaan bisikan Normal (√ ) tidak mampu mendengar ( ) Arloji : Normal (√ ) tidak mampu mendengar ( ) Garpu tala : Normal (√ ) tidak mampu mendengar ( ) Mulut : I: Bersih (√ ) kotor ( ) Lain-lain : P: Normal (√ ) masa ( ) nyeri ( ) Lain-lain : Bicara : Normal (√ ) pelo ( ) Lain-lain : Persyarafan : Normal ( √ Nervus 1-12 ) abnormal ( ) di.... Klien tampak hati- Ya ( ) tidak (√ ) hati dalam berbicara Apakah pola komunikasi Spontan (√ ) lambat ( ) nya Apakah klien menolak u Ya ( ) tidak (√ ) ntuk diajak komunikasi Apakah Ya (√ ) tidak ( ) komunikasi klien jelas Apakah klien mengguna Ya ( ) tidak (√ ) kan bahasa isyarat Apakah tipe kepribadian Terbuka (√ ) tertutup ( ) klien 11. Pola Spiritual Data Keluhan : Kebutuhan untuk 26 | P a g e Terpenuhi ( √) tidak terpenuhi ( ) beribadah Masalah-masalah dalam Tidak ada (√ ) tidak mampu bangun untu pemenuhan kebutuhan s shalat ( ) Lain-lain : piritual ? Upaya untuk mengatasi Berdoa (√ ) Lain-lain : masalah pemenuhan kebutuhan spiritual ? Lain-lain : 12. Pola Kerja / kebutuhan bekerja Keluhan : Pekerjaan : Swasta ( ) pegawai ( ) petani ( ) Lain-lain : ibu rumah tangga Waktu bekerja : Terpenuhi ( ) tidak terpenuhi ( ) Lain-lain : 13. Kebutuhan bermain dan Rekreasi Keluhan : kelelahan Kegiatan Membaca (√ ) jalan-jalan ( ) mendengar bermain/rekreasi : musik ( ) Lain-lain : Waktu : Terpenuhi ( ) tidak terpenuhi ( √) Lain-lain : 27 | P a g e 14. Kebutuhan Belajar Keluhan : Kebutuhan belajar Terpenuhi ( ) tidak terpenuhi (√ ) tentang :penyakit, pengaturan dan pemenuhan nutrisi Lain-lain : IV. Pemeriksaan Laboratorium a. Hematologi 1. WBC : 6700/mm3 2. HCT : 27% 3. Hb : 9.0 gram/dl b. Kimia darah 1. Glukosa GDS : 165 mg/dl 2. Fungsi ginjal Ureum : 85 mg/dl (10-50) Kreatinin : 3,9 mg/dl ( BUN : 85 mg/dL 3. Fungsi hati SGOT : 24 U/L SGPT : 26 U/L 4. Elektrolit 28 | P a g e Natrium : 138 mmol/l (135-145) Kalium : 3,9 mmol/l (3,5-5,1) Klorida : 103 mmol/l (97-111) Kesan : Azotemia V. Pemeriksaan Diagnostik a. Ekokardiogram : stenosis aorta moderat, insufisiensi aorta sedang, vegetasi katup kronis VI. Terapi - Nutrisi Parenteral (PN) 85 ml/jam - Penicilin 2 juta unit IV piggyback q4h - Furosemid (Lasix) 80 mg/hari PO - Amplodipine (Norvasc) 5 mg/hari PO - Pottasium chloride (K-Dur) 40 meq/hari PO - Metoprolol (Lopressor) 25 mg PO VII. RENCANA PEMERIKSAAN a. Kultur Darah (aerob dan anaerob) b. Periksa Darah Lengkap c. Urinalisa d. Echokardiografi e. Rontgen Thorax B. Analisa Data No. Data Subjektif 1. Klien muntah, mengeluh muntah 29 | P a g e Data Objektif mual, Tanda Vital terus TD : 152/48 mmHg (terlentang), Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan menerus, frekuensi kelelahan, 100/40 mmHg (duduk) makan dalam RR : 22x/menit sehari < 3 kali N : 116 x/menit S : 38 Perut lunak dengan tenderness sedikit kiri kuadran (LUQ) Membran mukosa bibir kering HCT Hb Ureum : 27% : 9.0 gram/dl : 85 mg/dl (10-50) Kreatinin : 3,9 mg/dl BUN : 85 mg/dL BB : 46 kg TB : 153 cm IMT 19,6 2. Klien kedinginan, mengeluh Menggunakan gigi palsu Tanda-tanda vital Hipertermi demam, TD : 152/48 mmHg (terlentang), kelelahan 100/40 mmHg (duduk) RR : 22x/menit N : 116 x/menit S : 38 Beberapa peteki di kulit tangan dan kaki 3. Klien mengeluh kelelahan 30 | P a g e Tanda Vital Intoleransi Aktivitas TD : 152/48 mmHg (terlentang), 100/40 mmHg (duduk) RR : 22x/menit N : 116 x/menit S : 38 HCT : 27% Hb : 9.0 gram/dl Ureum : 85 mg/dl (10-50) Kreatinin : 3,9 mg/dl Ekokardiografi : stenosis aorta moderat, insufisiensi aorta sedang, vegetasi katup kronis 4. Klien mengeluh nyeri sendi, TD : 152/48 mmHg (terlentang), sakit kepala 100/40 mmHg (duduk) P: peradangan pada sendi RR : 22x/menit Q: rasa tertusuk-tusuk N : 116 x/menit R: lutut kiri intermitten S : 38 Nyeri kronis S: 8 atau 9 dari 10 (nyeri berat) T: saat bergerak Riwayat infeksi 5. Klien mengeluh kelelahan Riwayat coroner penyakit selama arteri beberapa tahun, dan dua tahun lalu HCT Hb Ureum : 27% : 9.0 gram/dl : 85 mg/dl (10-50) miokard Kreatinin : 3,9 mg/dl dinding anterior akut (MI) Ekokardiogram : stenosis aorta riwayat infark 31 | P a g e Penurunan curah jantung moderat, insufisiensi aorta sedang, vegetasi katup kronis Bunyi jantung : Murmur holosystolic grade II/VI, murmur diastolic grade III/VI 6. Kebutuhan belajar tentang Kebutuhan belajar tidak terpenuhi Kurang pengetahuan :penyakit, pengaturan dan pemenuhan nutrisi C. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia berhubungan dengan peradangan endocardium 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 3. Nyeri kronis berhubungan dengan respons inflamasi pada sendi 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi makanan 5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi 32 | P a g e Infeksi Staphylococcus aureus pada katup mitral, infeksi Streptococcus viridans pada katup aorta Port The Entry Saluran nafas atas, alat genitalia, saluran cerna, pembuluh darah, kulit dan prosedur invasif Complemen type III sensitivity reaction dalam aliran darah (Autogenus Antigen) Menempel pada membrane sel endocard termasuk katup jantung Endokarditis Immune reaction Reaksi Inflamasi Akumulasi monosit, makrofag, sel T helper dan fibroblas Fibrosis/kalsifikasi katup (kaku, tebal, annulus menyempit) Antigen Tubuh membentuk antibody Peradangan pada persendian Peradangan pada membrane sinovial Pelepasan mediator nyeri (histamin, bradykinin, prostaglandin Pelepasan pyrogen endogen (sitokin) Stenosis katup Interleukin-1 Interleukin-6 Nyeri kronis Aliran darah atrium ke ventrikel terhambat Merangsang saraf vagus Inadekuat pengisian ventrikel Sinyal mencapai system saraf pusat Asam arakidonat merangsag prostaglandin pada hipotalamus Cardiac output menurun Penurunan curah jantung Ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen Kurang terpapar informasi Kurang Pengetahuan 33 | P a g e Peningkatan titik patokan suhu (set point) Peningkatan suhu tubuh, mengigil, nyeri kepala Hipertermi Kelemahan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Mual, anoreksia Peningkatan opiod endogenus Merangsang medulla oblongata Kompensasi saraf simpatis GI tract Kerja lambung meningkat HCL meningkat Intervensi Keperawatan No 1 DiagnosaKeperawatan Hipertermi Dengan Endocardium Nursing Outcome Classsification Nursing Intervention Classification (Moorhead, Marion, Maas, & (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Elizabeth, 2013) Wagner, 2013) Berhubungan NOC : Peradangan Fever treatment Thermoregulation 1. Monitor suhu sesering mungkin Kriteria hasil : 2. Monitor IWL 1. Suhu tubuh dalam rentang norma 3. Monitor warna dan suhu kulit 2. Nadi dan RR dalam rentang 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR normal 5. Monitor 3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing penurunan tingkat kesadaran 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct 7. Monitor intake dan output 8. Berikan anti piretik 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam 10. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh 11. Lakukan tapid sponge 34 | P a g e 12. Kolaborasi pemberian cairan intravena 13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila 14. Tingkatkan sirkulasi udara 15. Temperature regulation 16. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 17. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu 18. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 19. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri 35 | P a g e 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapasan abnormal 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari perubahan Vital sign 36 | P a g e 2. Intoleran aktivitas NOC : berhubungan ketidakseimbangan suplai oksigen Manajemen Energy dengan Self Care : ADLs antara Toleransi aktivitas penghematan energi (duduk saat dan Konservasi energi gosok gigi, atau menyisir rambut) 1. Instruksikan pasien tentang tekhnik kebutuhan. dan melakukan aktivitas dengan perlahan Kriteria Hasil : 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 2. Dorong pasien melakukan akivitas tanpa disertai peningkatan tekanan secara bertahap 3. Peningkatan keterlibatan keluarga darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari 4. Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan anggota keluarga yang hari (ADLs) secara mandiri 3. Keseimbangan istirahat aktivitas dan terlibat dalam perawatan pasien 5. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien 6. Tentukan tingkat ketergantungan pasien pada anggota keluarga, yang sesuai untuk usia atau penyakit 7. Informasikan faktor-faktor yang 37 | P a g e dapat meningkatkan kondisi pasien pada anggota keluarga 3. Nyeri dengan kronis berhubungan NOC respons pada sendi inflamasi Pain Level, Pain control Monitor vital sign: 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat Comfort level 38 | P a g e Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri 1. Klien mampu mengontrol nyeri 1. Observasi adanya petunjuk (tahu penyebab nyeri, mampu nonverbal mengenai menggunakan tehnik ketidaknyamanan nonfarmakologi untuk mengurangi mereka nyeri, mencari bantuan) berkomunikasi secara efektif yang terutama pada tidak dapat 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 2. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor dengan menggunakan manajemen yang nyeri meningkatkan nyeri (kelelahan) 3. Mampu mengenali nyeri (skala, dapat mencetuskan atau 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen intensitas, frekuensi dan tanda nyeri nonfarmakologis (misalnya nyeri) relaksasi 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang nafas dikombinasikan dalam dengan terapi pemberian obat musik) 4. Kolaborasi analgesik 4. Ketidakseimbangan Kurang Dari berhubungan Nutrisi NOC Kebutuhan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan Nutrition Management Nutritional Status 1. Kaji adanya alergi makanan Nutritional Status : food and 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan Fluid Intake Nutritional Status: nutrient Intake Weight control Kriteria Hasil : 1. Adanya peningkatan berat badan 39 | P a g e jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C sesuai dengan tujuan 5. Yakinkan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan diet mengandung yang tinggi dimakan serat untuk mencegah konstipasi 3. Mampu mengidentifikasi 6. Berikan kebutuhan nutrisi makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi gizi) 5. Menunjukkan peningkatan fungsi 7. Ajarkan pasien bagaimana membuat pengecapan dan menelan 6. Tidak terjadi penurunan badan yang berarti catatan makanan harian. berat 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 10. Kaji kemampuan mendapatkan pasien nutrisi untuk yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat 40 | P a g e badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi 7. Monitor turgor kulit 8. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 9. Monitor mual dan muntah 10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 13. Monitor kalori dan intake nutrisi 41 | P a g e 14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. 15. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet 5. Penurunan curah jantung NOC : Monitoring Tanda Vital dengan Cardiac Pump effectiveness perubahan dalam preload atau Circulation Status. hipotensi atau hipertensi, laju peningkatan tekanan atrium Vital Sign Status pernapasan dan kongesti vena. Tissue perfusion: perifer berhubungan 1. Kaji tekanan darah untuk mengetahui 2. Kaji denyut jantung dan irama Criteria hasil: jantung, amati adanya takikardi, atau 1. Tanda Vital dalam rentang normal distritmia (Tekanan darah, Nadi, respirasi) 3. Pantau irama jantung sesuai indikasi 2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak 4. Auskultasi denyut jantung dan amati adakah suara jantung seperti murmur, ada kelelahan 3. Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada dan dispnea S3, S4 Perawatan Jantung Akut 4. Tidak ada edema paru, perifer, dan 1. Tingkatkan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 tidak ada asites 42 | P a g e 5. Tidak ada penurunan kesadaran 6. AGD dalam batas normal derajat 2. Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi Tidak ada distensi vena leher (mis.berjalan) bila mampu pasien turun dari tempat tidur. 3. Halth education : manfaat pola hidup sehat 6 Kurang pengetahuan NOC : 1. Berikan penilaian tentang tingkat berhubungan dengan kurang Knowledge : disease process pengetahuan pasien tentang proses informasi Knowledge : health Behavior penyakit yang spesifik terpapar pada tentang penyakit jantung 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit KriteriaHasil : dan bagaimana hal ini berhubungan 1. Pasien dan keluarga menyatakan dengan anatomi dan fisiologi, dengan pemahaman tentang penyakit, cara yang tepat. kondisi, prognosis dan program 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan pengobatan. 2. Pasien dan melaksanakan keluarga prosedur dijelaskan secara benar 43 | P a g e mampu cara yang tepat yang 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 3. Pasien dan keluarga mampu 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat dijelaskan perawat/tim kesehatan 6. Sediakan informasi pada pasien lainnya tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang 44 | P a g e EVINDENCE BASED NURSING 1. Management Considerations in Infective Endocarditis A Review PENTING Endokarditis infektif terjadi pada sekitar 15 dari 100.000 orang di Australia Amerika Serikat dan insidensinya meningkat. Dokter harus membuat keputusan pengobatan menghormati profilaksis, manajemen bedah, antibiotik spesifik, dan lamanya pengobatan dalam pengaturan temuan penelitian klinis yang muncul, terkadang tidak meyakinkan. PENGAMATAN Endokarditis infektif yang berhubungan dengan komunitas tetap menjadi bentuk utama penyakit; Namun, perawatan kesehatan menyumbang sepertiga dari kasus di negara-negara berpenghasilan tinggi. Sebagai intervensi medis semakin banyak dilakukan pada pasien yang lebih tua, insiden penyakit dari perangkat elektronik implan jantung juga meningkat. Selain itu, pasien yang lebih muda terlibat dengan penggunaan obat intravena telah meningkat dalam dekade terakhir dan dengannya proporsi rawat inap AS telah meningkat menjadi lebih dari 10%. Ini epidemiologis faktor-faktor telah menyebabkan Staphylococcus aureus menjadi penyebab paling umum pada berpenghasilan tinggi negara, terhitung hingga 40% dari kasus. Andalan diagnosis masih ekokardiografi dan kultur darah. Pencitraan ajuvan seperti jantung dihitung pencitraan tomografi dan nuklir dapat meningkatkan sensitivitas diagnosis saat ekokardiografi tidak konklusif. Studi serologis, histopatologi, dan polymerase tes reaksi berantai memiliki peran berbeda dalam diagnosis endokarditis infektif ketika darah budaya telah diuji negatif dengan hasil tertinggi yang diperoleh dari studi serologis. Peningkatan resistensi antibiotik, terutama pada S aureus, telah menyebabkan kebutuhan akan perbedaan pilihan pengobatan antibiotik seperti antibiotik baru dan rejimen terapi kombinasi. Pembedahan dapat memberikan manfaat bertahan hidup bagi pasien dengan komplikasi besar; namun demikian keputusan untuk mengejar operasi harus menyeimbangkan risiko dan manfaat operasi dalam hal ini pasien yang sering berisiko tinggi. 45 | P a g e KESIMPULAN DAN RELEVANSI Epidemiologi dan manajemen endokarditis infektif terus berubah. Pedoman memberikan rekomendasi spesifik tentang manajemen; Namun, perhatian yang cermat terhadap karakteristik pasien individu, patogen, dan risiko gejala sisa harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan terapeutik. 46 | P a g e BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Endokarditis infektif adalah penyakit infeksi oleh mikroorganisme dengan suatu kondisi inflamasi pada endocardium terutama pada katup jantung. Penyebabnya bisa bermacam – macam selain bakteri antara lain : karena jamur, virus,dan bisa juga disebabkan oleh penyakit Jantung bawaan maupun penyakit jantung bawaan 2. Henderson mengutarakan bahwa perawat memiliki peran yang unik yakni membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit melalui implementasi berbagai aktivitas sehingga mampu mendukung kesehatan maupun penyembuhan pasien serta proses meninggal dengan damai B. SARAN 1. Dalam melakukan pengkajian pada klien yang mengalami gangguan endocarditis diperlukan penggunaan data focus daan spesifik 2. Untuk memperoleh data focus diperhatikan format baku yang mampu mengkaji semua system pada gangguan endocarditis. 47 | P a g e DAFTAR PUSTAKA Ahtisham, Y, & Jacoline, S. (2015). Integrating Nursing Theory and Process in to Practice ; Virginia"s Hendeson Need Theory. International Journal of Caring Sciences, 8 (2), 443–450. Alligood, R. M. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka (8th ed.; Y. S. A. Hamid & K. Ibrahim, eds.). Singapura: Elsevier. Black, B. P. (2014). Proffesional Nursing : Consepts and Challenges (7th ed.). Missouri: Elsevier Saunders. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.). jakarta: Salemba Medika. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) (Edisi Keen; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, eds.). United Kingdom: Elsevier. DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of Nursing : Standars and Practice (4th ed.). New York: Delmar. Dermawan, D. (2013). Pengantar Keperawatan Profesional (1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing. Ferrari, R. F. R., Rodrigues, D. M. M. R., Baldissera, V. D. A., Pelloso, S. M., & Carreira, L. (2014). Applicability of the Virginia Henderson Theory for Foundations in Nursing Weaknesses and Potential. Arquivos de Ciências Da Saúde Da UNIPAR, 18(1), 51–57. Ginger, T., & Ascp, M. T. (2011). Virginia Henderson"s Principles and Practice of Nursing to Applied to Organ Donation After Brain Death. Hall, C., & Dawn, R. (2009). What Is Nursing? Exploring Theory and Practice. Exeter: Learning Matters. Mcewen, M., & Wills, E. M. (2011). Theoretical Basis in Nursing. In Lippincott Williams & Wilkins (3rd ed.). Philadelpia. 48 | P a g e Moorhead, S., Marion, J., Maas, M. L., & Elizabeth, S. (2013). Nursing Outcones Classification (NOC) (Edisi Keli; I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, eds.). United Kingdom: Elsevier. Noer, S., & Senarto. (2002). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam (3rd ed.; S. Noer, ed.). jakarta: Balai penerbit FKUI. Parker, M. (2001). Nursing Theories and Nursing Practice. In F. A. Davis Company. Philadelphia. Vera, M. (2014). Virginia Henderson"s Nursing Need Theory. 49 | P a g e