A. Konsep Farmakologi 1. Pengertian farmakologi Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi mai pun fisiknya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Ada pula interaksi antara obat dan tubuh manusia serta penggunaan pada pengobatan penyakit, hal ini disebut dengan farmakologi klinis. 2. Ruang Lingkup Farmakologi Farmakologi biofarmasi, meliputi farmakokinetika beberapa dan bagian yaitu farmakodinamika, farmakognosi, toksikologi dan farmakoterapi. a. Farmakognosi, mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya. b. Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Faktor formulasi yang dapat mengubah efek obat dalam tubuh adalah bentuk fisik zat aktif, keadaan kimiawi, zat pembantu dan proses teknik. Selain factor formulasi, cara pemberian obat juga mempengaruhi kecepatan absorpsi obat. Cara pemberian obat dapat berupa obat yang memiliki efek sistemik (oral, sublingual, injek (subkutan, intrakutan, intramuskuler, intravena, intra arteri dan intra lumbal), implantasi subkutan dan rektal), obat dengan efek local (intranasal, intarokuler dan intra aurikuler, intrapulmonal (inhalasi), intravaginal, topikal) c. Farmakokinetika, meneliti perjalananan obat mulai dari saat pemberiannya, absorpsi dalam usus, transportasi dalam sirkulasi darah dan distribusinya dalam jaringan tubuh. d. Farmakodinamika, mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup, terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi serta efek terapeutik yang ditimbulkannya. Singkatnya, semua efek yang ditimbulkan dari suatu obat. e. Toksikologi, pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh. f. Farmakoterapi, mempelajari tentang penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. 3. Istilah-istilah Penting Dalam Farmakologi a. Farmakologi : adalah ilmu mengenai obat ( farmakon = obat; logos = ilmu) b. Farmakognosi : adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan alami lain yang merupakan sumber obat c. Farmakologi klinik : adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia d. Farmakoterapi : adalah ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Di dalam farmakoterapi dipelajari dua aspek, yaitu Farmakokinetik dan Farmakodinamik e. Farmakokinetik : yaitu suatu imu yang mempelajari proses Absorrpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi ( ADME ) obat dalam tubuh f. Farmakodinamik : adalah ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. g. Toksikologi : adalah ilmu yang mempelajari cara pencegahan , pengenalan dan penanggulangan keracunan zat kimia ( termasuk obat ) yang digunakan dalam rumah tangga, industri, maupun lingkungan hidup yang lain 4. Perundang-undangan obat Maksud dan tujuan undang-undang ini adalah menetapkan ketentuanketentuan dasar di bidang farmasi dalam rangka pelaksanaan undang-undang tentang Pokok-Pokok Kesehatan ( undang-undang no. 9 tahun 1960) Yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah : Perbekalan kesehatan di bidang farmasi, yang meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan, kosmetik dan sebagainya. a. Obat Yang dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari binatang, tumbuhtumbuhan, mineral dan obat syntetis. Yaitu suatu bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk menetapakan diagnosa, mencegah,mengurangkan,menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan,memperelok badan atau badan manusia. b. Obat jadi Obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan ,salep, tablet, pil , suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan F. Indonesia atau buku-buku lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. c. Obat Patent Obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya d. Obat baru Obat yang terdiri atau berisi suatu zat baikm sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat misalnya ; lapisan , pengisi, pelarut, bahan pembantu,aatau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya. e. Obat asli Indonesia Adalah obat yang didapat langsung dari bahan- bahan alamiah di Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional. f. Alat kesehatan Adalah alat yang dipergunakan bagi pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan pembuatan obat. Penggolongan obat berdasarkan pada ketepatan penggunaan dan pengamanan obat Dibagi 5 golongan yaitu 1) Narkotik 2) Psikotropik 3) Obat keras 4) Obat bebas terbatas 5) Obat bebas 5. Macam-macam obat Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut: a. Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. b. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. c. Tablet (Compressi) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. 1) Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan. 2) Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan. 3) Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan 4) Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral. 5) Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah. 6) ablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi. 7) Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. 8) Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak. d. Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu. e. Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu: 1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak 2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari 3) Lebih enak dipandang 4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar. 5) Mudah ditelan. f. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit). g. Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering. h. Emulsi Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam system dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. i. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari. j. Extractum Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. k. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. l. Immunosera (Imunoserum) Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bias ular) dan mengikat kuman/virus/antigen. m. Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok n. Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu: 1) Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid. 2) Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik. o. Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata). p. Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut. A. Farmakokinetik dan Uterotorika 1. Pengertian Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan.Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya: a. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu. b. Grande multipara (lebih dari empat anak). c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). d. Bekas operasi Caesar. e. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya: a. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep. b. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar. c. Uterus yang kelelahan, persalinan lama. d. terus yang lembek akibat narkosa. e. Inersia uteri primer dan sekunder Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin.Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir. 2. Macam – macam obat uterotonika a. Alkaloid ergot Sumber : jamur gandum clavikus purpurea Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 : 1) Alkaloid asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam amino 2) Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin) 3) Alkaloid amin b. Oksitosin Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran. c. Misoprostol / Prostagladin Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung. B. Cara kerja obat uterotonika 1. Alkaloid ergot Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III (kala uri).Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosik pada kandungan mature. 2. Oksitosin Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan : a. Konstriksi pembuluh darah umbilicus b. Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan : 1) Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik ) karena terjadinya vasodilatasi 2) Retensin air Kerja oksitosin yang lain meliputi : a. Kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis (involusi korpus luteum ); b. Peranan neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat. c. Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari usia kehamilan 32 minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993 ). Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh: a. Persalinan b. Stimulasi serviks vagina atau parudara c. Estrogen yang beredar dalam darah d. Peningkatan osmolalitas / konsentrasi plasma e. Volume carian yang rendah dalam sirkulasi darah 3. Misoprostol / Prostagladin Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dideesterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan. a. Indikasi dan kontra indikasi 1) Indikasi Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu : a) Induksi partus aterm b) Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan. c) Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya d) Induksi abortus terapeutik e) Uji oksitoksin 2) Kontra Indikasi Persalinan kala I dan II a) Hipersensitif b) Penyakit vascular c) Penyakit jantung parah d) Fungsi paru menurun e) Fungsi hati dan ginjal menurun f) Hipertensi yang parah g) Eklampsi b. Oksitosin Indikasi 1) Indikasi oksitosik. 2) Induksi partus aterm 3) Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan 4) Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar 5) Uji oksitoksik 6) Menghilangkan pembengkakan payudara. Kontra Indikasi 1) Distress janin 2) Prematurisasi 3) Letak bayi tidak normal 4) Disporposi sepalo pelvis 5) Predisposisi lain untuk pecahnya rahim 6) Obstruksi mekanik pada jalan lahir 7) Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang berusia 35 tahun 8) Resistensi dan mersia uterus 9) Uterus yang starvasi 10) Gawat janin c. Misopropil / Prostagladin Indikasi 1) Induksi partus aterm 2) Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan 3) Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya 4) Induksi abortus terapeutik 5) Uji oksitosin 6) Menghilangkan pembengkakan mamae Kontra indikasi Untuk proteksi GI, misoprostol dikontraindikasikan pada kehamilan karena resiko aborsi. Pasien-pasien harus diberi tahu untuk tidak memberikan misoprostol kepada orang lain. Pasien pasien yang menerima terapiu jangka lama AINSS untuk reumotoid arthritis, misoprostol 200μg qid lebih baik daripada antagonis reseptor H2 atau sukralfat dalam mencegah gastric ulcer yang induksinya oleh AINS. Walaupun demikian misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa tidak enak yang dihubungkan dengan pengunaan AINS. 4. Dosis yang digunakan a. Alkaloid ergot 1) Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit 2) Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik 3) IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping lebih sedikit. Dosis :Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hariIV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. Contoh obat Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin. b. Oksitosin Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m U / menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui. Contoh obat : Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD) c. Marsopropil / Prostagladin Peroral untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 μgqid. Diberiksan bersama makanan, jika dosis ini tidak ditolerir : 100μg qid dapat digunakan. Bentuk sediaan : tablet 100,200μg. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi dengan diklofenak.Contoh obatMisoprostol Tablet : Gastrul isi : misoprostol 200 mcg / tablet. 5. Efek samping dan cara mengatasinya a. Alkaloid ergot\ Efek samping : 1) Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.2. 2) Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar 3) Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral 4) Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah 5) Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas b. Oksitosin Efek samping 1) Efek pada Uterus: a) Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus b) Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun c) Uterus imatur kurang peka thd oksitosin d) Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu 2) Efek pada mamae: a) Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksisusu) b) Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan 3) Efek Kardiovaskuler: a) Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar) b) Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun c. Misopropil / Prostagladin 1) Efek samping a) Dapat menyebabkan kontraksi uterin b) Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14- 40 % pasien dengan AINS yang menerima 800μg / hari. Diare biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi. Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol kadang-kadang mengalami gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal. 2) Cara Menghindari Efek Samping Obat Sebagai konsumen kesehatan, Anda sendirilah yang harus waspada terhadap potensi efek samping obat. Beberapa tips berikut dapat menjadi panduan Anda : a) Baca dosis dan aturan pakainya. Setiap obat berbeda kekuatannya. Bacalah dosis obat dengan cermat ketika Anda akan mengkonsumsinya. Bila dokter menyarankan setengah tablet, jangan mengubahnya sendiri karena Anda merasa kekuatannya kurang. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum melakukannya. Tanyakan juga ke dokter atau apoteker bila Anda akan menggerus atau memecah tablet. Beberapa jenis obat harus ditelan secara utuh. b) Lihat tanda peringatan. Beberapa obat berpengaruh terhadap kemampuan Anda berkendaran atau mengoperasikan mesin. Bila Anda meminumnya, Anda harus berhenti berkendara atau menjalankan mesin agar tidak mengalami kecelakaan. Obat-obatan ini memiliki tanda peringatan segitiga merah di labelnya. c) Ketahui efek samping obat. Sejumlah obat memiliki potensi efek samping. Beberapa obat penenang, obat anti hipertensi dan obat anti epilepsi, misalnya, dapat menimbulkan impotensi. Anda juga harus waspada terhadap potensi efek samping obat berikut: Obat antikoagulan warfarin -> perdarahan Obat penurun kolesterol simvastatin dan atorvastatin -> masalah otot Obat anti peradangan ibuprofen -> perdarahan Obat penenang diazepam-> menekan kerja sistem saraf pusat Obat diuretik furosemide -> ketidakseimbangan garam dalam tubuh Obat penenang citalopram -> sindrom serotonin seperti sakit kepala, kejang otot, kecemasan, bingung dan berkeringat. d) Jangan sembarangan memberikan obat bebas kepada anak. Jangan memberikan obat bebas kepada anak kecuali labelnya secara spesifik menyebutkan boleh dikonsumsi anak-anak. Anakanak bukanlah orang dewasa berukuran kecil. Mereka memiliki sensitivitas dan daya respon yang berbeda terhadap obat sehingga tidak semua obat untuk dewasa dapat diberikan kepada anak. e) Bacalah kandungan isi dan tanggal kadaluwarsa obat. Banyak obat bebas yang memiliki nama atau merek berbeda-beda namun kandungannya sama. Pastikan Anda tidak mengkonsumsi obat yang sama dalam kemasan merek yang berbeda untuk menghindari overdosis. f) Beritahu dokter bila Anda: sedang hamil atau menyusui alergi terhadap obat tertentu memiliki diabetes, penyakit ginjal atau liver sedang meminum obat lain atau suplemen/herbal sedang menjalani diet khusus g) Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang Anda. Bila Anda memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung atau hipertensi, Anda perlu mengkonsumsi obat tertentu secara terusmenerus dalam jangka panjang. Obat yang Anda minum seringkali perlu diselangi obat lain agar tidak memberikan efek negatif yang merugikan kesehatan. C. Obat anti perdarahan, Obat analgetik 1. Dosis Yang Digunakan Pada Obat Anti Perdarahan Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik(Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan. a. Dosis Ergotamin : 1) Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari 2) IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2 3) 4 jam bila perdarahan hebat. b. Dosis Oksitosin : Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5- 20 m U / menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui. c. Dosis prostaglandin : 1) Karbopros trometamin : Injeksi 250 ug/ml 2) Dinoproston (PGE) : Supositoria vaginal 20 mg 3) Gemeprost : Pesari 1mg ( melunakan uterus) 4) Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV 2. Efek Samping Dari Obat Anti Perdarahan a. Efek samping prostaglandin : Hiperstimulasai uterus, pireksia, infalamasi, Infalamasi, Sensitisasi terhaap rasa nyeri, Diuresis+kehilangan elektrolit, Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi , Pelepasan hormone hipofise renin steroid adrenal, Sakit persisten pada punggung bwah dan perut . b. Efek samping oksitosin : Spasme uterus ( pada dosis rendah , Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus ), Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar, Mual muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion, Kontraksi pembuluh darah tali pusat, Kerja antidiuretik, Reaksi hipersensitifitas, Reaksi anafilaktik, Aritmia jantung, Hematoma panggul. Efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik, hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam. Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian. 3. Cara Mengatasi Efek Samping Dari Obat Anti Perdarahan a. Baca Dosis dan Aturan Pakainya b. Lihat Tanda Peringatan c. Ketahui Efek Samping Obat d. Bacalah kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat e. Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang 4. Analgetik Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh.Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik. 5. Macam-Macam Obat Analgetik Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan. a. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan. Morfin dan petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental.Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia : 1) Morfin HCl 2) Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol) 3) Fentanil HCl 4) Petidin 5) Tramadol b. Obat Analgetik Non-narkotik Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (nonnarkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik NonNarkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik : 1) Ibupropen Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini. 2) Paracetamol/acetaminophen Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. 3) Asam Mefenamat Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. 6. Cara Kerja Obat Analgetik a. Mekanisme kerja Analgetik Opioid Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh\ fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin. b. Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera.Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin.PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri.Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol). 7. Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Analgetik a. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika b. Morfin dan Alkaloid Opium 1) Indikasi a) Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan dengan analgesic non-opioid b) Mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri. c) Mengehentikan diare 2) Kontraindikasi Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem, kifoskoliosis, korpulmonarale kronik dan obesitas yang ekstrim. c. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain 1) Indikasi Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanestetik. 2) Kontraindikasi Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif sedative dan obatobat lain penekanSSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi dan demam. d. Obat Analgetik Non-narkotik Salisilat 1) Indikasi Mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan myalgia.Demam reumatik akut 2) Kontraindikasi Pada anak dibawah 12 tahun e. Parasetamol 1) Indikasi Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesic lainnya, parasetamol sebaiknya tidka diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesic. 2) Kontraindikasi Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun terutama dalam analgesic. f. asam mefenamat kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati 1) Indikasi Sebagai analgesic, sebagai anti-inflamasi, 2) Kontraindikasi Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah secara bermakna. g. Ibuprofen 1) Indikasi Bersifat analgesic dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. 2) Kontraindikasi Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui karena ibuprofen relative lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesic.