Uploaded by Krisna Catur

Tugas UTS Analisis Penentuan Harga Jual Pada Persaingan Pasar Monopolistik Tungky 51416495 (2 files merged)

advertisement
PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK
PERUSAHAAN MACARONI CHEESE DALAM PERSAINGAN
PASAR MONOPOLISTIK
Tungky Greswandono
Ekonomi–Bisnis Email : [email protected]
UNIVERSITAS WIDYAMANDALA MADIUN
ABSTRAK
Dalam persaingan monopolistik terdiri banyak penjual dan perusahaan didirikan pada
prinsipnya bertujuan untuk mendapatkan laba, yang diperoleh dari kegiatan usaha dan dapat
bersaing dalam pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penetapan harga jual
produk pada perusahaan macaroni .Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data diambil dari data primer dan teknik
pengumpulan data melalui kunjungan ke perusahaan. Hasil penelitian setelah menghitung
harga jual produk . penetapan harga jual ditandai dengan total fixed cost dan variable cost dan
laba yang ingin diperoleh perusahaan supaya maksimal. Nanti perusahaan ini harus benarbenar memberikan produk yang sesuai kepuasaan konsumen serta yang tidak terlalu banyal
pesaing dalam pasar monopolistik harus ada perbedaan antara produk mereka dengan
perusahaan lainnya dalam pasar monopolistik
KATA KUNCI : Fixed cost, variable costing, harga jual
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa
aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang
dihasilkanpasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk
lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, kosmetik, dll. Meskipun fungsi semua
shampoo sama yakni untukmembersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan
produsen yang berbeda memilikiciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan
warna, kemasan, dan lain-lain.
Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
hargawalaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau
oligopoli.Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan
dan ciri khas darisuatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain,
dan tetap memilih mereka tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar
makanan ringan seperti snack makanan buat waktu santai pada saat dirumah maupun
dijalan. Produk makanan ringan memang cenderung bersifat homogen, tetapi masingmasing memiliki ciri khusus sendiri. Pada pasar persaingan monopolistik, harga
bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan.Bagaimana kemampuan perusahaan
menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat,sehingga membuat mereka mau
membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh
terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar
monopolistik
harus
aktif
mempromosikan
produk
sekaligus
menjaga
citra
perusahaannya.
Dan pada persaingan monopolistik ini juga terdapat persaingan tantara lain
makanan ringan seperti usaha rumahan yaitu penjual macaroni biasa disebut home
industri dan nantinya dianalisis variabel apa yang dapat mempengaruhi analisis jangka
pendek dalam pasar persaingan monopolistik
Perusahaan cheese egg adalah perusahaan home industri di daerah madiun yang
memiliki tenaga kerja upah dan memiliki banyak konsumen yang tertarik dan membeli
produk macaroni sebagai produk makanan ringan, oleh sebab itu dalam analisis
penentuan harga dan keuntungan maksimasi yang didapat perusahaan yang dilihat dari
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel setelah itu menentukan harga
jual per unit yang membuat mereka mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang
juga menjual produk yang sama dan variabel dalam kasus ini terlebih di pasar
monopolistik adalah variasi produk dan beban penjualan dari segi iklan produk yang
ingin dibuat untuk menarik konsumen setelah mendapatkan keuntungan yang didapat
perusahaan home industri haruslah berusaha mengembangkan dari segi produk maupun
iklan maupun pelayanan yang diberikan konsumen
Tentu dalam menentukan harga jangka pendek haruslah menggunakan variabel
yang dapat mempengaruhi harga dan output perusahaan home industri ini seperti variasi
produk dan beban penjualan yang bisa saja membedakan antara perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya, oleh sebab itu disamping mencari keuntungan yang diinginkan
haruslah juga menetapkan harga dan output yang ingin dihasilkan agar dalam jangka
pendek perusahaan mampu memaksimalkan biaya yang sudah dikeluarkan, maka dari itu
perlunya perusahaan macaroni yang bersaing dengan makanan ringan lainnya dalam
suatu daerah, dengan keanekaragaman makanan ringan ini nanti akan mempengaruhi
perusahaan home industri dalam memperkenalkan produk mereka dan membedakan
produk mereka dengan produk lainnya dari segi kualitas produk, iklan , dan kemasan
produk macaroni.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja yang mempengaruhi penentuan harga dalam jangka pendek pada pasar
persaingan monopolistik?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel-variabel yang bisa mempengaruhi dalam
pasar persaingan monopolistik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan harga dan Output Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan
Monopolistik:
Struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk
produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori pasar persaingan
monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model
persaingan sempurna maupun monopoli. Model ini dikembangkan oleh Joan Robinson
(ekonomInggris) dan Edward Chamberlain (ekonom USA). Struktur pasar hampir sama
dengan persaingan sempurna, namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan
terdiferensiasi dan diferensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan
non harga sehingga output yang dihasilkan sangat mungkin saling menjadi substitusi
Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahan dalam pasar Persaingan
monopolistis lebih elastis dari monopoli. Artinya bila perusahaan menaikkan harga maka
jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat berkurang dan bila perusahaan
menurunkan harga maka jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat bertambah.
Karena perusahaan persaingan monpolistik menghasilkan produk yang terdiferesiasi,
kurva permintaan yang dihadapinya memliki kemiringan negative, tetapi karena terdapat
banyak produk subtitusi yang dekat untuk produk itu, kurva permintaanya sangat elastis
terhadap perubahan harga. Elastisitas harga terhadap permintaan semakin tinggi, kalau
deferensiasi produknya semakin sedikit.
Seperti halnya dalam monopoli, karena kurva permintaan yang di hadapi oleh
perusahaan memiliki kemiringan negative dan linier, maka kurva pendapatan
marginalnya berada di bawah kurva permintaan, yang memotong sumbu harga pada titik
yang sama dan memiliki kemiringan absolut dua kali lipat kurva permintaan. Seperti juga
dalam home industry produksi makroni, tingkat output terbaik dari home industry
produksi macroni monopolistic dalam jangka pendek, dicapai ketika pendapatan
marginal sama dengan biaya, sepanjang harga (yang ditentukan pada kurva permintaan)
melebihi biaya variabel rata-rata.
Seperti halnya dalam kasus perusahaan persaingan sempurna maupun kaum
monopolis, home industry produksi macroni persaingan monopolistik bisa memperoleh
laba, mencapai titik impas, atau justru merugi dalam jangka pendek. Jika pada tingkat
output terbaiknya, P>ATC, maka perusahaan memperoleh laba, jika P=ATC maka
perusahaan mencapai titik impas, dan jika P<ATC, maka perusahaan mengalami
kerugian, tetapi meminimumkan kerugiannya jika perusahaan tetap berproduksi
sepanjang P>AVC. Akhirnya, karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan
persaingan monopolistik memiliki kemiringan negative, MR=MC<P pada tingkat output
terbaiknya, sehingga (seperti juga dalam kasus monopoli) bagian kurva MC yang
menanjak dan terletak di atas kurva AVC bukan merupakan kurva penawaran jangka
pendek perusahaan persaingan monopolistik.
2.1 Variasi Produk dan Beban Penjualan dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Dalam pasar persaingan monopolistik, sebuah perusahaan dapat meningkatkan
pengeluarannya untuk meningkatkan variasi produk dan usaha penjualan; agar dapat
meningkatkan permintaan atas produknya dan membuat produknya menjadi lebih tidak
elastis terhadap perubahan harga. Variasi produk (product variation) mengacu kepada
perubahan dalam beberapa ciri produk yang dilakukan oleh perusahaan persaingan
monopolistik, untuk menjadikan produknya lebih menarik bagi konsumen. Misalnya,
produsen bisa saja mengurangi kandungan gula dalam sereal untuk sarapan dan
memasukkan hadiah kejutan kecil ke dalam setiap paket produk. Beban penjualan
(selling expensesr adalah semua beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengiklankan produk, meningkatkan armada penjualannya, memperbaiki pelayanan,
dan sebagainya.
Variasi produk dan beban penjualan bisa meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan, tetapi juga mengakibatkan tambahan biaya dan masalah hukum. Sebuah
perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi produk dan usaha
penjualan selama MR yang diperoleh akibat biaya ekstra ini melebihi MC, hingga
akhirnya MR = MC. Meskipun dengan mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi
produk dan usaha penjualan perusahaan bisa meningkatkan laba dalam jangka pendek,
perusahaan persaingan monopolistik akan mencapai titik impas dalam jangka panjang,
karena hal serupa akan dilakukan oleh perusahaan lain dan karena masuknya
Variasi komoditas di pasar persaingan monopolistik menimbulkan keuntungan
baik bagi produsen maupun konsumen. Segolongan konsumen akan lebih suka membeli
suatu komoditas dari suatu perusahaan walaupun lebih mahal dibandingkan dari
perusahaan lain (konsumen mempunyai banyak pilihan produk yang cocok dengan
dirinya)
Diferensiasi produk dapat menciptakan bentuk kekuasaan monopoli karena
diferensiasi komoditas mampu menciptakann suatu penghambat kepada perusahaanperusahaan lain untuk menarik para pelanggannya serta karakteristik pasar monopolistik
1.
Produk yang terdifferensiasi (Differensiasi Produk)
Differensiasi produk adalah usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung
kepada konsumen dibandingkan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama
atau sejenis ataupun yang berbeda.
2.
Jumlah perusahaan banyak dalam industri
Jumlah perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik banyak. Di Indonesia
dapat dilihat begitu banyaknya merek pakaian dan sepatu. Banyaknya perusahaan
menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu harus
memperhitungkan reaksi perusahaan lain, karena setiap perusahaan menghadapi kurva
permintaannya masing-masing.
3.
Mudah masuk dan keluar
Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan
pendatang untuk memasuki indsutri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang
dapat mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar
kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna,
dalam pasar persaingan monopolistik proses masuk keluar akan terhenti bila semua
perusahaan hanya memperoleh laba normal.
Maka dari itu dari karakteristik ini kita dapat menyimpulkan bahwa benar-benar
perusahaan yang produknya ada dalam persaingan monopolistik harus memperhatikan
biaya promosi, strategi pelayanan dan kemasan produk serta strategi-strategi agar produk
mereka lebih diminati konsumen karena konsumen pasti mencari produk yang
berkualitas baik namun memiliki harga yang tidak terlalu mahal dari produk yang sama.
BAB IV
Menghitung harga jual:
Persamaan biaya volume laba Untuk menentukan
perencanaan laba dapat
digunakan persamaan menurut Krismiaji dan Aryani (2011:169) adalah sebagai berikut :
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
Biaya Variabel (variabel cost) Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya
yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Sedangkan menurut Garrison (2006:257), biaya variabel (variable cost) adalah biaya
yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap perubahan tingkat aktivitas
penjualan
Biaya Tetap (fixed cost) Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya
yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter
(2009:69), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika
aktivitas bisnis meningkat dan menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah bentuk
penelitian yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, serta terperinci. Sedangkan Jenis
data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah Data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda) dalam perusahaan
cheese egg
Obyek, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini obyek yang digunakan langsung kepada perusahaan home
industri. Kemudian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pembuatan macaroni seperti bahan-bahan pembuatan serta biaya
tetap lainnya
Teknik Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan Microsoft Excel dan
pedoman buku Salvator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Tetap
No.
Material
Harga Satuan
Jumlah Produksi
sebulan 50
ukuran 1/4kg
1
Biaya Sewa Tempat
(include listrik + PDAM)
Rp 450,000
50
Rp
9.000
2
Sewa Motor
Rp
75,000
50
Rp
1.500
3
Depresiasi
Rp 146,250
50
Rp
2.925
Rp
13.425
Sub Total (Rp)
Biaya tetap per unit
Rp 678.000
Biaya Variabel Per Unit
No.
Harga Satuan
( Kg )
Material
1
Tepung Kanji
2
Tepung Teligu
Rp
10,000
3
Telor
Rp
22.000
4
Royco 12
Rp
10.000
5
Minyak
Rp
12,000
6
Biaya upah tenaga
kerja
Rp
20,000
Plastik 1 pack
Rp
20,000
7
Rp
6,000
Jumlah
yang
dihasilkan
ukuran ¼
kg
6
8
6
12
7
6
15
Harga per bungkus
Rp
1,000
Rp
1.250
Rp
3.666,667
Rp
833,333
Rp
1.714
Rp
2.500
Rp
1.333
8
keju
Rp.
15.000
5
Rp.
3. 000
Sub Total Rp. 115.000
Rp
15.297,62
Dalam usaha rumahan pembuatan macaroni ini selama satu bulan mampu
memproduksi 50 . Dalam data diatas menunjukkan bahwa total fixed cost (TFC)Rp 678.000
dan total 10ariable cost (TVC) adalah 115.000
TFC
TVC
Q
Rp .
678.000
Rp
115,000.
50
TC=
TFC+TVC
Rp
793.000
AFC=
TFC/Q
Rp
13.560
AVC=
TVC/Q
Rp
2.300
ATC=
TC/Q
Rp
15.860
Perhitungan harga jual sebagai berikut :
Biaya Tetap
= Rp 678.000
Biaya Tetap per unit untuk produksi 50 buah
= Rp 13.560
Biaya Variabel per unit
= Rp 15.297, 62
Harga Jual Per Unit (Rp 13.560 + 15.297,62)
= Rp 28.857,62
Estimasi Keuntungan ( 20% x Rp 28.857,62 )
=Rp
Maka
= Rp 34.629,144
5.771,524
Sehingga harga jual per unit kami bulatkan menjadi Rp 35.000
Q
P
TC
TR
LABA
0
Rp 35.000
-
-
-
1
Rp. 35.000
Rp. 28.722
Rp. 35.000
Rp. 6. 278
2
Rp. 35.000
Rp. 57.444
Rp. 70.000
Rp. 12.556
3
Rp. 35.000
Rp. 86.166
Rp. 105.000
Rp. 18.834
4
Rp. 35.000
Rp. 114.888
Rp. 140.000
Rp. 25.122
5
Rp.35.000
Rp. 143.610
Rp. 175.000
Rp. 31.390
Penentuan analisis jangka pendek pada pasar monopolistik adalah:
1. Dalam persaingan monopolistik, perusahaan home industri macaroni harus
memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen seperti memperhatikan
kesukaan makanan ringan yang disukai dan rasa yang diinginkan konsumen misalnya
jagung bakar, balado, dll
2. Beban penjualan dalam menjual produk mereka haruslah ditentukan laba yang
diinginkan tidak terlalu besar karena umumnya perusahaan terlebih home industri harus
mencari sebanyak mungkin konsumen untuk mengenal produk mereka
3. Dengan harga Rp. 35.000, dan biaya cost yang dikeluarkan satu produk dapat
memperoleh sekitar Rp. 6.278 keuntungan yang didapat artinya keuntungan yang kecil
ini dapat digunakan untuk pengembangan usaha dengan menaikkan jumlah yang
diproduksi dan juga penambahan rasa lainnya selain original ditambahkan variasi
produk seperti rasanya
4. Pada produksi kelima terdapat keuntungan yang besar sekitar Rp. 31.390 hal ini tentu
harus diimbangi dengan kepuasaan yang dirasakan pelanggan pada saat membeli
produk macaroni
5. Apabila mengalami penurunan laba keuntungan sebaiknya dipertimbangkan dulu, halhal apa saja yang bisa membuat keuntungan menjadi menurun dan haruslah
menggunakan evaluasi strategi untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi
seperti perbaikan kualitas produk dan kemasan produk agar lebih menarik
6. Dalam menentukan keputusannya dalam perusahaan home industri tidak tergantung
pada perusahaan lainnya,karena itu setiap perusahaan menganggap bahwa harga-harga
pesaing,iklan daripesaing tidak berbeda dengan tindakannya sendiri. Oleh karena itu
perubahan harga oleh suatu perusahan home industri dianggap tidak akan
mempengaruhi perusahaan lain untuk beraksi mengubah harga-harga mereka
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
1. Perusahaan macaroni haruslah juga memperkenalkan produk mereka melalui
keberadaan teknologi agar mampu memperkenalkan perbedaaan produk mereka
dengan produk perusahaan lainnya apalgi dalam pasar monopolistik terdapat banyak
diferensiasi produk yang hampir sama dengan produk home industri lainnya
2. Perusahaan home industri harus mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam
persaingan monopolistik sehingga didapatkan biaya yang dikeluarkan sejalan dengan
keuntungan yang ingin didapatkan dalam jangka pendek
3. Terlebih dalam jangka pendek, permintaan akan naik karena produk baru dan letak
bedanya pada kualitas produk macaroni, oleh sbab itu di permintaan berikutnya pada
bulan-bulan berikutnya perusahaan haruslah mengevaluasi startegi seperti
penambahan rasa pada macaroni agar konsumen tidak bosan dengan produk mereka
Saran
1. Lebih dalam penentuan jangka pendek perusahaan home industri harus gencar
berinovasi produk dan terus mengevaluasi produk mereka apakah sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang mereka ciptakan
2. Membuat produk mereka lebih menarik dibanding produk perusahaan yang sudah
ada, agar produk mereka terdeferensiasi atas produk yang sudah ada. Jadi ada
pembeda dari produk perusahaan home industri lainnya
3. Promosi kecil-kecilan dalam jangka pendek penting agar produk mereka juga
dikenal masyarakat khusunya dikota madiun
4. Bila tercapai keuntungan yang maksimal haruslah juga digunakan terutama untuk
memperbaiki kualitas produk atau pelayanan atau kemasan produk agar lebih
diminati oleh konsumen dan konsumen lebih merasa puas ketika melakukan
pembelian produk tersebut
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ekonomi manajerial dominick salvatore
2. http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/article/download/12143/1000/
JURNAL NUSAMBA VOL. 3 NO.2 Oktober 2018
ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN
LABA (MULTI PRODUK) PADA PERUSAHAAN PIA LATIEF KEDIRI
Sigit Puji Winarko1
Puji Astuti2
Universitas Nusantara PGRI Kediri
[email protected] 1
[email protected] 2
Abstract
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/mana
jemen/index
E-ISSN : 2528-0929
P-ISSN : 2549 – 5291
Diterima: 5 Juni 2018
Revisi : 29 Juni 2018
Disetujui: 10 Oktober 2018
https:DOI 10.29407/nusamba.v3i2.12143
Every company wants sustainability in its business. To be able to continue
to live and grow the company needs profit, because with profits obtained
then the company’s capital will increase. Increased capital causes the
company to grow and can meet all of its operational needs. To earn a
profit, it takes careful planning in its business, starting from sales, cost,
and targeted profit. Therefore, the analysis of cost volume and profit
becames one away to achieve the desired profit of company, so that the
companyy can grow.
In this research, the objective to be achieved is to determine the break
evenpoint, margin contribute, and margin of safety of Pia Latief product in
multi product. The analysis used is a quantitative approach that uses
secondary data. In the separation of varaibel costs and fixed costs on
overheads used the method of the highest point and the lowest point.
Company Pia Latief produces two types of pia, namely wet pia and dry pia.
Results of research conducted in 2017 obtained break evenpoint wet pia
10,707 units and dry pia of 6,227 units. Contribution margin in 2017
amounted to Rp 1,873,010,837, - while the ratio was 55.2%. Margin of
safety from wet pia is 96.21% while dry pia is 96.2%. To achieve a 5%
increase in profit by 2018, the company must sell 297,072 units of wet pia
and 172,184 dry pia units.
Keywords: cost volume profit, profit planning, multi product
Abstrak
Setiap perusahaan menginginkan kelangsungan hidup (sustainability)
dalam usahanya. Untuk bisa terus hidup dan berkembang perusahaan
membutuhkan laba, karena dengan laba yang diperoleh maka modal
perusahaan akan bertambah. Bertambahnya modal menyebabkan
perusahaan berkembang dan dapat memenuhi semua kebutuhan
operasionalnya. Untuk mendapatkan laba, dibutuhkan perencanaan yang
matang dalam usahanya, mulai dari penjualan, biaya, dan laba yang
ditargetkan. Oleh karena itu analisis cost volume dan profit menjadi salah
satu cara untuk mencapai laba yang diinginkan perusahaan, sehingga
perusahaan dapat berkembang.
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan titik
pulang pokok (break evenpoint), contribusi margin, maupun margin of
safety dari produk Pia Latief secara multi produk. Analisis yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan data skunder.
Dalam pemisahan biaya varaibel dan biaya tetap pada biaya overhead
digunakan metode titik tertinggi dan titik terendah. Perusahaan Pia Latief
memproduksi dua jenis pia, yaitu pia basah dan pia kering. Hasil penelitian
yang dilakukan pada tahun 2017 diperoleh break evenpoint pia basah
sebesar 10.707 unit dan pia kering sebesar 6.227 unit. Contribution margin
pada tahun 2017 sebesar Rp 1.873.010.837,- sedang secara rasio sebesar
55,2%. Margin of safety dari pia basah sebesar 96,21% sedangkan pia
kering sebesar 96,2%. Untuk mencapai peningkatan keuntungan sebesar
5% di tahun 2018, perusahaan harus melakukan penjualan pia basah
sebesar 296.072 unit dan pia kering sebesar 172.184 unit.
Kata Kunci : cost volume profit, perencanaan laba, multi produk
.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
9
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Pendahuluan
Perkembangan usaha kecil dan menengah di Kota Kediri begitu meningkat, hal ini
dapat dilihat bahwa saat ini semakin banyaknya usaha yang berada di Kota Kediri, terutama
makanan. Perusahaan Pia Latief merupakan salah satu usaha kecil menengah yang berada di
Kota Kediri yang saat ini terus mengalami perkembangan, namun demikian seiring dengan
adanya perkembangan usahanya, manajemen perusahaan belum tertata dengan baik.
Perencanaan biaya, penjualan dan laba merupakan persoalan yang harus dipecahkan supaya
perusahaan dapat berkembang lebih baik.
Pembebanan biaya hanya didasarkan atas kebiasaan yang selama ini dikeluarkan,
sehingga tidak diketahui berapa biaya yang efisien untuk memproduksi satu satuan
produknya. Oleh karena itu analisis cost volume profit merupakan salah satu alternatif
pemecahan perusahaan untuk membuat perencanaan laba. Dengan analisis ini dapat diketahui
pada tingkat volume berapa perusahaan break evenpoint dan pada tingkat penjualan berapa
perusahaan dapat keuntungan dan seberapa penurunan penjualan diperbolehkan supaya
perusahaan tidak mengalami kerugian.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Laba
Perencanaan laba begitu penting dalam perusahaan, terutama untuk menentukan
tingkat penjualan maupun biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Harahap
(2011:3) yang menyatakan bahwa: “Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah
diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk
proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka
pendek.” Sehingga dengan perencaan laba yang baik, perusahaan akan terus berkembang dan
dapat dicapai laba yang diinginkan.
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi
akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga
jual, dan biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas dan analisis biaya-volume-laba
merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba, maka ada dua rumus yang dapat
digunakan adalah:
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
10
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
1. Persamaan biaya volume laba
Untuk menentukan perencanaan laba dapat digunakan persamaan menurut Krismiaji
dan Aryani (2011:169) adalah sebagai berikut :
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
2. Pendekatan margin kontribusi
Pendekatan kedua yaitu dengan memperluas rumus margin kontribusi dengan
memasukan target laba: (Krismiaji & Aryani (2011:169))
dimana:
X = Unit penjualan untuk mencapai target
F = Biaya tetap
I = Laba
P
= Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
Pengertian Perilaku Biaya
Menurut Mulyadi (2009:465), “perilaku biaya dapat dikatakan sebagai hubungan antara
total biaya dengan perubahan volume kegiatan”. Sedangkan menurut Garison (2006:256),
perilaku biaya adalah biaya yang akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan
tingkat aktivitas. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah kunci beberapa pembuatan
keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu memprediksi
dengan lebih baik, apakah yang terjadi pada biaya dalam berbagai kondisi.
Tiga klasifikasi yang paling umum dari perilaku biaya adalah biaya variabel, biaya
tetap, dan biaya semi variabel.
1.
Biaya Variabel (variabel cost)
Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan menurut Garrison (2006:257),
biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional
terhadap perubahan tingkat aktivitas
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
11
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
2.
Biaya Tetap (fixed cost)
Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam
volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter (2009:69), biaya tetap (fixed cost)
adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat dan
menurun.
3.
Biaya Semivariabel
Menurut Mulyadi (2009:469), biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap
dan variabel didalamnya. Sedangkan Menurut Garrison (2006:270), biaya semivariabel
(mixed cost) adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari
biaya tetap maupun biaya variable
Menurut Garrison (2006:275-285), pemisahan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variabel dari
biaya semivariabel dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu :
1.
2.
Metode scattergraph
Metode Scattergraph memperhitungkan semua data biaya. Biaya yang terjadi pada
berbagai tingkat aktivitas diplot ke dalam grafik dan garis ditarik dari titik-titik yang
dibuat. Pembuatan garis dengan memperhatikan dan melakukan inspeksi data. Analisis
memperhatikan bahwa garis tersebut mampu mencerminkan semua titik yang ada dan
tidak hanya titik tertinggi dan terendah. Biasanya, garis tersebut akan ditarik dengan
rangkaian titik-titik di atasnya dan di bawahnya seimbang. Grafik tersebut disebut
dengan scattergraph dan garis yang ditarik dari titik-titik tersebut disebut garis regresi.
Garis regresi adalah garis rata-rata. Rata-rata biaya variabel ditunjukkan dengan slope
garis sementara biaya tetap ditunjukkan pada titik perpotongan dengan sumbu Y
Metode tinggi-rendah
Analisis biaya semi variabel dengan menggunakan high-low method dimulai dengan
mengidentifikasi periode dengan tingkat aktivitas yang paling rendah dan periode dengan
tingkat aktivitas paling tinggi. Perbedaan biaya pada kedua periode tersebut dibagi
dengan perubahan aktivitas antara kedua periode ekstrim tersebut untuk memperkirakan
biaya variabel per unit aktivitas. Metode tinggi-rendah adalah metode yang paling
sederhana dan dapat digunakan untuk memperkirakan biaya tetap dan biaya variabel
secara cepat tetapi memiliki kelemahan karena hanya mendasarkan pada dua titik saja.
Biaya variabel
3.
Metode regresi kuadrat terkecil (Least-squares regression)
Metode regresi kuadrat kecil (Least-squares regression) adalah metode yang
memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel
dengan menggunakan seluruh data. Metode least-squares regression menghitung garis
regresi yang meminimalkan jumlah dan kesalahan kuadrat residual (the sum of squared
error). Pada metode least-squares regression untuk membuat estimasi hubungan linear
didasarkan pada persamaan linear.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
12
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Rumus berikut ini digunakan untuk menghitung nilai titik potong pada sumbu X (a) dan
slope (b) yang meminimalkan kuadrat residual.
b=
a=
dimana:
X = Tingkat aktivitas (variable independent)
Y = Total biaya semi variabel (variable dependent)
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel per unit aktivitas
n = Jumlah observasi
Σ = Jumlah total observasi
Pengertian Biaya – Volume – Laba (BVL)
Menurut Mulyadi (2010:223), “analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk
menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek”.
Menurut Samryn (2013:172) hal-hal yang menjadi yang menjadi elemen utama dalam
analisis ini mencakup sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Harga jual produk
Volume penjualan atau tingkat aktivitas
Biaya variabel per unit
Total biaya tetap
Komposisi dari kombinasi produk terjual
Cost driver dan tarifnya
Untuk menganalisis biaya volume dan laba dapat digunakan analisis braek evenpoint
(BEP), yang menghubungkan antara biaya, volume penjualan dengan keuntungan yang
diharapkan. Berdasarkan BEP tersebut akan diketahui pada tingkat volume berapa
perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Menurut Garrison (2006:334), ada dua cara menentukan titik impas yaitu dengan
melakukan pendekatan metode persamaan dan pedekatan grafis.
1.
Perhitungan impas dengan metode grafik
Perhitungan impas juga dapat dilakukakan dengan menentukan titik pertemuan antara
garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Untuk dapat
menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menujukan volume
penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
13
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Tahap 3
biaya
Area laba
Tahap 2
Tahap 1
volume
Area rugi
Gambar 2.1
Grafik Break Event Point
Dimana :
Tahap 1 merupakan garis biaya tetap
Tahap 2 merupakan garis total biaya
Tahap 3 merupakan garis pendapatan penjualan
2.
Metode persamaan
Dalam metode persamaan, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menghitung titik impas baik dalam unit maupun rupiah, sebagai berikut
a. Pendekatan persamaan operasi
Pendekatan persamaan operasi memfokuskan pada laporan laba-rugi sebagai alat
yang berguna dalam mengorganisasikan biaya perusahaan dalam kategori biaya
tetap dan variabel. Laporan laba-rugi dapat dinyatakan dalam persamaan naratif.
I = ( S VC )
FC
Persamaan tersebut diubah menjadi:
S = VC + FC + I
b. Pendekatan margin kontribusi
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total. Pada
titik impas, jumlah margin kontribusi setara dengan beban tetap.
Atau
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
14
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Analisis Multi Produk
Analisis terhadap produk tunggal sangat sederhana dengan menerapkan pada rumusrumus yang telah disajikan pada pembahasan di atas. Namun dalam kasus menghitung break
even point yang multi produk maka perusahaan harus menggunakan bauran penjualan sebagai
alat analisisnya. Menurut Hansen (20011 : 286) “bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi relative dari berbagai produk yang dijual oleh perusahaan”. Untuk perhitungan
dengan multi produk, tetap digunakan rumus yang sama dengan kasus produk tunggal.
Margin kontribusi
Margin kontribusi adalah selisih harga jual per unit dan biaya variabel per unit atau juga
disebut total contribution margin yang merupakan selisih antara jumlah penjualan dan jumlah biaya
variabel. Contribution margin merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan
memberikan laba.
Menurut Samryn (2013:173), untuk menentukan kontribusi margin dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Margin Kontribusi = Penjualan – Biaya Variabel
Rasio margin kontribusi
Rasio marjin kontribusi adalah perbandingan antara marjin kontribusi (total
penghasilan dikurangi biaya variabel dengan total penghasilan/penjualan. Menurut Krismiaji
dan Aryani (2011:171), rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:
Margin Of Safety (Titik Aman)
Menurut Samryn (2013:181), untuk menentukan Margin Of Safety (Titik Aman) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Magin Keamanan = Total Penjualan – Titik Impas
Sedangkan, menurut Garrison (2006:338), margin pengaman (margin of safety)
merupakan kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume
penjulan. Margin pengaman juga dapat dinyatakan sebagai presentase dari penjualan yang
disebut sebagai rasio margin pengaman (margin of safety ratio – M/S) dapat dihitung sebagai
berikut:
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
15
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Penelitian Terdahulu
Satriani, dkk (2015) Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba
Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkalpinang (Studi Kasus Pada CV.
Mentari Dempo Indah, Pangkalpinang). Metode penentuan sampel dengan cara sample
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan besar margin kontribusi tahun 2009 adalah
Rp 544.891.146, tahun 2010 Rp 604.205.492, tahun 2011 Rp 685.316.892, tahun 2012 Rp
591.726.003 dan tahun 2013 Rp 695.180.072. BEP tahun 2009 Rp 1.218.057.805,56. Tahun
2010 Rp1.368.026.836,11. Tahun 2011 sebesar Rp1.284.557.907,69. Tahun 2012 sebesar
Rp1.581.844.165,62 dan tahun 2013 sebesar Rp1.517.071.627,03. Margin of safety tahun
2009 sebesar 19,90%, tahun 2010 sebesar 19,40%, tahun 2011 sebesar 26,48%, tahun 2012
13,33% dan tahun 2013 19,00%. Leverage operasi, dapat diketahui bahwa apabila perusahaan
menaikkan penjualan sebesar 1% maka perusahaan akan memperoleh kenaikkan persentase
laba tahun 2009 sebesar 8,56%, tahun 2010 sebesar 9,82%, tahun 2011 sebesar 8,15%, tahun
2012 sebesar 8,06%, dan tahun 2013 sebesar 8,57%
Pangemanan (2016), Analisis Perencanaan Laba Perusahaan Dengan Penerapan Break
Even Point Pada PT. Kharisma Sentosa Manado. Metode analisis yang digunakan adalah
analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kinerja penjualan dan
pengelolaan biaya-biaya yang dilakukan oleh PT. Kharisma Sentosa Manado sudah efisien.
Selama tahun 2013-2015 PT. Kharisma Sentosa Manado mampu menjual mobil Xenia Sporty
1.3 (MT) di atas titik impas dengan kata lain PT. Kharisma Sentosa Manado mampu
memperoleh keuntungan, dan keuntungan ini bergerak cukup signifikan dari hasil penjualan
dan hal tersebut berarti PT. Kharisma Sentosa Manado telah mampu merencanakan perolehan
laba dengan baik.
Pratama (2016), Analisis Biaya, Volume Penjualan Dan Laba Sebagai Alat Bantu
Perencanaaan Laba Pada Perusahaan Kecap Murni Jaya Kota Kediri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui: contribution margin, break even point, tingkat margin of safety. dan
degree Operating Leverage pada Perusahaan Kecap Murni Jaya. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah: (1) Tahun 2015 diperoleh rasio contribution margin sebesar 22,65% dan pada
perencanaan laba tahun 2016 diperoleh sebesar 30,72%. (2) Tahun 2015 titik impas
perusahaan sebesar Rp. 6.615.326.580,00 . Sedangkan untuk perencanaan laba tahun 2016
perusahaan akan mencapai titik impas apabila telah mencapai penjualan sebesar Rp.
5.023.836.636,00 . (3) Tahun 2015 margin of safety perusahaan sebesar Rp.
19.583.151.420,00 dan pada perencanaan laba Tahun 2016 diperoleh sebesar Rp.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
16
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
25.104.413.064,00 . (4) Tahun 2015 degree operating leverage tercapai sebesar 1,34
sedangkan pada perencanaan laba tahun 2016 sebesar 1,2.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini berusaha menghitung besarnya break evenpoint sebagai dasar
penentuan perencanaan laba perusahaan Pia Latief. Dalam menganalisis menggunakan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:12), “pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka atau data yang dapat
dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis dengan menggunakan statistik”. Sedangkan
jenis penelitiannya adalah deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data
diambil dari perusahaan berupa data historis dalam bentuk hasil produksi atau penjualan,
biaya-biaya produksi.
Adapun langkah analisis penelitian adalah pertama mengumpulkan data berupa
jumlah produksi atau penjualan maupun biaya-biaya , kedua memisahkan biaya semivariabel
dengan menggunakan metode titik tertinggi dan titik terendah, ketiga menghitung break
evenpoint, margin contribution, margin of safety, dan terakhir menyusun perencanaan laba
tahun yang akan datang dengan mendasarkan pada target yang direncanakan.
Hasil Analisis
Untuk menghitung BEP dengan jumlah produk lebih dari satu macam, maka
dibutuhkan data berupa sales mix, yiatu data penjualan masing-masing produk. Dalam
perusahaan Pia Latief ini jumlah produksi sama dengan jumlah penjualan karena penjualan
didasarkan sistem pesanan. Maka penjualan tahun 2017 dari data di atas dapat diketahui, pia
basah sebesar Rp 282.150 unit (kotak) dan pia kering sebesar 163.800 unit.
Dengan
demikian sales mix kedua produk tersebut adalah 2,82 : 1,64 harga jual pia basah per unit
sebesar Rp 8.000,- dan pia kering sebessar Rp 7.000,- per unit. Sehingga BEP dapat dihitung
sebagai berikut :
Biaya Tetap
BEP = _____________________________________
Harga jual per unit – Biaya variable per unit
71.114.365
____________________________________________________
[(8.000 x 2,82) + (7.000 x 1,64)] - [(3.434,57 x 2,82) + (3,429,336 x 1,64)]
71.114.365
34.040 – 15.309,6
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
17
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
71.114.365
18.730,4
BEP = 3.796,73 unit
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dihitung BEP masing-masing jenis
produk sebagai berikut :
BEP pia basah = 3.796,73 x 2,82
BEP pia kering
= 10.706,78 unit dan dibulatkan menjadi 10.707 unit
= 3.796,73 x 1,64
= 6.226,64 unit dan dibulatkan menjadi 6.227
unit
1.
Analisis Contribution Margin
a. Contribution Margin
Contribution margin perusahaan Pia LATIEF pada tahun 2017 dapat dihitung
sebagai berikut:
Penjualan :
Penjualan pia basah (8.000 x 282.150)
Rp 2.257.200.000
Penjualan pia kering (7.000 x 163.800)
Rp 1.146.600.000
Total penjualan
Rp 3.403.800.000
Biaya variabel :
Pia basah (3.434,57 x 282.150)
Rp
969.063.926
Pia kering (3.429,336 x 163.800)
Rp
561.725.237
Total biaya variabel
Rp 1.530.789.163
Kontribusi margin
Rp 1.873.010.837
Jadi kontribusi margin perusahaan Pia Latief pada tahun 2017 sebesar Rp
1.873.010.837,b. Rasio margin kontribusi
Rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:
Jadi rasio margin kontribusi perusahaan pia LATIEF tahun 2017 adalah
55
.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
18
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
2.
Margin Of Safety (Titik Aman)
Margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan saat mengalami
penurunan penjualan, berapapun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam
batas-batas tersebut perusahaan tidak akan mengalami kerugian.
Margin of safety (tingkat keamanan) pada perusahaan pia LATIEF berdasarkan
data-data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :
Margin keamanan pia basah :
Penjualan pia basah (8.000 x 282.150)
BEP pia basah (8.000 x 10.707)
Rp
Rp 2.257.200.000
85.656.000
Margin keamanan pia basah
Rp 2.171.544.000
Margin keamanan pia kering :
Penjualan pia kering (7.000 x 163.800)
Rp 1.146.600.000
BEP pia kering (7.000 x 6.227)
Rp
Margin keamanan pia kering
Rp 1.103.011000
43.589.000
Dengan persentase sebagai berikut :
Rasio margin kemanan pia basah adalah :
2.171.544.000
______________ x 100%
2.257.200.000
Rasio Margin keamanan = 96,21%
Rasio margin kemanan pia kering adalah :
1.103.011.000
______________ x 100%
1.146.600.000
Rasio Margin keamanan = 96,2%
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat margin pengaman
atau margin of safety perusahaan pia LATIEF pada tahun 2017 untuk produk pia basah
sebesar 96,21% dan pia kering sebesar 96,2%
3. Analisis Perencanaan Laba
Perencanaan laba yang baik akan berdampak pada kenaikan laba yang dikehendaki
dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Untuk tahun 2018 diharapkan laba mengalami
kenaikan sebesar 5% dari laba tahun 2017. Maka laba yang diinginkan pada tahun 2018
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
19
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
adalah sebesar Rp 1.895.390.648,- berasal dari Rp 1.805.133.950 x 105%. Dengan target
keuntungan tersebut maka penjualan yang harus dicapai dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya tetap + Laba
Sales = ____________________________________
Harga jual per unit – biaya variable per unit
71.114.365 + 1.895.390.648
Sales = _____________________________
18.730,4
Sales = 104.990 unit
Dari hasil ini dapat diperinci setiap produknya sebagai berikut :
Penjualan tahun 2018 pia basah (2,82 x 104.990) = 296.072 dibulatkan.
Penjualan tahun 2018 pia kering (1,64 x 104.990) = 172.184 dibulatkan.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1.
Break evenpoint produk pia basah pada tahun 2017 sebesar 10.707 unit (kotak) dimana
setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 8.000,- sehingga jumlah BEP yang
dicapai sebesar Rp 85.656.000,-
2.
Break evenpoint produk pia kering pada tahun 2017 sebesar 6.227 unit (kotak) dimana
setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 7.000,- sehingga jumlah BEP yang
dicapai sebesar Rp 43.589.000,-
3.
Dari kedua jenis produk tersebut maka titik impas perusahaan dicapai pada saat
penjualan sebesar Rp 129.245.000,-
4.
Contribution margin kedua produk sebesar Rp 1.873.010.837,-
5.
Margin of safety produk pia basah sebesar Rp 2.171.544.000,- dan produk pia kering
sebesar Rp 1.103.011.000,- dan jika menggunakan rasio akan dicapai margin of safety
pia basah sebeasr 96,21% dan pia kering sebesar 96,2%
6.
Untuk mencapai kenaikan laba sebesar 5% dari tahun sebelumnya perusahaan harus
melakukan penjualan produk pia basah sebesar 296.072 unit dan produk pia kering
sebesar 172.184,-
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. 2009. Akuntasi Manajemen. Edisi 14. Jakarta :Salemba Empat.
Garrison Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial (alih
bahasa: A. Totok Budi Santoso). Buku I. Jakarta : Salemba Empat.
Hansen, Dor R. DAN Mowen M, 2011. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Terjemahan Fitrisari,
Dewi dan Kwary, Deny Arnos. Jakarta : Salemba Empat,
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
20
JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018
Harahap, Sofyan Syafri (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Krismiaji, Y Anni, Aryani. 2011. Akuntasi Manajemen. Jakarta : UPP STIM YKPN.
Mulyadi, 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YPKPN
Mulyadi, 2010. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YPKPN
Pangemanan. 2016. Analisis Perencanaan Laba Perusahaan Dengan Penerapan Break Even
Point Pada Pt. Kharisma Sentosa Manado. Jurnal EMBA Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal.
376-385. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Pratama, dkk, 216. Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alaat Bantu
Perencanaan Laba Pada Perusahaan Kecap Murni Jaya Kota Kediri.
Samryn. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Kencana
Satriani, dkk. 2015. Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka
Pendek Pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkalpinang (Studi Kasus Pada CV.
Mentari Dempo Indah, Pangkal pinang). Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan
(JIABK), Volume 3, Issue. STIE-IBK. Bangka Belitung : Pangkal Pinang.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018)
21
Download