PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK PERUSAHAAN MACARONI CHEESE DALAM PERSAINGAN PASAR MONOPOLISTIK Tungky Greswandono Ekonomi–Bisnis Email : [email protected] UNIVERSITAS WIDYAMANDALA MADIUN ABSTRAK Dalam persaingan monopolistik terdiri banyak penjual dan perusahaan didirikan pada prinsipnya bertujuan untuk mendapatkan laba, yang diperoleh dari kegiatan usaha dan dapat bersaing dalam pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penetapan harga jual produk pada perusahaan macaroni .Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data diambil dari data primer dan teknik pengumpulan data melalui kunjungan ke perusahaan. Hasil penelitian setelah menghitung harga jual produk . penetapan harga jual ditandai dengan total fixed cost dan variable cost dan laba yang ingin diperoleh perusahaan supaya maksimal. Nanti perusahaan ini harus benarbenar memberikan produk yang sesuai kepuasaan konsumen serta yang tidak terlalu banyal pesaing dalam pasar monopolistik harus ada perbedaan antara produk mereka dengan perusahaan lainnya dalam pasar monopolistik KATA KUNCI : Fixed cost, variable costing, harga jual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkanpasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, kosmetik, dll. Meskipun fungsi semua shampoo sama yakni untukmembersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memilikiciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain. Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi hargawalaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli.Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan dan ciri khas darisuatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain, dan tetap memilih mereka tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar makanan ringan seperti snack makanan buat waktu santai pada saat dirumah maupun dijalan. Produk makanan ringan memang cenderung bersifat homogen, tetapi masingmasing memiliki ciri khusus sendiri. Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan.Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat,sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya. Dan pada persaingan monopolistik ini juga terdapat persaingan tantara lain makanan ringan seperti usaha rumahan yaitu penjual macaroni biasa disebut home industri dan nantinya dianalisis variabel apa yang dapat mempengaruhi analisis jangka pendek dalam pasar persaingan monopolistik Perusahaan cheese egg adalah perusahaan home industri di daerah madiun yang memiliki tenaga kerja upah dan memiliki banyak konsumen yang tertarik dan membeli produk macaroni sebagai produk makanan ringan, oleh sebab itu dalam analisis penentuan harga dan keuntungan maksimasi yang didapat perusahaan yang dilihat dari biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel setelah itu menentukan harga jual per unit yang membuat mereka mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang juga menjual produk yang sama dan variabel dalam kasus ini terlebih di pasar monopolistik adalah variasi produk dan beban penjualan dari segi iklan produk yang ingin dibuat untuk menarik konsumen setelah mendapatkan keuntungan yang didapat perusahaan home industri haruslah berusaha mengembangkan dari segi produk maupun iklan maupun pelayanan yang diberikan konsumen Tentu dalam menentukan harga jangka pendek haruslah menggunakan variabel yang dapat mempengaruhi harga dan output perusahaan home industri ini seperti variasi produk dan beban penjualan yang bisa saja membedakan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, oleh sebab itu disamping mencari keuntungan yang diinginkan haruslah juga menetapkan harga dan output yang ingin dihasilkan agar dalam jangka pendek perusahaan mampu memaksimalkan biaya yang sudah dikeluarkan, maka dari itu perlunya perusahaan macaroni yang bersaing dengan makanan ringan lainnya dalam suatu daerah, dengan keanekaragaman makanan ringan ini nanti akan mempengaruhi perusahaan home industri dalam memperkenalkan produk mereka dan membedakan produk mereka dengan produk lainnya dari segi kualitas produk, iklan , dan kemasan produk macaroni. 1.2 Rumusan Masalah Apa saja yang mempengaruhi penentuan harga dalam jangka pendek pada pasar persaingan monopolistik? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel-variabel yang bisa mempengaruhi dalam pasar persaingan monopolistik? BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penentuan harga dan Output Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan Monopolistik: Struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun monopoli. Model ini dikembangkan oleh Joan Robinson (ekonomInggris) dan Edward Chamberlain (ekonom USA). Struktur pasar hampir sama dengan persaingan sempurna, namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdiferensiasi dan diferensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan non harga sehingga output yang dihasilkan sangat mungkin saling menjadi substitusi Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahan dalam pasar Persaingan monopolistis lebih elastis dari monopoli. Artinya bila perusahaan menaikkan harga maka jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat berkurang dan bila perusahaan menurunkan harga maka jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat bertambah. Karena perusahaan persaingan monpolistik menghasilkan produk yang terdiferesiasi, kurva permintaan yang dihadapinya memliki kemiringan negative, tetapi karena terdapat banyak produk subtitusi yang dekat untuk produk itu, kurva permintaanya sangat elastis terhadap perubahan harga. Elastisitas harga terhadap permintaan semakin tinggi, kalau deferensiasi produknya semakin sedikit. Seperti halnya dalam monopoli, karena kurva permintaan yang di hadapi oleh perusahaan memiliki kemiringan negative dan linier, maka kurva pendapatan marginalnya berada di bawah kurva permintaan, yang memotong sumbu harga pada titik yang sama dan memiliki kemiringan absolut dua kali lipat kurva permintaan. Seperti juga dalam home industry produksi makroni, tingkat output terbaik dari home industry produksi macroni monopolistic dalam jangka pendek, dicapai ketika pendapatan marginal sama dengan biaya, sepanjang harga (yang ditentukan pada kurva permintaan) melebihi biaya variabel rata-rata. Seperti halnya dalam kasus perusahaan persaingan sempurna maupun kaum monopolis, home industry produksi macroni persaingan monopolistik bisa memperoleh laba, mencapai titik impas, atau justru merugi dalam jangka pendek. Jika pada tingkat output terbaiknya, P>ATC, maka perusahaan memperoleh laba, jika P=ATC maka perusahaan mencapai titik impas, dan jika P<ATC, maka perusahaan mengalami kerugian, tetapi meminimumkan kerugiannya jika perusahaan tetap berproduksi sepanjang P>AVC. Akhirnya, karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan persaingan monopolistik memiliki kemiringan negative, MR=MC<P pada tingkat output terbaiknya, sehingga (seperti juga dalam kasus monopoli) bagian kurva MC yang menanjak dan terletak di atas kurva AVC bukan merupakan kurva penawaran jangka pendek perusahaan persaingan monopolistik. 2.1 Variasi Produk dan Beban Penjualan dalam Pasar Persaingan Monopolistik Dalam pasar persaingan monopolistik, sebuah perusahaan dapat meningkatkan pengeluarannya untuk meningkatkan variasi produk dan usaha penjualan; agar dapat meningkatkan permintaan atas produknya dan membuat produknya menjadi lebih tidak elastis terhadap perubahan harga. Variasi produk (product variation) mengacu kepada perubahan dalam beberapa ciri produk yang dilakukan oleh perusahaan persaingan monopolistik, untuk menjadikan produknya lebih menarik bagi konsumen. Misalnya, produsen bisa saja mengurangi kandungan gula dalam sereal untuk sarapan dan memasukkan hadiah kejutan kecil ke dalam setiap paket produk. Beban penjualan (selling expensesr adalah semua beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengiklankan produk, meningkatkan armada penjualannya, memperbaiki pelayanan, dan sebagainya. Variasi produk dan beban penjualan bisa meningkatkan penjualan dan laba perusahaan, tetapi juga mengakibatkan tambahan biaya dan masalah hukum. Sebuah perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi produk dan usaha penjualan selama MR yang diperoleh akibat biaya ekstra ini melebihi MC, hingga akhirnya MR = MC. Meskipun dengan mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi produk dan usaha penjualan perusahaan bisa meningkatkan laba dalam jangka pendek, perusahaan persaingan monopolistik akan mencapai titik impas dalam jangka panjang, karena hal serupa akan dilakukan oleh perusahaan lain dan karena masuknya Variasi komoditas di pasar persaingan monopolistik menimbulkan keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen. Segolongan konsumen akan lebih suka membeli suatu komoditas dari suatu perusahaan walaupun lebih mahal dibandingkan dari perusahaan lain (konsumen mempunyai banyak pilihan produk yang cocok dengan dirinya) Diferensiasi produk dapat menciptakan bentuk kekuasaan monopoli karena diferensiasi komoditas mampu menciptakann suatu penghambat kepada perusahaanperusahaan lain untuk menarik para pelanggannya serta karakteristik pasar monopolistik 1. Produk yang terdifferensiasi (Differensiasi Produk) Differensiasi produk adalah usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung kepada konsumen dibandingkan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis ataupun yang berbeda. 2. Jumlah perusahaan banyak dalam industri Jumlah perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik banyak. Di Indonesia dapat dilihat begitu banyaknya merek pakaian dan sepatu. Banyaknya perusahaan menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu harus memperhitungkan reaksi perusahaan lain, karena setiap perusahaan menghadapi kurva permintaannya masing-masing. 3. Mudah masuk dan keluar Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan pendatang untuk memasuki indsutri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang dapat mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna, dalam pasar persaingan monopolistik proses masuk keluar akan terhenti bila semua perusahaan hanya memperoleh laba normal. Maka dari itu dari karakteristik ini kita dapat menyimpulkan bahwa benar-benar perusahaan yang produknya ada dalam persaingan monopolistik harus memperhatikan biaya promosi, strategi pelayanan dan kemasan produk serta strategi-strategi agar produk mereka lebih diminati konsumen karena konsumen pasti mencari produk yang berkualitas baik namun memiliki harga yang tidak terlalu mahal dari produk yang sama. BAB IV Menghitung harga jual: Persamaan biaya volume laba Untuk menentukan perencanaan laba dapat digunakan persamaan menurut Krismiaji dan Aryani (2011:169) adalah sebagai berikut : Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba Biaya Variabel (variabel cost) Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan menurut Garrison (2006:257), biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap perubahan tingkat aktivitas penjualan Biaya Tetap (fixed cost) Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter (2009:69), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat dan menurun. BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, serta terperinci. Sedangkan Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda) dalam perusahaan cheese egg Obyek, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini obyek yang digunakan langsung kepada perusahaan home industri. Kemudian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan macaroni seperti bahan-bahan pembuatan serta biaya tetap lainnya Teknik Analisis Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan Microsoft Excel dan pedoman buku Salvator. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Tetap No. Material Harga Satuan Jumlah Produksi sebulan 50 ukuran 1/4kg 1 Biaya Sewa Tempat (include listrik + PDAM) Rp 450,000 50 Rp 9.000 2 Sewa Motor Rp 75,000 50 Rp 1.500 3 Depresiasi Rp 146,250 50 Rp 2.925 Rp 13.425 Sub Total (Rp) Biaya tetap per unit Rp 678.000 Biaya Variabel Per Unit No. Harga Satuan ( Kg ) Material 1 Tepung Kanji 2 Tepung Teligu Rp 10,000 3 Telor Rp 22.000 4 Royco 12 Rp 10.000 5 Minyak Rp 12,000 6 Biaya upah tenaga kerja Rp 20,000 Plastik 1 pack Rp 20,000 7 Rp 6,000 Jumlah yang dihasilkan ukuran ¼ kg 6 8 6 12 7 6 15 Harga per bungkus Rp 1,000 Rp 1.250 Rp 3.666,667 Rp 833,333 Rp 1.714 Rp 2.500 Rp 1.333 8 keju Rp. 15.000 5 Rp. 3. 000 Sub Total Rp. 115.000 Rp 15.297,62 Dalam usaha rumahan pembuatan macaroni ini selama satu bulan mampu memproduksi 50 . Dalam data diatas menunjukkan bahwa total fixed cost (TFC)Rp 678.000 dan total 10ariable cost (TVC) adalah 115.000 TFC TVC Q Rp . 678.000 Rp 115,000. 50 TC= TFC+TVC Rp 793.000 AFC= TFC/Q Rp 13.560 AVC= TVC/Q Rp 2.300 ATC= TC/Q Rp 15.860 Perhitungan harga jual sebagai berikut : Biaya Tetap = Rp 678.000 Biaya Tetap per unit untuk produksi 50 buah = Rp 13.560 Biaya Variabel per unit = Rp 15.297, 62 Harga Jual Per Unit (Rp 13.560 + 15.297,62) = Rp 28.857,62 Estimasi Keuntungan ( 20% x Rp 28.857,62 ) =Rp Maka = Rp 34.629,144 5.771,524 Sehingga harga jual per unit kami bulatkan menjadi Rp 35.000 Q P TC TR LABA 0 Rp 35.000 - - - 1 Rp. 35.000 Rp. 28.722 Rp. 35.000 Rp. 6. 278 2 Rp. 35.000 Rp. 57.444 Rp. 70.000 Rp. 12.556 3 Rp. 35.000 Rp. 86.166 Rp. 105.000 Rp. 18.834 4 Rp. 35.000 Rp. 114.888 Rp. 140.000 Rp. 25.122 5 Rp.35.000 Rp. 143.610 Rp. 175.000 Rp. 31.390 Penentuan analisis jangka pendek pada pasar monopolistik adalah: 1. Dalam persaingan monopolistik, perusahaan home industri macaroni harus memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen seperti memperhatikan kesukaan makanan ringan yang disukai dan rasa yang diinginkan konsumen misalnya jagung bakar, balado, dll 2. Beban penjualan dalam menjual produk mereka haruslah ditentukan laba yang diinginkan tidak terlalu besar karena umumnya perusahaan terlebih home industri harus mencari sebanyak mungkin konsumen untuk mengenal produk mereka 3. Dengan harga Rp. 35.000, dan biaya cost yang dikeluarkan satu produk dapat memperoleh sekitar Rp. 6.278 keuntungan yang didapat artinya keuntungan yang kecil ini dapat digunakan untuk pengembangan usaha dengan menaikkan jumlah yang diproduksi dan juga penambahan rasa lainnya selain original ditambahkan variasi produk seperti rasanya 4. Pada produksi kelima terdapat keuntungan yang besar sekitar Rp. 31.390 hal ini tentu harus diimbangi dengan kepuasaan yang dirasakan pelanggan pada saat membeli produk macaroni 5. Apabila mengalami penurunan laba keuntungan sebaiknya dipertimbangkan dulu, halhal apa saja yang bisa membuat keuntungan menjadi menurun dan haruslah menggunakan evaluasi strategi untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi seperti perbaikan kualitas produk dan kemasan produk agar lebih menarik 6. Dalam menentukan keputusannya dalam perusahaan home industri tidak tergantung pada perusahaan lainnya,karena itu setiap perusahaan menganggap bahwa harga-harga pesaing,iklan daripesaing tidak berbeda dengan tindakannya sendiri. Oleh karena itu perubahan harga oleh suatu perusahan home industri dianggap tidak akan mempengaruhi perusahaan lain untuk beraksi mengubah harga-harga mereka BAB VI KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan 1. Perusahaan macaroni haruslah juga memperkenalkan produk mereka melalui keberadaan teknologi agar mampu memperkenalkan perbedaaan produk mereka dengan produk perusahaan lainnya apalgi dalam pasar monopolistik terdapat banyak diferensiasi produk yang hampir sama dengan produk home industri lainnya 2. Perusahaan home industri harus mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam persaingan monopolistik sehingga didapatkan biaya yang dikeluarkan sejalan dengan keuntungan yang ingin didapatkan dalam jangka pendek 3. Terlebih dalam jangka pendek, permintaan akan naik karena produk baru dan letak bedanya pada kualitas produk macaroni, oleh sbab itu di permintaan berikutnya pada bulan-bulan berikutnya perusahaan haruslah mengevaluasi startegi seperti penambahan rasa pada macaroni agar konsumen tidak bosan dengan produk mereka Saran 1. Lebih dalam penentuan jangka pendek perusahaan home industri harus gencar berinovasi produk dan terus mengevaluasi produk mereka apakah sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang mereka ciptakan 2. Membuat produk mereka lebih menarik dibanding produk perusahaan yang sudah ada, agar produk mereka terdeferensiasi atas produk yang sudah ada. Jadi ada pembeda dari produk perusahaan home industri lainnya 3. Promosi kecil-kecilan dalam jangka pendek penting agar produk mereka juga dikenal masyarakat khusunya dikota madiun 4. Bila tercapai keuntungan yang maksimal haruslah juga digunakan terutama untuk memperbaiki kualitas produk atau pelayanan atau kemasan produk agar lebih diminati oleh konsumen dan konsumen lebih merasa puas ketika melakukan pembelian produk tersebut DAFTAR PUSTAKA 1. Buku ekonomi manajerial dominick salvatore 2. http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/article/download/12143/1000/ JURNAL NUSAMBA VOL. 3 NO.2 Oktober 2018 ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA (MULTI PRODUK) PADA PERUSAHAAN PIA LATIEF KEDIRI Sigit Puji Winarko1 Puji Astuti2 Universitas Nusantara PGRI Kediri [email protected] 1 [email protected] 2 Abstract http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/mana jemen/index E-ISSN : 2528-0929 P-ISSN : 2549 – 5291 Diterima: 5 Juni 2018 Revisi : 29 Juni 2018 Disetujui: 10 Oktober 2018 https:DOI 10.29407/nusamba.v3i2.12143 Every company wants sustainability in its business. To be able to continue to live and grow the company needs profit, because with profits obtained then the company’s capital will increase. Increased capital causes the company to grow and can meet all of its operational needs. To earn a profit, it takes careful planning in its business, starting from sales, cost, and targeted profit. Therefore, the analysis of cost volume and profit becames one away to achieve the desired profit of company, so that the companyy can grow. In this research, the objective to be achieved is to determine the break evenpoint, margin contribute, and margin of safety of Pia Latief product in multi product. The analysis used is a quantitative approach that uses secondary data. In the separation of varaibel costs and fixed costs on overheads used the method of the highest point and the lowest point. Company Pia Latief produces two types of pia, namely wet pia and dry pia. Results of research conducted in 2017 obtained break evenpoint wet pia 10,707 units and dry pia of 6,227 units. Contribution margin in 2017 amounted to Rp 1,873,010,837, - while the ratio was 55.2%. Margin of safety from wet pia is 96.21% while dry pia is 96.2%. To achieve a 5% increase in profit by 2018, the company must sell 297,072 units of wet pia and 172,184 dry pia units. Keywords: cost volume profit, profit planning, multi product Abstrak Setiap perusahaan menginginkan kelangsungan hidup (sustainability) dalam usahanya. Untuk bisa terus hidup dan berkembang perusahaan membutuhkan laba, karena dengan laba yang diperoleh maka modal perusahaan akan bertambah. Bertambahnya modal menyebabkan perusahaan berkembang dan dapat memenuhi semua kebutuhan operasionalnya. Untuk mendapatkan laba, dibutuhkan perencanaan yang matang dalam usahanya, mulai dari penjualan, biaya, dan laba yang ditargetkan. Oleh karena itu analisis cost volume dan profit menjadi salah satu cara untuk mencapai laba yang diinginkan perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan titik pulang pokok (break evenpoint), contribusi margin, maupun margin of safety dari produk Pia Latief secara multi produk. Analisis yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan data skunder. Dalam pemisahan biaya varaibel dan biaya tetap pada biaya overhead digunakan metode titik tertinggi dan titik terendah. Perusahaan Pia Latief memproduksi dua jenis pia, yaitu pia basah dan pia kering. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 diperoleh break evenpoint pia basah sebesar 10.707 unit dan pia kering sebesar 6.227 unit. Contribution margin pada tahun 2017 sebesar Rp 1.873.010.837,- sedang secara rasio sebesar 55,2%. Margin of safety dari pia basah sebesar 96,21% sedangkan pia kering sebesar 96,2%. Untuk mencapai peningkatan keuntungan sebesar 5% di tahun 2018, perusahaan harus melakukan penjualan pia basah sebesar 296.072 unit dan pia kering sebesar 172.184 unit. Kata Kunci : cost volume profit, perencanaan laba, multi produk . Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 9 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Pendahuluan Perkembangan usaha kecil dan menengah di Kota Kediri begitu meningkat, hal ini dapat dilihat bahwa saat ini semakin banyaknya usaha yang berada di Kota Kediri, terutama makanan. Perusahaan Pia Latief merupakan salah satu usaha kecil menengah yang berada di Kota Kediri yang saat ini terus mengalami perkembangan, namun demikian seiring dengan adanya perkembangan usahanya, manajemen perusahaan belum tertata dengan baik. Perencanaan biaya, penjualan dan laba merupakan persoalan yang harus dipecahkan supaya perusahaan dapat berkembang lebih baik. Pembebanan biaya hanya didasarkan atas kebiasaan yang selama ini dikeluarkan, sehingga tidak diketahui berapa biaya yang efisien untuk memproduksi satu satuan produknya. Oleh karena itu analisis cost volume profit merupakan salah satu alternatif pemecahan perusahaan untuk membuat perencanaan laba. Dengan analisis ini dapat diketahui pada tingkat volume berapa perusahaan break evenpoint dan pada tingkat penjualan berapa perusahaan dapat keuntungan dan seberapa penurunan penjualan diperbolehkan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian. TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Laba Perencanaan laba begitu penting dalam perusahaan, terutama untuk menentukan tingkat penjualan maupun biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Harahap (2011:3) yang menyatakan bahwa: “Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek.” Sehingga dengan perencaan laba yang baik, perusahaan akan terus berkembang dan dapat dicapai laba yang diinginkan. Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual, dan biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas dan analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba, maka ada dua rumus yang dapat digunakan adalah: Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 10 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 1. Persamaan biaya volume laba Untuk menentukan perencanaan laba dapat digunakan persamaan menurut Krismiaji dan Aryani (2011:169) adalah sebagai berikut : Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba 2. Pendekatan margin kontribusi Pendekatan kedua yaitu dengan memperluas rumus margin kontribusi dengan memasukan target laba: (Krismiaji & Aryani (2011:169)) dimana: X = Unit penjualan untuk mencapai target F = Biaya tetap I = Laba P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit Pengertian Perilaku Biaya Menurut Mulyadi (2009:465), “perilaku biaya dapat dikatakan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan”. Sedangkan menurut Garison (2006:256), perilaku biaya adalah biaya yang akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan tingkat aktivitas. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah kunci beberapa pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu memprediksi dengan lebih baik, apakah yang terjadi pada biaya dalam berbagai kondisi. Tiga klasifikasi yang paling umum dari perilaku biaya adalah biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. 1. Biaya Variabel (variabel cost) Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan menurut Garrison (2006:257), biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap perubahan tingkat aktivitas Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 11 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 2. Biaya Tetap (fixed cost) Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter (2009:69), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat dan menurun. 3. Biaya Semivariabel Menurut Mulyadi (2009:469), biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel didalamnya. Sedangkan Menurut Garrison (2006:270), biaya semivariabel (mixed cost) adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variable Menurut Garrison (2006:275-285), pemisahan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variabel dari biaya semivariabel dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu : 1. 2. Metode scattergraph Metode Scattergraph memperhitungkan semua data biaya. Biaya yang terjadi pada berbagai tingkat aktivitas diplot ke dalam grafik dan garis ditarik dari titik-titik yang dibuat. Pembuatan garis dengan memperhatikan dan melakukan inspeksi data. Analisis memperhatikan bahwa garis tersebut mampu mencerminkan semua titik yang ada dan tidak hanya titik tertinggi dan terendah. Biasanya, garis tersebut akan ditarik dengan rangkaian titik-titik di atasnya dan di bawahnya seimbang. Grafik tersebut disebut dengan scattergraph dan garis yang ditarik dari titik-titik tersebut disebut garis regresi. Garis regresi adalah garis rata-rata. Rata-rata biaya variabel ditunjukkan dengan slope garis sementara biaya tetap ditunjukkan pada titik perpotongan dengan sumbu Y Metode tinggi-rendah Analisis biaya semi variabel dengan menggunakan high-low method dimulai dengan mengidentifikasi periode dengan tingkat aktivitas yang paling rendah dan periode dengan tingkat aktivitas paling tinggi. Perbedaan biaya pada kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas antara kedua periode ekstrim tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per unit aktivitas. Metode tinggi-rendah adalah metode yang paling sederhana dan dapat digunakan untuk memperkirakan biaya tetap dan biaya variabel secara cepat tetapi memiliki kelemahan karena hanya mendasarkan pada dua titik saja. Biaya variabel 3. Metode regresi kuadrat terkecil (Least-squares regression) Metode regresi kuadrat kecil (Least-squares regression) adalah metode yang memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data. Metode least-squares regression menghitung garis regresi yang meminimalkan jumlah dan kesalahan kuadrat residual (the sum of squared error). Pada metode least-squares regression untuk membuat estimasi hubungan linear didasarkan pada persamaan linear. Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 12 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Rumus berikut ini digunakan untuk menghitung nilai titik potong pada sumbu X (a) dan slope (b) yang meminimalkan kuadrat residual. b= a= dimana: X = Tingkat aktivitas (variable independent) Y = Total biaya semi variabel (variable dependent) a = Total biaya tetap b = Biaya variabel per unit aktivitas n = Jumlah observasi Σ = Jumlah total observasi Pengertian Biaya – Volume – Laba (BVL) Menurut Mulyadi (2010:223), “analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek”. Menurut Samryn (2013:172) hal-hal yang menjadi yang menjadi elemen utama dalam analisis ini mencakup sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Harga jual produk Volume penjualan atau tingkat aktivitas Biaya variabel per unit Total biaya tetap Komposisi dari kombinasi produk terjual Cost driver dan tarifnya Untuk menganalisis biaya volume dan laba dapat digunakan analisis braek evenpoint (BEP), yang menghubungkan antara biaya, volume penjualan dengan keuntungan yang diharapkan. Berdasarkan BEP tersebut akan diketahui pada tingkat volume berapa perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Menurut Garrison (2006:334), ada dua cara menentukan titik impas yaitu dengan melakukan pendekatan metode persamaan dan pedekatan grafis. 1. Perhitungan impas dengan metode grafik Perhitungan impas juga dapat dilakukakan dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menujukan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan. Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 13 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Tahap 3 biaya Area laba Tahap 2 Tahap 1 volume Area rugi Gambar 2.1 Grafik Break Event Point Dimana : Tahap 1 merupakan garis biaya tetap Tahap 2 merupakan garis total biaya Tahap 3 merupakan garis pendapatan penjualan 2. Metode persamaan Dalam metode persamaan, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung titik impas baik dalam unit maupun rupiah, sebagai berikut a. Pendekatan persamaan operasi Pendekatan persamaan operasi memfokuskan pada laporan laba-rugi sebagai alat yang berguna dalam mengorganisasikan biaya perusahaan dalam kategori biaya tetap dan variabel. Laporan laba-rugi dapat dinyatakan dalam persamaan naratif. I = ( S VC ) FC Persamaan tersebut diubah menjadi: S = VC + FC + I b. Pendekatan margin kontribusi Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total. Pada titik impas, jumlah margin kontribusi setara dengan beban tetap. Atau Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 14 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Analisis Multi Produk Analisis terhadap produk tunggal sangat sederhana dengan menerapkan pada rumusrumus yang telah disajikan pada pembahasan di atas. Namun dalam kasus menghitung break even point yang multi produk maka perusahaan harus menggunakan bauran penjualan sebagai alat analisisnya. Menurut Hansen (20011 : 286) “bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relative dari berbagai produk yang dijual oleh perusahaan”. Untuk perhitungan dengan multi produk, tetap digunakan rumus yang sama dengan kasus produk tunggal. Margin kontribusi Margin kontribusi adalah selisih harga jual per unit dan biaya variabel per unit atau juga disebut total contribution margin yang merupakan selisih antara jumlah penjualan dan jumlah biaya variabel. Contribution margin merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan laba. Menurut Samryn (2013:173), untuk menentukan kontribusi margin dapat digunakan rumus sebagai berikut: Margin Kontribusi = Penjualan – Biaya Variabel Rasio margin kontribusi Rasio marjin kontribusi adalah perbandingan antara marjin kontribusi (total penghasilan dikurangi biaya variabel dengan total penghasilan/penjualan. Menurut Krismiaji dan Aryani (2011:171), rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut: Margin Of Safety (Titik Aman) Menurut Samryn (2013:181), untuk menentukan Margin Of Safety (Titik Aman) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Magin Keamanan = Total Penjualan – Titik Impas Sedangkan, menurut Garrison (2006:338), margin pengaman (margin of safety) merupakan kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume penjulan. Margin pengaman juga dapat dinyatakan sebagai presentase dari penjualan yang disebut sebagai rasio margin pengaman (margin of safety ratio – M/S) dapat dihitung sebagai berikut: Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 15 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Penelitian Terdahulu Satriani, dkk (2015) Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkalpinang (Studi Kasus Pada CV. Mentari Dempo Indah, Pangkalpinang). Metode penentuan sampel dengan cara sample random sampling. Hasil penelitian menunjukkan besar margin kontribusi tahun 2009 adalah Rp 544.891.146, tahun 2010 Rp 604.205.492, tahun 2011 Rp 685.316.892, tahun 2012 Rp 591.726.003 dan tahun 2013 Rp 695.180.072. BEP tahun 2009 Rp 1.218.057.805,56. Tahun 2010 Rp1.368.026.836,11. Tahun 2011 sebesar Rp1.284.557.907,69. Tahun 2012 sebesar Rp1.581.844.165,62 dan tahun 2013 sebesar Rp1.517.071.627,03. Margin of safety tahun 2009 sebesar 19,90%, tahun 2010 sebesar 19,40%, tahun 2011 sebesar 26,48%, tahun 2012 13,33% dan tahun 2013 19,00%. Leverage operasi, dapat diketahui bahwa apabila perusahaan menaikkan penjualan sebesar 1% maka perusahaan akan memperoleh kenaikkan persentase laba tahun 2009 sebesar 8,56%, tahun 2010 sebesar 9,82%, tahun 2011 sebesar 8,15%, tahun 2012 sebesar 8,06%, dan tahun 2013 sebesar 8,57% Pangemanan (2016), Analisis Perencanaan Laba Perusahaan Dengan Penerapan Break Even Point Pada PT. Kharisma Sentosa Manado. Metode analisis yang digunakan adalah analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kinerja penjualan dan pengelolaan biaya-biaya yang dilakukan oleh PT. Kharisma Sentosa Manado sudah efisien. Selama tahun 2013-2015 PT. Kharisma Sentosa Manado mampu menjual mobil Xenia Sporty 1.3 (MT) di atas titik impas dengan kata lain PT. Kharisma Sentosa Manado mampu memperoleh keuntungan, dan keuntungan ini bergerak cukup signifikan dari hasil penjualan dan hal tersebut berarti PT. Kharisma Sentosa Manado telah mampu merencanakan perolehan laba dengan baik. Pratama (2016), Analisis Biaya, Volume Penjualan Dan Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaaan Laba Pada Perusahaan Kecap Murni Jaya Kota Kediri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: contribution margin, break even point, tingkat margin of safety. dan degree Operating Leverage pada Perusahaan Kecap Murni Jaya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Tahun 2015 diperoleh rasio contribution margin sebesar 22,65% dan pada perencanaan laba tahun 2016 diperoleh sebesar 30,72%. (2) Tahun 2015 titik impas perusahaan sebesar Rp. 6.615.326.580,00 . Sedangkan untuk perencanaan laba tahun 2016 perusahaan akan mencapai titik impas apabila telah mencapai penjualan sebesar Rp. 5.023.836.636,00 . (3) Tahun 2015 margin of safety perusahaan sebesar Rp. 19.583.151.420,00 dan pada perencanaan laba Tahun 2016 diperoleh sebesar Rp. Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 16 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 25.104.413.064,00 . (4) Tahun 2015 degree operating leverage tercapai sebesar 1,34 sedangkan pada perencanaan laba tahun 2016 sebesar 1,2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini berusaha menghitung besarnya break evenpoint sebagai dasar penentuan perencanaan laba perusahaan Pia Latief. Dalam menganalisis menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:12), “pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis dengan menggunakan statistik”. Sedangkan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data diambil dari perusahaan berupa data historis dalam bentuk hasil produksi atau penjualan, biaya-biaya produksi. Adapun langkah analisis penelitian adalah pertama mengumpulkan data berupa jumlah produksi atau penjualan maupun biaya-biaya , kedua memisahkan biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan titik terendah, ketiga menghitung break evenpoint, margin contribution, margin of safety, dan terakhir menyusun perencanaan laba tahun yang akan datang dengan mendasarkan pada target yang direncanakan. Hasil Analisis Untuk menghitung BEP dengan jumlah produk lebih dari satu macam, maka dibutuhkan data berupa sales mix, yiatu data penjualan masing-masing produk. Dalam perusahaan Pia Latief ini jumlah produksi sama dengan jumlah penjualan karena penjualan didasarkan sistem pesanan. Maka penjualan tahun 2017 dari data di atas dapat diketahui, pia basah sebesar Rp 282.150 unit (kotak) dan pia kering sebesar 163.800 unit. Dengan demikian sales mix kedua produk tersebut adalah 2,82 : 1,64 harga jual pia basah per unit sebesar Rp 8.000,- dan pia kering sebessar Rp 7.000,- per unit. Sehingga BEP dapat dihitung sebagai berikut : Biaya Tetap BEP = _____________________________________ Harga jual per unit – Biaya variable per unit 71.114.365 ____________________________________________________ [(8.000 x 2,82) + (7.000 x 1,64)] - [(3.434,57 x 2,82) + (3,429,336 x 1,64)] 71.114.365 34.040 – 15.309,6 Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 17 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 71.114.365 18.730,4 BEP = 3.796,73 unit Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dihitung BEP masing-masing jenis produk sebagai berikut : BEP pia basah = 3.796,73 x 2,82 BEP pia kering = 10.706,78 unit dan dibulatkan menjadi 10.707 unit = 3.796,73 x 1,64 = 6.226,64 unit dan dibulatkan menjadi 6.227 unit 1. Analisis Contribution Margin a. Contribution Margin Contribution margin perusahaan Pia LATIEF pada tahun 2017 dapat dihitung sebagai berikut: Penjualan : Penjualan pia basah (8.000 x 282.150) Rp 2.257.200.000 Penjualan pia kering (7.000 x 163.800) Rp 1.146.600.000 Total penjualan Rp 3.403.800.000 Biaya variabel : Pia basah (3.434,57 x 282.150) Rp 969.063.926 Pia kering (3.429,336 x 163.800) Rp 561.725.237 Total biaya variabel Rp 1.530.789.163 Kontribusi margin Rp 1.873.010.837 Jadi kontribusi margin perusahaan Pia Latief pada tahun 2017 sebesar Rp 1.873.010.837,b. Rasio margin kontribusi Rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut: Jadi rasio margin kontribusi perusahaan pia LATIEF tahun 2017 adalah 55 . Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 18 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 2. Margin Of Safety (Titik Aman) Margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan saat mengalami penurunan penjualan, berapapun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Margin of safety (tingkat keamanan) pada perusahaan pia LATIEF berdasarkan data-data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut : Margin keamanan pia basah : Penjualan pia basah (8.000 x 282.150) BEP pia basah (8.000 x 10.707) Rp Rp 2.257.200.000 85.656.000 Margin keamanan pia basah Rp 2.171.544.000 Margin keamanan pia kering : Penjualan pia kering (7.000 x 163.800) Rp 1.146.600.000 BEP pia kering (7.000 x 6.227) Rp Margin keamanan pia kering Rp 1.103.011000 43.589.000 Dengan persentase sebagai berikut : Rasio margin kemanan pia basah adalah : 2.171.544.000 ______________ x 100% 2.257.200.000 Rasio Margin keamanan = 96,21% Rasio margin kemanan pia kering adalah : 1.103.011.000 ______________ x 100% 1.146.600.000 Rasio Margin keamanan = 96,2% Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat margin pengaman atau margin of safety perusahaan pia LATIEF pada tahun 2017 untuk produk pia basah sebesar 96,21% dan pia kering sebesar 96,2% 3. Analisis Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan berdampak pada kenaikan laba yang dikehendaki dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Untuk tahun 2018 diharapkan laba mengalami kenaikan sebesar 5% dari laba tahun 2017. Maka laba yang diinginkan pada tahun 2018 Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 19 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 adalah sebesar Rp 1.895.390.648,- berasal dari Rp 1.805.133.950 x 105%. Dengan target keuntungan tersebut maka penjualan yang harus dicapai dapat dihitung sebagai berikut : Biaya tetap + Laba Sales = ____________________________________ Harga jual per unit – biaya variable per unit 71.114.365 + 1.895.390.648 Sales = _____________________________ 18.730,4 Sales = 104.990 unit Dari hasil ini dapat diperinci setiap produknya sebagai berikut : Penjualan tahun 2018 pia basah (2,82 x 104.990) = 296.072 dibulatkan. Penjualan tahun 2018 pia kering (1,64 x 104.990) = 172.184 dibulatkan. Kesimpulan Berdasarkan analisis data maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Break evenpoint produk pia basah pada tahun 2017 sebesar 10.707 unit (kotak) dimana setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 8.000,- sehingga jumlah BEP yang dicapai sebesar Rp 85.656.000,- 2. Break evenpoint produk pia kering pada tahun 2017 sebesar 6.227 unit (kotak) dimana setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 7.000,- sehingga jumlah BEP yang dicapai sebesar Rp 43.589.000,- 3. Dari kedua jenis produk tersebut maka titik impas perusahaan dicapai pada saat penjualan sebesar Rp 129.245.000,- 4. Contribution margin kedua produk sebesar Rp 1.873.010.837,- 5. Margin of safety produk pia basah sebesar Rp 2.171.544.000,- dan produk pia kering sebesar Rp 1.103.011.000,- dan jika menggunakan rasio akan dicapai margin of safety pia basah sebeasr 96,21% dan pia kering sebesar 96,2% 6. Untuk mencapai kenaikan laba sebesar 5% dari tahun sebelumnya perusahaan harus melakukan penjualan produk pia basah sebesar 296.072 unit dan produk pia kering sebesar 172.184,- DAFTAR PUSTAKA Carter, William K. 2009. Akuntasi Manajemen. Edisi 14. Jakarta :Salemba Empat. Garrison Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial (alih bahasa: A. Totok Budi Santoso). Buku I. Jakarta : Salemba Empat. Hansen, Dor R. DAN Mowen M, 2011. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Terjemahan Fitrisari, Dewi dan Kwary, Deny Arnos. Jakarta : Salemba Empat, Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 20 JURNAL NUSAMBA VOL.3 NO.2 Oktober 2018 Harahap, Sofyan Syafri (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Krismiaji, Y Anni, Aryani. 2011. Akuntasi Manajemen. Jakarta : UPP STIM YKPN. Mulyadi, 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YPKPN Mulyadi, 2010. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : STIE YPKPN Pangemanan. 2016. Analisis Perencanaan Laba Perusahaan Dengan Penerapan Break Even Point Pada Pt. Kharisma Sentosa Manado. Jurnal EMBA Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 376-385. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Pratama, dkk, 216. Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alaat Bantu Perencanaan Laba Pada Perusahaan Kecap Murni Jaya Kota Kediri. Samryn. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Kencana Satriani, dkk. 2015. Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkalpinang (Studi Kasus Pada CV. Mentari Dempo Indah, Pangkal pinang). Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan (JIABK), Volume 3, Issue. STIE-IBK. Bangka Belitung : Pangkal Pinang. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA. Analisis Cost- Volume-Profit...(Winarko,SP&Astuti,P.2018) 21