Ontologi Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu, dan mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada. Epistemologi Epistemologi merupakan pengentahuan yang membahas mengenai sumber, proses, tujuan, dan syarat yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memebrikan kebenaran kepada murid-muridnya. Aksiologi Bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), dan keguanan. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral, etis da nada nilai religius. Filsafat Pancasila A. Ontologis Secara omtologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam GBHN Tap. MPR. No II/1993: untuk mencerdasakan kehidupan bangsa yang diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada pengangkatan kaulitas dan pemerataan pendidikan dasar serta jumlah dan kualitas kejuruan sehingga memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dengan memerhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan menumbuhkan kesadaran serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan keterampilan serta mengamalkannya sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, lebih maju, mandiri, berkualitas dan menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan falsafah Pancasila. Hal tersebutlah, maka hakikat Pancasila sebagai filsafat pendidikan di Indonesia, menciptakan peserta didik yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap Setiap manusia mempunyai kebebasan dalam hal menuntutu ilmu. Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkatan sosial budaya. Pancasila sebagai filsafat pendidikan Indonesia pada hakikatnya memberikan perlakuan yang sama kepada setiap individu dalam hal pendidikan sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil, dan humanis. 3. Persatuan Indonesia Hakikat Pancasila sebagai filsafat pendidikan, dimana tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, dan golongan dalam menempuh pendidikan. Perbedaan itu ada untuk mempersatukan Indonesia. 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sesuai dengan pasal 28 yang menyatakan bahwa kebebasan untuk menyampaikan pendapat baik secara tulisan maupun secara lisan. Jadi dalam hal ini hakikat Pancasila sebagai filsafat pendidikan di Indonesia yaitu menghargai berbagai pendapat maupun ide-ide/gagasan-gagasan orang lain demi kemajuan dalam bidang pendidikan. 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hakikat Pancasila sebagai filsafat pendidikan yaitu memberikan keadilan bagi setiap orang untuk melaksanakan pendidikan. Tidak membedakan-bedakan peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. B. Epistemologi Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat, susunanan, dan sumber Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (dalam suscadorwar, 2015) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu : 1. Tentang sumber pengetahuan manusia 2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia 3. Tentang watak pengetahuan Epistemologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila. Pancasila bersumber dari nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah ada dari zaman dahulu, yang dijadikan pedoman dalam menjalankan pendidikan nasional Indonesia. Susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis, yaitu: 1. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan suatu kata yang universal. Indonesia yang teridiri dari berabgai kepulauan dan memiliki agama yang berbeda-beda. Berdasarakan hal tersebut Indonesia bukanlah negara komunis yang tidak percaya dengan adanya Tuhan. Dengan memaknai keberadaan Tuhan, maka kita mampu untuk membedakan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Sila pertama menjiwai keempat sila lainnya karena bersifat mutlak 2. Sila kedua didasari sila perta serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima Memperlakukan sesama dengan adil dan beradab berarti juga menjunjung tinggi rasa persatuan, mentolerir sebuah perbedaaan dimana kita tahu bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang memiliki berbagai macam suku, ras, bahasa, dan budaya 3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima Persatuan Indonesia merupakan inti dari setia permusyawaratan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Pemilu merupakan salah satu aplikasi dari sila ketiga Pancasla, dimana setiap penduduk memiliki hak yang sama untuk dipilih dan memilih. Kemudian sila kedua mendasari sesuai yang tercantum dalam asas Pemilu yait LUBER JURDIL. 4. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelima. 5. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Maksudnya adalah sila kelima dalam Dasar Negara RI ini mengandung makna bahwa setiap manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hakhak orang lain. C. Aksiologi Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praktis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologi, sehingga nilai yang terkandung dalam Pncasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Secara aksiologis, bansa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila. Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, dan menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Nilai-nilai yang terkandung dalam silasila Pancasila yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa - Memberikan kebebasan setiap orang untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinanya - Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, wajib bersyukur dan berbakti kepadaNya - Menghormati kemerdekaan beragama - Mendapatkan pendidikan keagamaan, dimana pendidikan agama merupakan subsistem dari pendidikan nasional Indonesia 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap - Filsafat pendidikan Pancasila menekankan pada pendidikan karakter, agar berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku - Mengembangkan sikap saling hormat menghormati antar sesame - Bersikap adil dengan orang lain - Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan - Setiap manusia memiliki rasa solidaritas dan tenggang rasa yang tinggi sehingga mereka tidak bisa bertindak seenaknya sendiri. 3. Persatuan Indonesia - Tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam menjalankan pendidikan - Memiliki rasa cinta tanah air - Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang merupakan salah satu tujuan dari bangsa Indonesia - Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika - Mengakui dan menghargai perbedaan yang ada di Indonesia 4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarat/Perwakilan - Menghargai setiap pendapat orang lain - Tidak memaksakan kehendak - Sikap gotong royong dalam musyawarah - Adanya nilai demokratis 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah subsistem dari sistem pendidikan nasional - Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. - Menghormati hak orang lain - Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban