Pengobatan Otosklerosis Sedang Hingga Berat dengan Operasi Piston Simultan dan Inkus Vibroplasty Chan-Jung Chang, Yu-Hsuan Wen, Chuang-Hung Sun, Millo Achille Beltrame, Hung-Pin Wu ABSTRAK Tujuan Meskipun sifat otosklerosis telah diteliti secara luas, modalitas pengobatan pada otosklerosis lanjut dengan gangguan pendengaran sensorineural (SNHL) relatif belum diselidiki. Bahan dan Metode: Artikel ini menyajikan studi seri kasus retrospektif dari sembilan pasien yang menerima piston satu tahap ditambah dengan Vibrant Soundbridge vibroplasty dalam mengobati otosklerosis dengan SNHL sedang hingga berat. Hasil: Temuan menunjukkan bahwa gangguan pendengaran dapat dipulihkan di frekuensi dan tidak ada perubahan signifikan dalam ambang batas konduksi tulang yang diukur. Kesimpulan: Operasi piston satu tahap ditambah dengan incus vibroplasty adalah prosedur yang aman dan memiliki kemanjuran yang cukup untuk mengembalikan gangguan pendengaran pada pasien dengan otosklerosis dengan SNHL sedang hingga berat. Kata Kunci: Gangguan pendengaran campuran, Otosclerosis, Vibrant Soundbridge PENDAHULUAN Otosclerosis adalah gangguan utama dari labirin tulang dan stapes pada manusia. Lokasi yang paling sering terkena hanya anterior dari jendela oval (antefenestral otosclero-sis), menyebabkan pembentukan tulang di sekitar jendela oval, dan fiksasi footplate stapes, yang mengakibatkan hilangnya pendengaran konduktif. Perlakuan konvensional adalah operasi stapes dengan penyisipan piston. Metode ini memfasilitasi pemulihan komponen konduktif gangguan pendengaran. BAHAN DAN METODE Seleksi Pasien Penelitian retrospektif ini dilakukan di Departemen Otology di tiga rumah sakit rujukan tersier. Sembilan pasien dengan klasifikasi shambaugh kelas IV otosklerosis, dengan ambang pendengaran tulang-konduksi minimal 40 dB dan celah udara-tulang setidaknya 30 dB, menjalani operasi piston simultan dan inkus vibroplasty antara Januari 2009 dan Februari 2012 Teknik Bedah Semua pasien menjalani operasi dengan anestesi umum. Sebuah sayatan retroauricular sederhana dibuat, dan flap poste- rior diangkat untuk mengekspos proses mastoid. Rongga telinga tengah Implantasi VSB dilakukan dengan mastoidektomi dinding kanalis konvensional dan timpanotomi posterior. Tympanotomy diperbesar untuk memastikan ruang yang cukup untuk perjalanan FMT. FMT dikerutkan oleh klipnya ke ujung proses panjang dari incus Pengukuran Hasil Evaluasi audiometrik termasuk audiogram nada murni pra operasi dan pasca operasi, tes bicara pra operasi dan pasca operasi, dan dengan dan tanpa aktivasi VSB. Ambang nada murni pra operasi diukur melalui konduksi udara (AC) dan konduksi tulang (BC) pada telinga implan dengan headphone, dengan penutup telinga kontralateral. Perubahan signifikan pada ambang nada murni didefinisikan sebagai variasi 5 dB pada frekuensi bicara utama (500-4000 Hz). Analisis Statistik Menggunakan uji-T berpasangan untuk membandingkan tingkat pendengaran pra operasi dan pasca operasi, yang dinyatakan sebagai mean dan standar deviasi (SD). Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak JMP 5.0 (SAS Institute Inc., Cary, NC, USA). Signifikansi statistik ditetapkan pada P <0,05. Pernyataan Etika Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Deklarasi Helsinki dan telah disetujui oleh Komite Etika lokal lembaga (REC10640). Persetujuan tertulis (informed consent) diinformasikan dibebaskan karena penelitian ini adalah analisis data retrospektif. Hasil Karakteristik klinis dari pasien ini ditunjukkan pada Tabel 1. Kesembilan pasien memiliki tympaogram tipe A atau As, yang menunjukkan tidak adanya refleks akustik. Ambang ratarata AC nada murni pra operasi dan SRT di telinga bedah masing-masing adalah 75,6 ± 4,7 dB (rata-rata ± SD) dan 78,9 ± 4,9 dB. Ambang BC adalah 45,0 ± 8,8 dB, dan celah udaratulang adalah 30,3 ± 5,6 dB DISKUSI Penelitian ini adalah penelitian awal tentang kemanjuran dan keamanan piston dari satu tahap ditambah dengan vibroplasty, tetapi relevansinya dengan hasil audiologis memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Temuan utama adalah bahwa tidak ada SNHL lebih lanjut yang signifikan setelah operasi ini. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada cedera signifikan pada telinga bagian dalam sebelum atau setelah operasi. Hal ini masuk akal untuk menyimpulkan bahwa penempatan stapedotomi dan piston setelah FMT terpotong, yang memungkinkan dipilihnya piston ukuran yang tidak sesuai, dan mengurangi kemungkinan trauma telinga bagian dalam. KESIMPULAN Operasi piston saja tidak cukup untuk mengembalikan gangguan pendengaran pada pasien otosklerosis dengan SNHL sedang hingga berat. Keamanan operasi satu tahap piston ditambah dengan vibroplasty incus terungkap dalam penelitian ini, dan operasi menunjukkan kemanjuran dalam memulihkan gangguan pendengaran pada populasi ini. Lebih lanjut, penelitian untuk menyelidiki rincian yang memfasilitasi pemulihan gangguan pendengaran pada populasi otosklerosis diperlukan.